Hey there. How’s life, Everyone?
Haaaah.. senangnya bisa menulis disini lagi setelah sekian lama blog
ini vakum. Rasanya seperti pulang ke rumah. Maklum, belakangan ini aku sibuk
dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia nyata dan masa depan.
Haha.. Bukannya benar-benar nggak punya waktu luang ya, hanya aja aku sering
butuh waktu lebih dari satu jam untuk menulis sesuatu, meskipun itu sekedar
menceritakan daily life. Selama vakum
itu, sebenarnya cukup banyak hal yang berkesan dan ingin kutulis, karena pada
dasarnya dari dulu aku adalah tipe orang yang suka mengenang masa lalu,
khususnya hal-hal menyenangkan, karena dengan begitu aku bisa lebih bersyukur
pada Tuhan atas nikmat hidup yang Ia beri. Tapi karena semua itu udah lewat,
jadi ya udah, biarkan aja semua itu cukup aku simpan dalam ingatan. Hanya aja
memang ada sekelumit kisah yang bersifat abu-abu sih, dalam artian kalo diceritakan
aku enggan, nggak diceritakan jadi beban, dan nggak tau pula mau cerita sama
siapa. Doesn’t mean that I have nobody, I
just don’t believe anyone (kecuali Allah).
Jadi tulisan itu aku publikasikan secara tersembunyi (dipublikasikan tapi
tersembunyi, gak ngerti kan? Ya udah). Biar lebih plong aja sih.
Well, udah lebih dari
seminggu Ramadhan berjalan. Setiap tahun selalu jadi agenda rutin bagi aku dan
teman-teman untuk melaksanakan buka puasa bersama, sekaligus mempererat tali
pertemanan gitu. Hanya aja tahun ini entah kenapa kok pada diam-diam aja
meskipun Ramadhan udah berjalan selama beberapa hari. Sooo.. beberapa hari yang lalu, aku sindir mereka via status WA :
“Adem ayem aja. Nggak ada yang
ngajak buka puasa bersama apa?”
Sindiranku rupanya berhasil. Beberapa temanku merespon statusku,
diantaranya Tri, Yuda, Safira, dan Shinta. Karena Tri adalah teman dekat
sekaligus tetangga, maka bukbernya udah pasti nunggu adikku pulang ke Cirebon,
biar nantinya kami bukber berempat bareng Dewi yang juga merupakan teman dekat
sekaligus tetangga kami. Sementara Yuda mengajak bukber di minggu ketiga
Ramadhan. Berbeda dengan Safira dan Shinta yang langsung merencanakan acara
bukber sesegera mungkin. Anyway, aku
sangat menyayangkan dua sohibku, Rohayati dan Putri Ayu yang cuma read doang. Padahal dulu mereka sangat
antusias soal ini. Yah, aku hanya bisa maklum, situasi sekarang beda, nggak akan
sama lagi kayak dulu ketika Rohayati masih lajang.
Oke, balik ke persoalan acara bukber bareng Safira dan Shinta. Kemarin
kami putuskan acara bukber kami dilaksanakan hari Minggu, yak hari ini. Hanya
aja tempat makannya yang belum kami pastikan, rencananya nanti setelah ketemu
baru didiskusikan. Kami pun janjian ketemuan di kawasan Jalan Ampera, karena
disana memang banyak sih cafe-cafe dan rumah makan, tadinya. Namun Safira
kemudian sadar bahwa Jalan Ampera bukanlah tempat yang asik buat jalan-jalan,
karena nantinya kami disana cuma makan doang, nggak jalan-jalan dulu. Akhirnya
lokasi pertemuan kami ubah ke kawasan CSB Mall. “Jam 16.00 ya, biar nggak
terlalu mepet sama waktu Magrib”, kataku. FIX.
Singkat cerita, jam empat sore aku berangkat dengan menumpang GrobBak.
Sesampainya disana, sesuai perjanjian, aku menunggu di depan sebuah toko
sepatu. Yap, teman-temanku telat. Belum berangkat semua malah. Parah banget
kan. Akhirnya aku tunggu mereka deh disitu, sendirian kayak anak ilang. Mana lama banget lagi. Sekitar jam lima baru
Shinta doang yang nongol. Kami berdua pun memutuskan untuk naik ke lantai dua
CSB Mall dan menunggu di depan tangga. Beberapa menit menunggu disitu, akhirnya
Fira tiba juga. Dia habis nunggu anaknya dulu, katanya, makanya telat.
