Selasa, 24 Mei 2016 6 komentar

THE SCRIPT - The Man Who Can't Be Moved

Ada lagu yang belakangan ini lagi suka banget aku dengerin berulang-ulang. Judulnya The Man Who Can’t Be Moved, milik grup band asal Irlandia, The Script. Well, memang bukan lagu baru. Lagu ini rilis pada tahun 2008 dimana saat itu aku masih duduk di kelas dua SMP dan belum begitu tertarik sama lagu-lagu Western. Meskipun bagian awal lagu ini terdengar familiar di kupingku, tapi aku nggak begitu yakin kalo sebelumnya aku pernah denger lagu ini.

Ketertarikanku pada lagu ini berawal ketika pada suatu hari salah seorang temen Facebook-ku memposting sebuah status yang berisi rekomen beberapa lagu The Script yang menurutnya enak didengar. Berhubung aku paling tertarik sama rekomen lagu (apalagi lagu Western dan Jepang, ditambah lagi aku tau bahwa dia punya selera musik yang sama denganku), maka aku screenshoot postingan itu biar besok-besok kalo kuotaku banyak, aku bisa download lagu-lagu The Script yang tertera disitu.

Aku baru kesampean punya lagu-lagu mereka pada tanggal 15 Mei lalu. Saat pertama kali denger lagu The Man Who Can’t Be Moved, aku langsung suka. Dari nada lagunya aja udah kedengeran touching. Terlebih waktu aku baca liriknya di internet.

Lagu ini sedih banget. Cocok buat mereka yang susah move on dari pasangan lamanya. Well, jangan berpikir bahwa aku dengerin lagu ini berulang-ulang karena lagu ini mirip dengan pengalaman pribadiku. Sama sekali enggak, karena aku sama sekali nggak bermasalah dalam hal per-move on-an. Bukan.. Bukan karena aku tangguh, tapi karena aku nggak punya mantan. Hahaha..
Anyway, kalo masih suka ingat sama kakak senior yang charming di jaman SMA dulu, apakah itu bisa disebut ‘susah move on’? (._.)

Well, forget it! Kembali ke topik seputar lagu The Man Who Can’t Be Moved.
Now, lemme show you the lyrics..

***

Going back to the corner where I first saw you
Gonna camp in my sleeping bag I’m not gonna move
Got some words on cardboard, got your pictures in my hand
Saying, “If you see this girl, can you tell me where I am?”

Some try to hand me money, they don’t understand
I’m not broke, I’m just a broken hearted man
I know it makes no sense, but what else can I do?
How can I move on when I’m still in love with you?

Coz if one day you wake up and find that you’re missing me
And your heart starts to wonder where on this earth I could be
I’m thinking maybe you’d come back here to the planet that we’d meet
And you’d see me waiting for you on the corner of the street
So I’m not moving
I’m not moving

Policeman says, “Son, you can’t stay here”
I said, “There’s someone I’m waiting for, if it’s a day, a month, a year”
Gotta stand my ground even if it rains or snows
If she changes her mind, this is the first place she will go

People talk about the guy who’s waiting on a girl
There are no holes in his shoes but a big hole in his world
Maybe I’ll get famous as the man who can’t be moved
And maybe you won’t mean to but you’ll see me on the news
And you’ll come running to the corner, coz you know it’s just for you

I’m the man who can’t be moved
I’m the man who can’t be moved

***

Lagu ini menceritakan tentang seorang pria yang belum bisa move on dari mantan yang masih sangat dia sayang. Pada bait pertama lirik, digambarkan bahwa pria itu rela berkemah di sudut jalan dimana ia dan mantannya itu pertama kali bertemu. Nggak cuma itu, dia juga memegang foto mantannya dan selembar kertas karton bertuliskan, “Jika Anda melihat gadis ini, bisakah Anda katakan padanya dimana aku berada?”
Di bait kedua lagu, diceritakan bahwa beberapa orang memberi dia uang. Well, mungkin mereka pikir si pria gila, gelandangan, or sumthin’, intinya mereka nggak ngerti kalo pria itu lagi patah hati.

Kemudian bait ketiga—yang merupakan bagian reff dari lagu itu—mengungkapkan bahwa pria itu berharap suatu saat mantannya akan merindukan dia dan pergi sudut jalan dimana mereka pertama kali bertemu itu. Dan jika hal itu terjadi, maka sang mantan akan menemukan si pria yang menunggunya di tempat itu.

