Sabtu, 09 Maret 2024 0 komentar

Bebas Beraktifitas Saat Haid Dengan Menstrual Cup

 Pertama kali aku tau ada sebuah benda ajaib bernama menstrual cup alias cangkir menstruasi itu dari sebuah thread di Twitter. Aku lupa kapan tepatnya, tapi kalau nggak salah sekitar empat tahun yang lalu. Setelah membaca thread itu, aku merasa tertarik buat beralih dari penggunaan pembalut ke menstrual cup ini. Tapi karena pada saat itu aku belum nikah dan khawatir penggunaan menstrual cup akan berakibat pada robeknya selaput dara, jadi aku memutuskan untuk menunda penggunaannya.

Awal Januari 2021 aku menikah, dan tiga bulan kemudian qodarullah aku diberi amanah untuk hamil. Beberapa hari setelah melahirkan, seperti ibu-ibu pada umumnya, aku mengalami masa nifas. Pada saat itu aku bisa ganti pembalut nifas lima belas menit sekali saking derasnya. Waktu itu kerasa banget repotnya, lemasnya dan capeknya harus bolak-balik kamar mandi buat mencuci dan membuang pembalut bekas pakai.

Beberapa bulan setelah melahirkan, baru deh aku memutuskan untuk menggunakan menstrual cup. Alasanku memutuskan menggunakan menstrual cup ini adalah, selain lebih praktis, juga karena aku memiliki kulit yang sensitif, dan kondisi kulitku semakin sensitif pasca hamil dan melahirkan. Hampir setiap kali menggunakan pembalut, area selangkanganku terasa gatal dan nggak nyaman hingga timbul iritasi. Selain itu, setiap kali membuang pembalut bekas pakai, aku selalu merasa bersalah. Setiap hari aku membuang popok bekas pakai anak, dan aku juga menambah 'beban' lingkungan dengan membuang pembalut bekas setiap bulannya. Dengan menggunakan menstrual cup, aku berharap bisa sedikit mengurangi beban lingkungan. Hehehe.

Tapi sebelum beli menstrual cup ini tentunya aku baca-baca dulu artikel-artikel dan review dari mereka yang udah lebih dulu menggunakannya, mulai dari cara pakai, ukuran apa yang cocok, sampai rekomendasi merk menstrual cup yang nyaman dipakai, karena biar gimana pun aku nggak mau menyesal setelah membelinya. Harganya pun bervariasi, dari yang hanya puluhan ribu, sampai ratusan ribu. Takutnya udah beli mahal-mahal, eh malah nggak kepakai.

Singkat cerita, pilihanku jatuh pada menstrual cup merk Momi Homi. Aku membelinya di salah satu e-commerce dengan harga kurang dari enam puluh ribu rupiah. Ada tiga pilihan ukuran cup untuk menstrual cup merk Momi Homi ini, yakni ukuran XS, S, dan L. Sayangnya deskripsi produk hanya menyebutkan ukuran S untuk wanita yang belum pernah melahirkan normal, dan ukuran L untuk wanita yang pernah melahirkan normal. Nggak ada deskripsi untuk ukuran XS. Mungkin ukuran XS untuk anak gadis yang baru aja mengalami menstruasi kali yah?

Awalnya aku terpikir untuk membeli menstrual cup ukuran S karena aku baru mau coba pakai, dan pada panduan yang aku baca, tertulis bahwa lebih baik memilih ukuran yang lebih kecil kalo merasa nggak yakin. Kira-kira penjelasannya seperti ini :


Tapi aku juga teringat pada thread di Twitter yang pernah aku baca, ada yang menyebutkan bahwa ukuran menstrual cup yang L pun ukurannya nggak lebih besar dari (maaf) penis. Wkwk. Sedikit nyeleneh sebenarnya yaa, tapi anehnya statement itu yang justru meyakinkan aku untuk memutuskan membeli menstrual cup ukuran L. Wkwkwk.


