Jumat, 10 Mei 2019

Little Gift

Ada yang spesial di bulan Mei ini. Yah, khususnya buatku dan Kawan Mengagumkan Cirebon. Kenapaaa..?? Look at this!

Iseng motret pas lewat sepulang kerja. Haha..

Yup, coba lihat tulisan di bagian tengah sebelah kiri. FIERSA BESARI!
Bung Fie akan perform tanggal 19 mendatang di Grage City Mall.

Well, kabar ini nggak lantas membuatku senang sih, karena jujur aku dilema. Aku selalu ragu untuk menghadiri event yang diselenggarakan secara outdoor seperti itu. Beberapa waktu sebelumnya, Bung Fie datang ke Cirebon dan tanpa berpikir panjang aku langsung memutuskan untuk hadir. Kenapa nggak ragu? Karena acaranya indoor, di dalam Gramedia, dengan seluruh penonton yang duduk dengan tertib. Aku jadi merasa aman, meski datang kesana sendirian.

Tapi untuk event kali ini, Bung Fie akan tampil bersama beberapa musisi lainnya secara outdoor (kemungkinan sih di Amphitheater). Itu pasti bakal rameeeeeeee banget. Aku jadi ingat acara ulang tahun salah satu radio lokal Cirebon yang mendatangkan J-Rocks dua tahun lalu. Penonton saling dorong, bahkan di luar pagar ada yang rusuh. Serem banget. Kalo bukan karena ada teman yang juga datang kesana, aku juga nggak bakal hadir. 

Ah, kalo ada teman yang bisa diajak kesana sih, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk datang. Sebenarnya ada sih dua orang temanku yang interest sama Bung Fie. Tapi sepertinya mereka cuma menyukai karyanya aja deh, nggak ngefans kayak aku gini.

***
Beralih ke cerita lainnya. Masih sedikit tentang Bung Fiersa sih. Jadi ceritanya, satu bulan kemarin, tiga buku karya Bung Fie milikku dipinjam Zahara, salah satu teman sesama book lover yang aku kenal di dunia maya. How could I do that? Kok bisa-bisanya pinjamin buku kesayangan ke orang lain?

Yup, biasanya sih aku merasa keberatan kalo ada teman yang pinjam novel milikku, karena selama ini, hampir semua novel ataupun buku yang aku pinjamkan kepada orang lain, kalo nggak kembali dengan kondisi terlipat ya robek (seperti buku Perahu Kertas yang covernya terlipat, Cinta Brontosaurus yang kembali dalam kondisi cover yang kotor dan lecek, dan Manusia Setengah Salmon yang robek di salah satu bagian halaman). Tapi itupun masih syukur bisa balik. Beberapa buku malah ada yang nggak balik sama sekali (seperti buku Koala Kumal, Sunshine Becomes You, Rindu, dan buku catatan Bahasa Jepang yang kupelajari bersama Erni Sensei semasa kuliah, yang kutulis dengan sepenuh hati). Entah kenapa kok banyak orang-orang yang nggak menghargai buku seperti itu. Tapi Zahara, dia itu beda.

Kami saling kenal di dunia maya sekitar tahun 2014 silam, berkat salah satu entri yang aku tulis di blog ini. Waktu itu kami sama-sama menyukai beberapa seleb tomboy Thailand. Mula-mula kami saling berkirim komentar di blog, kemudian obrolan berlanjut ke BBM, lalu ke Line, juga WhatsApp. Awalnya kami banyak mengobrol soal seleb tomboy Thailand yang kami suka itu, trus lama kelamaan merambah ke film, hingga akhirnya kami mengetahui bahwa kami juga sama-sama memiliki ketertarikan pada buku.

Memang sih, genre dan theme yang kami sukai itu jauh berbeda. Dalam hal musik, misalnya. Dia menyukai K-Pop, sementara aku suka musik Rock. Dan untuk buku, ia sangat menyukai bacaan dengan tema romantis, sementara aku suka bacaan dengan tema persahabatan. Aku juga sangat menggilai bacaan horror true story, sementara dia sangat menghindari bacaan seperti itu. Tapi meski demikian, kami tetap saling sharing tentang buku-buku yang pernah ataupun sedang kami baca. Paling sering dia sih yang sharing, karena kalo kulihat, koleksi bukunya jauh lebih banyak dibanding buku-bukuku. Ia juga mengetahui banyak nama-nama penulis yang bahkan masih sangat asing di telingaku. Bahkan akun Instagramnya penuh dengan foto buku-buku yang pernah ia baca yang ia upload dengan sangat rapi, lengkap dengan review-nya. 

Tau nggak apa persamaan dan perbedaan Penyuka Buku dengan Pecinta Buku?
Mereka sama-sama gemar membaca buku. Yang membedakan adalah perlakuannya terhadap buku. Pecinta Buku cenderung menggunakan pembatas buku untuk menandai batas baca. Bahkan meskipun di bukunya nggak disediakan pembatas buku pun, mereka akan mencari benda lain untuk dijadikan pembatas. Daun kering misalnya, atau bulu burung. Sedangkan bagi penyuka buku, menandai batas baca dengan melipat ujung halaman aja cukup. Wkwk.. Nah, Si Zahara ini orangnya sama kayak aku, paling risih kalo ada bagian buku yang terlipat. Hal inilah yang membuatku mempercayakan buku-buku kesayanganku itu untuk ia pinjam, lengkap dengan CD musiknya.

Dua hari yang lalu, ia mengembalikan buku-buku itu melalui kurir yang tiba kemarin siang. Bungkusannya benar-benar rapi, lengkap dengan kotak karton tebal dan stiker bertuliskan 'fragile'. Ya ampun, padahal aku sendiri mengirimkan buku-buku itu ke dia nggak sampai segitunya. Cuma modal plastik dan kertas bekas pembungkus HVS. Dengan kondisi paket yang ia kirimkan seperti itu, aku yakin buku-bukuku semuanya kembali dalam kondisi baik, maka aku nggak membukanya dan hanya menaruhnya di kamar.

Dan tadiiii.. Zahara mengirimkan pesan WhatsApp, memastikan bahwa buku-buku yang kuterima dalam keadaan lengkap. Saat itulah aku baru membuka paket itu, dan.. seketika aku terharu.

Nggak hanya membungkusnya dengan kotak karton tebal dan stiker 'fragile', Zahara juga membungkus buku-buku itu dengan bubble wrap. Selain itu.. yang membuatku benar-benar tersentuh adalah, ia menyisipkan 'hadiah kecil' di dalamnya : sebungkus Nextar cokelat, dua sachet kopi Esprecielo, dan dua lembar pembatas buku yang cantik. Seriouslyyyy.. this is too much! Dia menjaga dan mengembalikan buku-buku kesayanganku dengan sebaik-baiknya aja, aku berterima kasih banget, tapi ia justru repot-repot memberiku 'hadiah kecil' yang.. ah, bahkan aku sama sekali nggak menganggap ini sebagai hadiah kecil karena aku suka dan dia tulus banget ngasihnya. Sumpah, aku bahkan nggak nyangka dia tau merk dan rasa kopi favoritku.




Thanks a lot, Za. You’re the best 💙

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;