Pagi ini aku baru aja pulang dari Jakarta.
Yak, hari Selasa kemaren, aku dan temen-temen satu angkatan di kampus
mengadakan Company Visit ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Karena hal itu,
aku dan Adel izin nggak magang untuk hari Rabu.
Pulang magang, aku langsung pulang dan prepare. Aku bawa tas
punggung aku yang bermotif tengkorak dan sebuah handbag yang bermotif mirip
kulit macan tutul. Aku pergi dengan mengenakan kaos lengan panjang abu-abu,
jaket bertopi tanpa lengan (aku nyebutnya jaket Rocker. haha..), celana jeans,
dan sepatu kets abu-abu. Ibu aku mengomentari penampilan aku waktu itu,
"Kamu lebih keliatan kayak anak SMA dibanding anak kuliahan.." Dikomentarin
kayak gitu aku cuek aja. Toh, udah sering aku denger komentar kayak gitu.
Ibu nganterin aku sampe ke jalan raya. Waktu itu aku rada pesimis
nggak dapet angkot. Coz biasanya kalo udah lebih dari jam tujuh gitu, angkot
udah mulai sepi. Tapi untungnya aku masih kebagian angkot. Sebelum naik angkot,
aku sempat melambaikan tangan ke ibu. Dan entah kenapa setelah itu ngerasa rada
sedih gitu deh. Yak, sebuah perasaan yang selalu aku rasain kalo mau pergi jauh.
Turun dari angkot, aku pun menuju kost-an Riris, temen aku.
Rencananya kami mau bareng berangkat ke kampus. Tapi karena Riris pengen jemput
temennya dulu, akhirnya aku ke kost-an Sherly, Nur, dan Ecin aja. Selain mereka
bertiga, disana juga ada Eny dan Linda, kemudian disusul Ayu yang juga dateng
kesitu. Aku pun ke kampus bareng mereka.
Sampe di kampus, kami nggak langsung berangkat, coz busnya belum
dateng. Kami duduk-duduk dulu di halaman dan mengisi daftar absen. Kami juga
membaca denah lokasi tempat duduk yang ditempel di depan front office. Rupanya masing-masing
siswa udah ditentuin tempat duduknya. Aku kebagian duduk disebelah Riris di
barisan sebelah kiri, dan kursi aku tepat disebelah jendela! Ah, syukurlah..
Ada tiga buah mobil yang disewa kampus malem itu. Dua buah bus dan
sebuah elf yang semuanya adalah mobil-mobil pariwisata, of course! Aku dan
temen-temen satu jurusan kebagian duduk di bis dua. Sekitar jam sembilan malem,
kami masuk mobil. Setelah tempat duduk teratur dengan baik, tepatnya sekitar
jam sepuluh malem, kami mulai berangkat dengan membaca doa yang dipimpin oleh
salah satu dosen kami, Abi Suwarsan.
Selama perjalanan, aku sempet ngobrol-ngobrol sebentar sama Riris,
kemudian aku tidur dan bangun sekitar jam satu kurang. Suasana didalem bus udah
sepi. Aku ngeliat temen-temen aku, semuanya udah pada tidur. Aku liat ke luar
jendela. Pemandangan bener-bener gelap. Cuma lampu dari mobil kami yang bisa
ngasih sedikit penerangan. Di luar sana yang aku liat cuma tanah luas yang
ditumbuhin banyak pepohonan dan rumput-rumput. Jalan yang kami lewatin jelek
banget, nggak mulus, sehingga membuat bus yang kami tumpangin bergoyang ke
kanan-ke kiri. Aku mencoba mencari plang apapun, berharap aku tau di lokasi
mana kami berada waktu itu. Aku sempet ngeliat plang yang bertuliskan Gunung Kerti, Indramayu. Aku
baru denger nama gunung itu. Sumpah, aku bener-bener ngerasa kayak berada di
suatu tempat yang asing, kosong, mati, dan mengerikan. Suasana bener-bener
sepi. Satu-satunya suara yang aku denger cuma suara kreot, kreot, kreot yang
berasal dari bus yang kami tumpangin. Well, bus itu berbunyi demikian setiap
kali berguncang, sehingga membuat aku ngerasa kayak naikin bus hantu. Akhirnya
aku dengerin musik aja deh. Lagu Dear
God-nya Avenged Sevenfold menjadi lagu pilihan aku waktu itu. Nggak tau
kenapa aku ngerasa lagu itu selalu cocok buat nemenin perjalanan, apalagi
perjalanan yang lagi aku laluin malem itu. Liriknya itu lho, "A lonely road crossed another
cold state line.." Rasanya aku kayak lagi berada didalem video
klip lagu itu. Mwahaha..
