Kamis, 01 Mei 2014

LP3I Goes to Jakarta

Pagi ini aku baru aja pulang dari Jakarta. Yak, hari Selasa kemaren, aku dan temen-temen satu angkatan di kampus mengadakan Company Visit ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Karena hal itu, aku dan Adel izin nggak magang untuk hari Rabu.

Pulang magang, aku langsung pulang dan prepare. Aku bawa tas punggung aku yang bermotif tengkorak dan sebuah handbag yang bermotif mirip kulit macan tutul. Aku pergi dengan mengenakan kaos lengan panjang abu-abu, jaket bertopi tanpa lengan (aku nyebutnya jaket Rocker. haha..), celana jeans, dan sepatu kets abu-abu. Ibu aku mengomentari penampilan aku waktu itu, "Kamu lebih keliatan kayak anak SMA dibanding anak kuliahan.." Dikomentarin kayak gitu aku cuek aja. Toh, udah sering aku denger komentar kayak gitu.

Ibu nganterin aku sampe ke jalan raya. Waktu itu aku rada pesimis nggak dapet angkot. Coz biasanya kalo udah lebih dari jam tujuh gitu, angkot udah mulai sepi. Tapi untungnya aku masih kebagian angkot. Sebelum naik angkot, aku sempat melambaikan tangan ke ibu. Dan entah kenapa setelah itu ngerasa rada sedih gitu deh. Yak, sebuah perasaan yang selalu aku rasain kalo mau pergi jauh.

Turun dari angkot, aku pun menuju kost-an Riris, temen aku. Rencananya kami mau bareng berangkat ke kampus. Tapi karena Riris pengen jemput temennya dulu, akhirnya aku ke kost-an Sherly, Nur, dan Ecin aja. Selain mereka bertiga, disana juga ada Eny dan Linda, kemudian disusul Ayu yang juga dateng kesitu. Aku pun ke kampus bareng mereka.

Sampe di kampus, kami nggak langsung berangkat, coz busnya belum dateng. Kami duduk-duduk dulu di halaman dan mengisi daftar absen. Kami juga membaca denah lokasi tempat duduk yang ditempel di depan front office. Rupanya masing-masing siswa udah ditentuin tempat duduknya. Aku kebagian duduk disebelah Riris di barisan sebelah kiri, dan kursi aku tepat disebelah jendela! Ah, syukurlah..

Ada tiga buah mobil yang disewa kampus malem itu. Dua buah bus dan sebuah elf yang semuanya adalah mobil-mobil pariwisata, of course! Aku dan temen-temen satu jurusan kebagian duduk di bis dua. Sekitar jam sembilan malem, kami masuk mobil. Setelah tempat duduk teratur dengan baik, tepatnya sekitar jam sepuluh malem, kami mulai berangkat dengan membaca doa yang dipimpin oleh salah satu dosen kami, Abi Suwarsan.

Selama perjalanan, aku sempet ngobrol-ngobrol sebentar sama Riris, kemudian aku tidur dan bangun sekitar jam satu kurang. Suasana didalem bus udah sepi. Aku ngeliat temen-temen aku, semuanya udah pada tidur. Aku liat ke luar jendela. Pemandangan bener-bener gelap. Cuma lampu dari mobil kami yang bisa ngasih sedikit penerangan. Di luar sana yang aku liat cuma tanah luas yang ditumbuhin banyak pepohonan dan rumput-rumput. Jalan yang kami lewatin jelek banget, nggak mulus, sehingga membuat bus yang kami tumpangin bergoyang ke kanan-ke kiri. Aku mencoba mencari plang apapun, berharap aku tau di lokasi mana kami berada waktu itu. Aku sempet ngeliat plang yang bertuliskan Gunung Kerti, Indramayu. Aku baru denger nama gunung itu. Sumpah, aku bener-bener ngerasa kayak berada di suatu tempat yang asing, kosong, mati, dan mengerikan. Suasana bener-bener sepi. Satu-satunya suara yang aku denger cuma suara kreot, kreot, kreot yang berasal dari bus yang kami tumpangin. Well, bus itu berbunyi demikian setiap kali berguncang, sehingga membuat aku ngerasa kayak naikin bus hantu. Akhirnya aku dengerin musik aja deh. Lagu Dear God-nya Avenged Sevenfold menjadi lagu pilihan aku waktu itu. Nggak tau kenapa aku ngerasa lagu itu selalu cocok buat nemenin perjalanan, apalagi perjalanan yang lagi aku laluin malem itu. Liriknya itu lho, "A lonely road crossed another cold state line.." Rasanya aku kayak lagi berada didalem video klip lagu itu. Mwahaha..

