Sepertinya belakangan ini
aku banyak pikiran. Entahlah.. Rasanya aku merindukan terlalu banyak hal. Aku
kangen sama hampir semua hal yang terjadi di masa lalu, dan mungkin sangat
mustahil buat terulang. Aku kangen masa kecil, kangen masa-masa jadi pelajar, kangen
masa seru-seruan bareng MCRmy dan BVB army, kangen kebersamaan bareng
orang-orang yang aku kenal di masa lalu—yang sekarang udah nggak seakrab dulu
atau bahkan lost contact..
Aku juga sering memimpikan
orang-orang yang bahkan nggak aku pikirkan, entah itu mereka yang aku kenal di
dunia nyata, maupun mereka yang aku kenal di dunia maya. Aneh juga sih, kalo
orang-orang di dunia maya pun sampe kebawa-bawa kedalam mimpi gitu. Padahal
bertatap muka langsung aja nggak pernah.
Semalem aku memimpikan
tiga situasi berbeda. Yang pertama adalah mimpi tentang sekolah SMA-ku. Well, sebenernya lokasi yang aku lihat
di mimpiku itu sama sekali nggak terlihat kayak sekolah SMA-ku dulu, malah
lebih mirip sekolah SD-ku walau nggak mirip-mirip banget. Tapi nggak tau kenapa
didalam mimpiku itu aku mengenal lokasi itu sebagai sekolah SMA-ku dulu. Tempatnya
tuh suram banget. Meskipun ada murid-murid dan staff, tapi karena jumlah mereka
sedikit, tempat itu jadi mirip tempat lokasi uji nyali. Ditambah lagi, nggak
ada penerangan, dan ada pohon kamboja gitu—udah kayak di kuburan. Pokoknya
menyedihkan banget lah. Yah, mungkin iya, sekolah SMA-ku udah mulai kehilangan
peminat. Tapi kondisi nyatanya nggak separah itu kan? Ah, aku jadi kangen sama
sekolahku itu. Udah lama aku nggak nengok kesana :/
Mimpi beralih ke situasi
dimana aku mengunjungi tempat kerjaku di Trusmi dulu. Cuma segelintir rekan
kerja yang aku temui di mimpi itu, tapi yang paling berkesan adalah waktu aku
menemui Mbak Ati—mantan leaderku. Ini
kedua kalinya aku memimpikan beliau di minggu ini. Tapi mimpinya tuh bertolak
belakang banget sama mimpiku yang sebelumnya. Di mimpiku yang sebelumnya, Mbak Ati dateng ke rumahku dan nanya kenapa aku
nggak main ke rumah dia gitu buat nengokin new
born baby-nya (ketika aku resign
dari Trusmi, Mbak Ati memang lagi hamil empat bulanan). Mimpinya tuh jelas
banget. Aku bahkan masih inget baju biru bergaris-garis putih yang dia pake di
mimpiku itu. Tapi di mimpi yang aku alamin tadi malam, Mbak Ati nangis waktu
aku tanya perihal bayinya. Dia bilang kalo dia keguguran lagi untuk kedua
kalinya (di kehamilan sebelumnya, Mbak Ati memang pernah keguguran karena
kondisi rahimnya lemah). Di mimpiku itu aku ikut nangis sama dia, dan ngehibur
dia gitu. Well, kayaknya aku kangen
dia deh, makanya kebawa mimpi sampe dua kali gitu. Kami udah long time no contact juga semenjak
BBM-ku aku uninstall karena sering isn’t responding. Mau SMS, canggung. Aku
harap sih dia dan bayinya baik-baik aja. Mbak Ati dan suaminya udah cukup lama
kepengen punya momongan. Beliau baik banget. Aku harap kali ini Tuhan berkenan
memberi mereka amanat buat jadi ibu dan bapak :)
Kemudian setelah itu
mimpiku berubah lagi. Di dalam mimpiku itu, aku ikut program magang ke Jepang yang
diselenggarakan sama suatu lembaga, ikut latihan fisik, minum air yang
dimasukin bunga krisan, tinggal di rumah tradisional Jepang yang lubang
pembuangan WC-nya mengarah langsung ke jurang.. WTF! Kayaknya aku terlalu
terpengaruh sama cerita-ceritanya Kak Rico. Saking antusiasnya nyimak
cerita-cerita pengalaman dia di Jepang, apa yang dia alamin sedikitnya jadi aku
alamin juga (dengan beda versi. yang dia alamin versi nyata, sedangkan yang aku
alamin versi dunia mimpi).