Lalu di bait berikutnya, diceritakan bahwa seorang polisi menegurnya dan bilang kalo dia nggak boleh tinggal di tempat itu. Tapi pria itu keukeuh nggak mau pergi dari situ karena dia sedang menunggu seseorang, nggak peduli berapa lama, nggak peduli turun hujan, nggak peduli turun salju. Dia berpikir bahwa suatu saat jika sang mantan berubah pikiran, maka tempat itulah yang pertama kali akan dia datangi.

Dan di bait terakhir lagu, diceritakan bahwa pria itu berpikir bahwa dia bakal terkenal sebagai seorang pria yang nggak bisa berpaling dari mantannya, hingga akhirnya sang mantan akan tau bahwa dia melakukan semua hal gila itu untuknya.

***

Daaaamnnn.. Menyentuh banget ya. Mungkin memang ada ya di dunia ini, orang yang rela melakukan hal gila semacam itu untuk orang yang dia sayang. Aku sih berpikir, gila, cewek mana yang disayang sama cowok sampe segininya? Aku paling suka part lirik yang ini, “How can I move on when I’m still in love with you? (Gimana aku bisa move on kalo aku masih cinta sama kamu?)” *Duh, sebenernya mah geli banget ngetik ‘cinta’, sumpah. Tapi nggak tau kenapa aku paling suka part lirik ini* (=_=’)


Mungkin banyak ya artikel-artikel yang mengungkapkan cara move on dari mantan, cara melupakan seseorang, or sumthin’ (aku bahkan nggak yakin penulisnya bisa melakukannya). Tapi melalui lagu ini, The Script ingin mengungkapkan bahwa move on itu nggak semudah membalikan telapak tangan, nggak seinstan bikin Indomie, nggak secepat Rossi bawa Yamaha, dan nggak semulus buang gas *eh :v
Jumat, 13 Mei 2016 2 komentar

SING!

Aku yakin orang-orang di dunia mostly pada suka nyanyi. Bahkan aku yang menurut teman-temanku kayak patung berjalan ini juga honestly suka sama yang namanya nyanyi. Aku memang nggak kayak teman-temanku yang pede-pede aja nyanyi didepan orang lain, ataupun di tempat karaoke umum. Aku lebih suka nyanyi-nyanyi sendiri di kamarku, atau di kamar mandi. Bagiku, bernyanyi itu termasuk kedalam suatu kebutuhan.

Ada suatu waktu ketika aku ngerasa down banget. Pengen nangis, udah terlalu capek.. Pengen teriak, nggak enak didengar tetangga (takut dikira kesurupan or sumthin’). Maka nyanyi adalah cara melampiaskan emosi yang aku pilih, khususnya menyanyikan lagu-lagu yang liriknya sesuai dengan apa yang aku rasakan saat itu, dan ini ampuh banget. Aku selalu ngerasa lebih lega setelah ngelakuin itu.

Ngomong-ngomong soal nyanyi, ada satu aplikasi yang lagi aku suka banget. Namanya Sing! Karaoke by Smule (well, let’s say it’s Smule). Smule ini merupakan sebuah aplikasi Android yang menyajikan fitur-fitur perekam suara dan efek-efek audio bagi mereka yang hobi berkaraoke. Bahkan nggak hanya itu, dengan aplikasi ini juga memungkinkan para penggemar karaoke untuk berduet sama artis dan para pengguna Smule di seluruh dunia.

 Aku mengenal aplikasi ini dari Tri, teman dekatku yang udah pake aplikasi ini duluan. Dia sering banget pake aplikasi ini dan membagikan hasil karaokenya ke akun media sosial yang dia punya. Karena penasaran, akhirnya aku coba download dan install aplikasi ini. Di awal pemakaian, aku sempat nggak ngerti. Bingung gitu gimana caranya. Akhirnya aku uninstall deh aplikasi itu.