***

Menjelang Subuh, kami tiba di Masjid Istiqlal, Jakarta. Itulah tempat tujuan pertama kami. Bus yang kami tumpangin sempet muter-muter gitu di sekitar komplek Istiqlal gara-gara bingung nyari tempat parkir. Hahaha.. Untungnya ketemu.

Kami pun masuk ke lokasi masjid. Kami cuma dikasih waktu sekitar satu jam buat mandi, sholat Subuh, dan sarapan. Lumayan juga nunggu antrean di kamer mandi. Lamaaa banget. Yang paling ngerasa gondok adalah aku dan Nur. Kami berdua udah nunggu lama banget didepan dua kamer mandi yang masing-masing mau kami tempatin. Eh, ternyata dua kamer mandi itu sebenernya kosong alias belum ada yang make  dan belum dibuka sama pengelolanya. OMG.. (=__=')

Setelah kamer mandi itu dibuka kuncinya, aku masuk dan mandi. Sialnya aku nggak bawa sabun mandi. Akhirnya aku sabunan pake sabun cuci muka. Aaazzz..
Mending lah, daripada nggak sabunan sama sekali.

Habis membersihkan diri, mengganti pakaian dengan jas almamater, dan merias diri, kami pun kembali ke arena depan masjid buat berfoto-foto. Ada juga yang beli makanan buat sarapan.

Karena waktu satu jam nggak cukup buat mempersiapkan diri, kami berada di komplek Istiqlal sampe sekitar jam setengah sembilan pagi. Kemudian kami berangkat menuju Mbah Priok, lalu ke PT Pelindo Tanjung Priok, tempat tujuan utama kami.

Jalan-jalan menuju Tanjung Priok bener-bener memprihatinkan. Sungai-sungai keruh tinggi airnya, sampah menggunung dimana-mana, dan rumah-rumah yang berdempet-dempet tak beraturan, sehingga menyebabkan lingkungan tampak kumuh.

Ini kelima kalinya aku ke Jakarta, walaupun beberapa diantaranya cuma sekedar mampir. Dulu, setiap kali ke Jakarta, aku selalu berharap bisa ketemu artis, khususnya Nidji. Dan aku selalu siap bawa binder atau notes dan pulpen buat minta tanda tangan. Sepanjang perjalanan, kepala aku muter-muter, aku pikir siapa tau ada artis lewat. Hahaha.. Silly banget kan?
Tapi setelah aku sadar bahwa rasanya ketemu artis itu nggak jauh beda dengan ketemu orang-orang biasa (ya iyalah, wong sama-sama manusia), aku jadi nggak pernah ngarep-ngarep ketemu artis lagi. Namun kali ini, aku berharap ketemu sama Pak Jokowi yang lagi blusukan.

Di PT Pelindo, kami menyimak sebuah presentasi mengenai Pelabuhan Tanjung Priok yang katanya merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia. Dari presentasi itu kami tau bahwa sekitar 60% perekonomian Indonesia berasal dari pelabuhan itu. Sebagian dari kami juga tertarik buat bekerja disana karena upahnya yang sangat menjanjikan dan menggiurkan. Bayangin aja, karyawan baru aja upahnya lebih dari 10 juta perbulan. Pegawai Humasnya aja dapet sekitar 80 juta perbulan. Aku nggak bisa bayangin berapa upah atasan-atasannya.

