Jumat, 03 Juni 2022 0 komentar

Semakin ke sini, rasanya blog ini semakin tertinggal. Hahaha. Sebenarnya bukan karena aku berhenti menulis. Nyatanya aku masih menulis catatan harian di blog yang hanya bisa aku akses sendiri. Hanya berupa tulisan-tulisan pendek, karena memang fungsinya hanya sebagai pengingat. Sementara untuk blog ini, sepertinya akan banyaaaakk banget cerita-cerita yang terlambat diposting *tengok draft list :')

Satu hal yang mendorongku untuk menulis ini adalah berita duka yang udah satu pekan ini memenuhi beranda seluruh sosial media yang kupunya. Berita duka yang udah sepekan ini pula menjadi trending topic teratas di Twitter. Yup, everyone knows, berita mengenai hilangnya putra sulung Bapak Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtaz atau biasa dipanggil Eril, di sungai Aare, Swiss.

Ketika pertama kali mendapati kabar itu, aku merasa kaget dan hampir nggak percaya. Rasanya baru beberapa waktu lalu, Pak RK membuatku cengengesan dengan postingan beliau di Instagram. Postingan itu mengungkapkan protes beliau terhadap cuitan seorang warga Twitter yang iseng menyebut bahwa suami Maudy Ayunda adalah Pak RK karena dari belakang, Jesse Choi tampak mirip dengan beliau (waktu itu Maudy Ayunda masih merahasiakan wajah suaminya).

Aku nggak mengenal beliau secara personal. Hanya sebagai follower beliau di media sosial. Broadcaster of Daily Happiness, begitu yang ia tulis pada bio Instagramnya. Selama ini Pak RK memang dikenal sebagai sosok yang humble, dan sering menebar senyum dan tawa pada setiap postingan media sosialnya. Belum lagi hubungan beliau dengan Bu Atalia (atau biasa Pak RK sebut 'Bu Cinta') yang sering membuat orang-orang muda baper. Dan anak-anaknya, nggak ada satupun dari mereka yang show off meskipun mereka merupakan anak dari salah satu orang penting di Indonesia. Bagiku, keluarga Pak RK ini kayak definisi happy family gitu. Nggak heran rasanya kalo Pak RK menjadi sosok yang dicintai dan dihormati banyak orang. Maka ketika beliau dan keluarganya berduka, banyak orang yang ikut merasakan sakitnya.

Setiap kali aku mengakses Twitter, nama itu selalu ada di feed. Eril, Eril, Eril..
Dan nggak bosan-bosan rasanya aku mengklik nama yang menduduki trending topic teratas di Twitter itu, berharap ada berita baik yang muncul di sana : Eril ditemukan dalam kondisi sehat walafiat. Namun lagi-lagi, harapan kembali pupus. Pencarian Eril masih terus dilakukan hingga berhari-hari lamanya.

Seminggu berlalu sejak hilangnya Eril, Kamis malam kemarin, akhirnya KBRI di Swiss menyampaikan bahwa pihak otoritas setempat udah mengubah status pencarian Eril, dari yang tadinya pencarian orang hilang menjadi status mencari orang yang tenggelam. Pak RK dan Bu Atalia sendiri udah ikhlas dan meyakini bahwa putra sulung mereka telah meninggal dunia karena tenggelam. Dan hari ini, sholat ghaib dilaksanakan di masjid-masjid dan mushola untuk almarhum Eril. Di kotaku, tepatnya di Masjid Raya At-Taqwa Cirebon, sholat ghaib ini diikuti oleh 2500 jamaah. Masya Allah. 

It's so heartbreaking ketika membaca tulisan Bu Atalia dalam postingan terbarunya di Instagram.


