Minggu, 25 Juli 2021

Menguji Mental, Nonton THE HUMAN CENTIPEDE

Belakangan ini aku mengalami gangguan tidur. Migrain menyerang setiap hari, membuat diri ini selalu ingin berbaring. Hal ini membuatku selalu jatuh tertidur lebih awal, yakni selepas Isya, namun kemudian terbangun di tengah malam ketika Mas sudah tertidur pulas. Kalo sudah begini, biasanya aku jadi sulit buat tidur lagi. Maka untuk menunggu rasa kantuk kembali, aku biasanya memilih untuk scrolling postingan di medsos, menonton Youtube, atau membaca cerita horor.

Namun beberapa hari terakhir ini, aku sedang suka menonton film. Memang nggak berturut-turut sih. Aku melakukan kegiatan itu hanya jika aku terbangun di jam-jam yang nggak terlalu mendekati waktu dini hari. Sejauh ini baru empat judul film yang kutonton. Ada A Quiet Place 2, Rurouni Kenshin : The Final, The Human Centipede 1, dan The Human Centipede 2.

Di tulisan ini, aku ingin sekali membahas tentang dua film yang terakhir kutonton, yakni The Human Centipede 1 & 2 mengingat film ini adalah film yang membuatku penasaran selama bertahun-tahun. 


Aku pertama kali mendengar mengenai film ini dari Teh Tyas, dan itu sudah lama banget, ketika aku masih sekolah dan kami berdua masih saling terhubung di Facebook. Waktu itu kami sedang membicarakan film-film bergenre Thriller dengan adegan-adegan sadis, dan Teh Tyas menyebut film The Human Centipede sebagai salah satunya. Ia berkata bahwa film ini terlalu sadis sehingga dilarang tayang di beberapa negara. Ia sendiri nggak cukup bernyali untuk menonton film tersebut. Ketika itu, aku penasaran, namun rasa takutku mengalahkan rasa penasaran itu, mengingat menonton adegan-adegan sadis di film Rumah Dara saja mampu membuatku mendesis ngilu.

Beberapa waktu lalu, salah satu menfess di Twitter mengangkat topik tentang film ini, dan ternyataa cukup banyak yang bilang bahwa film ini nggak semengerikan yang dipikirkan. Tapi memang film ini akan sangat mengganggu bagi mereka yang nggak kuat menonton adegan sadis dan mudah jijik.

Mengetahui hal itu, rasa penasaranku terhadap film ini kembali bangkit. Aku pikir, sepertinya nggak masalah. Palingan 11-12 ngerinya sama film I Saw The Devil, pikirku, karena film Thriller yang berasal dari Korea tersebut juga penuh dengan adegan sadis dan beberapa adegan menjijikan, namun aku berhasil menontonnya hingga akhir.

Akhirnya, hari Jum'at dini hari lalu, aku mulai menonton The Human Centipede 1.

***

The Human Centipede : First Sequence

Sepasang sahabat asal Amerika, Lindsay dan Jenny, tengah berwisata di Jerman. Nggak ada yang lebih apes dari keduanya malam itu. Dua gadis malang itu tersesat di tengah hutan di dalam perjalanan mereka menuju klab malam tempat di mana mereka akan berpesta. Di tengah kepanikan mereka karena tersesat, ban mobil yang mereka tumpangi kempes, sementara mereka nggak tau gimana caranya mengganti ban, dan mereka juga kesulitan menghubungi layanan perbaikan mobil karena sulitnya sinyal telepon.



Beberapa lama kemudian, sebuah mobil melintas dan menepi di samping mobil mereka. Dua gadis itu berharap pria yang mengendarai mobil tersebut bisa mereka mintai bantuan. Namun alih-alih membantu, pria tersebut malah menggoda mereka dengan kata-kata nggak senonoh. Karena takut, mereka berdua nggak menggubris pria tersebut hingga ia berlalu dari tempat itu.



