Sabtu, 19 April 2014

Having Time with Safira & Shinta

What a great Saturday! Hari ini aku menghabiskan hari bersama dua orang temen baik aku. Bukan.. bukan Putri Ayu dan Rohayati seperti biasa, tapi Safira dan Shinta. Well, Safira itu temen SMP dan SMA aku. Aku pernah sekelas sama dia selama tiga tahun yaitu dikelas dua SMP, dikelas dua SMA, dan dikelas tiga SMA. Sedangkan Shinta itu temen SMP aku. Aku sekelas sama dia selama satu tahun dikelas dua SMP, sebangku pula.

Aku udah janjian ketemuan sama mereka sejak sekitar seminggu yang lalu. Kami janjian ketemuan dirumah Safira sekitar jam 11 siang, tapi aku baru dateng disana sekitar jam setengah 12. Sedangkan Shinta dateng beberapa menit setelah aku.

Aku sempet bingung juga sih waktu nyari rumahnya, padahal aku udah beberapa kali kesana, cuma aku lupa. Wajar lah, coz udah lama banget. Aku inget gangnya. Tapi pas masuk ke gang itu, aku ketemu dua jalan yang bercabang dua. Aku bingung harus jalan ke kanan atau ke kiri. Akhirnya aku SMS Safira, nanyain jalan mana yang harus aku ambil. Eh, dia malah nyuruh aku nunggu di pos hansip disebelah gang. Akhirnya aku balik lagi ke ujung gang dan nunggu dia disana.

Tiba-tiba dia nongol dari celah gang disebelah sebuah rumah gitu deh. Dia manggil aku kemudian ngeloncatin pembatas rumah yang menghubungkan rumah itu dengan rumah dia. Aku dan dia salam-salaman gitu, trus dia ngajak aku ngeloncatin pembatas itu kayak yang dia lakuin tadi. Ckckck.. aku jadi curiga tuh anak diem-diem sering bergerilya di malam hari dan ngeloncatin pager-pager tetangganya (baca : jadi maling). Ok, abaikan!

Dia langsung ngajak aku masuk kerumahnya, kemudian mempersilahkan aku duduk, dan ngasih aku minum. Kami berbasa-basi sebentar. Yah, nanyain kesibukan masing-masing gitu deh. Hingga akhirnya Shinta nongol.

Rada canggung juga sih waktu ngobrol sama Shinta. Coz udah lama nggak ketemu sih. Udah gitu aku dan dia sama-sama pendiem, jadi deh kami diem-dieman. Diantara kami, Safira yang paling cerewet. Dia yang paling banyak bikin topik pembicaraan, mulai dari cerita tentang temen-temen lama, pengalamannya dijauhin sahabat sendiri, tentang dia dan cowoknya, sampe tentang rencana dia nikah bulan Juni depan. Dia bercerita sambil sesekali menyelipkan kata-kata bijak yang entah dia dapet darimana.

Yap, bentar lagi temen aku yang satu itu bakal nikah! What a surprise! Di umurnya yang masih muda, 19 tahun (sebulan lebih muda dari aku) dia udah mutusin buat nikah. Ya nggak salah sih. Apalagi dia udah pacaran sama cowoknya lumayan lama (lima tahun boo!), cowoknya udah mapan, baik pula. Bayangin aja, selama lima tahun mereka pacaran itu mereka bahkan nggak pernah foto berdua, makan bareng di resto, dan nonton bareng di bioskop sama sekali. Beda banget kan sama pasangan-pasangan kebanyakan? That's cool!

Setelah ngobrol banyak, kami makan di sebuah warung Mie Yamin. Kami pesen tiga porsi mie yamin dan tiga teh botol. Seporsi mie yamin harganya sepuluh ribu, sementara teh botol harganya tiga ribu. Enak lho! Maybe aku bakal balik lagi kesana nanti. Hahaha..

Habis makan, kami sempet jalan-jalan ke Grage Mall. Nggak ngapa-ngapain, cuman jalan-jalan doang sebentar (plus numpang ngadem. mwahahaha..). Maklumlah, kami bertiga emang lagi pada cekak duit. Wakakakak..

Setelah jalan-jalan, kami balik lagi kerumah Safira, sholat Ashar sebentar, lalu lanjut ngobrol lagi. Kami ngobrol banyaaaaakk banget sampe hari sore. Topik terakhir yang kami obrolin adalah topik tentang first love kami masing-masing.

