Sabtu, 10 Agustus 2024 0 komentar

Ngobrolin STRANGER THINGS

Kayaknya ada deh sebulanan ini aku keranjingan nonton Netflix series Stranger Things. Yah, aku tau aku telat banget nonton ini, mengingat series ini rilis tahun 2016, yang berarti udah dari delapan tahun yang lalu. Wkwkwk. Itupun tertarik nonton ini awalnya tuh gara-gara aku nonton series Nightmares and Daydreams-nya Joko Anwar. Seriesnya itu lumayan seru (personally aku memang suka film-filmnya Joko Anwar sih). Nah, waktu aku sedang baca-baca review orang-orang soal series ini di Twitter, aku menemukan cuitan seorang pengguna Twitter yang menyebutkan bahwa series Nightmares and Daydreams ini kayak Stranger Things versi lokal. Dari situ lah aku penasaran dan mulai nonton. 

Stranger Things ini terdiri dari empat season. Jujur, sebenarnya aku ini bukan tipe orang yang suka series yang seasonnya banyak. Empat seasons itu udah terlalu banyak menurutku. Nonton 13 Reasons Why aja nggak sampai kelar. Wkwk. Tapi karena penasaran, jadi ya udah deh nonton aja dulu ya kan. 

Satu episode, dua episode, tiga episode berjalan tanpa terasa. Setiap akhir episode, aku selalu dibuat penasaran sampai nggak bisa berhenti dan pingin lanjut terus.

Well, sebelum mengulas ceritanya, terlebih dahulu aku pingin memperkenalkan beberapa karakter dalam serial ini :

SPOILER ALERT!! 

MIKE WHEELER (diperankan oleh Finn Wolfhard). Di season pertama, Mike adalah anak berusia 12 tahun yang cerdas. Ia tinggal bersama orangtua, kakak perempuannya Nancy, dan adik perempuannya Holly. Mike seringkali menghabiskan waktunya bersama sahabat-sahabatnya : Will Byers, Dustin Henderson, dan Lucas Sinclair. Mike CS hobi banget main Dungeons and Dragons (D&D) dan suka dengan pelajaran Sains. Dalam bersosialisasi, Mike ini tipe orang yang peduli, loyal, dan rela berkorban demi sahabatnya. 

WILL BYERS (diperankan oleh Noah Schnapp), tinggal bersama ibunya, Joyce; dan kakaknya, Jonathan. Sementara ayahnya, Lonnie, meninggalkan keluarga ketika Will masih kecil. Will adalah anak yang cerdas, kreatif, dan optimis. Ia berbakat melukis dan suka musik. Di antara Mike CS, Will ini yang berbadan paling kecil. Gemes banget deh dia di Season 1 dan 2, mungil dan imut-imut gitu. 

DUSTIN HENDERSON (diperankan oleh Gaten Matarazzo), bertubuh paling gempal dibanding yang lain. Dia sering dibully karena memiliki kelainan yang menyebabkan gigi dan rahangnya berbentuk aneh. Meski begitu, Dustin ini anak yang cerdas, ceria, dan percaya diri. Dari semua karakter di Stranger Things, Dustin adalah karakter paling favoritku di Stranger Things, soalnya di samping personality yang aku sebutin tadi, dia juga konyol, lucu, dan sering punya ide yang nggak terduga. Di season pertama, perannya kayak yang nggak terlalu penting gitu. Kasarnya, kayak cuma jadi 'bumbu' humor biar seriesnya nggak terlalu serius. Tapi di season kedua dan seterusnya, peran dia malah jadi bisa dibilang krusial banget. 

LUCAS SINCLAIR (diperankan oleh Caleb McLaughlin). adalah anak yang cerdas dan loyal, tapi keras kepala. Pemikirannya kadang bertentangan dengan sahabatnya yang lain, sehingga mereka kadang berselisih. Tapi meskipun begitu, dia siap bertarung saat teman-temannya dalam bahaya. BTW dia ini pelontar ketapel yang jitu. 

ELEVEN (diperankan oleh Millie Bobby Brown). Our superhero. Eleven tumbuh sebagai salah satu subjek tes di Laboratorium Nasional Hawkins yang membuatnya memiliki kemampuan telekinesis yang luar biasa. Namun setiap kali menggunakan kekuatannya, dia akan mengalami mimisan setelahnya. Saat pertama muncul di season pertama, Eleven adalah bocah perempuan nyaris botak yang cuma bisa mengucapkan beberapa kata. Awalnya aku pikir Eleven ini anak cowok karena rambutnya itu. Tapi ada satu scene di mana dia mau buka baju dan Mike CS langsung memalingkan muka mereka, dari situ aku baru ngeh dia cewek. Dan mungkin karena sebelumnya dia nggak pernah berinteraksi dengan banyak orang selain orang-orang di lab, jadi kemampuan komunikasinya terbatas. Tapi Mike mengajarinya arti pertemanan dan pentingnya menepati janji. Eleven peduli dan protektif banget sama orang-orang yang dia sayangi. 

MAX MAYFIELD (diperankan oleh Sadie Sink), muncul di season kedua. Max sebenarnya lahir dan tumbuh di California. Tapi sejak orangtuanya bercerai dan ibunya menikah lagi, dia terpaksa ikut mereka pindah ke Hawkins. Jadilah dia anak baru di SMP Hawkins, tempat Mike CS bersekolah. Awalnya Max tampak nggak peduli dengan lingkungan barunya dan nggak tertarik buat berteman dengan siapapun. Tapi sejak dia mengalahkan skor tertinggi Dustin di sebuah game, Mike CS jadi penasaran sama dia. Singkat cerita, Max akhirnya berteman dengan Mike CS. Setiap hari, Max selalu diantar oleh kakak tirinya, Billy. Setiap hari juga mereka saling berselisih. Max adalah anak yang keras kepala dan sinis, tapi kalo udah berteman, dia bisa jadi teman yang menyenangkan. Selain menyukai video games, Max juga suka skateboarding dan mendengarkan musik, khususnya lagu 'Running Up That Hill' milik Kate Bush. 

JOYCE BYERS (diperankan oleh Winona Ryder), adalah ibu kandung Will. Dia adalah wanita penyayang, keibuan, gigih dan pemberani. Dia bisa melakukan hal-hal nekat, rela melakukan apapun demi orang yang dia sayangi. 

JIM HOPPER (diperankan oleh David Harbour), adalah kepala polisi dari Departemen Kepolisian Hawkins. Dia pernah menikah dan merupakan seorang family-man, tapi kemudian bercerai setelah anak semata wayang mereka meninggal dunia karena sakit. Sejak saat itu ia menjadi pria menyedihkan yang banyak mengkonsumsi alkohol dan berhubungan seks sebagai pelariannya. Terlepas dari sisi gelapnya itu, Hopper adalah seorang yang humoris, tegas, gigih, dan tangguh. 

NANCY WHEELER (diperankan oleh Natalia Dyer), adalah kakak Mike. Dia cerdas, penuh semangat, tanggap, serta memiliki tekad dan rencana ke depan. Selama masa sekolah, dia selalu taat peraturan dan seringkali mendapatkan nilai terbaik, namun kemudian berubah sejak dia berpacaran dengan Steve, cowok populer di sekolahnya. Jujur, waktu muncul di season pertama, aku kurang suka sama Nancy dan menilai dia naif karena mau-maunya dipermainkan sama Steve. Tapi semakin ke sini, peran dia tuh malah jadi... aaawwwrrr, badass gilaaa! 

STEVE HARRINGTON (diperankan oleh Joe Keery), cowok populer di SMA Hawkins. Saking populernya, dia sampai dijuluki 'King Steve'. Nggak sulit bagi dia buat menaklukkan hati cewek, termasuk Nancy yang dikenal sebagai cewek baik-baik. Buuut, Steve adalah karakter favoritku setelah Dustin. Lah, kok malah suka sama playboy? Well, aku yakin kesan pertama yang orang-orang tangkap dari seorang Steve Harrington itu pasti negatif : dia playboy, dia brengsek, keberadaannya bahkan nggak penting dalam series ini. Itu juga kesan pertamaku di awal kemunculannya. Tapiii siapa sangka, ternyata perasaan dia ke Nancy benar-benar tulus. Nancy satu-satunya cewek yang membuat dia jatuh cinta, and he turns to be a good guy dong. Yang bikin gemesnya, dia yang tadinya dicap sebagai playboy malah jadi dicap 'babysitter' gara-gara sering memimpin Dustin dan kawan-kawan dalam misi, bahkan siap pasang badan untuk mereka. Ternyata aku terlalu cepat suudzon sama dia. Dia bukan cowok nggak penting seperti perkiraanku di awal. Meskipun otaknya nggak seencer Dustin dan kawan-kawan, tapi dia punya peran yang cukup krusial di series ini. 

JONATHAN BYERS (diperankan oleh Charlie Heaton). Berbanding terbalik dengan Steve, Jonathan adalah cowok penyendiri, perasa, berhati lembut, dan bertanggung jawab. Sebagai anak sulung dari Joyce, Jonathan peduli dan sayang banget sama ibu dan adiknya, Will. 

ROBIN BUCKLEY (diperankan oleh Maya Hawke), muncul di season ketiga. Ia merupakan teman sekelas sekaligus rekan kerja Steve di toko es krim Scoops Ahoy. Dia humoris, cerdas, berjiwa petualang, dan fasih berbahasa asing. Pasca Steve putus dengan Nancy, aku sempat nge-ship Steve dengan Robin, karena mereka sefrekuensi banget. Steve bahkan mengaku bahwa dia jadi banyak ketawa semenjak berteman dengan Robin. Tapiii para shipper Steve-Robin harus rela patah hati, karena Robin ternyata seorang lesbian 🙃


***


SEASON 1.