Tapi beberapa hari kemudian, aku kembali menginstallnya. Hahaha..
Aku coba utak-atik sampe ngerti, dan.. well, sejak saat itu aku jadi hobi nge-Smule. Tapi nggak semua lagu yang aku nyanyikan di Smule aku upload. Seringnya aku mengupload lagu-lagu yang liriknya mewakili perasaanku saat itu dan lagu-lagu yang didalamnya nggak banyak suara noise ataupun suara yang nggak karuan. Aku inget, lagu yang pertama kali aku nyanyikan di awal pake aplikasi itu. Aku bawain lagu With Ears to See and Eyes to Hear-nya Sleeping With Sirens dan berduet sama seorang cowok. Nah, selama nyanyi, pasangan duetku itu sering nge-scream nge-scream gitu, padahal lagunya akustik. So, lagu With Ears to See and Eyes to Hear yang saat itu lagi aku suka banget nggak menjadi lagu pertama yang aku upload di akun Smule-ku.

Lagu pertama yang aku upload justru lagu Hold On Till May-nya Pierce The Veil. Belakangan ini aku memang lagi suka banget sama lagu itu, dan aku selalu emosional setiap kali membawakannya sendirian. Sebenernya saat itu aku pengen banget menyanyikannya secara solo, tapi karena musik karaoke versi solonya nggak tersedia saat itu, akhirnya aku berduet sama seorang cewek yang dari suaranya juga sepertinya mendalami lagu ini. I guess..

Aku jadi inget, dulu Teh Tyas pernah ngasih aku link video Youtube yang memperlihatkan beberapa orang dari negara berbeda yang berkolaborasi membawakan lagu The Only Exception-nya Paramore, dan itu awesome banget! Kami juga sempat berkeinginan melakukan hal yang sama, bareng Maya, bareng Sarah Azka, bareng Tika, bareng Diah.. Tapi hal itu nggak kesampean karena kami nggak tau gimana caranya. Saat itu juga belum ada aplikasi kayak Smule—saat itu kami baru mengenal Soundcloud, dan Android belum dimiliki banyak orang kayak sekarang. Zaman semakin maju, Smule nongol.. eh, pertemanan kaminya udah nggak kayak dulu lagi. Hahahaha.. :’D

Anyway, adikku sering komen mengenai hobiku yang suka nge-Smule. Katanya, “Nggak maluan ih, suaranya didenger sama orang”. But I don’t care. Okay, aku tau banget kalo suaraku nggak bagus. Sebagai cewek, suaraku nggak ada soft-softnya kayaknya. Trus kadang kayak orang ngeden, kadang cempreng, kadang mleot.. Wakakakak.. Tapi whatever lah. Toh, orang-orang itu nggak kenal aku secara langsung juga. Teman-teman dunia nyataku yang pake Smule juga mostly teman-teman yang akrab dan sering main bareng :p

Oh ya, kayaknya banyak ya yang mencari tau about how to download our Smule performance alias gimana caranya mendownload hasil rekaman karaoke kita di Smule. Nah, bagi kamu yang pengen banget menambahkan hasil rekaman karaoke kamu ke playlist musik kamu, kamu tinggal klik aja www.thebluebyte.com/getsmule.


Kalo udah masuk ke halaman itu, kamu tinggal copy-paste link lagu yang mau kamu download ke kolom URL yang tersedia disitu, lalu klik ‘SUBMIT’. Setelah itu, halaman akan menampilkan judul lagu yang mau kamu download. Klik ‘DOWNLOAD AUDIO PERFORMANCE’. Nah, udah deh.. hasil karaoke kamu tersimpan di device kamu. Tenang aja, ini bisa kamu lakukan di komputer maupun di Android kok. Tapi kalo pake Android, aku saranin sih pake UC Browser, coz aku pernah coba download pake browser bawaan Android malah gagal. Hahaha.. Nggak tau sih kalo pake browser lain. 

Well, selamat ber-Smule Smule ria deh ^^
Kamis, 12 Mei 2016 0 komentar
Tiga hari berturut-turut ini, aku udah nonton empat film keren. Yah, bukan film yang dikategorikan baru memang, dan mungkin udah banyak yang tau dan pernah nonton. Keempat film itu adalah The Lesson of the Evil yang rilis pada tahun 2012, You are The Apple of My Eye yang rilis pada tahun 2011, Jurassic World yang rilis pada tahun 2015, dan The Brain Man yang rilis pada tahun 2013. Tiga diantaranya adalah film Asia. Well, nggak tau kenapa aku tuh suka banget sama film Asia ketimbang film Western gitu, apapun genrenya. Bukannya aku nggak suka film Western, hanya aja kalo dibandingin sama film Asia, jujur aku lebih suka film Asia kayak Jepang, Thailand, Taiwan, dan Korea gitu.

