Kamis, 24 September 2015 1 komentar

Be The Light, by One Ok Rock

Just the thought of another day
How did we end up this way
What did we do wrong?
God

Even though the days go on
So far, so far away from
It seems so close

Always weighing on my shoulder
A time like no other
It all changed on that day
Sadness and so much pain

You can touch the sorrow here
I don’t know what to blame
I just watch and watch again
O...

Even though the days go on
So far, so far away from
It seems so close

Even though the days go on
So far, so far away from
It seems so close

What did it leave behind?
What did it take from us and wash away?
It may be long
But with our hearts start a new
And keep it up and not give up
With our heads held high

You have seen hell and made it back again
How to forget? We can’t forget
The lives that were lost along the way
And then you realize that wherever you go
There you are
Time won’t stop
So we keep moving on

Yesterday’s night turns to light
Tomorrow’s night returns to light
O... Be the light

Always weighing on my shoulder
A time like no other
It all changed on that day
Sadness and so much pain

Anyone can close their eyes
Pretend that nothing is wrong
Open your eyes
And look for light
O...

What did it leave behind?
What did it take from us and wash away?
It may be long
But with our hearts start a new
And keep it up and not give up
With our heads held high

Yeah, yeah...

You have seen hell and made it back again
How to forget? We can’t forget
The lives that were lost along the way
And then you realize that wherever you go
There you are
Time won’t stop
So we keep moving on

Yesterday’s night turns to light
Tomorrow’s night returns to light
O... Be the light

Some days just pass by and
Some days are unforgettable
We can’t choose the reason why
But we can choose what to do from the day after
So with that hope, with that determination
Let’s make tomorrow a brighter and better day



***


This song has just stolen my heart. Well, mungkin aku terlalu terbuai dengan lagu Wherever You Are yang sensasi menghanyutkannya melebihi coklat Cadbury, sehingga meskipun udah dua tahun lamanya aku jadi penikmat lagu-lagu One Ok Rock, tapi baru sekarang-sekarang ini aku menyadari bahwa mereka punya lagu sedahsyat ini.

Be The Light. Aku baru aja download dan denger lagu ini kemarin setelah iseng nge-stalk salah satu thread di Kaskus yang membahas tentang lagu-lagu dari band asal Jepang ini, dan langsung jatuh cinta sejak pertama kali dengar, sampe-sampe dalam sekejap lagu ini udah ada di posisi teratas Most Played di playlist-ku setelah lagu Wherever You Are saking seringnya didengerin. Yeah, I just can’t stop listening to this powerful song. Ya, aku sebut lagu ini powerful karena lagu ini punya efek lumayan besar bagi pendengarnya. You know what? I was crying. Gimana enggak? Lagu yang emosional dan sarat akan renungan ini dibawakan dengan penuh penghayatan oleh sang vokalis. Kebetulan juga waktu itu aku lagi down dan butuh siraman motivasi serta sesuatu untuk meluapkan emosi. Lagu ini bener-bener masuk ke playlist-ku pada waktu yang tepat.

Ketika dengerin lagu itu, it feels like Taka was singing for me. It feels like.. I wanna hug everyone in the band and thank them for making this awesome song. Iya, aku tau, lagu ini sebenernya didedikasikan bagi para korban Tsunami yang melanda Jepang tahun 2011 lalu. Tapi coba resapi liriknya.. Penerima pesan dari lagu ini sebenernya luas, nggak hanya sebatas pada para korban Tsunami Jepang aja, dan aku adalah salah satu—dari sekian banyak pendengar lagu ini yang bukan korban Tsunami Jepang—yang tersentuh dengan lagu ini. Aku yakin, kalo saat ini juga ada orang yang ngasih aku motivational video dengan backsound lagu ini, aku pasti bakal nangis kejer :’))

“Tidak ada gunanya meratapi masalah yang Tuhan berikan, karena waktu akan terus berjalan, dan meratap bukanlah jalan untuk membuat segalanya menjadi lebih baik. Yang harus kita lakukan adalah bangkit, lihat ke depan, terus melangkah, dan jangan menyerah, karena hanya dengan cara itu kita bisa membuat hari esok menjadi lebih baik,” kira-kira begitulah makna dari lagu ini.

