Selasa, 30 Juni 2020 2 komentar

#26

Rasanya semakin kesini aku merasa diri ini semakin moody dan overthinking. Suasana hati berubah-ubah, kadang aku begitu bersemangat, kadang pula tiba-tiba sendu dan tidak bergairah melakukan apapun. Waktu tidur pun jadi nggak karuan; tidur jam delapan atau jam sembilan malam, bangun jam setengah dua belas malam, setelah itu nggak bisa tidur lagi sampai jam tiga atau setengah empat dini hari, ada aja hal yang terpikirkan, padahal nggak seharusnya dipikirkan. Mimpi pun belakangan ini aneh-aneh melulu. Haaahh..

Aku sadar selama ini aku sering banget jahat pada diri sendiri, terlebih dalam hal menghargai diri sendiri. Bahkan sampai sekarang pun masih. Aku masih sering membanding-bandingkan diriku dengan orang lain, feel like I'm nothing. Hanya aja sedikit berbeda dengan dulu. Kalo dulu, aku cenderung membenci diri sendiri dan seenaknya menghakimi bahwa Tuhan nggak adil. Kalo sekarang, rasanya kok kurang ajar banget menghakimi Tuhan seperti itu. Memangnya aku sudah sebaik apa? Sudah melakukan apa untuk Tuhan?

Yah, aku memang nggak sepenuhnya sadar seperti itu sih. Aku merasa memiliki sisi baik dan sisi buruk dalam diriku yang seringkali seperti saling berdebat. Aku yakin hal ini normal sih, bukan sesuatu yang aneh. Kamu pun mungkin mengalaminya.




Seperti tempo hari, ketika sedang asyik scrolling media sosial, tiba-tiba aku terpaku oleh status update seorang teman yang mengungkapkan betapa bahagia hidupnya. Seketika suasana hatiku berubah. Aku mulai berpikir, kenapa sih aku nggak seberuntung dia? Punya banyak teman, dikelilingi orang-orang yang care sama dia, like everybody loves her. Kemudian yah.. lagi-lagi balik ngeluh ke Tuhan. Dan ketika itulah sisi lain dalam diriku muncul.
"Kamu cuma melihat bahagianya dia aja. Kamu nggak tau apa yang dia lakukan hingga mendapatkan kebahagiaan itu. Kamu pingin punya banyak teman, tapi kamu sendiri nggak easy going. Kamu pingin orang-orang care sama kamu seperti orang-orang care sama dia, memangnya kamu sudah sepeduli apa sama orang lain? Dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan karena dia punya effort dan dia pantas, sedangkan kamu belum", begitu katanya. Dan itu sering banget. Hampir setiap kali aku dibuat down dengan pikiran negatif dan mulai mengutuk diri sendiri atau menghakimi Tuhan, akan ada pikiran positif yang kemudian muncul dengan sendirinya. Kata orang, itu salah satu bentuk hidayah dan wujud kasih sayang Tuhan. I believe and so thankful about that :'

Sejak tahun 2014 silam, akhir bulan Juni selalu menjadi hari dimana aku merenung. Yah, meski merenungnya itu kebanyakan merindukan masa lalu sih, seperti masa kecil ataupun masa remaja yang nggak mungkin terulang, tapi ketika melihat ke belakang, aku merasa adanya perubahan positif dalam diriku. Memang bukan perubahan yang signifikan. I'm still a cry-baby yang nonton anime saja masih suka nangis, masih seorang perempuan yang kurang tegas dalam mengambil keputusan, but I think I'm getting better. Dulu tertimpa masalah apapun, dikit-dikit sambat di sosmed. Sekarang juga masih sering sambat di sosmed sih, hehehe.. tapi rasanya nggak separah dulu, yang saking parahnya sampai-sampai ada teman Facebook yang berkomentar, "Kamu tuh angotan ya orangnya". Wkwk..
Dulu sering kesal setengah mati kalo realita nggak sesuai ekspektasi ataupun rencana. Sekarang berusaha menerima dan meyakini bahwa rencana Tuhan lebih baik. Dulu mudah menghakimi Tuhan. Sekarang lebih melihat kedalam diri, sudah sebaik apa. Yang belum bisa kulakukan dan sedang berusaha kulakukan saat ini adalah yang kusebutkan di awal tadi : mencintai dan menghargai diri sendiri.

Hari ini, untuk kesekian kalinya aku menangis di penghujung bulan Juni. Sedih banget rasanya mengingat dua puluh lima tahun hidup, aku belum bisa bermanfaat bagi sekitar. belum bisa jadi sosok kebanggaan keluarga, dan belum menjadi hamba Tuhan yang baik. Aku berharap di usiaku yang kini selangkah di atas seperempat abad ini, Tuhan tetap membimbingku menjadi manusia yang lebih baik lagi :)

***

Dear, Myself. Thanks for keep living and do not give up. If you're tired, it's okay, keep moving. Just believe that God is good all the time. I love you.

Sincerely,
Me. 
Rabu, 17 Juni 2020 2 komentar

Old But Gold : Nobody's Child, Lagu Pilu Dengan Irama Riang Gembira

Hampir setiap pagi, sambil bersiap-siap pergi ngantor aku selalu memutar lagu. Hal ini ampuh banget membuatku menjadi lebih bersemangat di pagi hari dan membuat mood menjadi lebih baik. Namun pagi ini hatiku justru dibuat ambyar gara-gara satu lagu yang kukira bertema ceria.