Cerita ini berlatar di Hawkins, Indiana pada November 1983. Sekelompok anak remaja SMP : Mike Wheeler, Will Byers, Dustin Henderson, dan Lucas Sinclair bermain D&D (Dungeons & Dragons) bersama di basement rumah Mike hingga larut malam. Di perjalanan pulang, Will mengalami suatu insiden yang membuatnya menghilang bagai ditelan bumi.

And the long story begins. Seluruh warga Hawkins mencari di mana Will, termasuk pihak kepolisian, keluarga, dan tentunya Mike CS yang merupakan sahabat-sahabat Will. Di tengah-tengah pencarian itu, Mike CS bertemu seorang anak perempuan seusia mereka yang sangat misterius. Anak perempuan itu memperkenalkan dirinya sebagai 'Eleven', tapi nggak mau menyebutkan dari mana ia berasal dan nggak membiarkan Mike CS untuk bercerita pada siapapun tentang keberadaannya. Mike pun secara sembunyi-sembunyi membawa dan mengijinkan Eleven tinggal di basement rumahnya. Saat melihat foto Mike CS di kamar Mike, El menunjuk pada foto Will dan mengklaim bahwa ia melihat Will berada di Upside Down, yaitu sebuah dunia paralel dalam dimensi alternatif yang mencerminkan dunia kita, namun dunia itu dihuni oleh makhluk-makhluk humanoid yang disebut Demogorgon. 

Singkat cerita, terungkaplah bahwa El merupakan salah satu dari beberapa anak yang menjadi subjek tes Dr. Martin Brenner, ilmuwan dari Laboratorium Nasional Hawkins yang melakukan eksperimen mengubah anak-anak biasa menjadi memiliki kekuatan supranatural. Salah satu eksperimennya dengan El secara nggak langsung memunculkan monster dari dimensi lain ke Hawkins, dan El berhasil kabur dari lab hingga akhirnya bertemu Mike CS. 


Sementara itu, ibu Will, Joyce, mulai mengalami kejadian aneh yang membuatnya yakin bahwa anaknya masih hidup dan berusaha berkomunikasi dengannya dari dunia lain. Bersama dengan kepala polisi Hawkins, Jim Hopper, mereka berusaha mengungkap misteri di balik hilangnya Will dan eksperimen rahasia yang dilakukan di laboratorium tersebut.

Setelah nonton season pertama, aku jadi jatuh cinta dengan series ini, dan nggak nge-skip satu hari pun buat nggak nonton. Aku suka banget sama persahabatan Mike CS. Dan Mike-Eleven.. ya ampun, melihat mereka ini kayak dua bocil yang terlibat cinta monyet, tapi gemes aja gitu lihatnyaa. 


Adegan yang paling aku suka di series ini adalah ketika Jonathan dan Nancy memancing kedatangan Demogorgon di rumah Jonathan untuk menjebaknya. Kemudian Steve datang buat minta maaf pada Jonathan karena sebelumnya mereka sempat berselisih, tapi ia terkejut ketika Nancy yang membukakan pintu rumah itu. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat perban di tangan Nancy. Steve pun memaksa masuk kemudian menemukan bahwa rumah itu berbau bensin dan terdapat beberapa senjata. Ketika Nancy sibuk mendesak Steve untuk pergi, Demogorgon datang. Steve awalnya bingung dengan apa yang terjadi dan mau kabur, tapi kemudian akhirnya dia ikut bergabung dengan Jonathan dan Nancy untuk melawan Demogorgon. 


SEASON 2.


Hampir satu tahun pasca berhasil keluar dari Upside Down, Will Byers seringkali mengalami 'halusinasi' di mana ia merasa dirinya berada di Upside Down dan dihantui monster bayangan raksasa bertentakel yang disebut Mind Flayer.

Di tengah teror yang dialami Will, Dustin menemukan hewan aneh di tempat sampah depan rumahnya yang ia pikir merupakan hewan langka. Mike yang memahami teror yang dialami Will berusaha menjelaskan pada Dustin bahwa hewan itu mengeluarkan suara aneh seperti yang Will dengar di Upside Down. Namun Dustin meragukan hal itu, ditambah lagi ia ingin membuat orang-orang terkesan dengan 'penemuannya' tersebut. Dustin bersikeras ingin memelihara hewan itu dan kemudian memberinya nama Dart. Namun sebuah insiden buruk terjadi ketika Dustin mendapati Dart memangsa Mews, kucing peliharaannya. Dari insiden itu Dustin baru menyadari bahwa selama ini ia membesarkan bayi Demogorgon. 


Oh iya, di season ini, geng Mike CS kedatangan satu anggota baru, yaitu Max Mayfield, seorang anak perempuan yang awalnya menganggap mereka aneh dan skeptis dengan segala cerita mereka tentang Upside Down. Tapi setelah Max berhadapan langsung dengan Demogorgon, barulah ia percaya bahwa Mike CS nggak mengarang cerita.

Di sisi lain, El yang menghilang di Season 1 secara diam-diam tinggal bersama Jim Hopper. Hopper ingin melindungi El dari para agen yang memburunya. Frustrasi karena terus bersembunyi, El berdebat dengan Hopper hingga membuat kabin mereka berantakan. Saat sedang membereskan kabinnya, El menemukan beberapa data mengenai ibu kandungnya, Terry Ives. Ia pun pergi tanpa sepengetahuan Hopper untuk menemui Terry. Saat bertemu Terry dan berhasil menyelami masa lalunya, El mengetahui bahwa nama aslinya adalah 'Jane'. Ia juga menemukan fakta baru bahwa saat masih kecil dulu, El memiliki 'saudara' yang tinggal satu ruangan bersamanya di lab. Dengan menggunakan kekuatannya, El mengetahui bahwa saudaranya itu tinggal di sebuah tempat di Pensylvania. El pun nekat menemuinya. Dia adalah Eight, atau biasa dikenal dengan nama 'Kali Prasad'. Berbeda dengan Eleven yang cenderung innocent, Kali memiliki kehidupan yang liar. Ia tergabung dalam sebuah gangster yang bertahan hidup dengan cara merampok sehingga harus selalu tinggal berpindah-pindah agar lolos dari incaran polisi. BTW I dunno why aku lihat Kali malah inget Tantri KOTAK. Wkwkwk.


Kembali lagi ke Hawkins. Will yang mengalami 'halusinasi' tentang Mind Flayer suatu hari diberi saran oleh Bob Newby (pacar ibunya) untuk menghadapi ketakutannya. Sebenarnya maksud Bob ini baik. Sayangnya, orang lain termasuk Bob ini nggak paham bahwa apa yang Will alami ini bukan halusinasi semata ataupun efek trauma pasca tersesat di Upside Down. Maka ketika Will mengikuti saran Bob, Mind Flayer justru berhasil menguasai tubuh dan pikiran Will, menjadikannya inang agar bisa menjadi mata-mata bagi para monster.

Banyak banget adegan berkesan buatku di season ini, salah satunya adalah ketika Mike, Lucas, Max, Dustin, dan Steve masuk ke dalam terowongan menuju Upside Down, dan ketika mau keluar dari terowongan itu, mereka malah dicegat oleh seekor (?) Demogorgon. Namun Dustin segera mengenali bahwa Demogorgon itu adalah Dart. Dustin dengan tenang menyapanya karena dia yakin Dart nggak akan menyakitinya. Sementara teman-teman Dustin melewati Dart, Dustin mengalihkan perhatian Dart dengan memberinya nougat favorit mereka berdua . Di situ aku terharu waktu Dustin bilang ke Dart, "Selamat tinggal, Kawan". Like, Dustin should've been able to keep Dart as a pet nggak sih? :') 

Selain itu scene terakhirnya juga gemes banget. Jadi ceritanya SMP Hawkins menggelar acara Snowball Party. Semua murid berpenampilan cantik dan ganteng malam itu, termasuk Dustin yang mengubah style rambutnya kayak rambut Steve. Sebelum turun dari mobil Steve, Dustin diberi wejangan oleh Steve tentang gimana caranya bikin cewek tertarik dan penasaran. Dustin udah PD banget tuh pas masuk aula, yakin banget dia bisa berdansa dengan cewek idamannya malam itu. Tapi yang terjadi adalah, dia mendapat penolakan. Jangankan dari cewek idamannya, bahkan cewek random yang tadinya mau dia ajak dansa pun udah kabur duluan sebelum ditawarin. Akhirnya Nancy yang melihat sahabat adiknya itu bersedih, lantas menghampiri dan mengajaknya berdansa. Ia juga meyakinkan Dustin bahwa suatu saat nanti Dustin bakal menemukan cewek yang bener-bener tergila-gila padanya. 


Emang bodoh aja sih cewek-cewek itu. Dustin pinter dan lucu gitu kok ya disia-siakan :')


SEASON 3


Mike CS udah remaja sekarang dan masing-masing punya hubungan romantis. Mike pacaran dengan Eleven, Lucas pacaran dengan Max, dan Dustin mengaku punya pacar LDR bernama Suzie (itu pun teman-temannya nggak percaya, Dustin kan jones alias jomblo ngenes). Will adalah satu-satunya yang nggak tertarik buat pacaran. Ia merasa bahwa teman-temannya terlalu sibuk dengan urusan percintaan dan udah nggak tertarik lagi main D&D kayak yang biasa mereka lakukan dulu.

