Tiga hari berturut-turut
ini, aku udah nonton empat film keren. Yah,
bukan film yang dikategorikan baru memang, dan mungkin udah banyak yang tau dan
pernah nonton. Keempat film itu adalah The Lesson of the Evil yang rilis pada
tahun 2012, You are The Apple of My Eye yang rilis pada tahun 2011, Jurassic
World yang rilis pada tahun 2015, dan The Brain Man yang rilis pada tahun 2013.
Tiga diantaranya adalah film Asia. Well,
nggak tau kenapa aku tuh suka banget sama film Asia ketimbang film Western
gitu, apapun genrenya. Bukannya aku nggak suka film Western, hanya aja kalo
dibandingin sama film Asia, jujur aku lebih suka film Asia kayak Jepang,
Thailand, Taiwan, dan Korea gitu.
Now lemme tell you the synopsises.
THE LESSON OF THE EVIL
Yang parnoan sama darah
dan hal-hal gore lainnya sebaiknya nggak nonton film ini, karena film yang
diangkat dari novel
best seller
Jepang karya Yusuke Kishi ini bergenre Psychological Thriller dimana filmnya sarat
dengan adegan pembunuhan.
Film ini bercerita
tentang seorang guru populer di sekolah bernama Seiji Hasumi (diperankan oleh
Hideaki Ito). Nggak heran sih kalo dia populer, karena selain ramah dan
berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya, dia juga ganteng dan bertubuh
atletis. Tipikal sexy guy gitu lah. Tapi
siapa sangka, bahwa guru yang disukai para muridnya ini rupanya memiliki jiwa
psikopat sejak kecil (wong ortunya
sendiri juga dibunuh sama dia pas dia masih berumur empat belas tahun).
Awalnya semuanya memang
berjalan baik-baik aja, sampe kemudian Tsurii—guru Fisika di sekolah itu—mulai mencurigainya
sebagai seorang psikopat, dan satu persatu murid-muridnya pun ikut
mencurigainya. Kecurigaan mereka diketahui oleh Seiji. Itu karena Seiji
memasang alat penyadap suara di seluruh ruangan sekolah, sehingga diam-diam
Seiji bisa mendengar percakapan mereka. Karena merasa terancam, Seiji membunuh
para kolega dan murid-muridnya satu persatu. Sayang, ending-nya gantung banget, pake ada teks “To be continued” segala. Kemungkinan bakal ada The Lesson of Evil 2
nih.
YOU ARE THE APPLE OF MY EYE
Nah, kalo ini film
bergere romantis. Well, sejujurnya
ini pelanggaran buatku sendiri. Aku udah berjanji sama diri sendiri buat
menghindari drama, novel, ataupun film bergenre romance karena, ya know kebanyakan
drama, novel, dan film bergenre itu punya jalan cerita yang bikin baper. Aku
udah males baper-baperan. Tapi karena sebuah thread di Kaskus mengatakan bahwa film ini nggak lebay dan recommended banget buat ditonton, akhirnya
aku tonton lah film yang diadaptasi dari novel Taiwan berjudul sama ini.
Film ini menceritakan
kisah percintaan masa remaja dari seorang cowok bernama Ko Ching Teng
(diperankan oleh Ko Chen Tung). Saat itu umurnya masih enam belas tahun, dan
bersekolah di SMA Jing Cheng. Seperti remaja pada umumnya, Ko Teng ini punya
empat teman karib, dan hampir semuanya aneh. Yang pertama bernama Hsu Bo Chun,
teman karibnya sejak SMP. Namanya memang Bo Chun, tapi karena cowok berkacamata
ini selalu (sorry) er*ks* anytime anywhere, maka teman-temannya
memanggil dia Bo Chi. Yang kedua adalah A Ho, teman karibnya sejak SD sampe SMA.
Cowok gendut ini suka banyak makan, tapi sifatnya dewasa banget, beda dibanding
teman-temannya yang lain. Yang ketiga adalah Tsao. Ganteng, narsis, songong, dan
terobsesi banget sama basket. Dan yang terakhir adalah Liao Ying Hung, yang
suka banget nunjukin trik sulap garing ke cewek-cewek dan menggaruk
selangkangannya sendiri. WTF?! :v
Meskipun teman-temannya mostly aneh, bukan berarti si Ko Teng
ini nggak aneh. Dia sendiri punya kebiasaan aneh yang menurun dari ayahnya,
yakni bertelanjang bulat selama di rumah. Whattheheck?!
Bener-bener like father like son
lah (-_-’).
