Selasa, 05 Februari 2019
Pertama-tama, aku mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang udah care dan ngasih support atas situasi yang aku hadapi kemarin-kemarin. Semoga kalian sehat selalu. Aamiin :)

Soal kondisi ibu, alhamdulillah, aku benar-benar bersyukur karena diagnosa awal Dr Indah mengenai penyakit ibu nggak terbukti. Hari Kamis lalu, ibu menjalani USG, dan alhamdulillah dokter menyatakan rahim ibu bersih. Sakit ibu disebabkan hanya karena kelelahan. Memang sih sebelum sakit itu, ibu seringkali tidur larut malam karena sibuk dengan tugas-tugas kadernya. Maka hari Jum'at paginya, ibu sudah diperbolehkan pulang. Hanya aja, beliau masih batuk-batuk dan malas makan. Aku tentu berharap kondisi beliau segera membaik.

***

Anyway, belakangan ini sepertinya di kotaku sedang sering diadakan bazar buku murah. Bulan Desember dan bulan Januari lalu bazar buku digelar di Grage Mall, bulan ini digelar di Gedung Korpri dari tanggal 31 Januari sampai dengan tanggal 7 Februari. Aku antusias banget waktu tau hal itu.

Tanggal 03 Februari, mumpung hari Minggu, aku berkunjung ke bazar itu. Karena akun Gr*b-ku di-suspend (dan aku nggak tau kenapa) akhirnya aku naik angkot. Bukan main, awalnya aku pesimis bakal ketemu novel-novel bagus, tapi ternyata kepesimisanku itu terbantahkan karena rupanya bazar buku itu punya banyak koleksi novel-novel bagus dan murah. Novel-novel itu dikumpulkan dan ditumpuk di tengah ruangan. Harganya berkisar dua puluh ribu hingga empat puluh ribu rupiah aja. Hanya aja sayangnya kebanyakan dari judul novel-novel itu udah beberapa kali aku temui di bazar buku Gramedia bulan lalu, dan semuanya adalah novel-novel terbitan beberapa tahun yang lalu. Sedangkan novel-novel yang aku cari (seperti novel-novel Tere Liye, Risa Saraswati, dan Fiersa Besari) dijual dengan harga normal. Tapi meskipun begitu, aku mengambil gambar dari tumpukan novel-novel murah itu dan kukirimkan pada Zahara, teman LDFLong Distace Friendshipku. Siapa tau dia berminat dengan beberapa novel yang ada disitu.

Kusapu pandanganku ke sekitar. Bazar itu tentu nggak hanya menyediakan novel-novel aja, tapi juga buku-buku pelajaran, buku-buku tips, buku-buku religi, dan banyak lagi. Ketika kulayangkan pandanganku ke sudut ruangan sebelah kanan, rupanya disitu masih ada kumpulan novel-novel lagi, dan hampir semuanya adalah karya penulis favoritku. Novel-novel itu dipajang pada rak-rak kayu, dan aku suprised ketika melihat stiker harga yang ditempel diluar segel novel-novel itu, hanya setengah dari harga asli di toko buku! Langsung aja aku borong beberapa judul novel yang masih ada di wishlist-ku. Ketika aku tengah sibuk menimang-nimang beberapa buah novel, tiba-tiba seorang cowok berkacamata menegur, "Di-cek dulu bagian dalamnya, Teh. Ini novel-novel murah biasanya kertasnya jelek, cetakannya nggak bagus."
"Hah, masa iya?" aku shocked, hampir nggak percaya. Kemudian cowok itu membuka novel tanpa segel yang ada di dekat situ dan menunjukkan padaku.
"Tuh kan.. Kertasnya pakai HVS buram. KW", katanya, "Tapi ya nggak masalah sih kalo untuk pribadi".
Ternyata benar. Aku baru benar-benar ngeh saat melihat buku Catatan Juang karya Bung Fie yang covernya berwarna oranye (aslinya merah bata) dan cetakan judulnya nggak timbul.

Mengetahui hal itu, aku langsung menaruh kembali novel-novel yang sedari tadi aku dekap. Wkwkwk.. Tadinya novel-novel yang aku ambil itu ada yang mau aku tawarkan pada Zahara, tapi mengetahui novel-novel itu nggak ori (dan Zahara anti sama novel KW), maka aku batal membawa novel-novel itu pulang. Anyway, kalo aku pribadi sebenarnya nggak terlalu mempermasalahkan novel KW selama harganya masih wajar (maksudku nggak dijual seharga novel ori) dan isinya bisa aku nikmati. Jujur, aku punya beberapa novel KW di rak bukuku (aku tau ini nggak baik. Maafkan, mas-mas dan mbak-mbak penulis). Hanya aja rasanya aku hampir nggak percaya sih, kok bisa-bisanya mereka memasok buku-buku KW? Karena setauku biasanya buku-buku KW dijual di lapak-lapak kecil gitu. Pantas aja novel-novel itu diletakkan terpisah, novel-novel yang ditempatkan di tengah ruangan itu ori semua, sedangkan yang di sudut sebelah kanan itu khusus novel-novel KW.