Di tengah-tengah rasa frustrasi Will 'kehilangan' teman-temannya, dia merasa Mind Flayer kembali. Sementara itu Dustin yang berhasil mendirikan menara di atas bukit buat menghubungi Suzie, secara nggak sengaja malah menangkap komunikasi rahasia Soviet. Bersama Steve, Robin, dan Erica, Dustin menerjemahkan pesan komunikasi rahasia Soviet tersebut yang akhirnya membuat mereka berhasil menyelinap ke lab rahasia milik Soviet yang tersembunyi di bawah Starcourt Mall, tempat di mana para ilmuwan Rusia mencoba membuka kembali portal menuju Upside Down.

Well, I think this season was kinda boring di awal-awal. Aku baru benar-benar menikmati season ini di episode kelima, ketika monster raksasa yang menyerupai Mind Flayer mulai menteror Hawkins.


Dan ada satu iconic scene di episode terakhir season ini, di mana Mike, Eleven, dan Max dikejar Billy yang dirasuki Mind Flayer; Will, Lucas, Steve, Robin, Jonathan, dan Nancy dikejar monster raksasa; serta Hopper, Joyce, dan Murray yang membutuhkan angka konstanta planck buat membuka peti berisi kunci mesin pembuka dan penutup gerbang Upside Down. Waktu itu Dustin dan Erica naik ke puncak bukit agar mendapatkan sinyal radio untuk menghubungi Suzie, pacar LDR Dustin yang katanya jenius banget. Dustin yakin Suzie tau angka konstanta planck. Syukurlah, mereka bisa langsung terhubung dengan Suzie. Di sinilah teman-teman Dustin baru percaya bahwa Suzie itu beneran ada, dan bukan pacar khayalan Dustin. Dustin pun langsung menanyakan angka itu pada Suzie. Namun alih-alih menjawab pertanyaan Dustin, Suzie malah ngambek karena Dustin nggak ada kabar seharian dan meminta Dustin buat apa? IYA, nyanyi bareng :')


Meski situasinya sangat serius dan mendesak, Dustin nggak punya pilihan selain menuruti permintaan Suzie. Jadi lah, di situasi genting itu, mereka berduet menyanyikan lagu Never Ending Story. Well, meskipun nggak tepat waktu, momen duet itu menciptakan kontras yang mencolok dengan ketegangan yang sedang terjadi. Bayangin aja, orang lagi pada deg-degan kayak mau mati, malah dengerin dua orang nyanyi. Gemes banget 😭


SEASON 4


Pertempuran di Starcourt Mall meninggalkan luka mendalam kepada para tokoh. Joyce Byers pindah bersama anak-anaknya, Will dan Jonathan, serta Eleven ke California, sementara Mike, Dustin, Lucas, dan Max tetap di Hawkins. Sebagai 'anak baru', Eleven harus berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan normal di sekolah baru, di tengah perasaan kehilangan kekuatannya.

Namun, ancaman baru muncul di Hawkins dalam bentuk makhluk mengerikan dari Upside Down bernama Vecna yang memiliki kekuatan untuk mengeksploitasi trauma dan rasa bersalah seseorang. Ia membunuh penduduk kota satu per satu dengan cara misterius. Tapi warga Hawkins nggak serta merta mengetahui siapa pelaku sebenarnya dari pembunuhan misterius itu. Mereka malah mencurigai Eddie Munson, siswa SMA Hawkins yang merupakan pemimpin Hellfire Club, yakni sebuah kelompok penggemar permainan D&D. Kecurigaan mereka bukannya tanpa alasan. Di tahun 80-an, permainan D&D dipercaya masyarakat sebagai permainan yang berhubungan dengan ritual pemujaan setan. Ditambah lagi Chrissy (siswi populer SMA Hawkins yang menjadi korban pertama Vecna) terlihat terakhir kali bersama Eddie sebelum akhirnya jasadnya ditemukan di tempat tinggal Eddie. Namun Mike dan Dustin yang tergabung dalam Hellfire Club bersama Eddie yakin bahwa Eddie bukanlah otak dari pembunuhan mengerikan seperti yang orang-orang pikirkan. Bersama kawan-kawan, mereka bekerja sama memecahkan misteri Vecna dan menghentikan pembunuhan yang menghantui kota. Mereka menemukan bahwa Vecna adalah makhluk kuat dari Upside Down yang memiliki hubungan langsung dengan asal-usul dunia paralel tersebut dan bisa jadi adalah ancaman terbesar yang pernah mereka hadapi. Sementara itu, Jim Hopper, yang sebelumnya diduga tewas, ternyata masih hidup dan ditahan di sebuah penjara di Rusia. Joyce dan Murray Bauman nekat untuk pergi menyelamatkan Hopper.

Ketika nonton season ini, aku sempat kesel sama Eleven di awal-awal episode karena dia dibully sama teman-teman sekolahnya, tapi bodohnya dia malah meminta pada para pembully-nya untuk pura-pura jadi temannya (biar Mike yakin bahwa Eleven punya banyak teman selama di California). Gemes banget rasanya waktu itu aku pingin ngegoblok-goblokin Eleven. Huhu. 

Ketika menonton season ini juga aku harus menelan rasa kecewaku terhadap beberapa tokoh. Kayak Jonathan, ya ampun, di awal-awal aku nge-ship dia dengan Nancy. Tapi aku menyayangkan kepindahannya ke California malah bikin dia salah pergaulan. Aku jadi nggak rela kalo Nancy yang cerdas dan punya visi misi ke depan tetap bareng sama Jonathan yang nggak punya rencana apapun buat masa depannya, bahkan menjadikan ganja sebagai pelarian dari setiap masalah. Mending Nancy balikan sama Steve :') 

Trus juga Will, yang ternyata punya perasaan sama Mike. Bukan perasaan sayang selayaknya sahabat, tapi yah, you know what I mean lah ya. Scene yang mengungkap hal ini cukup emosional sebenarnya. Jadi ceritanya, Will, Mike, Jonathan, dan Argyle (teman Jonathan) sedang dalam perjalanan mencari lab rahasia untuk membantu Eleven mendapatkan kembali kekuatannya. Will menunjukkan lukisan karyanya pada Mike, yang menggambarkan pemandangan fantasi di mana Mike, Will, dan teman-teman mereka berperang melawan monster. Mike digambarkan sebagai pemimpin mereka, dengan perisai bergambar hati. Will mengaku ke Mike bahwa Eleven yang memintanya melukis itu, padahal sebenarnya bukan. Will memberi semangat kepada Mike dengan mengatakan bahwa Mike adalah 'jantung' dari tim mereka, dan bahwa Eleven membutuhkan Mike karena dia memberikan kekuatan dan keberanian padanya. Tapiii, secara tersirat, Will sebenarnya bicara tentang perasaannya sendiri terhadap Mike. Secara nggak langsung, Will mengungkapkan rasa cintanya yang tersembunyi untuk Mike melalui pembicaraan tentang Eleven. Will khawatir kehilangan persahabatan mereka kalo dia terlalu jujur tentang apa yang dia rasakan. Dia cuma nahan air matanya dan berusaha menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, sementara Mike sama sekali nggak ngeh dengan maksud kata-kata Will. Satu-satunya orang yang memahami kata-kata dan perasaan Will saat itu hanya kakaknya, Jonathan. 



Dan pertempuran di episode terakhir, astagaaa.. Epic banget, banget, bangett!! 

Seperti di Season 3, tim terbagi menjadi beberapa kelompok :

Di Hawkins, Max yang mengetahui bahwa dirinya adalah salah satu dari target Vecna, menjadikan dirinya sendiri umpan untuk memancing Vecna ke dalam pikirannya. Sementara itu Lucas dan adiknya, Erica, berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu pada Max. Mereka berharap bisa menghentikan Vecna sebelum ia bisa membunuh Max. Tapi di sini rencana mereka malah dirusak dengan kehadiran Jason (pacar Chrissy) yang mengira bahwa Lucas dan Erica tengah melakukan ritual satanis untuk mengorbankan Max. Scene ini mendebarkan banget, karena Jason mengancam Lucas dengan pistol, sedangkan Lucas nggak memegang senjata apapun. Sikapnya sok pahlawan, tapi terlalu gegabah. Rasanya waktu itu aku pingin banget ikutan Lucas gebukin Jason, karena gara-gara dia, Lucas jadi terlambat menyelamatkan Max. 

Di Upside Down, Steve, Nancy, dan Robin menyerang tubuh fisik Vecna saat (rohnya?) tengah fokus menyerang Max. Mereka bertiga berdiri di depan tubuh fisik Vecna. Steve maju selangkah, menyalakan molotov dan melemparkannya, lalu.. BOOM! Tubuh Vecna terbakar hebat. Selanjutnya, Robin menyalakan molotov kedua, melemparkannya pada Vecna, dan BOOM! Api di tubuh Vecna semakin menyala dan membuatnya mundur beberapa langkah. Namun Vecna semakin marah, ia melangkah maju. Kali ini Nancy yang beraksi. Dengan gagah berani, ia maju dengan senapan di tangan dan menembak Vecna berkali-kali. Aku nggak bisa menahan rasa kagumku pada Nancy di battle scene ini, karena, dia keren banget, astagaaaa.