***
Menjelang Subuh, kami tiba di Masjid Istiqlal, Jakarta. Itulah
tempat tujuan pertama kami. Bus yang kami tumpangin sempet muter-muter gitu di
sekitar komplek Istiqlal gara-gara bingung nyari tempat parkir. Hahaha..
Untungnya ketemu.
Kami pun masuk ke lokasi masjid. Kami cuma dikasih waktu sekitar
satu jam buat mandi, sholat Subuh, dan sarapan. Lumayan juga nunggu antrean di
kamer mandi. Lamaaa banget. Yang paling ngerasa gondok adalah aku dan Nur. Kami
berdua udah nunggu lama banget didepan dua kamer mandi yang masing-masing mau
kami tempatin. Eh, ternyata dua kamer mandi itu sebenernya kosong alias belum
ada yang make dan belum dibuka sama pengelolanya. OMG.. (=__=')
Setelah kamer mandi itu dibuka kuncinya, aku masuk dan mandi.
Sialnya aku nggak bawa sabun mandi. Akhirnya aku sabunan pake sabun cuci muka.
Aaazzz..
Mending lah, daripada nggak sabunan sama sekali.
Habis membersihkan diri, mengganti pakaian dengan jas almamater,
dan merias diri, kami pun kembali ke arena depan masjid buat berfoto-foto. Ada
juga yang beli makanan buat sarapan.
Karena waktu satu jam nggak cukup buat mempersiapkan diri, kami
berada di komplek Istiqlal sampe sekitar jam setengah sembilan pagi. Kemudian
kami berangkat menuju Mbah Priok, lalu ke PT Pelindo Tanjung Priok, tempat
tujuan utama kami.
Jalan-jalan menuju Tanjung Priok bener-bener memprihatinkan.
Sungai-sungai keruh tinggi airnya, sampah menggunung dimana-mana, dan
rumah-rumah yang berdempet-dempet tak beraturan, sehingga menyebabkan
lingkungan tampak kumuh.
Ini kelima kalinya aku ke Jakarta, walaupun beberapa diantaranya
cuma sekedar mampir. Dulu, setiap kali ke Jakarta, aku selalu berharap bisa
ketemu artis, khususnya Nidji. Dan aku selalu siap bawa binder atau notes dan
pulpen buat minta tanda tangan. Sepanjang perjalanan, kepala aku muter-muter, aku
pikir siapa tau ada artis lewat. Hahaha.. Silly banget kan?
Tapi setelah aku sadar bahwa rasanya ketemu artis itu nggak jauh
beda dengan ketemu orang-orang biasa (ya iyalah, wong sama-sama manusia), aku
jadi nggak pernah ngarep-ngarep ketemu artis lagi. Namun kali ini, aku berharap
ketemu sama Pak Jokowi yang lagi blusukan.
Di PT Pelindo, kami menyimak sebuah presentasi mengenai Pelabuhan
Tanjung Priok yang katanya merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia. Dari presentasi
itu kami tau bahwa sekitar 60% perekonomian Indonesia berasal dari pelabuhan
itu. Sebagian dari kami juga tertarik buat bekerja disana karena upahnya yang
sangat menjanjikan dan menggiurkan. Bayangin aja, karyawan baru aja upahnya
lebih dari 10 juta perbulan. Pegawai Humasnya aja dapet sekitar 80 juta
perbulan. Aku nggak bisa bayangin berapa upah atasan-atasannya.