Setelah mendapatkan beberapa buah novel dan membayar ke kasir, aku pun keluar dari gedung itu dengan rencana bahwa besok lusa (hari ini) aku bakal kembali lagi kesitu, karena waktu itu aku cari novel Aroma Karsa dan nggak ketemu. Kata petugas kasirnya hari Senin kemungkinan baru ada. Jadi mumpung tanggal lima ini libur, aku bisa mengisinya dengan pergi ke bazar, sekalian membelikan novel titipan Zahara.

Nah, kemarin, aku saling kirim tweet sama Tifanny. Karena dia penggemar novel juga, aku tanya dia, apa mau titip novel atau enggak. Dia pun menyambutnya dengan antusias. Maka akupun mengirimkan foto-foto yang sebelumnya aku kirimkan pada Zahara. Kemudian dia pun menyebutkan dua buah novel yang menarik minatnya. Namun tiba-tiba aku berpikir, kenapa aku nggak ajak Tif aja sekalian? Siapa tau dia tertarik sama buku-buku yang lain?

Lho, Tifanny kan di Temanggung. Masa jauh-jauh diajak ke Cirebon cuma buat ngunjungi bazar doang?

Ah, kamu tentunya tau kalo teknologi udah canggih. Siapa sih yang nggak punya benda ajaib bernama smartphone? Benda itu bisa mendekatkan yang jauh, meski antar benua sekalipun. Jadi gimana caranya aku mengajak Tifanny, tentu aja dengan video call! Sebelumnya aku pernah melakukan hal yang sama bareng Zahara dan berjalan lancar meski sedikit delay. Kali ini gantian, bareng Tifanny.


Aku berangkat ke lokasi sekitar jam sepuluh siang (bazarnya dimulai jam sembilan pagi) demi menghindari suasana bazar yang terlalu ramai. Tapi rupanya kenyataan nggak sesuai dengan yang kuharapkan. Bazarnya ternyata ramai banget, lebih ramai ketimbang waktu aku kesana hari Minggu lalu. Sebelumnya aku berharap bisa nyambung ngobrol sama Tifanny di seberang sana, tapi yang terjadi, aku justru nggak bisa dengar suara dia dengan jelas karena suaranya tenggelam dengan keramaian, ditambah lagi koneksi yang delay. Duhh.. dia ngomong apa, aku jawabnya sejam kemudian. Hahaha.. parah banget. Dan entahlah, apakah dia bisa melihat dengan jelas suasana bazar dan buku-buku yang kutunjukkan. Kayaknya sih enggak ya, mengingat peganganku pada gadget yang nggak stabil (karena aku pegang hape sambil jalan, dan kedua tanganku penuh. hape untuk video call di tangan kanan, hape untuk chatting sama Zahara di tangan kiri). Jangan tanya gimana cara aku bawa buku-bukunya. Wkwk.. Tapi meskipun begitu, aku tetap senang sih bisa video call bareng dia, apalagi mengingat ini pertama kalinya kami berkomunikasi lewat video call, padahal kami menjalani Long Distance Friendship mungkin udah sekitar tiga tahunan (I mean, pertemanan yang akrab, karena sebenarnya kami udah saling kenal via Facebook sejak sekitar tahun 2010, tapi saat itu belum seakrab sekarang). Hahaha..

Setelah mendapatkan beberapa buah buku,  aku pun lantas membayarnya dan keluar dari gedung. Aku membawa pulang dua buku pesanan Tifanny, tiga buku pesanan Zahara, dan dua buku yang kubeli (satu untuk hadiah ultah teman, satunya lagi aku beli by accident, karena aku pikir Zahara pesan empat, tapi ternyata aku salah baca. Wkwk..).

Setelah keluar dari Gedung Korpri, aku berjalan kaki ke sebuah supermarket yang berdiri nggak begitu jauh dari situ untuk membeli pesanan ibuku. Tapi karena yang dicari nggak ada (plus lapar karena belum sarapan) akhirnya aku pergi ke salah satu cafe di kawasan Tuparev untuk mengganjal perut. Kenapa harus jauh-jauh ke Tuparev? Karena selain cafe itu merupakan salah satu tempat nongkrong favorit aku dan teman-teman, juga karena di sekitar cafe itu terdapat beberapa minimarket, jadi setelah makan aku bisa lanjut mencari pesanan ibu tanpa harus naik kendaraan lagi.

Singkat cerita, pesanan ibu itu aku temukan di salah satu minimarket yang ada di sekitar situ. Itupun nggak langsung nemu, karena itu produknya udah lama banget dan kayaknya udah mulai jarang di pasaran.

So that's all, 'petualangan'-ku hari ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;