Jumat, 01 Januari 2021 0 komentar

New Year : 2021

Tahun 2020 telah usai, dan ya.. aku adalah salah satu dari sekian banyak orang yang berpikir betapa menyebalkannya tahun ini. Bagaimana enggak? Baru memasuki awal tahun, kita digemparkan dengan adanya pandemi C*v*d-19. Di awal kemunculannya, aku sempat mengalami paranoid dan kecemasan berlebihan. Saking paranoid dan cemasnya, aku bahkan berpikir bahwa hidupku akan berakhir tahun ini. Wkwk.. konyol sekali.

Kalo sekarang, aku sudah nggak separanoid dan secemas dulu sih, tapi bukan berarti aku mengabaikan protokol kesehatan. Yah, hanya lebih tenang aja menghadapi pandemi ini. Hanya aja rasa kesalnya tetap ada. Pandemi ini membuat banyak hal berubah. Ingat kan ketika lockdown dan PSBB beberapa bulan lalu? Ruang gerak kita menjadi terbatas. Euforia Ramadhan dan Idul Fitri nggak lagi sama seperti dulu. Nggak ada acara berbuka puasa bersama teman-teman dan keluarga besar, nggak ada jabat tangan, nggak ada silaturahmi. Aku dan keluarga besar dari pihak ibu selalu bersilaturahmi ke rumah kerabat-kerabat di Kuningan setiap tahunnya, tapi tahun ini enggak. Sepi banget rasanya.

Masa PSBB juga membuat aku yang nggak membawa kendaraan pribadi menjadi sangat repot. Jalan-jalan ditutup, angkot menjadi sangat jarang ditemui, sementara tarif ojek online menjadi lebih mahal. Sebal rasanya ketika pergi dan pulang kerja menjadi terlambat karena terlalu banyak waktu yang terbuang hanya untuk menunggu angkot. Huhu.

Namun meski rasa kesalnya lebih dominan, tetap ada hikmah yang bisa dipetik di tahun ini. Tahun ini banyak mengajariku rasa syukur. Bersyukur karena perusahaan tempatku bekerja masih mampu berdiri ketika sekian banyak perusahaan collapse disapu pandemi, bersyukur karena aku masih diberi kesempatan untuk tetap bekerja ketika banyak pegawai perusahaan yang dirumahkan. Melihat fenomena menyedihkan ini, aku benar-benar merasa menyesal karena sebelumnya sering mengeluh tentang pendapatan yang kuterima dari pekerjaanku. Kini aku sadar bahwa bisa jadi pekerjaan yang kukeluhkan adalah pekerjaan yang orang lain inginkan.

Daaaan yah, rupanya meski terbiasa menjadi anak rumahan, ada kalanya di masa pandemi dan lockdown kemarin aku merasa sangat bosan dan ingin melakukan apa yang dulu cukup sering kulakukan di luar rumah. Aku kangen jalan-jalan bareng temanku, Tri. Aku kangen berboncengan naik motor dengannya; hunting jajanan, menemaninya membeli CD drama Korea di Pasar Balong atau membeli kuteks di Heartwarmer, atau meski hanya sekedar mutar-mutar nggak jelas karena hanya dengan hal itu pun kami bisa cukup terhibur dengan hal-hal aneh yang kami temui di jalan. Aku kangen curhat face to face bersama Rohayati, atau mendengar celoteh Putri Ayu. Aku kangen pergi karaoke sendirian, memesan Small Room selama dua jam dan berteriak-teriak sesuka hati untuk melepas penat. Aku kangen nongkrong di outlet fast food, meski hanya sekedar untuk menyesap es kopi susu atau minuman dingin dengan toping es krim sambil menunggu jadwal nge-band. 

Kini masa PSBB sudah berlalu. Kegiatan ngeband sudah bisa kembali dilakukan, meski hanya sekedar latihan dan nggak ada manggung. Aku menginjakkan kaki terakhir kali di atas stage bersama MUSTunable pada tanggal 16 Agustus lalu saat kami mengisi acara peringatan kemerdekaan RI di wilayah tempat tinggal Mister Chokai (FYI : 'Mister Chokai' adalah panggilan akrabku kepada gitaris sekaligus leader kami, karena kalo bicara denganku, ia kadang suka ngenglish nyeleneh gitu. Dia juga kayaknya senang senang aja dipanggil begitu). Okay, back to the topic. Tadinya pertengahan Desember kemarin, kami sempat berencana untuk ikut serta dalam acara Sangkan Park Music Festival. Namun melihat pesertanya yang berjumlah ratusan, belum lagi penontonnya yang bisa jadi nggak kalah banyak, Pak Yosep melarang kami ikut karena terlalu beresiko di masa pandemi ini. Akhirnya kami pun batal ikut serta. Kegiatan nongkrong dan karaokean juga bisa kembali kulakukan kalo aku mau (dan ada budget lebih tentunya. wkwk). Aku juga sudah mulai bisa meet up bersama Rohayati.