Untuk bisa bekerja disana, kami harus memiliki IP minimal tiga
koma lima, dan skor TOEFL minimal 700. Well, untuk IP sih aku nyampe, tapi kalo
untuk TOEFL aku nggak tau deh. Coz aku nggak pernah tes TOEFL. Lagian aku juga
nggak yakin sih apakah mental aku kuat kalo bekerja disana. Hahaha..
Sekitar jam dua siang, kami kembali ke bus untuk makan siang dan
melanjutkan perjalanan. Sialnya, aku nggak bisa menikmati dan mencerna makanan
dengan baik karena sariawan di lidah aku yang lagi sakit-sakitnya. Awalnya aku
berniat ngasihin nasi kotak aku ke gelandangan yang mungkin aku temuin di
jalan, tapi aku bingung dimana bisa menemukan gelandangan (yang bukan
gelandangan palsu yang kemaren-kemaren rame diberitakan di media itu).
Akhirnya, aku makan sendiri nasi kotak itu. Itupun makannya sambil megap-megap
dan asal telen, karena lidah aku yang sakit nggak ketulungan.
Tujuan kami selanjutnya yaitu ke studio Trans Corp. You know what?
Kami jadi pengisi acara Bukan Empat Mata! Ralat, bukan pengisi acara deng.
Lebih tepatnya, penonton. Well, sebenernya aku sih ngarepnya jadi
penonton Hitam Putih. Coz aku kan pengen banget ngeliat Om Deddy Corbuzier
secara langsung. Eh, kami malah kebagian nonton Om Tukul. Kalopun kebagiannya
nonton Om Tukul, kenapa bukan ke Mister Tukul Jalan-Jalan aja? Pasti lebih seru
kan tuh? Tapi aku maklum lah.. kami kan rombongan anak-anak kampus, bukan
rombongan anak-anak kuliah keparanormalan atau Ghostbusters.
Perjalanan dari PT Pelindo ke studio Trans Corp harusnya nggak
menelan waktu lama. Tapi karena kami terjebak macet, kami baru nyampe disana
sekitar jam empat sore.Sesampainya disana, kami berdiri didepan pintu
keluar-masuk. Aku ngeliatin temen-temen aku yang berfoto-foto ria dan
selfie-selfie didepan meja yang ada lambang Trans Media-nya. Beberapa dari
mereka ngajak temen deketnya buat berfoto bareng. Sementara aku? Aku hanya
melongo ngeliatin mereka, sesekali aku jadi tukang foto dadakan, lebih
ngenesnya lagi kadang aku disuruh minggir karena menghalangi pemandangan..
(=__=')
Kami nunggu didepan pintu keluar-masuk itu lumayan lama. Tiba-tiba
seorang ibu berbaju putih dan bercelana panjang item lewat didepan kami dan
keluar dari pintu disebelah kami berdiri. Itu Mpok Atiek! Begitu beliau keluar,
seseorang meminta foto bareng. Aku dan temen-temen pun ikut menyerbunya. Kami
berfoto bareng beliau. Beberapa lama kemudian, munculah seorang cewek cantik,
berpostur tubuh tinggi semampai dan bergaun merah menyala. Itu Vicky Shu! Ia
berjalan melewati kami dan keluar dari pintu yang sama seperti Mpok Atiek tadi.
Seperti Mpok Atiek, ia juga diserbu beberapa orang yang memintanya foto bareng.
Lagi-lagi aku dan temen-temen ikutan.
Hari mulai gelap, acara belum juga dimulai. Aku dan beberapa temen
aku duduk-duduk di samping studio 9. Kadang-kadang terdengar suara musik dari
dalem. Mungkin band Bukan Empat Mata lagi latihan. Kami juga sempet ngeliat Om
Pepi lho. Tadinya kami mau berfoto bareng, tapi kami keduluan anak-anak dari
rombongan lain.
Sekitar jam setengah tujuh, kami baru diizinkan masuk ke studio.