Sementara Dustin dan Eddie Munson mengalihkan perhatian gerombolan kelelawar predator yang menjaga sarang Vecna dengan memainkan musik metal, tepatnya lagu Master of Puppets-nya Metallica, dengan latar belakang langit bergemuruh dengan petir yang menyala-nyala merah. Damn!!

Namun pada akhirnya, Eddie memutuskan untuk mengorbankan dirinya. Ia memancing gerombolan kelelawar menjauh dari Dustin dan bertarung melawan mereka sendirian. Ia dengan heroik bertahan dengan gitar dan senjata seadanya, sementara kawanan kelelawar menyerangnya tanpa ampun. Eddie akhirnya tewas dalam aksi heroiknya ini. Tapi berkat pengorbanannya, kawan-kawannya jadi punya cukup waktu untuk melancarkan serangan terhadap Vecna. Heartbreaking banget sih ini. Eddie meninggal sebagai pahlawan, tapi warga Hawkins yang nggak tau tentang pengorbanan Eddie tetap mengecapnya sebagai pembunuh. Hanya Wayne Munson (paman Eddie) yang percaya bahwa Eddie nggak seperti yang mereka pikirkan, serta Dustin dan kawan-kawan yang mengenang Eddie sebagai pahlawan Hawkins


Di Rusia, Hopper, Joyce, dan Murray bertarung melawan sekelompok Demogorgon yang rupanya dipelihara di laboratorium penjara Rusia. Murray membakar para Demogorgon dengan senjata api, menyisakan satu Demogorgon yang paling kuat. Dengan sebilah pedang di tangan, Hopper berduel melawan Demogorgon itu.


Ke mana Eleven, Mike, Will, dan Jonathan?

Dengan dibantu Mike, Will, dan Jonathan, Eleven menggunakan kekuatannya untuk masuk ke dalam pikiran Max dan ikut melumpuhkan Vecna dari sana.


Serangan gabungan itu berhasil membuat Vecna kalah. Tapiii meskipun Vecna dapat dihentikan, ia sempat membuka gerbang raksasa antara Upside Down dan Hawkins, membuat Eleven dan kawan-kawan sadar bahwa ada ancaman yang lebih besar lagi dari ini.

***

Wooaaahhh.. panjang banget ya aku nulis ini. Tapi memang seriesnya seseru itu. Aku sampai nggak bisa move-on selama berminggu-minggu pasca nonton. Bagian battle scene di last episode aja sampai aku tonton berkali-kali. Wkwk. Tapi ada satu hal yang mengganjal buatku, kayak, ke mana Kali Prasad alias Eight? Kenapa perannya cuma muncul sebentar? Well, rumornya kan Season 5 udah dalam proses penggarapan nih tahun ini. Kalo menurutku sih, sepertinya Kali bakal muncul dan mengambil peran di season depan. Karena sepertinya nggak mungkin banget dia muncul di Season 2 CUMA buat menunjukkan bahwa Eleven bukan satu-satunya anak yang punya kemampuan istimewa. Apalagi melihat gerbang Upside Down yang udah terbuka selebar itu, dan kekuatan Eleven yang sepertinya nggak cukup setara buat melawan Vecna. Dengan adanya gabungan kekuatan Eleven dan Kali, aku yakin mereka bakal jadi lawan yang cukup berat buat Vecna. We will see lah ya. Aku nggak sabar lagi pingin nonton Season 5!

Senin, 13 Mei 2024 0 komentar

SIKSA NERAKA

Malam tadi, aku menonton sebuah film di Netflix yang sebenarnya sih film ini nggak ada dalam daftar film yang mau aku tonton. Film-film yang ada di wishlist-ku semuanya adalah film western dan asia yang harus ditonton sambil membaca subtitle. Tapi karena saat itu aku hanya butuh hiburan yang seru dan tetap bisa kunikmati sambil melipat pakaian dan mengawasi Fathian bermain, akhirnya aku memutuskan buat nonton film horor Indonesia. Saat itu aku nggak cuma berdua dengan Fathian, ada ibu dan Hardi juga yang sedang ngadem di kamarku. Sedangkan Mas Agus seperti biasa dengan jadwal rutinnya, manggung di cafe sampai menjelang tengah malam.

SIKSA NERAKA, film yang akhirnya kuputuskan untuk kutonton. Film ini muncul lengkap dengan label Recently Added, membuatku langsung antusias karena aku MENGIRA bahwa film ini adalah film besutan Joko Anwar yang kemarin rame. Jelas saat itu aku keliru, karena film Joko Anwar yang kemarin rame itu judulnya Siksa Kubur. Adikku juga sepertinya sama kelirunya. Wkwk. Intinya waktu itu kami sama-sama berpikir film ini bakal seru banget, padahal... hmm, sabar. Karena ini lah yang mau kuceritakan. Tapi pertama-tama aku ceritakan dulu jalan ceritanya. 




SPOILER ALERT!

Pak Syakir adalah seorang ustadz yang hidup bersama istrinya, Ibu Rika, dan empat orang anak; Saleh, Fajar, Tyas, dan Azizah. Mereka hidup di sebuah kampung yang tenang. Sebagai seorang ustadz, sejak anak-anaknya kecil, Pak Syakir mendidik mereka dengan cukup disiplin dan keras. 

Sepuluh tahun berlalu. Suatu hari, Saleh, anak sulung Pak Syakir, pulang dari kuliahnya di luar kota. Ia disambut dengan sangat bahagia oleh keluarganya. Mereka berkumpul di ruang makan. Kebahagiaan mereka bertambah ketika Saleh bercerita bahwa dirinya udah bisa menghasilkan uang sendiri dengan menjadi asisten dosen di kampusnya, kemudian ia juga membagi-bagikan hadiah untuk orangtua dan adik-adiknya. Namun tawa kebahagiaan itu terhenti ketika sebuah kertas ulangan milik Tyas jatuh di dekat kaki Pak Syakir. Suasana berubah tegang ketika Pak Syakir melihat nilai jelek yang tertera dalam kertas ulangan itu. Ia pun murka dan menghukum Tyas.

Di tengah-tengah penghukuman itu, telepon rumah berdering. Pak Syakir pun mengangkatnya. Dari situ ia mendapatkan kabar bahwa Dini, teman sekelas Azizah meninggal karena bunuh diri. Kemudian ia pun bersiap untuk melayat bersama istrinya. Sementara itu di kamar, Azizah sedang bercerita pada abangnya, Saleh, bahwa dirinya ingin tampil di acara final tarik suara malam itu juga, tapi nggak diijinkan bapaknya.

Dengan perginya kedua orangtuanya untuk melayat Dini, Saleh melihat peluang untuk membawa Azizah ke acara final tersebut. Ia juga mengajak adik-adiknya yang lain untuk turut serta mengantar Azizah. Tyas berusaha menolak ajakan itu dengan beralasan bahwa ia harus belajar untuk ujian sekolah, ditambah lagi mereka juga belum sholat. Namun ia tersudut dengan bujukan saudara-saudaranya. Akhirnya mereka pun bergegas pergi meninggalkan rumah. Sebelum pergi, dengan tergesa Tyas menyempatkan untuk makan dulu, menuruti pesan ibunya sebelum pergi melayat tadi. 

Agar cepat sampai ke tujuan, Saleh menyarankan agar mereka berjalan melalui sungai. Malam itu cuaca mendung dan gemuruh menggelegar, tapi hal itu sama sekali nggak menyurutkan niat mereka untuk pergi. Bahkan mereka pergi dengan membawa dua payung buat jaga-jaga kalau hujan turun. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan dua tetangga mereka, Abah Harjo dan Pak Haji. Abah Harjo sempat memperingatkan mereka untuk nggak pergi, tapi mereka nggak mengindahkannya.

Beberapa waktu kemudian, hujan mulai turun. Karena payung yang mereka bawa cuma dua, jadi Saleh berpayung bareng Azizah, Fajar berpayung bareng Tyas. Di situ lagi-lagi Saleh mengambil tindakan ekstrim. Alih-alih menyebrang sungai lewat jembatan, dia malah mengajak adik-adiknya langsung melalui area sungai karena menurutnya nggak akan sempat kalo menyebrang sungai lewat jembatan. 

Maka berjalanlah keempat kakak beradik itu menyebrangi sungai beriringan sambil berpegangan satu sama lain. Pakaian mereka semua basah kuyup karena satu payung berdua nggak efektif melindungi mereka dari terjangan hujan deras. Sampai di sini aku mulai tergelitik untuk berkomentar. Ini kan ceritanya Azizah mau perform nyanyi kan yaa. Kalo aku ada di posisi Azizah sih mending aku balik pulang deh. Yakali mau perform di hadapan banyak orang dalam kondisi basah kuyup. Kalo bawa pakaian ganti sih masih mending, ini dia cuma bawa diri aja. Wkwk. 

Dan yah, seperti yang udah bisa ditebak. Karena licinnya bebatuan dan kondisi arus sungai yang semakin deras, mereka tergelincir dan terseret arus sungai. Kepala Azizah, Fajar, dan Saleh terbentur bebatuan. Dari sini juga udah ketebak kan siapa-siapa aja yang mati 😁

Singkat cerita, Pak Syakir dan Bu Rika udah kembali dari melayat Dini dan menemukan rumah mereka sepi. Mereka nggak mendapatkan petunjuk apapun mengenai ke mana anak-anak mereka pergi. Karena belum sholat, mereka pun sholat berdua di ruang tamu. Di tengah sholatnya, si ibu sempat dengar suara-suara gitu dan membuat sholatnya jadi nggak khusyu (jujur benci banget sama adegan sholat diganggu setan atau suara aneh kayak gini). Tepat setelah mereka selesai sholat, pintu rumah mereka diketuk. Rupanya Pak Haji dan Abah Harjo yang datang bersama beberapa orang warga. Pak Haji menceritakan kepada Pak Syakir dan istrinya bahwa ia dan Abah Harjo sempat berpapasan dengan anak-anak mereka sebelum akhirnya seorang warga melihat mereka terbawa arus sungai dan hanyut entah ke mana. Satu-satunya yang ditemukan oleh warga saat itu adalah tas selempang milik Saleh. 