Waktu berbuka puasa tinggal beberapa menit lagi, dan seluruh tempat
makan di kawasan itu udah penuh. Yap, seluruhnya. Salah kami juga sih yang
nggak lebih dulu pesan tempat, hitung-hitung sambil menunggu Safira tadi. Well, kalopun pesan tempat duluan pun,
aku dan Shinta nggak tau Safira maunya makan dimana. Takutnya ntar pas udah
dipilihkan, dia malah nggak sreg. Ditanya pun dia nggak jawab. Alhasil kami
jadi keliling-keliling deh cari tempat makan yang masih punya meja kosong, tapi
hasilnya nihil, karena setiap tempat benar-benar penuh. Bahkan bukan penuh
lagi. Beberapa tempat makan bahkan ada yang antrian di luarnya sampai berjubel.
Para waiter dan waitress kewalahan melayani mereka. Finally, terpaksa deh kami turun dulu buat beli minum, sekedar
untuk membatalkan puasa.
Setelah membeli minum (yang harganya digetok jauh lebih tinggi, 7k
hanya untuk satu cup es teh manis),
kami pun duduk-duduk di tangga. Kami ngobrol-ngobrol disana. Yah, seperti
biasa, tentang nostalgia jaman sekolah, bahas teman-teman seperjuangan yang
udah berkeluarga..
Anyway, sempat kaget juga sih
tadi, dengar cerita dari Safira tentang salah satu teman sekelas kami di SMA
yang nasibnya kurang beruntung karena dimanfaatkan sama suaminya sendiri.
Sebagai perempuan, dia yang justru menjadi tulang punggung bagi suami dan ibu
mertuanya. Belum lagi menghadapi amarah suaminya yang sering meledak-ledak.
Miris deh dengernya. Aku jadi ikut prihatin, apalagi mengingat sosoknya yang
dulu innocent dan periang.
Membayangkannya diperlakukan seperti itu rasanya nggak tega banget. Semoga
Allah selalu melindungi dan menguatkannya :’)
Sekitar jam setengah delapan, kami kembali mencari tempat makan.
Alhamdulillah, akhirnya kami dapat meja, meski harus menunggu sebentar. Sambil
menunggu, kami pun memilih menu. Ish, itu tempat makannya benar-benar penuh
banget. Seluruh karyawan benar-benar sibuk. Saking sibuknya, mereka yang
biasanya ramah jadi jutek, bahkan hanya untuk sekedar senyum pun susah. Well, nggak masalah. Maklum, dengan
konsumen sebanyak itu dan dalam keadaan berpuasa, mereka pasti capek banget.
Hanya aja yang jadi masalah adalah.. penyajiannya itu lho, lamaaaaaaa banget.
Benar-benar lama. Lebih mengesalkannya lagi, orang-orang yang datang setelah
kami justru mendapat pelayanan lebih dulu. Bahkan beberapa orang yang datang
setelah kami itu ada yang udah selesai makan, sedangkan pesanan kami belum
datang sama sekali. Entahlah kenapa bisa seperti itu. Bayangkan aja, kami
datang kesitu sekitar jam setengah tujuh, pesanan baru datang sekitar jam
delapan. Haaaaahh.. Benar-benar waktu terlama yang pernah kami habiskan di
sebuah tempat makan hanya untuk menunggu pesanan jadi. Fira yang tadinya mau
cerita banyak sambil makan jadi bad mood
duluan. Yah, sudahlah. Memang kalo bulan Ramadhan, nyari tempat makan pas waktu
berbuka puasa tuh butuh sedikit perjuangan. Haha..
Setelah kenyang (kekenyangan lebih tepatnya, karena porsinya banyak
banget buat cewek-cewek minimalis seperti kami), kami pun berjalan bersama ke lobby utama. Sebenarnya masih pengen menghabiskan
waktu bareng sih ya, hanya aja kami nggak mau pulang terlalu larut, akhirnya
kami berpisah disana.
Well, sampai jumpa di lain
kesempatan, Kawan-kawan. Dan semoga lain kali lebih menyenangkan :D