Tapi sebelum itu, tas kami digeledah. Kami dilarang membawa kamera digital,
makanan dan minuman. Aku yang waktu itu ngebawa sebotol air Aqua (yang isinya
tinggal sepertiganya), sebungkus Qtela, dan sekotak snack dari Pelabuhan
Tanjung Priok terpaksa menitipkan semua itu ke salah satu temen dari kelas lain
yang emang ditugasin jadi koordinator pengumpulan makanan dan minuman dadakan.
Setelah tas digeledah, kami pun masuk. Aku menggandeng Ayu. Kami
kebagian duduk di atas podium. Karena penonton dari kampus kami banyak, nggak
semua mahasiswa LP3I kebagian duduk diatas podium, sehingga mereka-mereka yang
nggak kebagian kursi itu duduk di depan panggung band Bukan Empat Mata. Seorang
kru cowok mengajak kami ngobrol. Dia nanyain asal kami dan ngasih kami
pengarahan tentang aturan-aturan yang harus kami ikutin selama syuting
berlangsung. Aturannya adalah, kami harus seheboh mungkin (tau sendiri lah
hebohnya penonton acara Bukan Empat Mata itu kayak gimana) dan kami juga
dilarang mengaktifkan HP selama syuting berlangsung.
Tempat duduk penonton diatur dulu, biar tertib |
Mahasiswa-mahasiswi LP3I yang nggak kebagian duduk di podium |
Kru memberikan arahan sebelum syuting berlangsung |
Jujur nih ya, crew-crew cowoknya keren-keren
bangeeeeett.. Huaaahh..
Sayangnya aku nggak tau nama-namanya. Kalo tau, aku incer deh
Facebook atau Twitter-nya, terus aku follow deh.
Sebelum syuting dimulai, kami disuguhi hiburan dari seorang
kakek-kakek nyentrik berkacamata item dan berkaos ijo. Aku lupa siapa namanya.
Kakek itu bernyanyi buat kami.
Beberapa lama kemudian, Mbak Vega si pendamping host muncul. Malem
itu, Mbak Vega cantik banget. Dia pake kaos pink dan rok rempel diatas lutut
warna putih. Rambutnya yang ikal disatuin ke belakang membentuk buntut kuda,
sementara poninya dibiarin jatoh didepan kening. Badannya yang tinggi tampak
makin tinggi dengan high heels silver yang blink-blink di
kakinya. Kemudian muncul Om Tukul dari balik pintu kaca. Hey, percaya atau
tidak.. ternyata Om Tukul lebih ganteng dari yang selama ini terlihat! Malem
itu dia pake Polo Shirt warna oranye dan kaos lengan panjang (atau sweater?)
warna ungu tua. Bajunya keliatan sempit banget, sehingga perutnya yang buncit
keliatan buletnya. Sementara Om Pepi berdiri di belakang bareng band Bukan
Empat Mata. Dia megang drum.
You know what? Ternyata walaupun gokil, Om Tukul tuh sebenernya
tegas banget lho. Dia nggak segan memprotes hal-hal yang nggak sesuai dengan
keinginannya demi kelancaran acara.
Sekitar jam setengah delapan, syuting pun dimulai. Syuting dibuka
dengan penampilan Om Tukul dan Mbak Vega yang menyanyikan lagu Hello Dangdut secara
duet. Setelah itu, Om Tukul pun membuka acara dengan gaya khasnya.
Tema Bukan Empat Mata malem itu adalah Sang Juara.
Bintang tamu yang paling pertama dipanggil yakni Bapak Gita Wirjawan! Ternyata
aslinya ganteng lho, langsing dan tampak muda gitu. Beda banget sama tampilan
beliau yang aku liat di foto yang nongol di iklan Facebook tempo hari.
Pak Gita sempet menunjukkan keahliannya bermain piano lho. Aku
yang suka banget ngeliat permainan piano jelas aja takjub ngeliat permainan
beliau. Keren!