Well, siapa bilang itu semua mudah? Terkadang memang sulit rasanya menerima apa yang sama sekali nggak kita inginkan : kekurangan, kehilangan, kekecewaan.. masalah apapun itu. Betapa rasanya Tuhan  beserta dunia ini nggak adil, tanpa kita sadari bahwa Tuhan punya maksud lain dibalik masalah itu. Mungkin kita bersalah, dan Tuhan ingin kita menyadari kesalahan apa yang udah kita perbuat. Mungkin Tuhan ingin menguji kita, menempa kita agar menjadi insan yang lebih dewasa dan bijak.

Wait, wait.. Aku kok bisa bilang gini yak?
Baiklah, aku akui, aku juga ngerasain kok yang namanya kecewa akan sesuatu yang Tuhan berikan. Ada satu kekurangan dalam diri aku yang bener-bener mengganggu dan membelengguku selama bertahun-tahun.. Sesuatu yang membuatku mungkin keliatan berbeda dengan orang lain.. Sesuatu yang membuatku terkadang membenci diri sendiri.. Sesuatu yang sama sekali nggak aku ngerti kenapa bisa ada padaku.. Dan sesuatu yang aku sebut sebagai masalah terbesar dalam diri, karena sangat mempengaruhi pandangan orang lain terhadapku.

Aku akui, cukup sering aku meratap sama Tuhan, kenapa aku kayak gini, dan kenapa Tuhan nggak kunjung mengangkat kekuranganku itu meskipun hatiku udah menjerit dan memohon berulang-ulang. Dan yang bisa aku lakuin hanyalah ngejalanin hidupku seperti biasanya sambil berharap suatu saat nanti aku bisa menjadi lebih ‘normal’.


So, hanya dengan kalimat bijakku yang diatas tadi bukan berarti aku tangguh, karena pada dasarnya kalimat-kalimat tadi juga ditujukan buat diri aku sendiri yang masih berusaha yakin bahwa Tuhan punya maksud baik dibalik kekurangan dan setiap masalah yang Dia kasih ke aku. Hopefully..
Kamis, 03 September 2015 0 komentar

Welcome Home, New Gadgetfriend!

Hari ini aku punya ‘pacar’ baruuuu..
Kenalin nih, si ganteng yang kutebus dengan gaji keduabelas-ku, Zenfone 4C!





Oke, aku tau barang ini bukan barang baru mengingat dia udah lahir sejak tahun lalu. Tapi ya whatevs lah.. mau barang lama, mau barang baru, yang penting kan speknya :3

Sebenernya sebelumnya aku nggak pernah denger nama ‘Asus Zenfone’. Aku baru tau nama ini ketika salah satu temen dumayku—yang waktu itu sering ngobrol via chat di BBM—mengungkapkan betapa tergila-gilanya dia sama Asus Zenfone 5, dan dia kepengen banget punya. Karena penasaran, akhirnya aku browsing. Pengen tau gitu, yang mana sih yang namanya Asus Zenfone 5.

Setelah browsing-browsing, baru deh aku tau bahwa Asus Zenfone Series merupakan salah satu seri Android terlaris saat itu, bahkan maybe sampe saat ini. Aku jadi ikutan ngiler Asus Zenfone juga. Beda dengan temenku yang ngiler Zenfone 5, aku justru jatuh cinta sama Zenfone Pegasus. Sayangnya Pegasus ternyata nggak masuk ke pasar Indonesia. Akhirnya pilihanku jatuh di Zenfone 4S, karena selain ukurannya yang nggak begitu besar—4,5 inch—juga karena harganya yang lebih ramah di kantongku. Mwehehe..

Daaann.. setelah penantian selama beberapa bulan, akhirnya ketebus juga. Walau duit limited sih. Andai aku nggak butuh-butuh banget, mungkin bisa ditunda. Masalahnya android Evercoss-ku yang umurnya sekitar kurang lebih setahunan itu udah menurun gitu performanya. Masa setiap data internetnya ‘on’, hape itu mati. Dan nggak cuman pas data internetnya ‘on’ aja, tapi juga saat aku nyalain kamera atau muter musik pun kadang-kadang hape itu suka mati. Kalo mau tetep hidup, charger-nya harus nyambung. Aku duga sih masalahnya ada di baterainya. Pasalnya baterainya udah obesitas gitu, macam orang kelebihan lemak. Selain itu kamera belakangnya buram entah kenapa, dan audio sound-nya naik turun (kalo ini udah jelas bukan masalah baterai).