Nggak tahan berlama-lama di dalam mobil, mereka memutuskan keluar dari mobil untuk berjalan mencari bantuan. Namun lagi-lagi, mereka justru tersesat jauh ke dalam hutan. Di tengah kebingungan dan hampir putus asa, Lindsay melihat sebuah cahaya di kejauhan. Hujan mulai turun. Mereka berlari-lari kecil menuju cahaya tersebut yang rupanya berasal dari sebuah rumah. Lindsey berseru mengucap syukur, tanpa tau bahwa rasa syukurnya kelak akan berubah menjadi penyesalan seumur hidup.

Adalah Josef Heiter yang mendiami rumah tersebut. Ia adalah seorang dokter ahli bedah yang sudah lama pensiun dan memiliki obsesi gila untuk menyatukan tiga manusia dalam satu tubuh. Dan yah, Lindsay dan Jenny yang malang adalah korban dari eksperimen gila ini. Dr. Heiter pun membius mereka dan menahan mereka di basement, tempat sang dokter melakukan prakteknya. Di ruangan tersebut, nggak hanya ada mereka berdua, tapi juga ada seorang pria gemuk yang dr. Heiter culik sebelum mereka. Namun karena dr. Heiter nggak cocok dengan pria tersebut (entah karena alasan apa), dr. Heiter membunuhnya dengan cara suntik mati. Sebagai gantinya, ia menculik seorang pria Jepang bernama Katsuro.


Dr. Heiter membaringkan dan mengikat ketiga korbannya di atas tiga bangsal terpisah. Setelah memperkenalkan dirinya di depan para korbannya, ia menjelaskan secara rinci bagaimana ia akan menghubungkan ketiga tubuh korbannya dari mulut ke anus sehingga mereka berbagi satu sistem pencernaan. Gambarannya begini, tubuh manusia pertama berada di depan dan memiliki mulut untuk makan, kemudian mulut manusia yang berada di rangkaian kedua dijahit pada dubur manusia pertama, dan seterusnya hingga bentuk ketiganya menyerupai kelabang. Sebelumnya, dr. Heiter pernah melakukan eksperimen ini kepada tiga anjingnya. Namun eksperimen pertamanya tersebut gagal karena ketiga anjing yang sudah ia satukan itu tewas. Oleh karena itu, kali ini ia mencoba bereksperimen dengan tubuh manusia.


Maka dimulailah operasi itu. Dr. Heiter menempatkan Katsuro di posisi depan, Lindsay di posisi tengah (posisi paling menyakitkan, dr. Heiter sengaja menempatkannya pada posisi ini karena ia pernah mencoba melarikan diri), dan Jenny di belakang; ia mencabut gigi depan serta bibir Lindsey dan Jenny, kemudian memutilasi bagian bokong Katsuro dan Lindsey; rahang Lindsey dan Jenny disayat membentuk U kemudian mencangkoknya dari daging bagian bokong Katsuro dan Lindsey. Nggak cukup hanya itu, dr. Heiter juga memutuskan jaringan tempurung lutut mereka agar mereka nggak bisa berdiri.

Gila kan? Gila banget. But suprisingly, nggak banyak adegan menjijikan dan berdarah-darah dalam film ini. Bahkan setelah menonton film ini aku berpikir, gini doang? Mana adegan sadisnya? Katanya jijik banget sampai bisa bikin susah makan berhari-hari. Mana?
Yang ada malah geregetan. Gemas sama tokoh Lindsay yang dalam situasi mendesak sempat-sempatnya kepikiran untuk menyelamatkan Jenny yang sedang dalam kondisi pingsan karena obat bius. Jadi ceritanya, di malam sebelum operasi, Lindsay sempat berhasil melepaskan diri dari ikatan di bangsalnya. Namun ia nggak tega meninggalkan Jenny, sehingga ia memutuskan untuk menyeret Jenny keluar dari tempat itu dengan susah payah. Namun baru beberapa meter keluar dari rumah dr. Heiter, sang dokter mengetahui percobaan pelarian itu dan akhirnya membawa mereka kembali ke ruang operasi. Bayangkaaaaann.. berapa lama waktu yang Lindsay butuhkan untuk menyeret Jenny dari basement ke halaman rumah? Tentunya sangat cukup kalo waktu sebanyak itu ia gunakan untuk melarikan dirinya sendiri tanpa membawa Jenny. Daaamn! Lindsay yang bodoh, atau aku yang jahat yah? Huhu..