Keesokan harinya, warga dan tim SAR dikerahkan untuk mencari anak-anak yang hanyut itu. Pencarian itu berlangsung hingga malam dan membuahkan hasil. Jasad Saleh ditemukan mengambang di tepi sungai. Pak Syakir pun memeluk dan meratapi anak sulungnya itu. Lalu scene berubah di mana Saleh terbangun di sebuah ruang sempit beralaskan tanah dan berdinding bebatuan. Sampai di sini, aku pikir dia ada di liang lahat, soalnya pas dia sedang melihat-lihat sekeliling, ada penampakan tulang belulang gitu. Ternyata dia udah ada di neraka dong. Di sana dia melihat banyak orang yang disiksa oleh para algojo bertudung hitam, sampai kemudian dia diseret oleh salah satu algojo dan mendapatkan siksaannya sendiri. Rasanya aneh banget, padahal jangankan dihisab, dimandikan dan dikafanin aja belum 😫

Jasad Fajar berada nggak jauh dari lokasi di mana jasad Saleh ditemukan. Sama seperti abangnya, dia juga mendapatkan siksaannya di neraka. Di sini makin aneh, karena bisa-bisanya Saleh teriak manggil-manggil Fajar. Bahkan dia juga menghampiri Fajar yang sedang disiksa dan seolah berusaha mencegah algojo dengan menarik jubahnya waktu algojo itu mau menjatuhkan Fajar ke dasar neraka. Setelah menjatuhkan Fajar, algojo itu lalu melempar Saleh ke lautan neraka. Di bagian ini, aku dan adikku auto cengengesan melihat gaya jatuhnya Saleh yang menurut kami kayak kodok, maaf 😭 Sumpaaah, aku kayak lihat sinetron azab Indosiar. Huhu. Sampai di sini, aku mulai berpikir, salah nih, ini mah bukan filmnya Joko Anwar 😭😭 Pas dicek lagi ternyata aku baru ngeh ini filmnya Anggy Umbara yang belakangan ini sedang rame gara-gara film Vina yang menuai pro dan kontra itu.

Oke, balik lagi ke cerita. Sementara jenazah Saleh dan Fajar disemayamkan, seorang warga memberi kabar bahwa Tyas ditemukan dalam kondisi kritis dan tengah dirawat di rumah sakit. Beberapa pelayat bergunjing tentang bagaimana Saleh dan Fajar semasa hidup, juga menyayangkan bahwa yang hidup justru Tyas, anak yang paling sering dimarahi Pak Syakir karena dinilai bodoh dan penakut. Part ini juga menggelikan banget sih. Yakali ngegibahin orang meninggal pas banget di sebelah bapaknya. Mana volumenya keras lagi. Wkwkwk. 

Di alam lain, ruh Tyas sedang berada di neraka, melihat sekitar dengan bingung dan takut, lalu berteriak memanggil-manggil saat melihat dua abangnya sedang disiksa. Lalu kemudian dia melihat Azizah berjalan pelan. Tyas memanggilnya, tapi Azizah seolah nggak mendengar. Azizah menghampiri sebuah tempat di mana dia menyaksikan Dini menggantung dirinya berulang-ulang kali. Sementara Azizah berusaha melepaskan gelang bertuliskan nama Dini di tangannya. Rupanya dia pernah memfitnah Dini sampai-sampai Dini bunuh diri. Di sini aku kurang paham sih. Dini kan bunuh diri karena difitnah mencuri gelang temannya (padahal yang mencuri itu si Azizah), tapi kenapa yang ada di Azizah malah gelangnya Dini? 🙄

Plot twistnya adalah ketika Tyas berusaha menyelamatkan Saleh dari siksaan algojo, ia nggak sengaja menarik tudung algojo itu dan menemukan bahwa algojo itu berwajah mirip seperti Saleh. Lalu algojo-algojo lain pun menyingkap tudungnya masing-masing. Rupanya sosok di balik algojo bertudung hitam itu adalah diri masing-masing, namun dalam wujud yang menyeramkan. Jadi kayak representasi dosa di dunia gitu lah. Belum hilang rasa kaget Tyas, pundaknya ditepuk oleh sesosok algojo berwajah dirinya yang tersenyum dan berkata, "Tempatmu bukan di sini". Lalu dia berpamitan pada saudara-saudaranya dengan memeluk mereka satu persatu. Tapi anehnya walaupun Tyas bukan ahli neraka, kok algojonya kasar banget ya waktu narik dia keluar dari neraka 😭

Yah, begitulah kisah dari film ini. Oh iya, di akhir film juga disebutkan bahwa segala penyiksaan yang dialami Saleh, Fajar, dan Azizah di neraka adalah apa yang dilihat Tyas dalam mimpinya selama ia dalam masa kritis di rumah sakit. Pantesaaaan nggak ada proses hisab dan bisa saling tolong-menolong di neraka. Wkwk. 

Meski banyak hal lucu dan plot filmnya terlalu gampang ditebak kayak sinetron, tapi aku nggak bohong sih kalo aku sempat terharu di bagian akhir yang menayangkan hal yang Tyas lakukan sehingga dia masih diberi waktu untuk hidup lebih lama di dunia. Trus yah lumayan bikin mikir juga bahwa menjadi orangtua tuh seberat itu tanggungjawabnya. Sekelas ustadz aja bisa salah dan gagal mendidik anak, apalagi orang yang ilmu agamanya dangkal :') 

BTW ngomongin soal ustadz, aku menyayangkan banget sih peran Ariyo Wahab sebagai Ustadz Syakir di sini kurang dapet. Ekspresi sedihnya kurang, bacaan Al Fatihahnya kurang, adzannya kuraaaangg. Om Ariyo Wahab, mending ngerock aja deh yaa sama The Dance Company. Huhu.

Selain itu pemilihan theme song-nya juga gimana gitu.  Memang bikin terngiang-ngiang sih, apalagi di bagian "Ya Allah please forgive me". Tapi jujur, alih-alih ingat dosa dan pingin tobat malah pingin ketawa dengar lagunya, gatau kenapaa.

Yaudah deh, gitu aja. Sayang banget, padahal posternya udah bagus dan menjanjikan, tapi filmnya nggak sesuai ekspektasi. 
Sabtu, 13 April 2024 0 komentar

Tiga Hari Dua Malam di Depok

 Lebaran hari kedua kemarin, aku, Mas Agus, dan anak kami Fathian silaturahmi ke rumah Om Tip di Depok. Om Tip ini adik dari almarhum mama mertuaku. Beliau merupakan satu-satunya saudara mama mertua yang masih hidup. Aku dan mas udah merencanakan keberangkatan ini sejak akhir bulan Maret lalu. Kebetulan istri dari salah satu kenalan mas dan dua anak mereka mau mengunjungi saudaranya di Bogor. Jadi kami berangkat bareng dari rumah mereka, lalu pulangnya kami bertiga naik kereta.

Ini pertama kalinya aku berkunjung ke rumah Om Tip, dan pertama kalinya Fathian pergi ke luar kota. Aku dan mas sempat khawatir karena kemarin anak kami terserang pilek. Hidungnya meler terus sehingga membuatnya sedikit rewel selama hari H lebaran. Alhamdulillah setelah dua kali minum sirup pereda pilek, di hari keberangkatan kami ke Depok, pileknya mendingan dan nggak meler lagi.

Awalnya, aku dan mas berencana menginap di rumah Om Setya, kenalan mas itu. Maksudnya sih biar nggak terlalu diburu-buru saat berangkat nanti. Namun sayangnya, malam itu taksi online sulit sekali didapat. Semua drivernya sibuk. Mungkin karena suasana lebaran, jadi banyak orang yang menggunakan jasa mereka. Mungkin juga mereka sedang sibuk dengan keluarga masing-masing sehingga nggak menerima orderan dulu. Entahlah. Akhirnya aku dan mas memutuskan untuk berangkat pagi-pagi ke rumah Om Setya.

Hari Kamis 11 April, jam empat subuh. Setelah mencuci botol dan kotak susu Fathian agar siap dibawa, aku mengecek lagi apa-apa aja yang nanti harus kami bawa ke sana, memastikan nggak ada yang tertinggal. Aku bangun sepagi itu juga buat jaga-jaga kalo taksi online susah dipesan lagi seperti sebelumnya.

Fathian baru bangun sekitar jam setengah enam dan nggak sempat mandi. Itu pun bangun dengan terpaksa. Ia sulit sekali dibangunkan, jadi kuganti popok dan pakaiannya saat ia masih tidur. Karena merasa tidurnya keganggu, ia mengamuk dan menangis cukup lama. Ia juga menolak untuk ganti baju, jadi aku dan Mas Agus terpaksa membiarkannya pergi dengan baju tidurnya. Ia baru berhenti mengamuk saat adikku membujuknya dengan balon air.

