Pertama kali aku tau ada sebuah benda ajaib bernama menstrual cup alias cangkir menstruasi itu dari sebuah thread di Twitter. Aku lupa kapan tepatnya, tapi kalau nggak salah sekitar empat tahun yang lalu. Setelah membaca thread itu, aku merasa tertarik buat beralih dari penggunaan pembalut ke menstrual cup ini. Tapi karena pada saat itu aku belum nikah dan khawatir penggunaan menstrual cup akan berakibat pada robeknya selaput dara, jadi aku memutuskan untuk menunda penggunaannya.
Awal Januari 2021 aku menikah, dan tiga bulan kemudian qodarullah aku diberi amanah untuk hamil. Beberapa hari setelah melahirkan, seperti ibu-ibu pada umumnya, aku mengalami masa nifas. Pada saat itu aku bisa ganti pembalut nifas lima belas menit sekali saking derasnya. Waktu itu kerasa banget repotnya, lemasnya dan capeknya harus bolak-balik kamar mandi buat mencuci dan membuang pembalut bekas pakai.
Beberapa bulan setelah melahirkan, baru deh aku memutuskan untuk menggunakan menstrual cup. Alasanku memutuskan menggunakan menstrual cup ini adalah, selain lebih praktis, juga karena aku memiliki kulit yang sensitif, dan kondisi kulitku semakin sensitif pasca hamil dan melahirkan. Hampir setiap kali menggunakan pembalut, area selangkanganku terasa gatal dan nggak nyaman hingga timbul iritasi. Selain itu, setiap kali membuang pembalut bekas pakai, aku selalu merasa bersalah. Setiap hari aku membuang popok bekas pakai anak, dan aku juga menambah 'beban' lingkungan dengan membuang pembalut bekas setiap bulannya. Dengan menggunakan menstrual cup, aku berharap bisa sedikit mengurangi beban lingkungan. Hehehe.
Tapi sebelum beli menstrual cup ini tentunya aku baca-baca dulu artikel-artikel dan review dari mereka yang udah lebih dulu menggunakannya, mulai dari cara pakai, ukuran apa yang cocok, sampai rekomendasi merk menstrual cup yang nyaman dipakai, karena biar gimana pun aku nggak mau menyesal setelah membelinya. Harganya pun bervariasi, dari yang hanya puluhan ribu, sampai ratusan ribu. Takutnya udah beli mahal-mahal, eh malah nggak kepakai.
Singkat cerita, pilihanku jatuh pada menstrual cup merk Momi Homi. Aku membelinya di salah satu e-commerce dengan harga kurang dari enam puluh ribu rupiah. Produknya bisa dibeli di sini.
Ada tiga pilihan ukuran cup untuk menstrual cup merk Momi Homi ini, yakni ukuran XS, S, dan L. Sayangnya deskripsi produk hanya menyebutkan ukuran S untuk wanita yang belum pernah melahirkan normal, dan ukuran L untuk wanita yang pernah melahirkan normal. Nggak ada deskripsi untuk ukuran XS. Mungkin ukuran XS untuk anak gadis yang baru aja mengalami menstruasi kali yah?
Awalnya aku terpikir untuk membeli menstrual cup ukuran S karena aku baru mau coba pakai, dan pada panduan yang aku baca, tertulis bahwa lebih baik memilih ukuran yang lebih kecil kalo merasa nggak yakin. Kira-kira penjelasannya seperti ini :
Tapi aku juga teringat pada thread di Twitter yang pernah aku baca, ada yang menyebutkan bahwa ukuran menstrual cup yang L pun ukurannya nggak lebih besar dari (maaf) penis. Wkwk. Sedikit nyeleneh sebenarnya yaa, tapi anehnya statement itu yang justru meyakinkan aku untuk memutuskan membeli menstrual cup ukuran L. Wkwkwk.
Dari beberapa cara melipat menstrual cup, aku memilih bentuk C or U yang paling mudah. Jujur, awal masukinnya memang agak sakit sih. Lebih baik pakai lubricant kalo nggak mau sakit. Beberapa orang juga mengalami kesulitan waktu awal pakai, salah satunya adalah menstrual cupnya masih terlipat dan nggak terbuka saat udah di dalam. Tapi alhamdulillah banget, waktu itu aku langsung bisa.