Aku pertama kali mendengarkan lagu ini belasan tahun lalu. Waktu itu aku masih duduk di bangku SD, lagu ini (dalam versi Karen Young) diputar dari kaset pita milik bapak. Irama lagunya terdengar asik, dan aku lumayan menyukainya. Hanya menyukainya, karena memang lagunya terdengar cukup enak di telingaku.

Dan pagi ini, lagu Nobody's Child versi Foster and Allen terputar secara shuffle dari playlist Spotify-ku. Sambil meratakan make-up di wajahku, aku mencerna kata demi kata yang dilantunkan sang penyanyi (meski nggak sepenuhnya, karena listening skill-ku sebenarnya nggak begitu baik). Saat itulah, it turned incredibly dark all of a sudden. Aku baru memahami makna sebenarnya dari lagu ini yang rupanya sangat jauh dari ceria seperti yang dulu kukira.

***


As I was slowly passing an orphans' home one day
And stopped for just a moment to watch the children play
Alone a boy was standing, and when I asked him why

He turned with eyes that could not see and he began to cry

I'm nobody's child, I'm nobody's child
Just like the flowers, I'm growing wild
No mummy's kisses and no daddy's smile
Nobody wants me, I'm nobody's child

People come for children and take them for their own
But they all seem to pass me by, and I am left alone
I know they'd like to take me but when they see I'm blind

They always take some other child and I am left behind 


I'm nobody's child, I'm nobody's child
Just like the flowers, I'm growing wild
No mummy's kisses and no daddy's smile
Nobody wants me, I'm nobody's child


No mommy's arms to hold me or soothe me when I cry
Sometimes it gets so lonely, I wish that I could die
I'll walk the streets of heaven where all blind can see
And just like all the other kids there'd be a home for me 

***
Lagu ini menceritakan tentang seorang anak yatim piatu penyandang tuna netra yang merindukan kasih sayang orangtua. Pada bait pertama lagu ini, dikisahkan bahwa si penyanyi tengah lewat di depan sebuah panti asuhan. Ia berhenti sejenak untuk melihat anak-anak panti bermain. Namun ia tertegun ketika melihat seorang anak laki-laki berdiri sendirian. Ia pun menghampiri anak itu dan bertanya kenapa ia nggak bergabung bersama anak-anak lainnya. Ketika itulah si penyanyi menyadari bahwa kedua mata anak itu buta. Anak itu pun mulai menangis.

Bait kedua, dan seterusnya berisi tentang curahan hati si anak. "Aku bukan anak siapa-siapa. Aku seperti bunga yang tumbuh dengan liar. Tak ada ciuman ibu ataupun senyuman ayah. Tak ada yang menginginkanku. Aku anak sebatang kara".

Bait ketiga, si anak bercerita bahwa orang-orang datang untuk mengadopsi anak, namun nggak ada satupun yang memilihnya untuk diadopsi. Padahal sebenarnya ia tau bahwa orang-orang itu tertarik untuk mengangkat dirinya sebagai anak, namun ketika mereka menyadari bahwa dirinya buta, ia pun tersisihkan. Mereka memutuskan untuk mengadopsi anak lain.

Bait keempat adalah yang paling heartbreaking menurutku, karena bait ini, mengungkapkan keputusasaan si anak. Betapa ia begitu menginginkan kehadiran seorang ibu yang bersedia memeluk atau menenangkannya kala ia menangis. Ia benar-benar merasa kesepian hingga ia merasa ingin mati. Ia berharap Tuhan segera memanggilnya. Ia yakin bahwa di surga nanti, para tuna netra seperti dirinya akan mampu melihat dan mendapatkan kebahagiaan seperti anak-anak normal lainnya.

***

Aku lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga yang lengkap. Meski begitu, aku sering iri setiap kali melihat orang lain yang memiliki hubungan begitu baik dengan para orangtua mereka, dimana peran orangtua mereka nggak hanya sebatas sebagai ibu dan ayah, tapi juga sebagai kawan. Sementara aku dengan bapak aja jarang banget ngobrol. Sedih banget rasanya. Tapi begitu mendengar dan memahami makna lagu ini, aku jadi sadar bahwa begitu banyak anak yang terlahir kurang beruntung di luar sana. Ada yang terlahir tanpa orangtua, ada yang terlahir dengan kondisi fisik kurang sempurna, bahkan ada yang mengalami keduanya seperti yang diceritakan pada lagu Nobody's Child ini. Ada rasa trenyuh di dada, membayangkan bagaimana rasanya menjadi anak yang dikisahkan dalam lagu ini. Aku seharusnya bersyukur karena terlahir normal, serta tumbuh dengan keluarga yang lengkap sampai sekarang. Hidupku yang kukeluhkan saat ini adalah hidup yang didambakan mereka yang kurang beruntung di luar sana. 

A-ah, nggak kusangka bahwa pagi-pagi begini hatiku dibuat terluka oleh sebuah lagu sedih yang dinyanyikan dengan nada riang. Aku cengeng banget kalo mendengar lagu-lagu yang liriknya deep kayak gini. Mendengar lagu ini aja perasaanku sebegini hancurnya, nggak kebayang bagaimana perasaan mereka yang mengalaminya :')

Total Tayangan Halaman

 
;