Minggu, 27 Mei 2018

Buka Puasa Bareng Safira dan Shinta


Hey there. How’s life, Everyone?

Haaaah.. senangnya bisa menulis disini lagi setelah sekian lama blog ini vakum. Rasanya seperti pulang ke rumah. Maklum, belakangan ini aku sibuk dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia nyata dan masa depan. Haha.. Bukannya benar-benar nggak punya waktu luang ya, hanya aja aku sering butuh waktu lebih dari satu jam untuk menulis sesuatu, meskipun itu sekedar menceritakan daily life. Selama vakum itu, sebenarnya cukup banyak hal yang berkesan dan ingin kutulis, karena pada dasarnya dari dulu aku adalah tipe orang yang suka mengenang masa lalu, khususnya hal-hal menyenangkan, karena dengan begitu aku bisa lebih bersyukur pada Tuhan atas nikmat hidup yang Ia beri. Tapi karena semua itu udah lewat, jadi ya udah, biarkan aja semua itu cukup aku simpan dalam ingatan. Hanya aja memang ada sekelumit kisah yang bersifat abu-abu sih, dalam artian kalo diceritakan aku enggan, nggak diceritakan jadi beban, dan nggak tau pula mau cerita sama siapa. Doesn’t mean that I have nobody, I just don’t believe anyone (kecuali Allah). Jadi tulisan itu aku publikasikan secara tersembunyi (dipublikasikan tapi tersembunyi, gak ngerti kan? Ya udah). Biar lebih plong aja sih.

Well, udah lebih dari seminggu Ramadhan berjalan. Setiap tahun selalu jadi agenda rutin bagi aku dan teman-teman untuk melaksanakan buka puasa bersama, sekaligus mempererat tali pertemanan gitu. Hanya aja tahun ini entah kenapa kok pada diam-diam aja meskipun Ramadhan udah berjalan selama beberapa hari. Sooo.. beberapa hari yang lalu, aku sindir mereka via status WA :

“Adem ayem aja. Nggak ada yang ngajak buka puasa bersama apa?”

Sindiranku rupanya berhasil. Beberapa temanku merespon statusku, diantaranya Tri, Yuda, Safira, dan Shinta. Karena Tri adalah teman dekat sekaligus tetangga, maka bukbernya udah pasti nunggu adikku pulang ke Cirebon, biar nantinya kami bukber berempat bareng Dewi yang juga merupakan teman dekat sekaligus tetangga kami. Sementara Yuda mengajak bukber di minggu ketiga Ramadhan. Berbeda dengan Safira dan Shinta yang langsung merencanakan acara bukber sesegera mungkin. Anyway, aku sangat menyayangkan dua sohibku, Rohayati dan Putri Ayu yang cuma read doang. Padahal dulu mereka sangat antusias soal ini. Yah, aku hanya bisa maklum, situasi sekarang beda, nggak akan sama lagi kayak dulu ketika Rohayati masih lajang.

Oke, balik ke persoalan acara bukber bareng Safira dan Shinta. Kemarin kami putuskan acara bukber kami dilaksanakan hari Minggu, yak hari ini. Hanya aja tempat makannya yang belum kami pastikan, rencananya nanti setelah ketemu baru didiskusikan. Kami pun janjian ketemuan di kawasan Jalan Ampera, karena disana memang banyak sih cafe-cafe dan rumah makan, tadinya. Namun Safira kemudian sadar bahwa Jalan Ampera bukanlah tempat yang asik buat jalan-jalan, karena nantinya kami disana cuma makan doang, nggak jalan-jalan dulu. Akhirnya lokasi pertemuan kami ubah ke kawasan CSB Mall. “Jam 16.00 ya, biar nggak terlalu mepet sama waktu Magrib”, kataku. FIX.

Singkat cerita, jam empat sore aku berangkat dengan menumpang GrobBak. Sesampainya disana, sesuai perjanjian, aku menunggu di depan sebuah toko sepatu. Yap, teman-temanku telat. Belum berangkat semua malah. Parah banget kan. Akhirnya aku tunggu mereka deh disitu, sendirian kayak anak ilang.  Mana lama banget lagi. Sekitar jam lima baru Shinta doang yang nongol. Kami berdua pun memutuskan untuk naik ke lantai dua CSB Mall dan menunggu di depan tangga. Beberapa menit menunggu disitu, akhirnya Fira tiba juga. Dia habis nunggu anaknya dulu, katanya, makanya telat.

