Hampir semua
orang yang mengenalku tau bahwa aku ini anak rumahan. HAMPIR setiap hari libur,
aku menghabiskan waktu seharian di rumah, kalo nggak bareng keluarga yaa bareng
teman-teman dekat. Nggak heran kalo temanku itu-itu aja dari dulu, nggak nambah
dan nggak ngurang. Hahaha..
Well, sebenarnya bukan karena terlalu
betah diam di rumah sih. Aku pun sebenarnya oke oke aja main ke luar kalo ada
yang ngajak. Seperti hari ini..
Hari ini aku
diajak main ke salah satu objek wisata di Cirebon yang lagi hits banget di
media sosial, Bumi Perkemahan Ipukan dan Curug Cisurian. Sebenarnya A’ Put—begitulah
aku biasa memanggil Si Pengajak ini—udah dari minggu-minggu lalu mengajakku
main. Tapi dasar akunya (sok) sibuk plus didoktrin pula sama temanku untuk
berhati-hati sama cowok yang ngajak main jauh-jauh, aku jadi kebanyakan ngeles.
Tapi rupanya dia nggak nyerah untuk meminta waktu luangku. Akhirnya aku minta
masukan sama ibu, dan menurut ibu, jika seorang laki-laki ngajak perempuan main
ke luar dengan nyamper ke rumah dan minta ijin ke orangtuanya dulu, itu artinya
dia lelaki baik-baik. Justru laki-laki yang minta ketemuan di suatu tempat yang
harus diwaspadai.
Akhirnya aku
pun mengiyakan ajakannya. Pertama, karena dia bersedia menjemputku di rumah;
kedua, karena dia bilang bahwa dia juga mengajak kakak dan kakak iparnya. Dua
hal itu cukuplah untuk membuktikan bahwa dia nggak seburuk yang temanku
pikirkan (maaf yaa, A’ Puuutt..). Dan lagi, aku pikir pergi ke tempat sejuk
sama sekali bukan ide buruk. Aku suka tempat-tempat hijau dengan udara segar
dan sejuk. Sumpek juga mantengin komputer terus.
Sebelum
berangkat, ia mengingatkanku untuk membawa jas hujan dan baju ganti mengingat sekarang-sekarang
ini memang lagi musim hujan.
Sekitar jam
sembilan pagi, A’ Put menjemputku dengan Vario hitamnya. Kami berbasa-basi
sedikit sebelum akhirnya ia meminta ijin ibuku untuk membawaku pergi. Tentu aja
kami nggak langsung ke tempat tujuan, melainkan menjemput kakak dan kakak iparnya
dulu di daerah Sumber. Baru deh, sekitar jam setengah sebelas, kami meluncur ke
Kuningan.
Kami baru
sampai di tempat tujuan sekitar jam satu siang. Dan memang nggak bisa
dibohongi, pemandangannya tuh baguuuuus banget. Nggak heran kalo pengunjungnya
banyak, apalagi akhir pekan begini. Dengan biaya masuk lima belas ribu
perorang, kita disuguhi pemandangan hutan pinus dan lembah hijau yang
menyegarkan mata. Kita juga bisa mencoba berdiri di tepi jurang tanpa perlu
merasa takut jatuh, karena ada pijakan yang terbuat dari susunan bambu-bambu
besar gitu. Ah, yang suka foto-foto pasti puas deh jeprat-jepret disini. Yah,
memang nggak afdol sih kalo kesini nggak foto-foto. Aku aja yang biasanya jadi
tukang foto, kali ini ikutan foto-foto walau kebanyakan gayanya nggak bagus dan
itu-itu aja. Mwahahaha.. Dan karena momen ini lah, kebekuan antara aku dan dua
kakak A’ Put jadi sedikit mencair. Teh Baytie—kakak kandung A ‘Put—ternyata friendly banget. Dia merangkulku seperti
merangkul adiknya sendiri. Aku jadi merasa hangat. Dan Mas Bambang—suami Teh
Baytie, kakak ipar A’ Put—meskipun jarang senyum dan raut mukanya selalu
terlihat serius, tapi dia nggak sejutek kelihatannya. Hahaha.. Dasar akunya aja
yang kelewat ‘batu’. Suasana udah sehangat itu juga tetep aja nggak bisa bikin
aku jadi lebih aktif ngomong. Duh!
BTW, aku
sempat ketemu Nia—teman kampusku—disana. Hanya aja kami nggak ngobrol banyak.
Nggak enak juga sih, karena saat itu dia lagi bareng cowoknya.
Setelah puas
berfoto-foto di tepi jurang, kami turun ke kawasan curug alias air terjun. Yak,
Curug Cisurian namanya. Airnya sejuk dan jernih banget. Teh Baytie yang nggak
puas dengan hanya berfoto-foto bahkan nekat basah-basahan disitu, berdiri
dibawah guyurannya yang deras sambil tertawa lepas. Bahagia banget dia.
Puas main
dan foto-foto di curug, naiklah kami. Para cowok langsung menuju warung untuk
mengisi perut, sedangkan aku mengekor Teh Baytie ke toilet. Sementara Teh
Baytie mengganti pakaian, aku mencuci kaki karena memang aku dan Teh Baytie
yang mengenakan sepatu sport nyeker
selama main di curug sehingga kaki kami belepotan tanah. Habis itu, baru deh
kami nyusul para cowok ke warung. Kami minum, ngemil.. dan foto-foto lagi.. Hadeeehh..
Hahaha..
Sekitar jam
tiga sore, kami meninggalkan tempat itu. Haaah.. sayang banget. Padahal aku
sempat berharap bisa lihat sunset. Yak,
disini tempat yang tepat banget buat melihat sunrise ataupun sunset.
Tapi memang rasanya nggak mungkin sih buat kami. Perjalanan kami nggak memakan
waktu sebentar. Kalo nunggu waktu senja, maka malam hari kita baru sampai di
rumah. Yah, maybe next time..
Di tengah
perjalanan, kami mampir dulu ke sebuah rumah makan. Trus habis itu mampir ke
rumah Teh Baytie dan suaminya lagi. Saat itu sekitar jam lima sore, udah mau Maghrib.
Kami istirahat sejenak disitu sambil sharing
foto. Fotonya bagus-bagus sih, tapi kebanyakan yang bagus-bagus itu justru
foto-foto pas barengan. Fotoku yang sendirian malah aneh-aneh. Wakakakak..
Setelah
Maghrib, baru deh A’ Put mengajakku pulang. Waktu itu mukanya udah kayak orang
nggak tidur semalaman, tapi dia masih sempat nanya gini, “Kamu capek nggak?”
Astaga,
padahal harusnya aku yang nanya gitu ya. Da aku mah duduk doang, lha dia nyetir
:’v
Well, intinya akhir pekan ini cukup satisflying. I really thank him for taking me away from all
those exhausting-boring things. Karena dia aku jadi tau kalo di bumi
Cirebon ini masih banyak ‘surga’ yang belum aku jamah. Dan karena dia juga aku
jadi punya kawan baru. Wish we can meet
up again next time :)