Seperti sekolah-sekolah
pada umumnya, pasti ada yang namanya siswi populer. Nah, di sekolah itu, ada
seorang siswi bernama Shen Chia Yi (diperankan oleh Michelle Chen). Nggak cuma
cantik, dia ini pinter. Siswi teladan gitu deh. Nggak heran kalo dia populer
dan digandrungin para siswa di sekolah itu, kecuali Ko Teng. Enggak, bukannya
Ko Teng homo. Dia cuma kelewat cuek, makanya ketika sahabat-sahabatnya
berlomba-lomba menarik perhatian Chia Yi, dia mah stay cool aja.
Suatu hari, Bo Chi dan Ko
Teng ketahuan melakukan m*s**r**s* di tengah-tengah jam pelajaran. Tingkah
bodoh mereka ini akhirnya ketahuan, sehingga mereka dihukum Kepala Sekolah.
Sebagai hukumannya, Ko Teng harus duduk di depan Shen Chia Yi, sang siswi
teladan itu. Chia Yi ditugaskan Kepala Sekolah untuk selalu mengawasi Ko Teng
selama jam pelajaran.
Ketika pelajaran Bahasa
Inggris, Chia Yi lupa membawa buku. Melihat gelagat Chia Yi yang mencurigakan,
guru Bahasa Inggris yang galak itu bilang, “Berdiri kalau ada yang tidak
membawa buku teks!”
Tiba-tiba tanpa diminta,
Ko Teng memberikan bukunya kepada Chia Yi, dan berdiri. Tentu aja sang guru
marah dan menghukumnya. Hal ini membuat Chia Yi merasa bersalah banget. Nah
sejak saat itulah, Chia Yi berniat membalas budi kepada Ko Teng dengan cara
membantu Ko Teng belajar. Cara ini sebenarnya nggak lantas membuat Ko Teng
senang, karena emang dasarnya si Ko Teng ini males dan benci belajar. Tapi
dengan sedikit pemaksaan, akhirnya Ko Teng mau juga mengerjakan soal-soal yang
dibuat Chia Yi untuknya setiap hari. Alhasil, Ko Teng yang biasanya memperoleh
nilai dibawah rata-rata akhirnya mengalami peningkatan nilai. Karena sering
berinteraksi satu sama lain, lama kelamaan tumbuhlah rasa cinta diantara
mereka. Halaaah..
Ending-nya?
Nggak gampang ditebak! Surprising banget, asli! Dan aku suka
ini (well, walaupun agak nyesek ya, I admit it :v)
Dan yang paling penting,
filmnya tuh bener-bener.. ah, pokoknya lucunya ada, serunya ada, manisnya ada, harunya
ada, natural, nggak lebay, dan sarat makna lah.
Aku suka banget scene ketika Ko Teng meminjamkan bukunya
ke Chia Yi dan rela dihukum karena mengaku ke gurunya bahwa dia nggak bawa buku
itu. Meskipun bandel dan kekanak-kanakan, tapi disini dia keliatan gentle banget :3
Aku juga kagum sama
persahabatan antara Ko Teng dan teman-temannya. Seperti yang udah aku ceritakan
di awal tadi, bahwa para siswa di sekolah itu menyukai Chia Yi, nggak
terkecuali sahabat-sahabat Ko Teng. Tapi meskipun mereka naksir sama cewek yang
sama, hal itu nggak lantas membuat mereka saling bermusuhan. Salut banget!
Dan di menjelang akhir
film, ada ucapan Ko Teng yang aku suka banget. Dia bilang gini,
“Ketika kau benar-benar
menyukai seorang gadis, maka kamu akan bahagia untuknya. Ketika kau melihat ia
menemukan pangerannya, kau akan selalu mendoakan mereka agar terus bersama dan
hidup bahagia selamanya.”
Daaaaamnnn!! Touching banget.. :’3
JURASSIC WORLD
Kalo ini pasti udah
banyak yang tau nih. Jaman 90-an mungkin yang kita kenal adalah film Jurassic
Park. Nah, di tahun 2015, nongol deh film ini. Masih sodaraan sama Jurassic
Park, sama-sama berasal dari Amerika Serikat, sama-sama bergenre science fiction, dan sama-sama berbau
dinosaurus.
Kisah berawal dari dua
kakak beradik, Zach Mitchell (diperankan oleh Nick Robinson) dan Gray Mitchell
(diperankan oleh Ty Simpkins) yang pergi berlibur ke tempat Claire Dearing
(diperankan oleh Bryce Dallas Howard), bibinya. Claire ini merupakan Manajer
Operasional dari Taman Jurassic World yang merupakan sebuah taman dinosaurus di
Isla Nublar, Costa Rica. Sesampainya di tempat itu, rupanya bibinya itu sibuk
banget dan nggak bisa menghabiskan waktu bareng mereka sehingga mereka harus
dijaga sama Zara, asisten pribadi Claire. Tapi dasar anak-anak, ketika Zara
lengah, mereka malah meninggalkan asisten pribadi bibinya itu dan berjalan-jalan
berdua di sekitar Taman Jurassic World sesuka mereka.