Mungkin yah adegan sadis dan menjijikan dalam The Human Centipede 1 ini bisa dibilang terlalu sedikit karena dalam operasinya, dr. Heiter tetap mengikuti prosedur pembedahan seperti membius korbannya terlebih dahulu, memakai masker dan sarung tangan bedah selama operasi, dan menggunakan peralatan bedah yang steril. Ia benar-benar melakukan eksperimennya dengan ilmu kedokteran yang mumpuni. Oleh karena itu, bagi penikmat film gore yang mengharapkan banyaknya adegan sadis, sebaiknya nggak berekspektasi lebih terhadap film ini deh yaa.

Karena nggak cukup puas dengan film ini, aku memutuskan untuk menonton film keduanya. 

***

The Human Centipede : Full Sequence

Martin Lomax adalah seorang pria dengan keterbelakangan mental dan gangguan jiwa. Penyakit mentalnya dilatarbelakangi oleh perbuatan ayahnya yang pernah melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya saat masih kecil. Martin Lomax tinggal berdua bersama ibunya yang kasar dan sering menyalahkannya karena ia menganggap Martin lah penyebab suaminya dipenjara. Martin sangat, sangat, sangat terobsesi dengan film The Human Centipede. Ia bisa menonton film itu berulang kali. Ia bahkan memiliki sebuah album yang berisi sketch dan foto-foto adegan film tersebut (semacam kliping gitu), dan menganggap dr. Heiter adalah inspiratornya. Ia sangat kagum dengan ide gila dr. Heiter, dan hal itu mendorong dirinya untuk meniru apa yang dr. Heiter lakukan : menciptakan kelabang manusianya sendiri. Bahkan lebih gila lagi, ia ingin membuat rangkaian 'kelabang' yang lebih panjang dengan dua belas tubuh manusia.


Sehari-harinya, Martin bekerja di sebuah lahan parkir sambil menonton film The Human Centipede berulang-ulang dari laptopnya. Dari tempat ini pula lah ia menculik banyak korban yang kemudian ia sekap di sebuah gudang suram. Ia bahkan tega membunuh ibunya setelah sang ibu merobek-robek album klipingnya. Perempuan tua itu ia pukul berkali-kali di bagian kepala dengan menggunakan linggis hingga tengkoraknya hancur.




Singkat cerita, Martin telah berhasil mengumpulkan dua belas orang manusia. Salah satu diantaranya adalah Miss Yennie, artis yang memerankan tokoh Jenny di film The Human Centipede yang ia tonton. Lho gimana caranya Martin menculik si artis? Jadi si Martin ini berpura-pura menjadi agen casting gitu yang menawarkan Yennie untuk menjadi salah satu pemeran dalam film Quentin Tarantino. Ini menurutku aneh banget sih. Disini kan Yennie berperan sebagai seorang artis yang sudah berpengalaman main film, tapi kok bisa dengan mudahnya tertipu dengan si Martin? Memangnya dia nggak cari tau dulu gitu di internet tentang kebenaran adanya casting film tersebut? Kok mau-maunya dia ketemuan sendirian sama si Martin tanpa manajer artis atau bodyguard gitu? Dan sepanjang film, sama sekali nggak ada adegan Martin menelepon atau menghubungi pihak si artis karena kita cuma diperlihatkan adegan pihak si artis menghubungi Martin melalui voice mail. Aneh banget, banget. Terkesan amat memaksa agar ada alasan si artis kejebak Martin. Pantesan banyak yang bilang film ini film sampah. *Eh 😅

