Minggu, 23 Juli 2017 0 komentar

I Got New Friends

Well, jadi ceritanya, belakangan ini kantor tempatku bekerja kedatangan beberapa mahasiswa magang. Selama aku bekerja di perusahaan ini, baru kali ini kantor tempatku bekerja menerima mahasiswa magang. Kebetulan Departemen Sewa Beli lagi butuh banget tenaga tambahan buat sementara menggantikan Bu Iis yang sedang cuti hamil. Sooo, pada awal Juli, mulailah mahasiswa magang yang awalnya terdiri dari dua mahasiswi cantik itu menjadi tenaga bantuan di kantor selama sebulan.

Mereka masing-masing bernama Nunung dan Narita. Keduanya merupakan mahasiswi dari salah satu Sekolah Tinggi Ekonomi di Kota Kembang. Yah, mereka sebenarnya bukan asli warga sana sih, dan mereka berasal dari jurusan yang berbeda. Nunung yang mengambil jurusan Manajemen Operasional berasal dari Indramayu. Sedangkan Narita yang mengambil jurusan Manajemen SDM berasal dari Cirebon, dan kebetulan dia merupakan keponakan dari Pak Dedi, SPV General Affair di kantor. Rencana awalnya memang mereka berdua bakal ditempatkan di Departemen Sewa Beli, tapi karena tugas Pak Dedi pun banyak, akhirnya Narita ditugaskan buat membantunya, sambil sesekali ditugaskan juga di Departemen Sewa Beli.

Awalnya aku pikir, aku yang introvert akut ini nggak akan akrab sama mereka. Tapi rupanya dugaanku salah. Baru beberapa hari mereka magang di kantor ini, kami yang cuma selisih usia dua tahun ini udah saling tabok dan ledek-ledekan, khususnya sama Narita. Berbeda dengan kawannya, Nunung yang kalem dan innocent, Narita yang bertubuh tinggi besar itu orangnya lumayan rame, gampang akrab sama orang yang baru dikenal, dan bisa banget menghidupkan suasana. Setiap hari ada aja yang dia ceritakan, dan nggak jarang ceritanya itu bikin aku dan Nunung ngakak sampai keluar air mata, entah karena itu ceritanya yang memang lucu atau karena cara berceritanya yang ekspresif banget. Mulai dari kisah tentang rumahnya yang berhantu (bukannya serem, aku dan Nunung malah banyak ketawanya), tentang bangunan kampusnya yang terkenal angker, tentang teman sekelasnya yang bau badan, tentang dosennya yang super matre (si dosen ini suka morotin mahasiswanya dengan menjanjikan nilai tinggi bagi mereka yang memberinya traktiran dan hadiah-hadiah mahal, dan gak akan memberi nilai tinggi bagi mahasiswa yang 'pelit' sepintar apapun dia. heran, kok ada dosen kayak gini..), banyak deh..

Dia juga tipe cewek yang cuek banget. Dia dengan santainya meceritakan hal-hal yang sangat mungkin membuat lawan jenisnya ilfil.
CAUTION! Cerita berikut ini udah disetujui sama orang yang bersangkutan untuk dipublikasikan, jadi ini sama sekali bukan perusakan nama baik :p

Dia pernah bercerita tentang aroma kentutnya yang bikin dia sendiri muntah-muntah. Lalu di suatu sore, dia yang mengalami kesulitan boker selama satu minggu bernapas lega ketika sore itu ia berhasil mengeluarkan timbunan ampas perutnya di toilet kantor hanya dalam satu kali ngeden. "Tau nggak, aku kaget pas ngeden trus liat isi WC udah langsung penuh gitu. Aku ketawa sendiri di toilet, sumpah. Itu bentuknya kayak adonan bala-bala Ibu Kantin, cuma beda warna aja," ceritanya dengan volume suara maksimal. Aku dan Nunung ngakak-ngakak jijik sampai keluar air mata. Deeeymm.. bisa dipastikan beberapa waktu kedepan kami ogah makan bala-bala. Nggak hanya itu, nggak jarang dia juga meracuni aku dan Nunung dengan gas perutnya. Meski seringnya nggak berbau, tapi bunyinya itu sungguh polusi suara, "Plek", gitu. Gezz, aku cengengesan sendiri lho ngetik ini, ya ampun..
Yah, syukurnya sejauh ini sih aroma gas perut Narita nggak pernah berhasil memasuki rongga hidungku, karena aku selalu langsung menutup hidung setiap kali dia bilang kepengin kentut (untungnya dia kalo mau kentut selalu bilang dulu). Pernah suatu hari dia kentut, kemudian aku dan Nunung spontan menutup hidung. Lewat beberapa detik, Narita meyakinkan kami bahwa kentutnya nggak bau. aku dan Nunung lantas membuka penutup hidung kami. Tapi sedetik kemudian, Nunung memekik, "Ih bau, Narita!" dan menutup hidungnya lagi.
Lalu si empunya kentut mengendus-endus, "Eh, iya sih *sniff sniff*"
Aku langsung menutup hidung lagi, meski nggak sempat mencium baunya. Lalu masuklah OB ke ruanganku, mau bersih-bersih, dan.. "Ih, bau apaan nih?" katanya, dan langsung balik kanan, nggak jadi bersih-bersih. Wakakakak.. anjir.. aku cerita apaan sih xD

Sekitar dua minggu mereka magang, tepatnya dua hari yang lalu, datanglah Aldi, yang juga merupakan mahasiswa magang. Namun berbeda dengan Nunung dan Narita, Aldi magang untuk mengisi waktu liburan. Dia sendiri berasal dari kampus yang berbeda, meski sama-sama kuliah di Bandung. Oh ya, Aldi ini merupakan anak angkat Pak Dedi.