Seperti dugaanku sebelumnya, pagi itu kami sempat kesulitan mencari taksi online. Ada yang nyantol satu, tapi kemudian ditolak. Untung pas dicoba lagi, akhirnya ada yang mau menerima orderan kami.

Singkat cerita, kami sampai di rumah Om Setya di kawasan Perumahan Sabrang Permai. Karena Fathian udah tenang, aku mengganti bajunya dengan baju yang bersih. Sambil menunggu mobil, kami duduk-duduk di teras sambil ngobrol bareng Om Setya. Fathian seperti biasa, nggak betah duduk diam. Jadi ya gitu deh, dia asyik melihat burung peliharaan si empunya rumah, lihat lukisan ikan, lihat buah jambu di halaman rumah sebelah, lari-lari, lompat sana-sini, nggak kapok meskipun jatuh sampai nangis dan dengkulnya lecet. Wkwk.

Akhirnya mobil pun tiba untuk menjemput kami. Kami berangkat sekitar jam tujuh pagi. Selain aku, mas, dan Fathian, ada juga istri Om Setya (aku dan mas memanggilnya 'mamah'), dan dua anaknya : Ikhsan dan Nayla. Selama perjalanan, Fathian memilih duduk dipangku Mas Agus sambil makan snack. Satu setengah jam perjalanan, Pak Dwi (supir kami) bertanya apakah ada di antara kami yang ingin mampir ke toilet. "Boleh, Pak", jawabku. Kebetulan aku sedang haid hari kedua, aku khawatir menstrual cup-ku penuh. Saat itu pukul 09:04, mobil kami berbelok ke Rest Area Tol Cipali KM 86. Sebenarnya jalur menuju rest area itu kayaknya ditutup, karena ada beberapa water barrier terpasang menghalangi jalan. Tapi karena water barrier itu dipasang renggang dan cukup untuk dilewati mobil (sepertinya sih ada orang yang sengaja menggeser), jadi Pak Dwi cuek aja membelokkan mobil kami ke rest area itu. Wkwkwk.

Rest area yang kami kunjungi itu terlihat sepi. Nggak ada siapapun di sana. Rumah makan pun semuanya tutup. Tapi karena yang kubutuhkan adalah ke toilet, jadi ya nggak masalah. Aku dan mamah langsung menuju toilet, Nayla memilih duduk di dalam mobil bersama Fathian yang saat itu tertidur, sementara para cowok merokok di luar. Toilet di tempat itu cukup bersih. Tapi ternyataaa semua kran di toilet itu mati dong. Meski begitu, ada beberapa ember kecil yang menampung air di dalam tiap bilik toiletnya. Jadi ya lumayan aja deh. Dalam kondisi seperti ini, kerasa banget praktisnya pakai menstrual cup saat haid. Tinggal buang cairannya ke kloset, bilas menstrual cupnya dengan air mengalir, lalu pakai lagi. Coba kalo pakai pembalut, repot cuci-cuci, gulung, bungkus plastik, lalu buang. Mana airnya terbatas banget kan. Cukup sepuluh menitan kami di tempat itu, lalu kami pun melanjutkan perjalanan.

Menjelang jam sebelas siang, kami berhenti buat makan siang di resto padang di Rest Area Cibubur. Di resto itu, Fathian sempat menangis karena dagunya terbentur meja saat ia turun dari kursi. Jadi kuajak ia melihat-lihat sekitar biar tangisnya reda. Fathian juga sempat digendong oleh Ikhsan, sesuatu yang sangat langka terjadi mengingat Ikhsan termasuk orang asing baginya. Biasanya Fathian menolak digendong orang asing, tapi kepada Ikhsan, ia kelihatan nyaman gitu, bahkan sampai dadah-dadah ke mama papanya. Ckck.

Rest Area Cibubur

Jam satu siang, kami sampai di lokasi tujuan mamah, Ikhsan, dan Nayla, yakni sebuah rumah di kawasan Kedunghalang Bogor. Rumahnya pas banget di sisi jalan raya Jakarta-Bogor dekat lampu lalu lintas, jadi kita bisa melihat aktifitas para pengendara dan badut pengamen yang lalu lalang. Fathian yang takut badut (tapi penasaran ngintip-ngintip) terus merengek sambil memeluk mas atau aku. Di sana juga Fathian asik main bola dan lihat kura-kura dalam akuarium yang terletak di meja teras rumah itu. Ia juga sempet tertarik dengan litter box yang ditaruh di teras. Mungkin ia pikir, itu pasir mainan. Ia berkali-kali menghampiri kotak itu, tapi buru-buru kucegah sebelum ia mengobok-obok isinya.

Jam setengah dua siang, kami melanjutkan perjalanan tanpa mamah, Ikhsan, dan Nayla. Fathian duduk di depan bareng Mas Agus, sedangkan aku sendirian di kursi tengah. Aku menyimak mas dan Pak Dwi yang asyik mengobrol. Kami bersyukur karena Pak Dwi bukan sekedar supir, tapi juga teman perjalanan yang menyenangkan. Beliau banyak bercerita tentang suka dukanya menjadi driver selama bertahun-tahun. Dia juga bercerita tentang bagaimana ia membesarkan anak-anaknya sambil sesekali memberi aku dan mas nasehat-nasehat kecil untuk menjaga dan mendidik Fathian sebaik-baiknya. 

Fathian yang sesekali melihat Pak Dwi menggerakkan tuas persneling diam-diam menirukannya dengan menggerakkan botol minum plastik yang terletak di cup holder pintu mobil. Mas dan Pak Dwi yang melihat hal itu tertawa.
"Itulah, Kang. Anak umur segini masih polos, cepat menyerap dan niru apa yang dia lihat. Kalo sering lihat orangtuanya ke masjid, dia juga ikut rajin ke masjid. Kalo lihat orangtuanya rajin ngaji, dia juga rajin ngaji. Kalo lihat orangtuanya rajin sholat, dia juga rajin sholat. Kalo lihat papanya suka merokok, anak juga pasti penasaran pingin coba. Kayak anak saya, Kang. Dia sering bilang pingin jadi seperti ayah. Karena dia sering lihat ayahnya merokok, diam-diam dia ngikutin, pura-pura merokok. Uh, saya sampai dicarekan (dimarahi) istri saya, katanya ngasih contoh nggak baik", tuturnya bercerita. Aku yang mendengar cerita itu langsung mencolek bahu mas. Tuh dengerin!
"Makanya mumpung anak masih umur segini, masih bisa dibentuk", sambungnya lagi.

 Aku juga kagum karena beliau adalah salah satu dari sedikit orang dewasa yang berpikir bahwa anak bukan semata-mata rejeki, tapi juga tanggung jawab. Baginya lebih baik punya satu anak yang berkualitas daripada punya banyak anak yang nggak terjamin hidupnya. Setuju sih, karena faktanya banyak banget orangtua yang masih punya mindset 'banyak anak banyak rejeki'. Iya, memang benar rejeki anak itu ada, tapi bukan berarti sebagai orangtua jadi nggak punya planning dan persiapan. Pendidikan itu mahal, belum lagi kalo anak tiba-tiba sakit dan butuh biaya besar. Apa belum cukup bukti dari banyaknya anak-anak yang terlantar di jalan-jalan? Alih-alih sekolah, malah disuruh cari uang.

Oke, balik lagi ke cerita. Sekitar jam setengah tiga sore, akhirnya kami sampai di gang masuk rumah Om Tip di kawasan Pengasinan, Sawangan Depok. Setelah menurunkan barang-barang kami dan memastikan nggak ada yang ketinggalan, Pak Dwi pamit. Sebelum pergi, beliau mencium tangan Fathian bolak balik, mendoakan, dan mencium ubun-ubunnya. Aku jadi terharu, bersyukur juga dipertemukan sama beliau. Kami baru kenal, tapi rasanya kayak udah kenal lama.

Sampai di rumah Om Tip, kondisi rumahnya sepi. Cuma ada seorang bapak tua yang duduk di halaman, katanya semua penghuni rumah sedang jajan bakso di luar, kecuali Om Tip yang sedang istirahat. Mas Agus meminta bapak itu buat panggilkan beliau. Nggak lama kemudian, Om Tip keluar dan menyambut kami. Beliau memeluk Mas Agus dan menangis terharu karena baru ketemu mas lagi setelah tiga tahun, ditambah mas juga nggak mengabari kalo kami mau datang. Sengaja, biar surprise. Eh, saat mas dan Om Tip sedang pelukan sambil menangis terharu begitu, Fathian malah teriak-teriak dan memisahkan mereka berdua. Wkwkwk. Fathian memang suka cemburu kalo lihat orangtuanya pelukan.

Beberapa menit kemudian, orang-orang rumah kembali dari jajan bakso. Mereka juga menyambut kami. Beberapa anak langsung mengajak Fathian main, tapi seperti biasa, ia butuh waktu cukup lama buat beradaptasi. Pertama-tama mereka membujuk Fathian dengan cemilan, lalu dengan mainan mobil-mobilan dan puzzle block berbentuk kereta. Lalu setelah Fathian mulai nyaman, aku dan mas mengajaknya mandi, itupun harus dibujuk dengan melihat ikan-ikan di kolam belakang . Setelah mandi dan mengganti pakaian, Fathian pun diajak mas duduk-duduk di teras. Di situ Fathian main kendaraan-kendaraan kecil bersama Rafan, anak bungsu Mbak Rena (sepupu mas) yang usianya empat tahun di atas Fathian, lari-lari, lompat-lompat. Happy banget. Alhamdulillah, adaptasi berhasil. Hahaha.