Dan dimulai lah 'perakitan' kelabang manusia oleh Martin. Persiapkan mentalmu untuk adegan berdarah-darah yang lebih banyak disini. Martin memotong jaringan lutut para korbannya satu persatu. Ia juga menggunakan palu untuk merontokkan gigi-gigi mereka. Ia mengiris bokong salah satu korbannya hingga korbannya tersebut kehabisan darah dan tewas. Ya, apa yang bisa diharapkan dari sebuah operasi yang dilakukan oleh seorang pria keterbelakangan mental yang sakit jiwa? Martin bukanlah seorang dokter. Operasi dilakukan di lantai gudang suram yang tentu saja kotor. Dan boro-boro menggunakan peralatan bedah yang steril, Martin menggunakan peralatan seadanya yang ia miliki : perkakas rumah tangga seperti gunting, pisau dapur, tang, corong, selang, palu, stapler besar untuk 'menjahit' mulut, dan lakban. Dan yah, tentu saja tanpa obat bius. Semua adegan operasi diperlihatkan, penuh darah dan teriak kesakitan. Adegan yang paling membuatku ngilu adalah ketika Martin mengiris jaringan lutut, dan memukul gigi-gigi korbannya dengan palu. Ketika gigi-gigi itu rontok hingga mulut sang korban penuh darah, rasanya aku seperti merasakan sesuatu mengganjal di tenggorokanku. Rasanya kayak, ya ampun pingin udahan, tapi penasaran.

Martin memang gagal membuat rangkaian kelabang manusia dari dua belas orang karena dua korbannya tewas saat operasi (sebenarnya salah satunya cuma pingsan, tapi Martin nggak tau), namun Martin cukup puas dengan rangkaian kelabang manusia dari sepuluh orang yang ia ciptakan dengan tubuh Miss Yennie yang berada di posisi paling depan.

Setelah rangkaian itu siap, Martin memulai uji cobanya. Ia memaksa rangkaian itu untuk mulai merangkak. Ia juga menyodorkan mangkuk berisi makanan anjing dan memerintahkan Yennie untuk memakannya. Namun perempuan itu melemparkan mangkuk itu hingga isinya berhamburan. Martin lantas menggunakan corong dan selang untuk menuangkan makanan ke kerongkongan Yennie dengan paksa. Oh ya, karena Yennie terus berteriak-teriak, Martin mencabut lidah Yennie dengan tang agar perempuan itu nggak lagi bersuara. 

Mau tau apa yang paling menjijikkan? Martin yang nggak sabar menunggu para korbannya untuk ekskresi akhirnya menyuntikkan cairan obat pencahar ke setiap korban, memaksa masing-masing dari mereka untuk secara eksplosif mengeluarkan isi perut mereka ke dalam mulut orang di belakang mereka. Saking dahsyatnya 'ledakan' itu, kotoran mereka terciprat kemana-mana, bahkan ke layar yang kita tonton. Sungguh pemandangan yang sangat, sangat, sangat menjijikkan. 

Kini aku tau kenapa film ini bisa dilarang tayang di beberapa negara dan kenapa banyak orang yang nggak kuat menonton film ini, karena adegan-adegannya memang sesadis dan semenjijikkan itu. 

Untungnyaaa film The Human Centipede 2 ini diproduksi dengan cinematografi hitam putih. Bisa dibayangkan gimana kalo film ini diproduksi dengan cinematografi berwarna, dimana kita bisa melihat warna dan bentuk luka, darah, muntah, dan kotoran dengan jelas. Tentu bakal berkali-kali lipat menjijikkan, dan kayaknya aku bakal beneran nggak bisa makan karena terus terbayang, atau bahkan nggak kuat menonton film itu hingga akhir. 

Kayaknya ini film gore tergila yang pernah kutonton deh. Meski ada skenario yang ngaco (tentang bagaimana Martin menjebak Yennie), tapi film ini benar-benar sukses membuat aku dan para penonton di luar sana nggak nyaman hampir sepanjang film. Tapi meski begitu, aku nggak kapok sih untuk menonton film Thriller sejenis ini. Kalo teman-teman ada rekomendasi film gore lainnya, bisa kasih tau aku yah, tapi film produksi tahun 2000's aja. Hehe. 

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;