Selasa, 12 Januari 2016
Beberapa waktu lalu sebelum hari kelulusan, aku sempet bertekad untuk kuliah lagi dan ambil jurusan Sastra Inggris di sekolah tinggi ilmu bahasa asing di kotaku, setelah awalnya aku sempat bingung memilih antara Sastra Inggris dan Sastra Jepang. Tapi setelah itu, aku kembali bimbang. Aku pengen memperdalam English skill-ku, tapi juga pengen belajar bahasa Jepang, sehingga aku memutuskan untuk ambil kursus aja, kursus Bahasa Inggris dan kursus Bahasa Jepang.

Well, dari dulu aku memang antusias banget belajar bahasa. Aku udah mulai antusias sama bahasa Inggris sejak kelas dua SD. Aku selalu terkagum-kagum setiap kali denger orang bicara pake bahasa itu. Aku yang hobi surat-suratan sama sepupuku terkadang menulis surat pake bahasa Inggris. Eit, jangan mikir berlebihan dulu. Aku menulis dengan bantuan kamus, menterjemahkan kata perkata dan bahasanya amat sangat nggak karuan :
"Hello, Gege. What news? News I fine fine only. I hope you fine too.."
*Silahkan terjemahkan sendiri*

Kemudian di kelas tiga, aku paling rajin dateng ke les Bahasa Inggris yang waktu itu belum jadi mata pelajaran wajib di sekolah. Bahasa Inggris baru jadi mata pelajaran wajib pas kelas empat, dan ini selalu jadi mata pelajaran favoritku.

Ketika masuk SMP, aku mulai ngefans sama Nidji, dan termotivasi buat memperdalam bahasa Inggris setelah denger sang vokalis berbicara pake bahasa Inggris di sebuah acara talkshow. Sejak saat itu, aku mulai iseng menterjemahkan lagu-lagu Nidji yang berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia.. masih pake kamus, dan masih nggak karuan. Misalnya aja, lagu Child :
"Aku adalah satu.. Aku adalah anak.. Aku adalah orang suci yang pawai di cinta.. Aku adalah rasa sakit.. Rasa sakit listrik.. Baut guntur dalam hujan.." -_-

Bahasa Inggris selalu jadi mata pelajaran favoritku. Aku juga selalu suka guru-guru yang mengajarnya (kecuali guru Bahasa Inggris di kelas dua SMP yang pernah menuduhku mencontek saat ulangan Bahasa Inggris cuma gara-gara murid kesayangannya di-remed, sementara aku enggak). Tapi walaupun udah lama mempelajarinya dan selalu menjadikannya sebagai mata pelajaran favoritku, aku nggak pernah ikut les (kecuali les Bahasa Inggris di kelas tiga SD yang aku ceritain tadi), alhasil ya ilmuku masih segitu-segitu aja. Jujur, aku masih sering kesulitan menyusun kalimat panjang dalam bahasa Inggris, apalagi mempraktekannya secara lisan. Itulah kenapa aku pengen mempelajarinya lebih dalam lagi.

Di kelas satu SMP juga, aku mulai belajar bahasa Jepang. Itupun belajarnya cuma lewat radio. Saat itu, ada stasiun radio RI yang menyiarkan acara belajar bahasa Inggris setiap hari Rabu sore. PRO-2 FM namanya, sedangkan nama acaranya Moshi-Moshi. Pembicaranya adalah sensei dan mahasiswa jurusan Bahasa Jepang dari Stiba Invada. Aku selalu antusias nyimak acara ini, apalagi acaranya diselingi lagu-lagu Jepang gitu. Sambil menyimak, aku juga biasanya menulis materi yang disampaikan sama Si Pembicara. Beberapa bulan kemudian, aku lupa kenapa, aku nggak lagi belajar bahasa Jepang via radio, sampe akhirnya beberapa tahun kemudian pelajaran ini jadi mata kuliah di kampus di semester tiga dan empat.

Tapi karena belajar Bahasa Jepang di kampus hanya berlangsung selama kurang lebih satu tahun, dan mata kuliah itu cuma ada dua kali seminggu, kadang juga satu kali seminggu, maka pelajaran yang aku dan temen-temen terima masih sedikit banget. Aku belum menghafal huruf hiragana, bahkan belum mengenal huruf katakana, apalagi kanji. Makanya aku pengen banget mempelajarinya juga.

Aku pengen.. Pengen banget mulai belajar saat ini juga. But yeah, biayanya belum tersedia. Haha..
Aku nggak mungkin minta dikuliahin lagi ataupun minta les sama orangtuaku. Adikku yang baru lulus SMK aja belum sempat dikuliahin, masa aku yang baru wisuda minta kuliah lagi. Nggak adil juga kan..

Saat ini aku masih belum bekerja lagi pasca resign bulan November lalu. Aku butuh ijazah D3-ku. Aku penasaran pengen melamar kerja sebagai Librarian di sekolah elit di dekat rumahku. Sebuah pekerjaan yang aku yakin bakal membuat aku nyaman. Gimana enggak? Dengan menjadi Librarian, aku bakal dikelilingi banyak buku dari dalam maupun luar negeri—mengingat sekolah itu adalah sekolah bertaraf internasional. Selain itu, orang-orang internal di sekolah itu juga sehari-harinya menggunakan bahasa Inggris buat berkomunikasi. Kalo aku bekerja disana, aku juga bisa sekaligus mengasah English speaking skill-ku. Kemudian upah kerjanya bisa aku pake buat ambil les. Huaaahh..

Sayangnya pihak kampus belum mengundang aku dan temen-temen alumni seangkatanku buat ngambil ijazah itu. Makanya sekarang aku cuma bisa nunggu, walaupun rasanya bosan banget di rumah seharian. Mau melamar kerja, tapi aku nggak Pe-De kalo melamar kerja dengan ijazah SMA, apalagi melamar pekerjaan di sekolah yang aku sebutkan tadi.
Tahun lalu, aku sempat bermimpi bisa mulai ambil les di sekitar pertengahan tahun inki, tapi kalo ngeliat kondisi sekarang, kayaknya sangat mustahil kalo aku bisa kuliah ataupun ambil les tahun ini. That's why, aku berpikir.. kayaknya untuk sekarang-sekarang ini lebih baik aku belajar otodidak aja kali ya..

Iya. Aku pengen cepet fasih berbahasa Inggris dan bisa berbahasa Jepang, tapi aku nggak bisa nunggu lama untuk bisa ambil les. Toh, sambil nunggu ijazah, aku punya banyak waktu luang buat belajar. Aku juga punya buku-buku, materi yang didapat selama kuliah, dan kamus. Internet pun punya semuanya. Aku bisa belajar dari itu semua. 

OK then..
Gitu aja. Mulai besok aku mau belajar. Wish me luck ^^

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;