Akhirnya putuslah hubunganku dengan si Evercoss A28B itu. Aku kasih ke ibuku. Tapi untuk sementara ini sih hape itu dipegang adikku dulu, buat main game gitu deh, coz layarnya kan emang lumayan gede. Yah, setidaknya lebih gede dari layar hape adikku. Nanti kalo aku udah beli pengganti baterainya, baru hape itu resmi jadi hak milik ibuku. Aku bakal ajarin pake BBM nanti. Mwehehe..

Well, Asus Zenfone yang aku beli emang agak melenceng dari rencana sih. Aku sempet berubah minat gitu, yang tadinya interested sama Zenfone 4S jadi interested sama Zenfone 5 Lite karena kapasitas baterai dan ukuran resolusi kamera yang lebih besar. Toh, perbedaan harganya nggak jauh-jauh banget.

Jadilah hari Rabu itu—tepatnya kemaren—aku mengunjungi salah satu toko seluler terbesar di bumi Cirebon ini sepulang kerja. Begitu menginjakkan kaki di depan pintu masuk toko, aku disambut dengan seorang cowok berkemeja hitam kotak-kotak. Dia nyamperin aku dan bertanya, “Cari hape apa, Teh?”
“Asus ada?” tanyaku balik.
“Oh ada.” Kemudian cowok itu nganter aku kedalem toko. Dari stylenya sih aku duga dia itu supervisor toko. Coz pakaiannya berbeda dengan rekan-rekannya yang mengenakan kaos atau kemeja yang masing-masing mengusung berbagai nama brand perangkat seluler yang mereka promosikan.

Eh, pas nyampe didalem toko dan nyebutin tipe Asus yang aku cari, aku malah dihadapkan sama hape-hape Zenfone second. “Wah, Zenfone-nya kosong, Teh. Adanya ini aja,” katanya. Kemudian seorang cowok dengan gaya bicara agak feminin yang berdiri disebelahku nyambung, “Pake O*** aja, Teh. Lebih bagus lho. Processor-nya aja udah quadcore. Tapi harganya nggak beda jauh kok, malah lebih murah..,” katanya. Dari bordiran nama brand di kaos bagian dada kanannya sih aku menyimpulkan bahwa cowok itu pastilah SPB dari brand yang dia sebut tadi.

Kemudian dua orang itu membawaku ke rak-rak dimana produk-produk brand O*** dipajang. Trus mulai deh mereka menyebutkan kelebihan-kelebihan dari produk itu sambil mempraktekannya, dan membujukku buat beli. Kebetulan tiga rekan kerjaku—Mas Aris, Mas Daus, dan Pak Zuhri—pake produk ini. Lumayan bagus sih.. Aku suka dengan cara kamera dari produk itu mengambil gambar kita. Kita cukup bilang ‘cheers’, dan secara otomatis, kameranya nge-shoot. Selain itu, kalo kita males ngetik pesan, kita cukup ngomong aja didepan mikrofon produk tersebut, dan secara otomatis, apa yang kita omongin itu muncul di layar dalam bentuk teks. Keren, emang keren. Tapi karena tiga rekanku pake produk itu, aku juga jadi tau kelemahannya, dan apa-apa aja yang sering dikeluhkan dari produk itu. Makanya aku kurang tertarik. Aku tetep prefer ke Asus. Lagipula dari awal aku cuman fokus browsing mengenai Asus, mulai dari harga, kelebihan, kekurangan, sampe testimoni-testimoni para user-nya. Well, aku emang selalu melakukan ini sebelum membeli gadget. Biar nggak nyesel gitu. Jadi nggak bisa asal beli produk yang lain. So, aku pamit deh dari tempat itu. Kasian juga dua mas-mas itu udah ngomong sampe mulutnya berbusa-busa gitu. Mana mereka sempet banting-banting hape itu lagi (maksudnya buat ngebuktiin kalo produk itu kuat, anti retak dan goresan).