Now lemme tell you the synopsises.

THE LESSON OF THE EVIL

 Yang parnoan sama darah dan hal-hal gore lainnya sebaiknya nggak nonton film ini, karena film yang diangkat dari novel best seller Jepang karya Yusuke Kishi ini bergenre Psychological Thriller dimana filmnya sarat dengan adegan pembunuhan.

Film ini bercerita tentang seorang guru populer di sekolah bernama Seiji Hasumi (diperankan oleh Hideaki Ito). Nggak heran sih kalo dia populer, karena selain ramah dan berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya, dia juga ganteng dan bertubuh atletis. Tipikal sexy guy gitu lah. Tapi siapa sangka, bahwa guru yang disukai para muridnya ini rupanya memiliki jiwa psikopat sejak kecil (wong ortunya sendiri juga dibunuh sama dia pas dia masih berumur empat belas tahun).

Awalnya semuanya memang berjalan baik-baik aja, sampe kemudian Tsurii—guru Fisika di sekolah itu—mulai mencurigainya sebagai seorang psikopat, dan satu persatu murid-muridnya pun ikut mencurigainya. Kecurigaan mereka diketahui oleh Seiji. Itu karena Seiji memasang alat penyadap suara di seluruh ruangan sekolah, sehingga diam-diam Seiji bisa mendengar percakapan mereka. Karena merasa terancam, Seiji membunuh para kolega dan murid-muridnya satu persatu. Sayang, ending-nya gantung banget, pake ada teks “To be continued” segala. Kemungkinan bakal ada The Lesson of Evil 2 nih.

YOU ARE THE APPLE OF MY EYE

Nah, kalo ini film bergere romantis. Well, sejujurnya ini pelanggaran buatku sendiri. Aku udah berjanji sama diri sendiri buat menghindari drama, novel, ataupun film bergenre romance karena, ya know kebanyakan drama, novel, dan film bergenre itu punya jalan cerita yang bikin baper. Aku udah males baper-baperan. Tapi karena sebuah thread di Kaskus mengatakan bahwa film ini nggak lebay dan recommended banget buat ditonton, akhirnya aku tonton lah film yang diadaptasi dari novel Taiwan berjudul sama ini.

Film ini menceritakan kisah percintaan masa remaja dari seorang cowok bernama Ko Ching Teng (diperankan oleh Ko Chen Tung). Saat itu umurnya masih enam belas tahun, dan bersekolah di SMA Jing Cheng. Seperti remaja pada umumnya, Ko Teng ini punya empat teman karib, dan hampir semuanya aneh. Yang pertama bernama Hsu Bo Chun, teman karibnya sejak SMP. Namanya memang Bo Chun, tapi karena cowok berkacamata ini selalu (sorry) er*ks* anytime anywhere, maka teman-temannya memanggil dia Bo Chi. Yang kedua adalah A Ho, teman karibnya sejak SD sampe SMA. Cowok gendut ini suka banyak makan, tapi sifatnya dewasa banget, beda dibanding teman-temannya yang lain. Yang ketiga adalah Tsao. Ganteng, narsis, songong, dan terobsesi banget sama basket. Dan yang terakhir adalah Liao Ying Hung, yang suka banget nunjukin trik sulap garing ke cewek-cewek dan menggaruk selangkangannya sendiri. WTF?! :v
Meskipun teman-temannya mostly aneh, bukan berarti si Ko Teng ini nggak aneh. Dia sendiri punya kebiasaan aneh yang menurun dari ayahnya, yakni bertelanjang bulat selama di rumah. Whattheheck?! Bener-bener like father like son lah (-_-’).

Seperti sekolah-sekolah pada umumnya, pasti ada yang namanya siswi populer. Nah, di sekolah itu, ada seorang siswi bernama Shen Chia Yi (diperankan oleh Michelle Chen). Nggak cuma cantik, dia ini pinter. Siswi teladan gitu deh. Nggak heran kalo dia populer dan digandrungin para siswa di sekolah itu, kecuali Ko Teng. Enggak, bukannya Ko Teng homo. Dia cuma kelewat cuek, makanya ketika sahabat-sahabatnya berlomba-lomba menarik perhatian Chia Yi, dia mah stay cool aja.