***

Awalnya, aku dan Mas Agus berencana menginap bareng Fathian di penginapan atau hotel selama kami di Depok. Tapi ternyata, di Kecamatan Sawangan tempat Om Tip tinggal itu nggak ada penginapan atau hotel. Sedangkan kalo kami menginap di luar kecamatan dengan kondisi Depok yang padat dan rawan macet, rasanya tentu bakal capek di jalan. Jadi selama di sana, kami tidur di rumah Om Tip di lantai dua. Di lantai dua itu ada tiga kamar : kamar Mbak Leni, kamar Mbak Elis, dan kamar yang mereka siapkan untuk kami tidur. Waktu pertama kali aku masuk ke kamar yang mereka siapkan untuk kami itu, aku kaget, karena kamar itu hanya dibatasi gorden dan langsung berhadapan dengan tangga. Kebayang kan ngerinya? Dengan Fathian yang super aktif begitu, aku jadi kepikiran yang enggak-enggak. Mana anak tangganya tinggi-tinggi, dan jarak teralis di pagar pengamannya jarang-jarang. Jadi aku sampaikan kekhawatiranku itu ke Mas Agus. Akhirnya kami 'bertukar kamar' dengan Mbak Elis.

Selama di sana, Fathian hobi banget naik turun tangga. Setiap kali aku dan mas naik atau turun tangga, Fathian selalu minta ikut. Kalo dituntun naik atau turun tangga, jalannya cepat sekali, sampai-sampai yang nuntun kewalahan. Bahkan Fathian pernah hampir nyelonong sendiri dari kamar ke tangga buat turun. Untung keburu aku cegah. Kalo engga, haduuuhh, membayangkannya aja rasanya seram.

***

Jum'at 12 April, kami jalan-jalan ke Kebun Binatang Ragunan. Selain Fathian, aku, Mas Agus, dan Mbak Rena, ada juga Mas Handoko (suami Mbak Rena), Fathan (anak kedua Mbak Rena), Rafan, Mbak Elis, Bulik Yam (istri Om Tip), Mbak Leni, dan Mbak Lia yang ikut serta. Kami berangkat dari rumah Om Tip sekitar jam sepuluh siang, naik empat motor.

Perjalanan sempat terhambat karena ban motor yang ditumpangi Mbak Leni dan Mbak Lia bermasalah, jadi kami mampir makan bakso dulu deh. Kebetulan waktu itu udah jam sebelas, hampir jam makan siang. Sayangnya Fathian nggak mau makan, malah nontonin Rafan makan. Setelah makan bakso dan ban motor Mbak Leni 'sembuh', kami melanjutkan perjalanan ditemani gerimis kecil. Seperti biasa, karena perjalanannya jauh, Fathian tidur di tengah perjalanan.

Singkat cerita, kami sampai di Kebun Binatang Ragunan sekitar jam setengah satu siang. Baru masuk dari loket pemeriksaan tiket, Fathian udah disambut oleh mbak fotografer yang memintanya melihat ke kamera. Wkwkwk. Fathian yang mungkin masih ngantuk, kelihatan lemes banget waktu aku dan Mas Agus tuntun. Karena Fathian anaknya aktif banget, akhirnya aku bilang ke mas untuk membiarkan Fathian jalan sendiri tanpa dituntun, siapa tau dengan begitu Fathian bakal jadi lebih semangat gitu. Ternyata bener dong. Begitu tangannya dilepas dari genggaman kami, Fathian kelihatan lebih happy gitu jalan bareng Rafan dan Fathan, khususnya Rafan sih. Mungkin karena perbedaan umur mereka nggak begitu jauh kali ya, jadi Fathian merasa klop gitu. Lucu banget, selama di sana Fathian selalu pingin gandengan dengan Rafan. Bahkan ketika Rafan mengeluh capek gandengan mulu, dan Fathan menawarkan diri untuk menggandeng Fathian, Fathian menolaknya. Ia keukeuh pingin gandengan dengan Rafan. Wkwk. 

Ki-Ka : Rafan, Fathian, Fathan

Hewan yang kami lihat pertama adalah jerapah. Harapanku sih Fathian bakal excited gitu, eh ternyata reaksinya biasa aja. Yah, Fathian kelihatan tertarik sih melihat si jerapah, tapi nggak banyak nanya dan heboh kayak biasanya, malah lebih kayak kelihatan bingung gitu. Kami juga lihat burung pelikan. Trus kami juga sempat naik kereta wisata selama kurang lebih sepuluh menitan.




Selama di sana, kalo nggak sedang gandengan dengan Rafan, Fathian pinginnya digendong Mas Agus. Ia kelihatan kurang enjoy jalan-jalan di sana. Mungkin karena banyak orang kali yah, jadi ia nggak nyaman di tengah keramaian gitu. Saat kami istirahat untuk makan, Fathian merengek dan membuat mas kewalahan. Akhirnya Mas Agus mengajaknya pergi. Lalu saat kembali ke tempat, Fathian udah menenteng jaring berisi bola karet. Wkwkwk. Bola itu ia mainkan bersama Rafan dan Fathan. Di situ Fathian kelihatan happy banget main bola bareng mereka, nggak peduli meskipun beberapa kali jatuh. Aku dan Mas Agus cuma bisa geleng-geleng melihat kaos putih dan sepatu putihnya yang belepotan tanah basah :')

Setelah itu, kami lanjut lagi keliling-keliling melihat hewan. Gerimis kembali menemani kami, membuat tanah semakin basah dan licin. Kami melihat-lihat gajah, singa afrika, harimau sumatera, kapibara, rusa, kancil, kura-kura, buaya, berbagai jenis ikan, ular, dan berbagai jenis burung. Sayangnya di sana nggak ada burung hantu. Padahal Fathian suka banget dengan burung hantu. Saat melihat-lihat spesies primata, Fathian merengek dan tampak takut. Padahal orangutan yang kami lihat kemarin lucu banget. Dia tampak narsis bergelayutan sambil mengulurkan tangan ke pengunjung. Entahlah. Mungkin Fathian pikir, "Ini orang tapi kok badannya berbulu, telanjang, mukanya hitam dan aneh", gitu kali ya? 😅


Sekitar jam empat sore, kami memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan, lagi-lagi Fathian tidur. Karena hujan, Mbak Rena meminjamkan jas hujan kecil untuk menutupi kepalanya. Mas Agus ngebut menyetir. Ngeri juga rasanya, apalagi kata Mas Agus gasnya terasa berat dan remnya sedikit blong. Aku sampai dzikir mulu sepanjang perjalanan. Alhamdulillah, sekitar jam lima sore, kami sampai di rumah Om Tip dengan selamat.

***

Pagi tadi, kami bangun lebih pagi untuk bersiap pulang ke Cirebon. Untunglah jam setengah enam Fathian udah bangun. Jam tujuh, kami sarapan. Fathian seperti biasa menggelayut pada mas sampai papanya itu nggak bisa makan. Dibujuk makan bareng aku, dia nggak mau. Fathian baru mau lepas dari Mas Agus ketika diajak Om Tip melihat ikan-ikan di kolam belakang.

Jam delapan pagi, kami berangkat naik taksi online ke Stasiun Citayam. Ada Mbak Rena, Rafan, Mbak Elis, dan Mbak Lia yang ikut mengantar kami ke sana. Dari sana, kami naik KRL menuju stasiun transit Manggarai. Ini pertama kalinya Fathian naik kereta, dan pertama kalinya aku naik KRL. Awalnya Fathian duduk dipangkuanku, tapi kemudian ia berontak minta digendong Mas Agus. Karena mas berdiri, jadi aku dan Mas Agus bertukar posisi. Mas yang duduk sambil memangku Fathian, aku yang berdiri dekat pintu keluar-masuk.

Tiba di Stasiun Manggarai, Fathian mulai tantrum kepingin naik turun tangga dan membuat Mas Agus yang menenteng koper jadi kewalahan. Dari stasiun Manggarai itu, kami naik KRL lagi menuju stasiun transit Jatinegara. Nah, di stasiun Jatinegara ini, harusnya kami naik KRL ketiga menuju stasiun Pasar Senen untuk naik kereta Tegal Bahari yang akan mengantar kami ke Cirebon. Tapi nggak seperti di stasiun sebelumnya, kali ini kami cukup lama menunggu KRL datang. Akhirnya sambil mengisi waktu, kami foto-foto di situ. Lalu seorang petugas menghampiri kami dan menyampaikan bahwa siang itu KRL-nya sedang ada trouble. Karena waktu benar-benar sempit, jadi kami dibantu petugas stasiun untuk naik kereta Tegal Bahari tanpa harus ke stasiun Pasar Senen. Alhamdulillah. Akhirnya sebelum masuk lift menuju peron, kami berpamitan pada Mbak Rena dan yang lainnya.

Ketika kereta Tegal Bahari tiba, Bapak Kondektur Kereta membimbing kami untuk naik ke sembarang gerbong dan duduk di kursi manapun. Sampai di Stasiun Senen, baru deh kami naik ke gerbong dan duduk di tempat yang sesuai dengan yang tertera di tiket. Kami dapat gerbong paling belakang, di tempat duduk kedua dari belakang. Fathian masih terus merengek dan berteriak ke Mas Agus, entah maunya apa. Mungkin bosan. Penumpang di belakang kami membawa anak bayi. Bayinya menangis, kaget mendengar teriakannya. Ibunya buru-buru menenangkan. Aku yang merasa nggak enak pun meminta maaf. Susah banget rasanya waktu itu membujuk Fathian untuk diam. Alih-alih menurut, Fathian malah mengoceh semakin keras, "Cici, caca, cici, CAACAAAA!" seolah-olah aku Mas Agus sedang mengajaknya bercanda‍. 

