Minggu, 16 Oktober 2016

Trip to Bumi Perkemahan Ipukan

Hampir semua orang yang mengenalku tau bahwa aku ini anak rumahan. HAMPIR setiap hari libur, aku menghabiskan waktu seharian di rumah, kalo nggak bareng keluarga yaa bareng teman-teman dekat. Nggak heran kalo temanku itu-itu aja dari dulu, nggak nambah dan nggak ngurang. Hahaha..

Well, sebenarnya bukan karena terlalu betah diam di rumah sih. Aku pun sebenarnya oke oke aja main ke luar kalo ada yang ngajak. Seperti hari ini..

Hari ini aku diajak main ke salah satu objek wisata di Cirebon yang lagi hits banget di media sosial, Bumi Perkemahan Ipukan dan Curug Cisurian. Sebenarnya A’ Put—begitulah aku biasa memanggil Si Pengajak ini—udah dari minggu-minggu lalu mengajakku main. Tapi dasar akunya (sok) sibuk plus didoktrin pula sama temanku untuk berhati-hati sama cowok yang ngajak main jauh-jauh, aku jadi kebanyakan ngeles. Tapi rupanya dia nggak nyerah untuk meminta waktu luangku. Akhirnya aku minta masukan sama ibu, dan menurut ibu, jika seorang laki-laki ngajak perempuan main ke luar dengan nyamper ke rumah dan minta ijin ke orangtuanya dulu, itu artinya dia lelaki baik-baik. Justru laki-laki yang minta ketemuan di suatu tempat yang harus diwaspadai.

Akhirnya aku pun mengiyakan ajakannya. Pertama, karena dia bersedia menjemputku di rumah; kedua, karena dia bilang bahwa dia juga mengajak kakak dan kakak iparnya. Dua hal itu cukuplah untuk membuktikan bahwa dia nggak seburuk yang temanku pikirkan (maaf yaa, A’ Puuutt..). Dan lagi, aku pikir pergi ke tempat sejuk sama sekali bukan ide buruk. Aku suka tempat-tempat hijau dengan udara segar dan sejuk. Sumpek juga mantengin komputer terus.

Sebelum berangkat, ia mengingatkanku untuk membawa jas hujan dan baju ganti mengingat sekarang-sekarang ini memang lagi musim hujan.

Sekitar jam sembilan pagi, A’ Put menjemputku dengan Vario hitamnya. Kami berbasa-basi sedikit sebelum akhirnya ia meminta ijin ibuku untuk membawaku pergi. Tentu aja kami nggak langsung ke tempat tujuan, melainkan menjemput kakak dan kakak iparnya dulu di daerah Sumber. Baru deh, sekitar jam setengah sebelas, kami meluncur ke Kuningan.

Kami baru sampai di tempat tujuan sekitar jam satu siang. Dan memang nggak bisa dibohongi, pemandangannya tuh baguuuuus banget. Nggak heran kalo pengunjungnya banyak, apalagi akhir pekan begini. Dengan biaya masuk lima belas ribu perorang, kita disuguhi pemandangan hutan pinus dan lembah hijau yang menyegarkan mata. Kita juga bisa mencoba berdiri di tepi jurang tanpa perlu merasa takut jatuh, karena ada pijakan yang terbuat dari susunan bambu-bambu besar gitu. Ah, yang suka foto-foto pasti puas deh jeprat-jepret disini. Yah, memang nggak afdol sih kalo kesini nggak foto-foto. Aku aja yang biasanya jadi tukang foto, kali ini ikutan foto-foto walau kebanyakan gayanya nggak bagus dan itu-itu aja. Mwahahaha.. Dan karena momen ini lah, kebekuan antara aku dan dua kakak A’ Put jadi sedikit mencair. Teh Baytie—kakak kandung A ‘Put—ternyata friendly banget. Dia merangkulku seperti merangkul adiknya sendiri. Aku jadi merasa hangat. Dan Mas Bambang—suami Teh Baytie, kakak ipar A’ Put—meskipun jarang senyum dan raut mukanya selalu terlihat serius, tapi dia nggak sejutek kelihatannya. Hahaha.. Dasar akunya aja yang kelewat ‘batu’. Suasana udah sehangat itu juga tetep aja nggak bisa bikin aku jadi lebih aktif ngomong. Duh!

BTW, aku sempat ketemu Nia—teman kampusku—disana. Hanya aja kami nggak ngobrol banyak. Nggak enak juga sih, karena saat itu dia lagi bareng cowoknya.

Setelah puas berfoto-foto di tepi jurang, kami turun ke kawasan curug alias air terjun. Yak, Curug Cisurian namanya. Airnya sejuk dan jernih banget. Teh Baytie yang nggak puas dengan hanya berfoto-foto bahkan nekat basah-basahan disitu, berdiri dibawah guyurannya yang deras sambil tertawa lepas. Bahagia banget dia.




Puas main dan foto-foto di curug, naiklah kami. Para cowok langsung menuju warung untuk mengisi perut, sedangkan aku mengekor Teh Baytie ke toilet. Sementara Teh Baytie mengganti pakaian, aku mencuci kaki karena memang aku dan Teh Baytie yang mengenakan sepatu sport nyeker selama main di curug sehingga kaki kami belepotan tanah. Habis itu, baru deh kami nyusul para cowok ke warung. Kami minum, ngemil.. dan foto-foto lagi.. Hadeeehh.. Hahaha..

Sekitar jam tiga sore, kami meninggalkan tempat itu. Haaah.. sayang banget. Padahal aku sempat berharap bisa lihat sunset. Yak, disini tempat yang tepat banget buat melihat sunrise ataupun sunset. Tapi memang rasanya nggak mungkin sih buat kami. Perjalanan kami nggak memakan waktu sebentar. Kalo nunggu waktu senja, maka malam hari kita baru sampai di rumah. Yah,  maybe next time..

Di tengah perjalanan, kami mampir dulu ke sebuah rumah makan. Trus habis itu mampir ke rumah Teh Baytie dan suaminya lagi. Saat itu sekitar jam lima sore, udah mau Maghrib. Kami istirahat sejenak disitu sambil sharing foto. Fotonya bagus-bagus sih, tapi kebanyakan yang bagus-bagus itu justru foto-foto pas barengan. Fotoku yang sendirian malah aneh-aneh. Wakakakak..

Setelah Maghrib, baru deh A’ Put mengajakku pulang. Waktu itu mukanya udah kayak orang nggak tidur semalaman, tapi dia masih sempat nanya gini, “Kamu capek nggak?”
Astaga, padahal harusnya aku yang nanya gitu ya. Da aku mah duduk doang, lha dia nyetir :’v

Well, intinya akhir pekan ini cukup satisflying.  I really thank him for taking me away from all those exhausting-boring things. Karena dia aku jadi tau kalo di bumi Cirebon ini masih banyak ‘surga’ yang belum aku jamah. Dan karena dia juga aku jadi punya kawan baru. Wish we can meet up again next time :)

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;