Jujur, di awal-awal aku merasa sedikit takut melihat ukuran menstrual cup yang kubeli, ternyata kalo dilihat-lihat besar juga yah. Wkwk. Tapi karena udah beli, jadi mau nggak mau ya tetap kucoba lah. Pertama-tama, tentu aja sebelum digunakan, kita perlu mensterilkan produknya terlebih dahulu. Aku pribadi sih cukup merendam menstrual cupnya di air panas aja sih selama beberapa menit.


Dari beberapa cara melipat menstrual cup, aku memilih bentuk C or U yang paling mudah. Jujur, awal masukinnya memang agak sakit sih. Lebih baik pakai lubricant kalo nggak mau sakit. Beberapa orang juga mengalami kesulitan waktu awal pakai, salah satunya adalah menstrual cupnya masih terlipat dan nggak terbuka saat udah di dalam. Tapi alhamdulillah banget, waktu itu aku langsung bisa.

Biasanya kalo pakai pembalut, rasanya mengganjal, gatal, dan nggak nyaman. Tapi ini ajaib. Begitu menstrual cupnya terpasang, rasanya kayak nggak pakai apa-apa. Nyaman banget. Saking nyamannya, kadang suka lupa kalo sedang mens. Mau gerak seaktif apapun, tidur jumpalitan kayak apapun, nggak akan bocor. 

Lho, kalo bisa bikin lupa bahwa sedang mens, ntar lupa buang dong? 
Nggak lah ya. Meski menstrual cup ini anti bocor, tapi tetap aja cairan yang dia tampung bisa 'meluap' kalo nggak dibuang. Biasanya kalo merasa seperti ada gelembung udara atau 'letupan' di dalam sana, itu artinya cairan yang dia tampung udah hampir meluap dan harus segera dibuang. 

Kalo aku pribadi sih biasanya kalo hari pertama mens dan sedang deras-derasnya, bisa tiga kali buang. Nggak repot. Tinggal tarik keluar menstrual cupnya, buang cairan, cuci menstrual cupnya dengan air mengalir, lalu pakai lagi. Kayaknya cuma butuh waktu lima menitan. Nggak kayak pembalut yang harus repot cuci-cuci sampai nggak ada sisa darah, peras, lipat, masukin kantong plastik, lalu buang. Udah repot, buang waktu, meninggalkan sampah pula. Trus repot juga kan kalo mau bepergian harus bawa satu bag pembalut dan kantong plastik. Kalo pakai menstrual cup, cukup bawa satu untuk dipakai berkali-kali. Mana awet banget, satu menstrual cup bisa sampai lima tahun, nggak perlu beli tiap bulan kayak pembalut. Hehe. Kalo udah selesai menstruasi, cukup cuci menstrual cup-nya dengan sabun, bilas dengan air mengalir, trus disterilkan atau rendam dengan air panas selama beberapa menit, trus keringkan, dan taruh lagi di kotaknya. Sepraktis itu.

Sampai saat ini, mungkin udah hampir satu setengah tahun aku pakai menstrual cup. Pembalut udah nggak ada lagi dalam list kebutuhan bulanan. Sisa stok pembalut yang aku punya, kubawa ke kantor buat teman kantor yang sedang mens dan lupa bawa pembalut, juga buat jaga-jaga kalo aku tiba-tiba mens dan nggak bawa menstrual cup. Wkwk. 

Aku sempat meracuni dua rekan kerjaku sih, biar mereka beralih ke menstrual cup juga. Alhamdulillah dua-duanya tertarik. Malah salah satu dari mereka udah beli menstrual cup dengan merk dan ukuran yang sama dengan menstrual cup punyaku. Tapi sayangnya dia belum berhasil memakainya. Dia mengaku bingung kenapa aku bisa tapi dia nggak bisa. Sementara rekanku yang satunya baru sebatas tertarik aja, belum berani untuk beli dan memakainya. Yah, semoga aja mereka dipermudah untuk segera beralih dari penggunaan pembalut ke menstrual cup juga 😁

Total Tayangan Halaman

 
;