Dan betapa getirnya melihat video-video yang berseliweran di feed, ketika Pak RK berdiri di tepi sungai Aare sambil mengumandangkan adzan, berharap adzan yang beliau kumandangan sampai di telinga putranya seperti yang putranya dengar saat pertama kali melihat dunia. Ketika Pak RK menyusuri dinginnya sungai Aare sendirian. Dan ketika beliau beserta istri dan putrinya tiba di Indonesia dengan tertunduk lesu sambil menyeret koper. Well, our Broadcaster of Daily Happiness is now at the lowest point of his life. Not sure he'll stay the same after this hard time. I can't imagine that, gimana perasaan mereka ketika tiba di rumah, melihat foto dan kamar Eril yang kini ditinggalkan pemiliknya.  Yah, hati orangtua mana yang nggak remuk saat harus menerima kenyataan pahit ditinggal oleh sang buah hati, apalagi dengan kabar yang nggak pasti apakah masih hidup atau udah tiada. I can't imagine if I were in their shoes :') 

Tapi, di tengah kedukaan mendalam yang tengah dirasakan Pak RK dan keluarga, aku nggak ngerti yah, kenapa masih banyak orang-orang kita yang minus empati. 

Miris banget, kemarin aku lihat di Twitter, ada postingan seorang warga Twitter berupa foto hasil screenshot dari halaman Youtube sebuah media berita gitu, yang bisa dipastikan media berita abal-abal sih. Di situ terbaca jelas headline berita '8 Hari Tidak Makan, Eril Kamil Ditemukan Terbaring Lemas di Barat Sungai Aare', lengkap dengan foto thumbnail yang menampilkan beberapa warga yang tengah menggotong tubuh seseorang dari sungai. Views-nya puluhan ribu, nggak ngerti apakah views yang jumlahnya nggak sedikit ini berasal dari orang-orang yang segitu polosnya sampai bisa terpancing click-bait, atau orang-orang yang sengaja mengklik video itu hanya untuk menghujat di kolom komentar. Kenapa aku bilang para viewers itu polos? Lha wong dari thumbnail-nya aja kelihatan Indonesia banget : warga-warga yang menggotong seseorang dari sungai itu nggak ada bule-bulenya sama sekali, dan sungai yang menjadi latar dari foto itu berwarna coklat kayak kopi susu, beda jauh lah sama Sungai Aare, astaga. Dan kalo mereka nge-view tujuannya untuk menghujat, sayang sekali, kolom komentarnya dikunci, Pemirsa. Jadiii kelihatan banget kalo media abal-abal ini memang berniat mencari untung. Anyway, daripada menghujat mereka, mending langsung report aja akunnya, nggak usah klik videonya karena ntar yang ada views mereka malah makin banyak dan mereka kesenengan.

Trus barusan ada lagi tuh, kasus selebgram yang mengajak foto Pak RK saat mereka bertemu di bandara dan memposting foto itu di akun Instagram miliknya. Di foto itu terlihat jelas wajah lelah dan mata sembab Pak RK, namun beliau masih berusaha tersenyum. Nggak habis pikir, kok bisa-bisanya mereka kepikiran minta foto bareng beliau di situasi kayak gitu. Gila banget sih, nggak ngerti lagi kenapa orang-orang kita kok pada minus empati. Apa-apa dijadikan konten. Bahkan orang sedang berduka pun dijadikan konten, biar apasiii? Biar bisa pamer gitu kalo dia udah ketemu dan ngobrol duluan sama Pak RK sebelum yang lainnya? Oh damn, maaf emosi. 

Give them a break lah yaa. Saat ini mereka lagi butuh waktu untuk menenangkan diri. Dan nanti, kalo mereka udah bisa diajak berbincang, kalo sampai ada wartawan media yang pakai nanya, "Gimana perasaan bapak kehilangan....", hih! Berhenti aja klen jadi wartawan. Nggak ngotak, kayak nggak ada pertanyaan lain aja. Maaf esmosi lagi -_--

Well, indeed we belong to Allah, and to Him we shall return. My deepest condolence and prayers untuk Pak RK dan keluarga. May Allah give them patience along with ease to pass this hard times. Aamiin, aamiin yaa robbal alamiin. 

Total Tayangan Halaman

 
;