Kedatangan Aldi sukses membuatku jadi bahan ledekan sebagian karyawan kantor. Kenapa? Karena dia ganteng! Dan dia ditempatkan di sebelahku, menggantikan Narita yang dipindahkan ke Departemen Sewa Beli bersama Nunung.

Setiap kali melihat kami berdua, ada aja yang ngeledek, "Wah, Putri matanya bakal seger terus nih, liat yang ganteng", atau "Putri sombong sekarang, punya yang ganteng," atau "Wah, kayaknya Putri bakal betah nih di ruangan". Ya ampun, padahal biasanya juga aku di ruangan terus selama jam kerja, nggak kemana-mana selain ke toilet dan mushola (-_-") Belum lagi beberapa karyawati yang kayak histeris gitu setiap liat dia, macam liat seleb Korea. Ibu-ibu lho padahal.. ("-,-) 

Berbeda dengan mereka, aku yang jadi partner kerjanya justru bersikap sebaliknya. You know like.. keep silent all day, dan bicara seperlunya. Hahaha.. Orang lain mungkin berpikir aku sombong, bahkan ada yang bilang aku nggak normal, masa L. Aku tau dan mengakui kok kalo penampilan cowok itu memang diatas rata-rata : tubuh tinggi tegap, kulit putih, rambut rapi, hidung mancung, alis tebal, wajah macam pemain FTV.. Kalo ada public figure yang bisa menggambarkannya, kupikir dia itu mirip-mirip Fatih Seferagic (tanpa kumis dan jenggot). Nah, siapa coba cewek straight yang bilang jelek? Ya ampun, bahkan cowok normal pun pasti berpendapat sama. Tapi orang-orang yang mengenalku tau, aku nggak akan banyak bicara sama orang baru kalo nggak dipancing. Jadi intinya, kecuekanku sama dia ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan ketidaknormalan yang mereka pikirkan (-_-")

Tapi semenjak Narita pindah ke Departemen Sewa Beli, aku kok jadi merasa agak kehilangan gimana gitu. Pasalnya dia udah menemaniku selama dua minggu, dan selama dua minggu itu pula dia bikin aku jadi nggak merasa kesepian lagi di kantor. Honestly, selama sekitar satu tahun aku bekerja di perusahaan ini, baru kali ini ada orang yang berhasil bikin aku ngakak sampai keluar air mata di kantor, meski usia perkenalan kami masih dalam hitungan hari. Kebayang deh kalo mereka udah kelar magangnya..

Oh ya, di kantor juga, ada dua orang karyawan baru yang kuharap bisa jadi teman baik suatu saat. Keduanya cowok, dan sama-sama memiliki ketertarikan pada musik Jepang. Sejauh ini kami baru mengobrol sedikit banget, baik itu secara langsung maupun via chat, meski masih banyak awkward nya setiap kali ketemu ataupun ngobrol langsung. Salah satu dari mereka bahkan pernah mengajakku untuk iseng-iseng membentuk band dengan aku sebagai vokalis. Aku senang sih diajak gitu. However, I used to wish to have a band someday. Tapi untuk saat ini aku belum berani, apalagi menyadari kualitas suaraku yang masih pas-pasan banget.

Well, perlu postingan tersendiri untuk menceritakan mereka berdua dan bagaimana aku mengenal mereka pada awalnya. Mungkin besok-besok bakal aku ceritakan tentang mereka. Kami berencana untuk berkaraoke bersama di salah satu family KTV awal bulan depan nanti. Nggak cuma bertiga, melainkan berempat, bareng satu rekan kami yang lain. Kemungkinan bisa juga jadi berlima, karena Tri, teman dekatku juga aku ajak. Itupun kalo situasi dan kondisinya memungkinkan sih, coz dengar-dengar bulan depan pun Tri bakal kedatangan salah satu temannya yang dari Korea. Kalo waktunya bentrok, maka dipastikan dia nggak bisa ikut dan aku harus kesana sendirian (karena Tri satu-satunya temanku yang bisa diajak). Anyway, aku excited banget untuk ini! We will see, bagaimana jalannya rencana kami awal bulan depan nanti. Aku bakal ceritakan semuanya. Semoga segalanya berjalan baik ;)
Sabtu, 01 Juli 2017 1 komentar

Kecanggungan

Hmm.. sedikit tersentuh oleh tulisan berjudul sama yang diposting oleh salah satu teman baikku di blog pribadinya, aku sempat termenung, menyadari bahwa kami memiliki kisah yang sama, meski apa yang kami alami nggak sama persis, tentang mengapa kami nggak banyak bicara, dan tentang hubungan dengan anggota keluarga yang nggak akrab meski masih satu darah.