Singkat cerita, masalah
muncul. Masalah bermula ketika Claire nggak menemukan Indominus Rex—dinosaurus
baru hasil rekayasa genetika perusahaan—di kandangnya. Owen Grady (diperankan
oleh Chris Pratt), seorang mantan prajurit angkatan laut dan pelatih Raptor
yang saat itu ditugaskan untuk memeriksa kandang Indominus Rex menduga bahwa
hewan itu melarikan diri karena terdapat jejak cakaran di dinding. Ketika Owen
dan dua staff masuk ke kandang itu untuk memeriksa lebih lanjut, Indominus Rex
menyergap mereka dan membunuh kedua staff itu. Rupanya hewan itu memalsukan
pelarian dirinya. Beruntung Owen berhasil keluar dari kandang. Ia bersembunyi
dibawah sebuah mobil dan melumuri tubuhnya dengan bensin untuk menyamarkan
aroma tubuhnya dari hewan itu. Celakanya, pintu kandang yang terbuka membuat
Indominus Rex bener-bener kabur dari kandangnya. Hal itu membuat dinosaurus
sebesar T-Rex itu bebas menyerang seluruh taman beserta isinya, termasuk para
manusia dan dinosaurus lainnya. Nah, dari sinilah ketegangan demi ketegangan
terjadi. Apalagi si Indominus Rex ini nggak cuma besar dan buas, tapi dia juga
cerdik banget kalo dibanding dinosaurus lainnya. Nggak cuma bisa memalsukan
pelarian, dia juga bisa berkamuflase kayak bunglon.
THE BRAIN MAIN
Satu lagi film bertema
gore nih. Hahaha..
Aku diprotes adikku
gara-gara keranjingan nonton film-film berbau kesadisan gitu. Padahal dia
sendiri yang duluan memperkenalkan aku sama film-film semacam itu. Aku kan suka
nonton film-film kayak gitu awalnya gara-gara dulu dia pernah ngasih aku
rekomen film House of Wax dan animasi Happy Tree Friends. Eh, sekarang
keterusan kan :’v
Okay, forget it! Kembali ke topik.
Film ini bercerita
tentang seorang cowok luar biasa bernama Suzuki Ichiro (diperankan oleh Ikuta
Toma). Disebut luar biasa karena cowok misterius ini memiliki kecerdasan yang
tinggi, tubuh yang sempurna, dan memori yang luar biasa. Dan anehnya lagi, dia
nggak memiliki emosi, rasa sakit, dan kesadaran mengenai benar atau salahnya
suatu tindakan seperti manusia pada umumnya.
Kisah berawal dari sebuah
scene dimana seorang cewek bernama
Mizusawa Yuria tengah menyiksa seorang wanita dengan memotong lidahnya. Damn banget kan? Baru mulai udah
disuguhin pemandangan mengerikan semacam itu :v
Di ruangan itu, Mizusawa
nggak hanya berdua dengan wanita itu. Tapi ada seorang cewek lainnya, namanya
Midorikawa Noriko yang merupakan partner
Mizusawa.
Dua cewek itu merupakan
dua orang psikopat yang sering terlibat dalam berbagai pembunuhan. Mereka gemar
membunuh dengan cara memotong lidah para korbannya, kemudian meledakkan korban
dengan bom yang dipasang di tubuh korban. Hebatnya, aksi mereka nggak pernah
ketahuan, sehingga mereka masih bebas berkeliaran.
Korban yang diperlihatkan
di scene pertama itu merupakan
seorang wanita peramal. Setelah memotong lidah wanita itu, kedua cewek psikopat
itu menaruh bom di tubuh wanita itu dan menyuruhnya masuk ke sebuah bus.
Kemudian, BLAM! Meledaklah bom itu, bersama si wanita peramal. Bus itu terbakar
hebat, dan memakan banyak korban jiwa.
Dua orang polisi yang
ditugaskan menyelidiki kasus peledakan itu akhirnya menemukan tempat persembunyian
kedua cewek psikopat itu. Namun tak disangka, yang mereka temukan justru
seorang cowok tampan berwajah datar. Yup, dialah Suzuki Ichiro. Karena saat
penyergapan Ichiro berada di tempat itu, ditambah lagi ia memiliki luka bakar
di beberapa bagian tubuhnya, akhirnya dialah yang menjadi tersangka pengeboman
beruntun yang selama ini terjadi. Dibawa lah dia ke kantor polisi dan ditahan di
dalam sel.