Waktu berbuka puasa tinggal beberapa menit lagi, dan seluruh tempat makan di kawasan itu udah penuh. Yap, seluruhnya. Salah kami juga sih yang nggak lebih dulu pesan tempat, hitung-hitung sambil menunggu Safira tadi. Well, kalopun pesan tempat duluan pun, aku dan Shinta nggak tau Safira maunya makan dimana. Takutnya ntar pas udah dipilihkan, dia malah nggak sreg. Ditanya pun dia nggak jawab. Alhasil kami jadi keliling-keliling deh cari tempat makan yang masih punya meja kosong, tapi hasilnya nihil, karena setiap tempat benar-benar penuh. Bahkan bukan penuh lagi. Beberapa tempat makan bahkan ada yang antrian di luarnya sampai berjubel. Para waiter dan waitress kewalahan melayani mereka. Finally, terpaksa deh kami turun dulu buat beli minum, sekedar untuk membatalkan puasa.

Setelah membeli minum (yang harganya digetok jauh lebih tinggi, 7k hanya untuk satu cup es teh manis), kami pun duduk-duduk di tangga. Kami ngobrol-ngobrol disana. Yah, seperti biasa, tentang nostalgia jaman sekolah, bahas teman-teman seperjuangan yang udah berkeluarga..
Anyway, sempat kaget juga sih tadi, dengar cerita dari Safira tentang salah satu teman sekelas kami di SMA yang nasibnya kurang beruntung karena dimanfaatkan sama suaminya sendiri. Sebagai perempuan, dia yang justru menjadi tulang punggung bagi suami dan ibu mertuanya. Belum lagi menghadapi amarah suaminya yang sering meledak-ledak. Miris deh dengernya. Aku jadi ikut prihatin, apalagi mengingat sosoknya yang dulu innocent dan periang. Membayangkannya diperlakukan seperti itu rasanya nggak tega banget. Semoga Allah selalu melindungi dan menguatkannya :’)

Sekitar jam setengah delapan, kami kembali mencari tempat makan. Alhamdulillah, akhirnya kami dapat meja, meski harus menunggu sebentar. Sambil menunggu, kami pun memilih menu. Ish, itu tempat makannya benar-benar penuh banget. Seluruh karyawan benar-benar sibuk. Saking sibuknya, mereka yang biasanya ramah jadi jutek, bahkan hanya untuk sekedar senyum pun susah. Well, nggak masalah. Maklum, dengan konsumen sebanyak itu dan dalam keadaan berpuasa, mereka pasti capek banget. Hanya aja yang jadi masalah adalah.. penyajiannya itu lho, lamaaaaaaa banget. Benar-benar lama. Lebih mengesalkannya lagi, orang-orang yang datang setelah kami justru mendapat pelayanan lebih dulu. Bahkan beberapa orang yang datang setelah kami itu ada yang udah selesai makan, sedangkan pesanan kami belum datang sama sekali. Entahlah kenapa bisa seperti itu. Bayangkan aja, kami datang kesitu sekitar jam setengah tujuh, pesanan baru datang sekitar jam delapan. Haaaaahh.. Benar-benar waktu terlama yang pernah kami habiskan di sebuah tempat makan hanya untuk menunggu pesanan jadi. Fira yang tadinya mau cerita banyak sambil makan jadi bad mood duluan. Yah, sudahlah. Memang kalo bulan Ramadhan, nyari tempat makan pas waktu berbuka puasa tuh butuh sedikit perjuangan. Haha..

Setelah kenyang (kekenyangan lebih tepatnya, karena porsinya banyak banget buat cewek-cewek minimalis seperti kami), kami pun berjalan bersama ke lobby utama. Sebenarnya masih pengen menghabiskan waktu bareng sih ya, hanya aja kami nggak mau pulang terlalu larut, akhirnya kami berpisah disana.

Well, sampai jumpa di lain kesempatan, Kawan-kawan. Dan semoga lain kali lebih menyenangkan :D

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;