Ngomong-ngomong tentang
Jepang, belakangan ini juga aku banyak memikirkan hal-hal dan mimpi-mimpi yang
belum sempat dan belum bisa kucapai. Salah satunya adalah keinginan untuk ambil
kursus bahasa Jepang.
Well, beberapa waktu yang lalu aku memang memutuskan buat belajar
bahasa Jepang secara otodidak, dan aku benar-benar melakukannya. Tapi apa?
Ternyata belajar bahasa Jepang secara otodidak itu nggak gampang yaaaa.. Aku
hanya mengerti segelintir dari materi-materi pembelajaran bahasa Jepang yang
bejibun itu. Itupun yang aku mengerti cuma materi-materi yang pernah Ermi
Sensei ajarkan pas jaman kuliah di semester tiga dan empat dulu. Dan itupun aku
harus susah payah mengingatnya. Kalo udah begitu, pasti aja ujung-ujungnya aku
kesel sendiri. Lalu rasa keselnya merembet ke rasa menyesal karena pernah
meminjamkan catatan bahasa Jepangku ke salah satu temenku. Gimana nggak
menyesal?
Selama satu tahun aku
begitu antusias menyimak mata kuliah yang satu itu di kampus. Selama itu juga
aku semangat mengumpulkan materi-materi yang Ermi Sensei ajarkan dengan
mencatatnya setiap kali beliau mengajar. Aku bahkan melengkapinya dengan
beberapa materi yang aku ambil dari internet. Catatan-catatan itu kemudan aku
kumpulkan di buku khusus, dan aku tulis serapih-rapihnya. Ya ampun, padahal
kalo mata kuliah lain boro-boro deh aku catat di buku khusus, apalagi pake
ditambah-tambahin gitu. Palingan dicatat di binder yang isinya campur-campur
nggak karuan itu (nggak cuma catatan perkuliahan, tapi ada gambar-gambar random, lirik lagu, curhatan, gitu-gitu
lah :v). Pokoknya buku khusus catatan bahasa Jepang itu tuh berharga banget deh
buatku.
Sampe kemudian suatu hari
salah satu teman sekelasku meminjamnya. Coz
waktu itu dia mau ikut UTS susulan, sementara catatan bahasa Jepang dia nggak
lengkap. Akhirnya dia pinjam buku catatan bahasa Jepangku deh. Karena dia
bilang pinjam, ya aku pinjamin. Malam itu kami ketemuan di depan jalan menuju
rumahku. Aku sampe ngerasa nggak enak karena malam itu dia pake repot-repot
bawain aku beberapa bungkus roti dan snack segala. Aku menolak, tapi dia maksa
aku buat menerimanya. Ya udah aku terima deh. Aku pikir, mungkin itu sebagai
tanda terima kasih dia karena aku mau meminjamkan buku itu. Aku menyarankan ke
dia untuk mem-fotocopy buku itu aja,
biar dia nggak perlu repot-repot nulis (biar buku itu cepet balik juga
tentunya). Tapi apa? Buku itu nggak balik ke tanganku sampe sekarang..
seolah-olah roti dan snack yang waktu itu dia bawa adalah alat tukar atas
bukuku,seolah-olah ilmu yang kukumpulkan itu nggak berarti apa-apa buatku. Ugh!
Makanya aku pengen ambil
kursus aja lah. Aku butuh guru kalo materi-materi yang pernah aku pahami itu
pada barlen—bubar klalen—gini.
Entahlah kapan bisa aku wujudkan, yang penting niat aja dulu. Aku ngebet banget
pengen jadi translator dua bahasa asing—Inggris
Jepang, pengen ngerasain tinggal disana juga. Deeeeyyymm.. Aku envy aja
kalo inget temanku itu—Kak Rico—yang tanggal sepuluh April lalu udah duluan
terbang ke negeri sakura itu buat jadi Bang Toyib muda—menetap disana selama
tiga kali puasa tiga kali lebaran gitu deh. Well,
emang sih aku antusias kalo nyimak cerita-cerita dia. Aku jadi bisa tanya-tanya
juga tentang keadaan dan kebiasaan yang dilakukan disana. Tapi aku nggak bisa
bohong kalo aku envy. Huaaahh..
Kira-kira kapan ya aku
bisa menginjak tanah Jepang juga? :’)