Heran deh.. Di toko seluler sebesar itu kok Asus Zenfone aja nggak ada? Menurutku nggak sesuai dengan nama tokonya yang jelas-jelas mengesankan bahwa toko itu merupakan toko seluler serba ada (I can’t mention its name, Guys. sorry..). Setelah dari toko itu, tadinya aku mau ngunjungin toko seluler yang lain. Tapi karena keburu males, plus karena saat itu aku lagi kurang enak badan, akhirnya aku memutuskan buat pulang.

Dan hari ini.. baru deh kesampean beli Zenfone. Siang tadi, aku pergi dianter adik. Sebelumnya kami ke Asia Supermarket dulu buat beli tissue titipan ibu dan makanan kucing. Setelah itu, baru deh kami ke toserba di sebelahnya buat nyari si Zenfone 5 Lite. Ternyataaa.. nggak gampang nyarinya. Yang aku temuin disana justru Zenfone 4C. Nggak tertarik, kami ke PGC. Eh, di PGC malah nggak ada sama sekali. Akhirnya kami meluncur ke Grage Mall.

Aku dan adik masuk ke Grage Mall dari pintu masuk Grage Mall yang menghadap langsung ke parkiran motor. Kami jadi nggak perlu jalan terlalu jauh deh. Kami jalan luruuuus aja dari situ, sampe kemudian seorang mbak-mbak berkerudung yang berdiri didepan sebuah toko nawarin, “Cari apa, Mbak? S*ms**g, O***, Asus..”
Kami langsung berenti disitu. “Zenfone 5 Lite, ada?”

Langsung deh, si pemilik toko yang berwajah Chinese itu ngeluarin produk yang aku cari. Tapi pas aku liat kardusnya kok tertera ‘Asus Zenfone 5’, nggak ada ‘Lite’-nya. Harganya pun berbeda jauh dengan yang disebutkan di internet. “Ini Zenfone 5 yang biasa ya? Bukan yang Lite?” Tapi si pemilik toko malah keukeuh bilang bahwa itu adalah produk yang sama. Padahal jelas-jelas dari spek aja mereka berbeda, dan harga Zenfone 5 Lite nggak nyampe dua juta seratus ribu seperti yang mereka tawarkan. Akhirnya karena barang yang dicari susah banget ditemuin, aku memutuskan buat menebus Zenfone 4C.

Bisa dibilang Zenfone 4C ini kembarannya Zenfone 4S. Hanya aja speknya lebih bagus. Kapasitas baterainya lebih besar (nggak beda jauh dengan Zenfone 5) dan bersifat removable (beda dengan baterai Zenfone 4S yang non-removable). Produk ini tersedia dalam dua pilihan ukuran RAM. Ada yang 1 GB dengan harga sejuta dua ratus ribu, dan ada yang 2 GB dengan harga sejuta lima ratus. Aku ambil yang 2 GB.

Asli, aku suka banget sama kameranya, terutama kamera belakang. Tajem dan bening gitu. Udah gitu fitur bawaannya banyak. Nggak cuman filter, tapi ada juga fitur GIF, fitur selfie, depth of field, de el el.. Bahkan fitur panorama—yang kata karyawan toko tadi itu nggak tersedia di produk ini—ternyata ada. Dan ternyata aku juga nggak perlu-perlu banget beli antigores. Salah kalo karyawan toko tadi bilang bahwa hape ini butuh antigores, karena hape ini udah punya lapisan oleophobic coating di layarnya sebagai lapisan pelindung :D


So, the point is.. produk ini cukup memuaskan! Yang mengecewakan cuman jenis font-nya yang nggak bisa ganti secara keseluruhan—selain di root—dan paketnya yang nggak menyediakan earphone. Dengan kata lain, earphone-nya harus beli sendiri (=__=’) Whatever, tunggu tiga minggu setelah ini. Semoga nggak ada penyesalan yang berarti setelah aku menebus hape ini.

Total Tayangan Halaman

 
;