Minggu, 05 Juni 2016

Kadang aku nggak ngerti kenapa Tuhan seringkali memberikan kesempatan kepada orang yang bahkan nggak menginginkan kesempatan itu sama sekali, sementara banyak orang diluar sana yang butuh usaha keras dan doa terus menerus untuk mendapatkannya.

Masih melekat di otakku, curhatan salah satu teman dekatku semalam. Dia bilang, dia udah sebulan nggak kuliah dan berniat untuk berhenti. Well, jujur aku nggak kaget. Sejak awal aku memang udah menduga bahwa hal ini bakal terjadi. Hanya aja, penyebab dia memutuskan buat berhenti kuliah itu benar-benar di luar dugaanku.

Temanku itu adalah penggemar berat All About Korea, ya know.. entah itu musik, film, makanan, budaya, dan tentu juga bahasanya. Sejak masih SMA, dia udah niat banget buat mendaftar kuliah di jurusan Sastra Korea, Universitas Gajah Mada (UGM). Tapi karena dia nggak lulus ujian masuk, jadilah dia masuk jurusan Sastra Inggris di salah satu sekolah tinggi di kota kami, sebuah keputusan yang bikin aku heran, karena setauku dia nggak punya minat di bahasa Inggris. Sebelumnya dia bahkan nggak menyebut-nyebut Sastra Inggris di daftar jurusan yang dia pilih. Dia malah nanya-nanya jurusan Business Management dan Hukum. Well, bukannya suudzon, cuma aku merasa kayaknya dia terpengaruh ucapanku yang pernah bilang bahwa aku pengen kuliah lagi dan ambil jurusan Sastra Inggris di kampus itu. Yah, entahlah..

Makanya aku nggak begitu terkejut waktu dia bilang bahwa dia udah nggak masuk kuliah lagi selama sebulan lamanya. Coz, aku pikir yang namanya menjalani sesuatu yang bukan merupakan passion pasti rasanya jenuh, males, dan nggak semangat. Tapi alasan dia berhenti kuliah rupanya bukan karena itu. Dia bilang bahwa dia berhenti kuliah karena udah lama dia dicuekin sama teman-teman dekatnya di kampus, dan dia merasa sangat nggak nyaman dengan kondisi itu. Sementara kalo dipaksakan, kemungkinan dia bakal sakit-sakitan.

For God's sake, waktu denger hal itu, perasaanku campur aduk antara geli dan geregetan. Rasanya aku pengen mengutuki dia. Daaammnn.. If I were her, I would think a thousand times first before I decided to leave. Ya know.. Aku pengeeeeen banget banget menempati salah satu kursi di kampus itu, belajar sesuai passion-ku, hanya aja belum ada peluang. Sementara dia yang dibebaskan memilih jurusan, yang difasilitasi segalanya sama ortunya justru membuang peluang itu dengan mudahnya.

Kalo aku jadi dia, aku nggak akan gegabah dengan mengambil keputusan mengundurkan diri begitu aja. Pertama, karena itu passion-ku. Kedua, karena yang mengeluarkan uang untuk biaya kuliah itu ortu bukan diri sendiri. Ketiga, karena kuliah itu untuk bekal masa depan. Tapi dia.. Dia dengan entengnya bilang, "Aku mau cari kerja aja". Dia nggak tau aja sih gimana susahnya cari kerja jaman sekarang. Apalagi untuk pekerjaan kantoran dengan skill yang masih terbatas. Kuliah tiga semester, dapet apa? Belum lagi rasanya jadi karyawan. Tantangan dan tekanannya tentu lebih besar dibanding jadi mahasiswi dan dicuekin teman.

Aku benar-benar menyayangkan keputusan dia ini. Nggak habis pikir juga, sebagai teman dekatku, kenapa sih dia nggak minta pendapatku dulu? Ya seenggaknya cerita lah. Kenapa dia baru cerita justru setelah sebulan dia bolos ngampus dan memutuskan buat berhenti?

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;