Semua orang yang mengenalku tau, aku adalah orang yang sangat pendiam dan nggak mudah bergaul. Aku lebih suka menjadi pendengar ketimbang menjadi pembicara. Aku nggak akan menceritakan kisah pribadiku—secara lisan—kalo bukan pada orang yang benar-benar akrab. Boro-boro menceritakan kisah pribadi, mengucapkan kalimat pendek aja terkadang masih terbata-bata dan blibet. 

Ibuku pernah berkata bahwa dulu, waktu kecil aku cerewet banget. Aku sering menanyakan berbagai hal, bahkan hal-hal yang sebenarnya nggak penting. Menanyakan tulisan-tulisan yang kami lewati di jalan, menanyakan acara TV yang tengah kami tonton dan acara apa yang tayang selanjutnya, menanyakan maksud sebuah kata asing yang aku dengar dari orang lain, menanyakan kegunaan suatu benda yang baru kulihat, menanyakan kenapa begini dan kenapa begitu hingga ibu terkadang kewalahan menjawab pertanyaanku karena terkadang aku nggak puas dengan jawaban ibu dan terus bertanya.

Aku nggak ingat kapan aku mulai canggung untuk bertanya dan banyak bicara. Tapi yang aku ingat, dulu aku pernah dimarahi bapak karena suatu hal, kemudian aku angkat bicara untuk membela diri. Namun hal itu membuat bapak semakin berang. "Jangan jawab aja kalo lagi diomongin!" begitu katanya dengan nada tinggi. Bapak memang tipe orangtua yang cukup keras dan agak saklek. Aku dan adikku cukup kenyang dimarahi beliau, apalagi waktu kami masih SD dulu, karena pada saat itu aku dan adik memang sedang bandel-bandelnya. Mungkin inilah yang membentuk aku menjadi pribadi yang canggung dan sensitif terhadap kata-kata yang diucapkan dengan nada tinggi. Aku bisa overthinking seharian jika seseorang membentakku atau menegurku dengan kalimat yang terkesan memojokkan.

Pernah juga suatu hari, saat aku masih kelas dua SMP, seseorang memotong pembicaraanku saat aku tengah mengungkapkan pendapat. Ketika itu guru membagi murid-murid di kelas kedalam beberapa kelompok dan memberi kami tugas yang harus diselesaikan bersama kelompok masing-masing. Aku nggak ingat apa tugas yang harus kami kerjakan saat itu, tapi aku ingat banget ketika aku menjelaskan sesuatu—dengan sedikit usaha karena harus mengalahkan rasa canggung—tiba-tiba seorang teman cowok menyela kata-kataku dengan membahas sesuatu di luar topik pembicaraan. Aku jadi tersinggung, dan akhirnya ragu untuk mengungkapkan pemikiranku karena kupikir apa yang kusampaikan sama sekali nggak menarik untuk didengar. This is the reason why I decided to create blog, karena disini aku lebih mudah mengungkapkan segala pemikiran dan unek-unek tanpa harus canggung dan susah-susah mencari orang yang mau mendengarku.

Kalo perihal hubungan dengan anggota keluarga yang nggak akrab meskipun masih satu darah, aku merasakan itu diantara hubungan aku dengan bapak.

Well, seperti yang udah aku ceritakan di atas, bapak adalah tipe orangtua yang cukup keras dan agak saklek. Maka berbeda dengan temanku yang merasa canggung dengan kakaknya sendiri karena jarang bersua dan menghabiskan waktu bersama, aku merasakan kecanggungan dengan bapak ya karena sifat bapak yang demikian. Aku jadi takut pada beliau. Padahal dulu hubungan kami cukup dekat. Bapak suka mendongeng dan membuatkan mainan untuk aku dan adik. Terkadang aku dan adik juga suka berdiri di ujung gang, menunggu bapak yang pulang kerja, dan bersorak senang jika beliau membawa oleh-oleh. Miris kalo melihat kenyataan betapa kami sekarang nggak sedekat dulu meski tinggal satu atap selama bertahun-tahun dan bertemu setiap hari. Salah kalo orang lain atau bahkan mungkin beliau sendiri berpikir aku nggak sayang bapak, karena kenyataannya aku pernah menangis diam-diam ketika beliau sakit, tersentuh ketika menyimak kisah tentang sosok seorang ayah, dan iri pada mereka yang akrab dengan ayahnya. Jujur, aku kangen bapak, kangen kami yang dulu. Kangen banget.

Entah bagaimana caranya menjadi sedikit lebih luwes dan terbuka. Jujur, capek juga menghadapi hari-hari dengan penuh kecanggungan. But anyway, aku jadi inget kata-kata salah satu temanku yang mengatakan, "Kalo sifat pendiammu hilang, saya yakin kamu bakal jadi orang yang cerewet banget". Hahaha.. Apa iya?

Total Tayangan Halaman

 
;