Untuk bisa bekerja disana, kami harus memiliki IP minimal tiga koma lima, dan skor TOEFL minimal 700. Well, untuk IP sih aku nyampe, tapi kalo untuk TOEFL aku nggak tau deh. Coz aku nggak pernah tes TOEFL. Lagian aku juga nggak yakin sih apakah mental aku kuat kalo bekerja disana. Hahaha..


Sekitar jam dua siang, kami kembali ke bus untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan. Sialnya, aku nggak bisa menikmati dan mencerna makanan dengan baik karena sariawan di lidah aku yang lagi sakit-sakitnya. Awalnya aku berniat ngasihin nasi kotak aku ke gelandangan yang mungkin aku temuin di jalan, tapi aku bingung dimana bisa menemukan gelandangan (yang bukan gelandangan palsu yang kemaren-kemaren rame diberitakan di media itu). Akhirnya, aku makan sendiri nasi kotak itu. Itupun makannya sambil megap-megap dan asal telen, karena lidah aku yang sakit nggak ketulungan.

Tujuan kami selanjutnya yaitu ke studio Trans Corp. You know what? Kami jadi pengisi acara Bukan Empat Mata! Ralat, bukan pengisi acara deng. Lebih tepatnya, penonton. Well, sebenernya aku sih ngarepnya jadi penonton Hitam Putih. Coz aku kan pengen banget ngeliat Om Deddy Corbuzier secara langsung. Eh, kami malah kebagian nonton Om Tukul. Kalopun kebagiannya nonton Om Tukul, kenapa bukan ke Mister Tukul Jalan-Jalan aja? Pasti lebih seru kan tuh? Tapi aku  maklum lah.. kami kan rombongan anak-anak kampus, bukan rombongan anak-anak kuliah keparanormalan atau Ghostbusters.

Perjalanan dari PT Pelindo ke studio Trans Corp harusnya nggak menelan waktu lama. Tapi karena kami terjebak macet, kami baru nyampe disana sekitar jam empat sore.Sesampainya disana, kami berdiri didepan pintu keluar-masuk. Aku ngeliatin temen-temen aku yang berfoto-foto ria dan selfie-selfie didepan meja yang ada lambang Trans Media-nya. Beberapa dari mereka ngajak temen deketnya buat berfoto bareng. Sementara aku? Aku hanya melongo ngeliatin mereka, sesekali aku jadi tukang foto dadakan, lebih ngenesnya lagi kadang aku disuruh minggir karena menghalangi pemandangan.. (=__=')

Kami nunggu didepan pintu keluar-masuk itu lumayan lama. Tiba-tiba seorang ibu berbaju putih dan bercelana panjang item lewat didepan kami dan keluar dari pintu disebelah kami berdiri. Itu Mpok Atiek! Begitu beliau keluar, seseorang meminta foto bareng. Aku dan temen-temen pun ikut menyerbunya. Kami berfoto bareng beliau. Beberapa lama kemudian, munculah seorang cewek cantik, berpostur tubuh tinggi semampai dan bergaun merah menyala. Itu Vicky Shu! Ia berjalan melewati kami dan keluar dari pintu yang sama seperti Mpok Atiek tadi. Seperti Mpok Atiek, ia juga diserbu beberapa orang yang memintanya foto bareng. Lagi-lagi aku dan temen-temen ikutan.

Hari mulai gelap, acara belum juga dimulai. Aku dan beberapa temen aku duduk-duduk di samping studio 9. Kadang-kadang terdengar suara musik dari dalem. Mungkin band Bukan Empat Mata lagi latihan. Kami juga sempet ngeliat Om Pepi lho. Tadinya kami mau berfoto bareng, tapi kami keduluan anak-anak dari rombongan lain.