Aku dan Fira bercerita tentang pengalaman kami naksir sama kakak kelas di SMA, sedangkan Shinta bercerita tentang pengalamannya naksir temen sekelas di SMA. Kami bercerita tentang gimana pengecutnya kami waktu itu karena kami cuma bisa menyimpan perasaan tanpa bisa mengungkapkan. Fira bercerita tentang gimana senengnya dia waktu pertama kali disenyumin sama kakak kelas yang dia taksir, gimana lesung pipit dikedua pipi kakak itu udah berhasil nyuri hatinya. Aku bercerita tentang pengalaman pertama dan terakhir aku berinteraksi secara langsung dengan kakak kelas yang aku taksir (aku nyebut dia Pretty Boy). Saat itu aku ngembaliin kertas angket yang dia bagiin ke kelas aku sambil bilang "Ini, Kak", dan dia jawab, "Makasih ya.." sampe akhirnya satu kalimat pendek dari dia itu aja berhasil bikin aku nggak bisa tidur semaleman. Shinta bercerita tentang gimana berkesannya saat-saat ketika dia dan cowok yang dia taksir belajar Matematika bareng. Yap, cinta emang bisa bikin satu hal kecil dari dia begitu bermakna.

Yaaaahh.. pengalaman kami dan apa yang kami rasakan emang nggak jauh berbeda. Kami sama-sama nyimpen SMS-SMS dari orang yang kami taksir, meskipun SMS-SMS itu banyak dan kurang penting isinya. Bahkan kami rela ngapus SMS-SMS yang penting, asalkan SMS-SMS mereka tetep tersimpan di inbox. Kami sama-sama speechless dan salah tingkah ketika berhadapan dengan mereka. Dan kami sama-sama sulit ngelupain mereka. Well, people might think I'm crazy. Bayangin aja, aku nyimpen perasaan aku pada Pretty Boy sejak tahun 2009 sampe sekarang! Hampir lima tahun! Aku bahkan nggak yakin dia masih inget sama aku. Yah, waktu aku jadian sama cowok Jakarta, aku emang sempet ngelupain dia. Tapi ketika aku udahan sama cowok itu, feeling aku justru balik ke dia lagi. Hal ini juga terjadi pada Shinta. Shinta punya nasib yang sama dengan aku. Kami sama-sama menyimpan perasaan terlalu lama pada seseorang, tapi nggak pernah berani mengungkapkan.. sampe sekarang.

Beda sama Safira. Dia akhirnya bisa move on sama cowoknya yang sekarang dan berani mengungkapkan apa yang dia rasain dulu ketika pada suatu hari kakak kelas itu ngajak dia jalan. Fira menolak ajakan kakak itu dengan alasan bahwa dia udah ada yang punya. Dia juga mengatakan pada kakak kelas itu bahwa dia pernah suka sama kakak itu.

Anyway, mungkin diantara kami bertiga, aku lah yang paling ngenes. Coz aku sama sekali nggak pernah nikmatin saat-saat bersama orang yang aku taksir. Safira sering telepon-teleponan dan SMS-an sama kakak kelas pujaannya. Sementara Shinta sering belajar bareng sama cowok yang dia suka. Lah aku? Dia berdiri beberapa meter dari aku aja rasanya udah kayak pengen semaput. Konyol banget kan?

Sebenernya permasalahan aku cuma satu sih. Apa lagi kalo bukan karena krisis percaya diri? Aku ngerasa kok kayaknya jomplang banget ya perbedaan antara aku dan dia. Aku mah nyadar diri aja sih. Aku ngerasa aku terlalu berani untuk suka sama orang kayak dia. Gimana nggak? Cewek less socially kayak aku kok berani naksir sama cowok populer kayak dia. Aneh nggak sih?

Emang sih, selama ini aku ngerasa kayaknya Tuhan cukup sering berbaik hati mempertemukan aku dan dia pada saat yang nggak terduga. Pertemuan nggak terduga yang pertama yaitu ketika bulan-bulan awal masuk SMA. Malem itu aku lagi nunggu angkot bareng ibu dan adik aku sepulang dari rumah nenek aku, dan dia lewat tepat didepan aku. Saat itu aku cuma bisa membisikkan namanya sambil natap punggung dia yang makin ngejauh. Kemudian ketika aku pengen ke warnet bareng temen-temen SMA aku dikelas sepuluh, aku ngeliat dia baru pulang sekolah, duduk disebelah sopir angkot, dan angkot itu berhenti tepat didepan aku dan temen-temen aku. Kami kembali dipertemukan kembali pada saat yang nggak terduga ketika perayaan Agustusan di lapangan deket rumah nenek aku tahun 2010 lalu. Aku bahkan nonton dia tampil bawain dua lagu sambil main gitar di acara itu. Kemudian Oktober 2012 kami bertemu dengan nggak sengaja di acara hajatan tetangga nenek aku, waktu itu dia pake kemeja batik warna biru. Dan terakhir aku ketemu dia pada saat yang nggak terduga yaitu di acara Tabligh Akbar yang diselenggarain di Alun-Alun Kejaksan bulan November 2013 lalu. Aku ngeliat dia cuma beberapa detik diantara kerumunan sekian ribu jemaah, tapi yang aku rasain lebih dari apa yang bisa aku ungkapin dengan kata-kata. Aku pernah nulis tentang pertemuan itu di postingan aku yang berjudul God's Unpredictable Scenario.