Dan bintang tamu selanjutnya adalah.. Liliyana Natsir dan Tontowi
Ahmad! Siapa yang nggak tau? Mereka adalah pasangan pemain bulu tangkis ganda
campuran yang pada tahun 2012 lalu membawa pulang gelar juara untuk Indonesia
yang udah mengalami penantian panjang selama 33 tahun untuk prestasi ganda
campuran All England. Mereka keliatan ganteng-ganteng banget malem itu. BTW, aku
salah nggak sih bilang ganteng-ganteng? Liliyana Natsir juga
ganteng soalnya. Aku aja naksir :P Oke, aku bercanda doang tadi.
Eh, ternyata yaaa.. meskipun cuma jadi penonton, capeknya tetep
lho. Kami harus bener-bener heboh. Kalo Om Tukul ngegerak-gerakin tangannya
kayak kepala ular kobra (tau sendiri lah ya), maka kami harus berseru "Ea!
Ea! Eaa! Eeeaaa!!". Kalo Om Tukul bertanya, maka kami harus
menjawab secara kompak dan serempak.. dan masih banyak lagi. Selain menjawab
dan berseru secara kompak, kami juga harus banyak-banyak bertepuk tangan.
Dulu, kalo nonton acara-acara hiburan di TV dan ngeliat penonton
yang heboh, aku selalu mikir : Penonton-penonton itu kenapa sih? Orang
acara dan artisnya biasa aja kok pada heboh? Alay banget!
Tapi sekarang aku sadar bahwa ternyata penonton emang dituntut
buat bersikap demikian. Mungkin tepuk tangan dan seru-seruan itu sebagai bentuk
sikap menghargai sang penghibur, biar acara tampak hidup dan
nggak terkesan membosankan.
Aku yang menderita sariawan akut mana bisa heboh-hebohan secara
maksimal. Bukannya tepuk tangan dan berseru, aku malah tepuk tangan dan berseru
sambil meringis. Well, kalo nanti ada diantara kalian (para pembaca blog
ini, itu juga kalo ada) yang nonton acara Bukan Empat Mata dengan
tema Sang Juara di TV ngeliat ada penonton di podium yang
bermuka ngenes dan tampak meringis menahan sakit, maka itulah aku.
***
Sekitar jam sembilan malem, syuting selesai.
Kami harus cepet-cepet keluar dari studio itu, coz para kru dan artis harus
segera bersiap-siap untuk syuting acara live Bukan Empat Mata, sehingga kami
nggak punya kesempatan buat berfoto bersama para artis dan awak Bukan Empat
Mata. Sayang banget. Padahal tadinya aku udah berharap bisa foto bareng sama
Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad.. (=__=')
Setelah keluar dari Studio 9, aku dan temen-temen
duduk-duduk di depan kantor Trans Corp. Disana kami dibagiin snack (lagi, untuk
ketiga kalinya). Sumpah ya, aku nyesel banget bawa makanan banyak dari rumah,
dan semuanya hampir belum ada yang aku makan. Udah gitu aku dan temen-temen
dapet makanan lagi, dapet makanan lagi. Makanan-makanan itu cuma bisa aku taruh
didalem tas tanpa bisa aku makan hari itu. Gimana mau makan kalo sariawan di
lidah aku sakitnya luar biasa? Alhasil, makanan-makanan itu cuma numpuk di tas aku.
Tas aku isinya penuh sama makanan doang!
Setelah duduk-duduk beberapa lama didepan
kantor Trans Corp, kami pun diperintahkan masuk mobil dan pulang. Perjalanan
pulang terasa lebih cepet dibanding perjalanan waktu menuju ke Jakarta. Dan
karena capek, aku pun banyak tidur selama di perjalanan. Yah, mungkin itulah
yang menyebabkan perjalanan terasa lebih cepet.
Sekitar jam setengah tujuh pagi, kami turun
didepan kampus. Aku mampir dulu ke kost-an Sherly dkk buat ngambil beberapa
botol multivitamin yang ditugasin dosen buat dijual untuk mata kuliah
Enterpreneur dan Marketing sekalian minjem sisir. Setelah itu aku pulang deh..
nggak bawa oleh-oleh apapun, kecuali makanan-makanan yang nggak sempet aku
makan.
0 komentar:
Posting Komentar