Sekitar jam setengah tujuh, kami baru diizinkan masuk ke studio. Tapi sebelum itu, tas kami digeledah. Kami dilarang membawa kamera digital, makanan dan minuman. Aku yang waktu itu ngebawa sebotol air Aqua (yang isinya tinggal sepertiganya), sebungkus Qtela, dan sekotak snack dari Pelabuhan Tanjung Priok terpaksa menitipkan semua itu ke salah satu temen dari kelas lain yang emang ditugasin jadi koordinator pengumpulan makanan dan minuman dadakan.

Setelah tas digeledah, kami pun masuk. Aku menggandeng Ayu. Kami kebagian duduk di atas podium. Karena penonton dari kampus kami banyak, nggak semua mahasiswa LP3I kebagian duduk diatas podium, sehingga mereka-mereka yang nggak kebagian kursi itu duduk di depan panggung band Bukan Empat Mata. Seorang kru cowok mengajak kami ngobrol. Dia nanyain asal kami dan ngasih kami pengarahan tentang aturan-aturan yang harus kami ikutin selama syuting berlangsung. Aturannya adalah, kami harus seheboh mungkin (tau sendiri lah hebohnya penonton acara Bukan Empat Mata itu kayak gimana) dan kami juga dilarang mengaktifkan HP selama syuting berlangsung.

Tempat duduk penonton diatur dulu, biar tertib
Mahasiswa-mahasiswi LP3I yang nggak kebagian duduk di podium

Kru memberikan arahan sebelum syuting berlangsung

Jujur nih ya, crew-crew cowoknya keren-keren bangeeeeett.. Huaaahh..
Sayangnya aku nggak tau nama-namanya. Kalo tau, aku incer deh Facebook atau Twitter-nya, terus aku follow deh.

Sebelum syuting dimulai, kami disuguhi hiburan dari seorang kakek-kakek nyentrik berkacamata item dan berkaos ijo. Aku lupa siapa namanya. Kakek itu bernyanyi buat kami.

Beberapa lama kemudian, Mbak Vega si pendamping host muncul. Malem itu, Mbak Vega cantik banget. Dia pake kaos pink dan rok rempel diatas lutut warna putih. Rambutnya yang ikal disatuin ke belakang membentuk buntut kuda, sementara poninya dibiarin jatoh didepan kening. Badannya yang tinggi tampak makin tinggi dengan high heels silver yang blink-blink di kakinya. Kemudian muncul Om Tukul dari balik pintu kaca. Hey, percaya atau tidak.. ternyata Om Tukul lebih ganteng dari yang selama ini terlihat! Malem itu dia pake Polo Shirt warna oranye dan kaos lengan panjang (atau sweater?) warna ungu tua. Bajunya keliatan sempit banget, sehingga perutnya yang buncit keliatan buletnya. Sementara Om Pepi berdiri di belakang bareng band Bukan Empat Mata. Dia megang drum.

You know what? Ternyata walaupun gokil, Om Tukul tuh sebenernya tegas banget lho. Dia nggak segan memprotes hal-hal yang nggak sesuai dengan keinginannya demi kelancaran acara.

Sekitar jam setengah delapan, syuting pun dimulai. Syuting dibuka dengan penampilan Om Tukul dan Mbak Vega yang menyanyikan lagu Hello Dangdut secara duet. Setelah itu, Om Tukul pun membuka acara dengan gaya khasnya.

Tema Bukan Empat Mata malem itu adalah Sang Juara. Bintang tamu yang paling pertama dipanggil yakni Bapak Gita Wirjawan! Ternyata aslinya ganteng lho, langsing dan tampak muda gitu. Beda banget sama tampilan beliau yang aku liat di foto yang nongol di iklan Facebook tempo hari.

Pak Gita sempet menunjukkan keahliannya bermain piano lho. Aku yang suka banget ngeliat permainan piano jelas aja takjub ngeliat permainan beliau. Keren!