Suatu hari, Bo Chi dan Ko Teng ketahuan melakukan m*s**r**s* di tengah-tengah jam pelajaran. Tingkah bodoh mereka ini akhirnya ketahuan, sehingga mereka dihukum Kepala Sekolah. Sebagai hukumannya, Ko Teng harus duduk di depan Shen Chia Yi, sang siswi teladan itu. Chia Yi ditugaskan Kepala Sekolah untuk selalu mengawasi Ko Teng selama jam pelajaran.

Ketika pelajaran Bahasa Inggris, Chia Yi lupa membawa buku. Melihat gelagat Chia Yi yang mencurigakan, guru Bahasa Inggris yang galak itu bilang, “Berdiri kalau ada yang tidak membawa buku teks!”
Tiba-tiba tanpa diminta, Ko Teng memberikan bukunya kepada Chia Yi, dan berdiri. Tentu aja sang guru marah dan menghukumnya. Hal ini membuat Chia Yi merasa bersalah banget. Nah sejak saat itulah, Chia Yi berniat membalas budi kepada Ko Teng dengan cara membantu Ko Teng belajar. Cara ini sebenarnya nggak lantas membuat Ko Teng senang, karena emang dasarnya si Ko Teng ini males dan benci belajar. Tapi dengan sedikit pemaksaan, akhirnya Ko Teng mau juga mengerjakan soal-soal yang dibuat Chia Yi untuknya setiap hari. Alhasil, Ko Teng yang biasanya memperoleh nilai dibawah rata-rata akhirnya mengalami peningkatan nilai. Karena sering berinteraksi satu sama lain, lama kelamaan tumbuhlah rasa cinta diantara mereka. Halaaah..

Ending-nya?
Nggak gampang ditebak! Surprising banget, asli! Dan aku suka ini (well, walaupun agak nyesek ya, I admit it :v)
Dan yang paling penting, filmnya tuh bener-bener.. ah, pokoknya lucunya ada, serunya ada, manisnya ada, harunya ada, natural, nggak lebay, dan sarat makna lah.
Aku suka banget scene ketika Ko Teng meminjamkan bukunya ke Chia Yi dan rela dihukum karena mengaku ke gurunya bahwa dia nggak bawa buku itu. Meskipun bandel dan kekanak-kanakan, tapi disini dia keliatan gentle banget :3

Aku juga kagum sama persahabatan antara Ko Teng dan teman-temannya. Seperti yang udah aku ceritakan di awal tadi, bahwa para siswa di sekolah itu menyukai Chia Yi, nggak terkecuali sahabat-sahabat Ko Teng. Tapi meskipun mereka naksir sama cewek yang sama, hal itu nggak lantas membuat mereka saling bermusuhan. Salut banget!

Dan di menjelang akhir film, ada ucapan Ko Teng yang aku suka banget. Dia bilang gini,
“Ketika kau benar-benar menyukai seorang gadis, maka kamu akan bahagia untuknya. Ketika kau melihat ia menemukan pangerannya, kau akan selalu mendoakan mereka agar terus bersama dan hidup bahagia selamanya.”
Daaaaamnnn!! Touching banget.. :’3

JURASSIC WORLD

Kalo ini pasti udah banyak yang tau nih. Jaman 90-an mungkin yang kita kenal adalah film Jurassic Park. Nah, di tahun 2015, nongol deh film ini. Masih sodaraan sama Jurassic Park, sama-sama berasal dari Amerika Serikat, sama-sama bergenre science fiction, dan sama-sama berbau dinosaurus.

Kisah berawal dari dua kakak beradik, Zach Mitchell (diperankan oleh Nick Robinson) dan Gray Mitchell (diperankan oleh Ty Simpkins) yang pergi berlibur ke tempat Claire Dearing (diperankan oleh Bryce Dallas Howard), bibinya. Claire ini merupakan Manajer Operasional dari Taman Jurassic World yang merupakan sebuah taman dinosaurus di Isla Nublar, Costa Rica. Sesampainya di tempat itu, rupanya bibinya itu sibuk banget dan nggak bisa menghabiskan waktu bareng mereka sehingga mereka harus dijaga sama Zara, asisten pribadi Claire. Tapi dasar anak-anak, ketika Zara lengah, mereka malah meninggalkan asisten pribadi bibinya itu dan berjalan-jalan berdua di sekitar Taman Jurassic World sesuka mereka.  