Namun sedihnya, aku merasa hubungan pertemananku dengan Tri dan Putri Ayu sedikit merenggang. Khususnya dengan Ayu. Sedih rasanya mengingat betapa dulu, aku, Rohayati, dan Ayu sering meet up seenggaknya sekali dalam sebulan. Tapi kali ini yang kuingat, aku dan Rohayati terakhir kali bertemu dengannya pada tanggal 27 Desember 2019. Itu artinya selama setahun penuh kami nggak ketemu dia. Aku dan Roha masih nggak habis pikir kenapa begitu sulit bagi kami untuk ketemu dia, padahal kami masih berada di kota yang sama. Setiap kali diajak meet up, ada aja alasannya, seolah-olah dirinya nggak memiliki waktu luang. Well, aku dan Roha tau betul, Ayu adalah perempuan yang sangat rajin. Setiap hari ia selalu disibukkan dengan pekerjaan rumah, karena sepeninggal ibundanya sembilan tahun silam, hampir seluruh pekerjaan rumah ia yang mengerjakan. Tapi meskipun sibuk, ia selalu antusias setiap kali kami merencanakan pertemuan. Dan kalo sudah bertemu, ia bahkan bisa memberikan seluruh waktunya pada hari itu untuk kami habiskan bersama. Namun semenjak pandemi ini, ia jadi sulit diajak janjian. Alasannya kalo nggak sibuk, ya karena kekhawatirannya terhadap penularan virus C*v*d19 dari luar dan ayahnya nggak mengijinkan ia keluar rumah. Awalnya aku dan Roha bisa memaklumi, tapi lama kelamaan kami heran juga. Kalo soal sibuk, aku dan Roha juga sibuk kok, terlebih Roha yang sudah berstatus sebagai ibu rumah tangga beranak satu. Tapi kami masih bisa meluangkan waktu untuk bertemu kok. Kalo soal kekhawatirannya terhadap penularan virus C*v*d19 dari luar sehingga ayahnya nggak mengijinkan ia keluar rumah, aku rasa itu nggak make sense mengingat dirinya sering kedatangan saudara dari luar kota. Ia bahkan pernah update status jalan-jalan bersama mereka ke sebuah wisata danau di kabupaten. Aneh aja, orang-orang dari daerah sendiri di waspadai, tapi dirinya nggak aware sama orang-orang dari luar kota. Ia bahkan menolak untuk foto studio bertiga dengan kostum seragam, padahal itu rencana kami sejak jaman kuliah :') Kami jadi berpikir, apa ia sengaja menjauhi kami ya? Tapi kenapa? Well, aku dan Ayu memang sempat memiliki konflik yang sebenarnya orang-orang terdekat kami pun nggak menganggap itu konflik sih. Aku dan Roha sama-sama berpikir mungkin itu alasannya. Aku pernah meminta maaf padanya jika memang ia sengaja menjauh karena hal itu. Tapi ia mengaku dan bersumpah bawah bukan itu alasannya. Aku dan Roha jadi benar-benar bingung. Yah, sangat disayangkan aja, karena pertemanan kami bukan pertemanan yang hanya dua-tiga tahun.

Lewat pertengahan tahun 2020, begitu banyak hal nggak terduga terjadi yang mungkin akan aku tuliskan di entri terpisah, dan yaahh.. nggak pernah menyangka juga bahwa aku akan secepat ini berada di one step closer to the next life chapter. Well, you'll know. I'll write it ASAP.

Aaah.. entah julukan apa yang pantas disandang untuk tahun luar biasa ini. Dibilang tahun terbaik, tapi dominan kecewa, kesal, dan capeknya. Rasanya setiap hari bawaannya pingin sambaaaat terus. Dibilang tahun terburuk, tapi banyak pelajaran hebat yang didapat. 

Ah, dahlah. Intinya aku sangat bersyukur karena Tuhan masih memberi aku dan keluargaku kekuatan untuk tetap survive di tengah pandemi ini, dan juga berterimakasih atas keajaiban-keajaiban doa yang Tuhan tunjukkan sepanjang tahun ini. Now welcome 2021. Aku cuma berharap tahun ini segalanya berjalan baik, dan pandemi C*v*d19 segera berakhir. So 2021, please, please be good :)

Total Tayangan Halaman

 
;