Namun sebuah insiden
mengharuskan Ichiro dipindahkan. Saat itu, Ichiro mencongkel mata seorang
narapidana (still, dengan ekspresi
datar! beneran deh, sepanjang film muka dia gitu-gitu aja. nggak senyum, nggak
mangap, nggak melongo.. ngomong juga dikit-dikit, seperlunya, itupun kalo
ditanya). Sebenarnya Ichiro melakukan itu bukan tanpa alasan. Itu karena
sebelumnya dia mendengar dari mulut si narapidana itu sendiri bahwa narapidana
itu telah membunuh seorang perempuan tua. Maka dipindahkanlah Ichiro dari tahanan
ke sebuah rumah sakit bagi para pelaku kriminal yang mengalami gangguan
kejiwaan.
Di rumah sakit itu, ia
ditangani oleh seorang psikiater bernama Washiya Mariko. Bersama polisi yang
menangkap Ichiro, Mariko menyelidiki
latar belakang Ichiro dan menemukan sebuah fakta bahwa cowok itu merupakan
keturunan seorang jutawan. Ayah dan ibu Ichiro meninggal pada peristiwa tabrak
lari. Karena peristiwa itu, sang kakek menaruh dendam pada pelaku tabrak lari
yang bebas dari hukum tersebut. Mengetahui kemampuan cucunya, secara pelan tapi
pasti, sang kakek mewariskan dendamnya pada Ichiro. Ia meminta Ichiro untuk
membasmi kejahatan di dunia dengan membunuh para pelakunya. Impian sang kakek
akhirnya terwujud. Ketika sang kakek meninggal karena dibunuh perampok, Ichiro
mencekik si perampok hingga tewas (padahal saat itu belati si perampok udah
menancap di dada kiri Ichiro lho, dan ekspresinya tetap datar!).
Intinya, si Ichiro ini
bukan tokoh antagonis sebenarnya dalam film ini. Dia membunuh untuk membasmi
kejahatan. Dia nggak akan menghabisi nyawa mereka yang nggak bersalah. Tokoh
antagonis yang sebenarnya ya kedua cewek psikopat tadi, membunuh untuk
bersenang-senang. Tapi tetep ya.. cara Ichiro dalam membasmi kejahatan ini
tentu aja salah.
Menjelang akhir film, Ichiro
dan Midorikawa bertarung. Well,
entahlah, apakah itu bisa disebut sebuah pertarungan. Hahaha.. Coz pertarungan itu terjadi diantara
Ichiro yang bertangan kosong dengan Midorikawa yang mengendarai mobil. Jadi, si
Midorikawa itu mencoba membunuh Ichiro dengan mobil yang dikendarainya.
Akhir ceritanya?
Honestly ya.. aku sempat berpikir kalo akhirnya si Ichiro ini bakal
sembuh dari ‘penyakit’ anehnya, dan kemudian jadian sama Moriko, psikiater yang
menanganinya. Hahaha.. Apa banget ya. FTV kali yang bisa kayak gitu :v
Anyway, dugaanku nggak sepenuhnya salah sih. Karena di akhir
cerita, pada akhirnya.. Ichiro menunjukkan ekspresi wajah tersenyum,
Saudara-Saudara! Dan senyumnya itu ditujukan buat Moriko. Tapi aku nggak bisa
bohong kalo ending film ini nyebelin,
dan bikin penasaran tentang apa yang terjadi sama si Ichiro selanjutnya.
Abisnya dia berdiri di pinggir jembatan gitu. Mau bunuh diri kah? I dunno..
BTW, hampir sepanjang
nonton film ini, aku kok ngeliat Ikuta Toma kayak ngeliat Lee Min Ho versi
Jepang ya? Haha.. Am I the only one who
thinks that way? Coz menurutku, kalo dilihat di angle-angle tertentu dalam film ini,
wajah Ikuta Toma bisa dibilang mirip sama aktor Korea satu itu, cuma mungkin
hidung Lee Min Ho lebih mancung.
|
What do you think? Mirip Lee Min Ho nggak? :3 |
Tapi pas lihat foto-foto Ikuta Toma di Google
malah keliatan beda banget. Hahaha.. Kemungkinan miripnya cuma di film doang
kali ya. Whatever. Forget it! Intinya, pokoknya film ini worth to watch lah.
Well, I really thank my
brother for downloading these awesome movies for me. Dia memang bukan yang
memilihkan film-film itu (kalo dia yang milih filmnya, dia nggak bakal pilih
film-film berbau gore :v). Hanya aja adikku yang ngibrit ke rental PS buat pake
Wi-Fi nya. Hahahaha..