Singkat cerita, masalah muncul. Masalah bermula ketika Claire nggak menemukan Indominus Rex—dinosaurus baru hasil rekayasa genetika perusahaan—di kandangnya. Owen Grady (diperankan oleh Chris Pratt), seorang mantan prajurit angkatan laut dan pelatih Raptor yang saat itu ditugaskan untuk memeriksa kandang Indominus Rex menduga bahwa hewan itu melarikan diri karena terdapat jejak cakaran di dinding. Ketika Owen dan dua staff masuk ke kandang itu untuk memeriksa lebih lanjut, Indominus Rex menyergap mereka dan membunuh kedua staff itu. Rupanya hewan itu memalsukan pelarian dirinya. Beruntung Owen berhasil keluar dari kandang. Ia bersembunyi dibawah sebuah mobil dan melumuri tubuhnya dengan bensin untuk menyamarkan aroma tubuhnya dari hewan itu. Celakanya, pintu kandang yang terbuka membuat Indominus Rex bener-bener kabur dari kandangnya. Hal itu membuat dinosaurus sebesar T-Rex itu bebas menyerang seluruh taman beserta isinya, termasuk para manusia dan dinosaurus lainnya. Nah, dari sinilah ketegangan demi ketegangan terjadi. Apalagi si Indominus Rex ini nggak cuma besar dan buas, tapi dia juga cerdik banget kalo dibanding dinosaurus lainnya. Nggak cuma bisa memalsukan pelarian, dia juga bisa berkamuflase kayak bunglon.

THE BRAIN MAIN

Satu lagi film bertema gore nih. Hahaha..
Aku diprotes adikku gara-gara keranjingan nonton film-film berbau kesadisan gitu. Padahal dia sendiri yang duluan memperkenalkan aku sama film-film semacam itu. Aku kan suka nonton film-film kayak gitu awalnya gara-gara dulu dia pernah ngasih aku rekomen film House of Wax dan animasi Happy Tree Friends. Eh, sekarang keterusan kan :’v

Okay, forget it! Kembali ke topik.
Film ini bercerita tentang seorang cowok luar biasa bernama Suzuki Ichiro (diperankan oleh Ikuta Toma). Disebut luar biasa karena cowok misterius ini memiliki kecerdasan yang tinggi, tubuh yang sempurna, dan memori yang luar biasa. Dan anehnya lagi, dia nggak memiliki emosi, rasa sakit, dan kesadaran mengenai benar atau salahnya suatu tindakan seperti manusia pada umumnya.

Kisah berawal dari sebuah scene dimana seorang cewek bernama Mizusawa Yuria tengah menyiksa seorang wanita dengan memotong lidahnya. Damn banget kan? Baru mulai udah disuguhin pemandangan mengerikan semacam itu :v
Di ruangan itu, Mizusawa nggak hanya berdua dengan wanita itu. Tapi ada seorang cewek lainnya, namanya Midorikawa Noriko yang merupakan partner Mizusawa.

Dua cewek itu merupakan dua orang psikopat yang sering terlibat dalam berbagai pembunuhan. Mereka gemar membunuh dengan cara memotong lidah para korbannya, kemudian meledakkan korban dengan bom yang dipasang di tubuh korban. Hebatnya, aksi mereka nggak pernah ketahuan, sehingga mereka masih bebas berkeliaran.

Korban yang diperlihatkan di scene pertama itu merupakan seorang wanita peramal. Setelah memotong lidah wanita itu, kedua cewek psikopat itu menaruh bom di tubuh wanita itu dan menyuruhnya masuk ke sebuah bus. Kemudian, BLAM! Meledaklah bom itu, bersama si wanita peramal. Bus itu terbakar hebat, dan memakan banyak korban jiwa.

Dua orang polisi yang ditugaskan menyelidiki kasus peledakan itu akhirnya menemukan tempat persembunyian kedua cewek psikopat itu. Namun tak disangka, yang mereka temukan justru seorang cowok tampan berwajah datar. Yup, dialah Suzuki Ichiro. Karena saat penyergapan Ichiro berada di tempat itu, ditambah lagi ia memiliki luka bakar di beberapa bagian tubuhnya, akhirnya dialah yang menjadi tersangka pengeboman beruntun yang selama ini terjadi. Dibawa lah dia ke kantor polisi dan ditahan di dalam sel.