Entah berapa kali bayi itu menangis kaget mendengar ocehan Fathian dan berapa kali ibu bayi itu menenangkan bayinya sambil mengucap "It's okay". Akhirnya apa? Fathian baru bisa diam saat ibu bayi itu menatapnya sambil berkata lembut, "Kakak jangan berisik dulu yaa. Dede bayinya kaget, mau tidur" :') Setelah tenang, dan berhenti mengoceh, Fathian tidur di pelukan mas.

Singkat cerita, sekitar jam setengah dua, kami sampai di Stasiun Kejaksan Cirebon. Lagi-lagi Fathian merengek manja pada papanya. Andai dua tanganku nggak penuh dengan tas jinjing berisi pakaian, bekal, dan oleh-oleh, pasti udah kubawa koper itu biar mas bisa menggendong Fathian. Tapi situasi sore tadi benar-benar repot, sedangkan Fathian belum bisa mengerti  kerepotan kami. Akhirnya mas yang nggak pernah memarahi Fathian, sore tadi harus sedikit lebih tega mengomel dan membiarkannya tantrum dengan berbaring di trotoar saat kami menunggu jemputan :')

Bahkan ketika sampai di rumah pun Fathian masih rewel, yah walaupun nggak separah saat di stasiun tadi. Well, sepertinya ia kehilangan teman kali ya. Sepi. Kemarin-kemarin happy banget punya teman baru, sekarang harus main sendiri lagi. 

Sabtu, 09 Maret 2024 0 komentar

Bebas Beraktifitas Saat Haid Dengan Menstrual Cup

 Pertama kali aku tau ada sebuah benda ajaib bernama menstrual cup alias cangkir menstruasi itu dari sebuah thread di Twitter. Aku lupa kapan tepatnya, tapi kalau nggak salah sekitar empat tahun yang lalu. Setelah membaca thread itu, aku merasa tertarik buat beralih dari penggunaan pembalut ke menstrual cup ini. Tapi karena pada saat itu aku belum nikah dan khawatir penggunaan menstrual cup akan berakibat pada robeknya selaput dara, jadi aku memutuskan untuk menunda penggunaannya.

Awal Januari 2021 aku menikah, dan tiga bulan kemudian qodarullah aku diberi amanah untuk hamil. Beberapa hari setelah melahirkan, seperti ibu-ibu pada umumnya, aku mengalami masa nifas. Pada saat itu aku bisa ganti pembalut nifas lima belas menit sekali saking derasnya. Waktu itu kerasa banget repotnya, lemasnya dan capeknya harus bolak-balik kamar mandi buat mencuci dan membuang pembalut bekas pakai.

Beberapa bulan setelah melahirkan, baru deh aku memutuskan untuk menggunakan menstrual cup. Alasanku memutuskan menggunakan menstrual cup ini adalah, selain lebih praktis, juga karena aku memiliki kulit yang sensitif, dan kondisi kulitku semakin sensitif pasca hamil dan melahirkan. Hampir setiap kali menggunakan pembalut, area selangkanganku terasa gatal dan nggak nyaman hingga timbul iritasi. Selain itu, setiap kali membuang pembalut bekas pakai, aku selalu merasa bersalah. Setiap hari aku membuang popok bekas pakai anak, dan aku juga menambah 'beban' lingkungan dengan membuang pembalut bekas setiap bulannya. Dengan menggunakan menstrual cup, aku berharap bisa sedikit mengurangi beban lingkungan. Hehehe.

Tapi sebelum beli menstrual cup ini tentunya aku baca-baca dulu artikel-artikel dan review dari mereka yang udah lebih dulu menggunakannya, mulai dari cara pakai, ukuran apa yang cocok, sampai rekomendasi merk menstrual cup yang nyaman dipakai, karena biar gimana pun aku nggak mau menyesal setelah membelinya. Harganya pun bervariasi, dari yang hanya puluhan ribu, sampai ratusan ribu. Takutnya udah beli mahal-mahal, eh malah nggak kepakai.

Singkat cerita, pilihanku jatuh pada menstrual cup merk Momi Homi. Aku membelinya di salah satu e-commerce dengan harga kurang dari enam puluh ribu rupiah. Ada tiga pilihan ukuran cup untuk menstrual cup merk Momi Homi ini, yakni ukuran XS, S, dan L. Sayangnya deskripsi produk hanya menyebutkan ukuran S untuk wanita yang belum pernah melahirkan normal, dan ukuran L untuk wanita yang pernah melahirkan normal. Nggak ada deskripsi untuk ukuran XS. Mungkin ukuran XS untuk anak gadis yang baru aja mengalami menstruasi kali yah?

Awalnya aku terpikir untuk membeli menstrual cup ukuran S karena aku baru mau coba pakai, dan pada panduan yang aku baca, tertulis bahwa lebih baik memilih ukuran yang lebih kecil kalo merasa nggak yakin. Kira-kira penjelasannya seperti ini :


Tapi aku juga teringat pada thread di Twitter yang pernah aku baca, ada yang menyebutkan bahwa ukuran menstrual cup yang L pun ukurannya nggak lebih besar dari (maaf) penis. Wkwk. Sedikit nyeleneh sebenarnya yaa, tapi anehnya statement itu yang justru meyakinkan aku untuk memutuskan membeli menstrual cup ukuran L. Wkwkwk.


Jujur, di awal-awal aku merasa sedikit takut melihat ukuran menstrual cup yang kubeli, ternyata kalo dilihat-lihat besar juga yah. Wkwk. Tapi karena udah beli, jadi mau nggak mau ya tetap kucoba lah. Pertama-tama, tentu aja sebelum digunakan, kita perlu mensterilkan produknya terlebih dahulu. Aku pribadi sih cukup merendam menstrual cupnya di air panas aja sih selama beberapa menit.


Dari beberapa cara melipat menstrual cup, aku memilih bentuk C or U yang paling mudah. Jujur, awal masukinnya memang agak sakit sih. Lebih baik pakai lubricant kalo nggak mau sakit. Beberapa orang juga mengalami kesulitan waktu awal pakai, salah satunya adalah menstrual cupnya masih terlipat dan nggak terbuka saat udah di dalam. Tapi alhamdulillah banget, waktu itu aku langsung bisa.

Biasanya kalo pakai pembalut, rasanya mengganjal, gatal, dan nggak nyaman. Tapi ini ajaib. Begitu menstrual cupnya terpasang, rasanya kayak nggak pakai apa-apa. Nyaman banget. Saking nyamannya, kadang suka lupa kalo sedang mens. Mau gerak seaktif apapun, tidur jumpalitan kayak apapun, nggak akan bocor. 

Lho, kalo bisa bikin lupa bahwa sedang mens, ntar lupa buang dong? 
Nggak lah ya. Meski menstrual cup ini anti bocor, tapi tetap aja cairan yang dia tampung bisa 'meluap' kalo nggak dibuang. Biasanya kalo merasa seperti ada gelembung udara atau 'letupan' di dalam sana, itu artinya cairan yang dia tampung udah hampir meluap dan harus segera dibuang. 

Kalo aku pribadi sih biasanya kalo hari pertama mens dan sedang deras-derasnya, bisa tiga kali buang. Nggak repot. Tinggal tarik keluar menstrual cupnya, buang cairan, cuci menstrual cupnya dengan air mengalir, lalu pakai lagi. Kayaknya cuma butuh waktu lima menitan. Nggak kayak pembalut yang harus repot cuci-cuci sampai nggak ada sisa darah, peras, lipat, masukin kantong plastik, lalu buang. Udah repot, buang waktu, meninggalkan sampah pula. Trus repot juga kan kalo mau bepergian harus bawa satu bag pembalut dan kantong plastik. Kalo pakai menstrual cup, cukup bawa satu untuk dipakai berkali-kali. Mana awet banget, satu menstrual cup bisa sampai lima tahun, nggak perlu beli tiap bulan kayak pembalut. Hehe. Kalo udah selesai menstruasi, cukup cuci menstrual cup-nya dengan sabun, bilas dengan air mengalir, trus disterilkan atau rendam dengan air panas selama beberapa menit, trus keringkan, dan taruh lagi di kotaknya. Sepraktis itu.

Sampai saat ini, mungkin udah hampir satu setengah tahun aku pakai menstrual cup. Pembalut udah nggak ada lagi dalam list kebutuhan bulanan. Sisa stok pembalut yang aku punya, kubawa ke kantor buat teman kantor yang sedang mens dan lupa bawa pembalut, juga buat jaga-jaga kalo aku tiba-tiba mens dan nggak bawa menstrual cup. Wkwk. 

Aku sempat meracuni dua rekan kerjaku sih, biar mereka beralih ke menstrual cup juga. Alhamdulillah dua-duanya tertarik. Malah salah satu dari mereka udah beli menstrual cup dengan merk dan ukuran yang sama dengan menstrual cup punyaku. Tapi sayangnya dia belum berhasil memakainya. Dia mengaku bingung kenapa aku bisa tapi dia nggak bisa. Sementara rekanku yang satunya baru sebatas tertarik aja, belum berani untuk beli dan memakainya. Yah, semoga aja mereka dipermudah untuk segera beralih dari penggunaan pembalut ke menstrual cup juga 😁

Total Tayangan Halaman

 
;