Aku sempet menceritakan tentang beberapa pertemuan nggak terduga itu pada Shinta dan Safira. Mereka bilang, "Mungkin aja kalian jodoh.."
God.. Mungkinkah? Aku berharap demikian sih.. tapi tetep aja aku ngerasa aneh. Apa mungkin? Well, kalo emang apa yang Safira dan Shinta bilang itu bener, mungkin makhluk perfect kayak dia dan makhluk yang jauh dari perfect kayak aku bakal jadi saling melengkapi. Tapi kalo dipikir-pikir.. aku dan dia sama-sama berbintang Cancer, sama-sama pendiem. Kalo dua-duanya pendiem apa bisa nyatu? Ibarat dua magnet yang didekatkan pada kutub yang sama, maka keduanya bakal jadi tolak menolak kan? Haaahh.. entahlah. Semuanya masih rahasia Tuhan..

BTW, aku kok jadi curhat tentang dia sih? (=__=')

Yah, udahlah. Kalo ngomongin masalah first love emang nggak pernah ada abisnya. Selalu aja jadi panjang. Aku dan dua temen aku itu ngobrolin topik itu sampe hari gelap, bahkan buat aku rasanya masih kurang. Begitulah kalo udah asik ngobrol, waktu berasa lari cepet banget.

Pulangnya, aku dan Safira sempet beli Cappuccino Cincau di pinggir jalan. Dari beberapa waktu lalu, aku selalu penasaran sama rasa minuman yang satu ini. Kok kayaknya aneh banget gitu, cappuccino dicampur cincau. Baru hari ini aku beli, ternyata rasanya lumayan juga. Tapi sayang, terlalu manis. Padahal kan lebih enak kalo ada rasa pait-pait kopinya. Yah, seenggaknya aku udah nggak penasaran lagi sekarang.


Haaaahh.. seneng banget aku hari ini. Nggak sabar buat ketemu mereka lagi dua bulan dari sekarang :DAku sempet menceritakan tentang beberapa pertemuan nggak terduga itu pada Shinta dan Safira. Mereka bilang, "Mungkin aja kalian jodoh.."
God.. Mungkinkah? Aku berharap demikian sih.. tapi tetep aja aku ngerasa aneh. Apa mungkin? Well, kalo emang apa yang Safira dan Shinta bilang itu bener, mungkin makhluk perfect kayak dia dan makhluk yang jauh dari perfect kayak aku bakal jadi saling melengkapi. Tapi kalo dipikir-pikir.. aku dan dia sama-sama berbintang Cancer, sama-sama pendiem. Kalo dua-duanya pendiem apa bisa nyatu? Ibarat dua magnet yang didekatkan pada kutub yang sama, maka keduanya bakal jadi tolak menolak kan? Haaahh.. entahlah. Semuanya masih rahasia Tuhan..

BTW, aku kok jadi curhat tentang dia sih? (=__=')

Yah, udahlah. Kalo ngomongin masalah first love emang nggak pernah ada abisnya. Selalu aja jadi panjang. Aku dan dua temen aku itu ngobrolin topik itu sampe hari gelap, bahkan buat aku rasanya masih kurang. Begitulah kalo udah asik ngobrol, waktu berasa lari cepet banget.

Pulangnya, aku dan Safira sempet beli Cappuccino Cincau di pinggir jalan. Dari beberapa waktu lalu, aku selalu penasaran sama rasa minuman yang satu ini. Kok kayaknya aneh banget gitu, cappuccino dicampur cincau. Baru hari ini aku beli, ternyata rasanya lumayan juga. Tapi sayang, terlalu manis. Padahal kan lebih enak kalo ada rasa pait-pait kopinya. Yah, seenggaknya aku udah nggak penasaran lagi sekarang.

Haaaahh.. seneng banget aku hari ini. Nggak sabar buat ketemu mereka lagi dua bulan dari sekarang :D

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;