Namun sebuah insiden mengharuskan Ichiro dipindahkan. Saat itu, Ichiro mencongkel mata seorang narapidana (still, dengan ekspresi datar! beneran deh, sepanjang film muka dia gitu-gitu aja. nggak senyum, nggak mangap, nggak melongo.. ngomong juga dikit-dikit, seperlunya, itupun kalo ditanya). Sebenarnya Ichiro melakukan itu bukan tanpa alasan. Itu karena sebelumnya dia mendengar dari mulut si narapidana itu sendiri bahwa narapidana itu telah membunuh seorang perempuan tua. Maka dipindahkanlah Ichiro dari tahanan ke sebuah rumah sakit bagi para pelaku kriminal yang mengalami gangguan kejiwaan.

Di rumah sakit itu, ia ditangani oleh seorang psikiater bernama Washiya Mariko. Bersama polisi yang menangkap Ichiro,  Mariko menyelidiki latar belakang Ichiro dan menemukan sebuah fakta bahwa cowok itu merupakan keturunan seorang jutawan. Ayah dan ibu Ichiro meninggal pada peristiwa tabrak lari. Karena peristiwa itu, sang kakek menaruh dendam pada pelaku tabrak lari yang bebas dari hukum tersebut. Mengetahui kemampuan cucunya, secara pelan tapi pasti, sang kakek mewariskan dendamnya pada Ichiro. Ia meminta Ichiro untuk membasmi kejahatan di dunia dengan membunuh para pelakunya. Impian sang kakek akhirnya terwujud. Ketika sang kakek meninggal karena dibunuh perampok, Ichiro mencekik si perampok hingga tewas (padahal saat itu belati si perampok udah menancap di dada kiri Ichiro lho, dan ekspresinya tetap datar!).

Intinya, si Ichiro ini bukan tokoh antagonis sebenarnya dalam film ini. Dia membunuh untuk membasmi kejahatan. Dia nggak akan menghabisi nyawa mereka yang nggak bersalah. Tokoh antagonis yang sebenarnya ya kedua cewek psikopat tadi, membunuh untuk bersenang-senang. Tapi tetep ya.. cara Ichiro dalam membasmi kejahatan ini tentu aja salah.

Menjelang akhir film, Ichiro dan Midorikawa bertarung. Well, entahlah, apakah itu bisa disebut sebuah pertarungan. Hahaha.. Coz pertarungan itu terjadi diantara Ichiro yang bertangan kosong dengan Midorikawa yang mengendarai mobil. Jadi, si Midorikawa itu mencoba membunuh Ichiro dengan mobil yang dikendarainya.

Akhir ceritanya?
Honestly ya.. aku sempat berpikir kalo akhirnya si Ichiro ini bakal sembuh dari ‘penyakit’ anehnya, dan kemudian jadian sama Moriko, psikiater yang menanganinya. Hahaha.. Apa banget ya. FTV kali yang bisa kayak gitu :v
Anyway, dugaanku nggak sepenuhnya salah sih. Karena di akhir cerita, pada akhirnya.. Ichiro menunjukkan ekspresi wajah tersenyum, Saudara-Saudara! Dan senyumnya itu ditujukan buat Moriko. Tapi aku nggak bisa bohong kalo ending film ini nyebelin, dan bikin penasaran tentang apa yang terjadi sama si Ichiro selanjutnya. Abisnya dia berdiri di pinggir jembatan gitu. Mau bunuh diri kah? I dunno..

BTW, hampir sepanjang nonton film ini, aku kok ngeliat Ikuta Toma kayak ngeliat Lee Min Ho versi Jepang ya? Haha.. Am I the only one who thinks that way?  Coz menurutku, kalo dilihat di angle-angle tertentu dalam film ini, wajah Ikuta Toma bisa dibilang mirip sama aktor Korea satu itu, cuma mungkin hidung Lee Min Ho lebih mancung.

What do you think? Mirip Lee Min Ho nggak? :3

Tapi pas lihat foto-foto Ikuta Toma di Google malah keliatan beda banget. Hahaha.. Kemungkinan miripnya cuma di film doang kali ya. Whatever. Forget it!  Intinya, pokoknya film ini worth to watch lah.


Well, I really thank my brother for downloading these awesome movies for me. Dia memang bukan yang memilihkan film-film itu (kalo dia yang milih filmnya, dia nggak bakal pilih film-film berbau gore :v). Hanya aja adikku yang ngibrit ke rental PS buat pake Wi-Fi nya. Hahahaha..

Total Tayangan Halaman

 
;