Dan bintang tamu selanjutnya adalah.. Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad! Siapa yang nggak tau? Mereka adalah pasangan pemain bulu tangkis ganda campuran yang pada tahun 2012 lalu membawa pulang gelar juara untuk Indonesia yang udah mengalami penantian panjang selama 33 tahun untuk prestasi ganda campuran All England. Mereka keliatan ganteng-ganteng banget malem itu. BTW, aku salah nggak sih bilang ganteng-ganteng? Liliyana Natsir juga ganteng soalnya. Aku aja naksir :P Oke, aku bercanda doang tadi.

Eh, ternyata yaaa.. meskipun cuma jadi penonton, capeknya tetep lho. Kami harus bener-bener heboh. Kalo Om Tukul ngegerak-gerakin tangannya kayak kepala ular kobra (tau sendiri lah ya), maka kami harus berseru "Ea! Ea! Eaa! Eeeaaa!!". Kalo Om Tukul bertanya, maka kami harus menjawab secara kompak dan serempak.. dan masih banyak lagi. Selain menjawab dan berseru secara kompak, kami juga harus banyak-banyak bertepuk tangan.

Dulu, kalo nonton acara-acara hiburan di TV dan ngeliat penonton yang heboh, aku selalu mikir : Penonton-penonton itu kenapa sih? Orang acara dan artisnya biasa aja kok pada heboh? Alay banget!
Tapi sekarang aku sadar bahwa ternyata penonton emang dituntut buat bersikap demikian. Mungkin tepuk tangan dan seru-seruan itu sebagai bentuk sikap menghargai sang penghibur, biar acara tampak hidup dan nggak terkesan membosankan.

Aku yang menderita sariawan akut mana bisa heboh-hebohan secara maksimal. Bukannya tepuk tangan dan berseru, aku malah tepuk tangan dan berseru sambil meringis. Well, kalo nanti ada diantara kalian (para pembaca blog ini, itu juga kalo ada) yang nonton acara Bukan Empat Mata dengan tema Sang Juara di TV ngeliat ada penonton di podium yang bermuka ngenes dan tampak meringis menahan sakit, maka itulah aku.

***

Sekitar jam sembilan malem, syuting selesai. Kami harus cepet-cepet keluar dari studio itu, coz para kru dan artis harus segera bersiap-siap untuk syuting acara live Bukan Empat Mata, sehingga kami nggak punya kesempatan buat berfoto bersama para artis dan awak Bukan Empat Mata. Sayang banget. Padahal tadinya aku udah berharap bisa foto bareng sama Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad.. (=__=')

Setelah keluar dari Studio 9, aku dan temen-temen duduk-duduk di depan kantor Trans Corp. Disana kami dibagiin snack (lagi, untuk ketiga kalinya). Sumpah ya, aku nyesel banget bawa makanan banyak dari rumah, dan semuanya hampir belum ada yang aku makan. Udah gitu aku dan temen-temen dapet makanan lagi, dapet makanan lagi. Makanan-makanan itu cuma bisa aku taruh didalem tas tanpa bisa aku makan hari itu. Gimana mau makan kalo sariawan di lidah aku sakitnya luar biasa? Alhasil, makanan-makanan itu cuma numpuk di tas aku. Tas aku isinya penuh sama makanan doang!

Setelah duduk-duduk beberapa lama didepan kantor Trans Corp, kami pun diperintahkan masuk mobil dan pulang. Perjalanan pulang terasa lebih cepet dibanding perjalanan waktu menuju ke Jakarta. Dan karena capek, aku pun banyak tidur selama di perjalanan. Yah, mungkin itulah yang menyebabkan perjalanan terasa lebih cepet.


Sekitar jam setengah tujuh pagi, kami turun didepan kampus. Aku mampir dulu ke kost-an Sherly dkk buat ngambil beberapa botol multivitamin yang ditugasin dosen buat dijual untuk mata kuliah Enterpreneur dan Marketing sekalian minjem sisir. Setelah itu aku pulang deh.. nggak bawa oleh-oleh apapun, kecuali makanan-makanan yang nggak sempet aku makan.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;