Jumat, 09 Juli 2021

Sebuah Bingkisan

Hari Rabu lalu, sebuah panggilan suara mampir ke nomor WhatsApp pribadiku. Nomor asing tanpa nama dengan foto profil yang juga asing. Seperti biasanya, aku enggan mengangkat panggilan suara dari nomor yang sama sekali nggak aku kenal. Maka kuabaikan panggilan itu.

Nggak lama kemudian, si pemilik nomor mengirimkan pesan WhatsApp. Rupanya nomor itu milik seorang kurir yang ingin mengantarkan paket untukku. Agak heran juga rasanya karena aku nggak memesan barang apapun dari online shop. Dan kalopun aku membeli barang dari online shop, aku nggak pernah mencantumkan nomor itu. Lewat pesan chat, si kurir mengirimkan foto paket yang ditujukan untukku itu. Dari foto itu lah, akhirnya aku tau darimana paket itu berasal. Salah seorang teman yang kukenal lewat sosial media yang mengirimkannya untukku.

Selanjutnya, mas kurir kembali menghubungiku melalui panggilan suara. Kali ini aku berani menerima panggilannya. Rupanya ia bingung mencari alamatku (alamat orangtuaku sih lebih tepatnya, karena semenjak menikah aku tinggal berdua bersama Mas di daerah lain, namun masih di kota yang sama). Wajar sih, karena si pengirim mencantumkan nama 'Vidia' yang mana nama itu nggak dikenal oleh orang-orang di lingkungan tempat tinggalku, karena mereka mengenalku dengan nama depanku, 'Putri'. Wkwkwk. Akhirnya kuarahkan si mas kurir hingga ia bertemu dengan bapak yang kebetulan saat itu sedang berada di teras. Kuminta padanya agar menyerahkan paket itu pada bapak.

Paket itu baru sampai di tanganku siang ini. Isinya sebuah tas selempang cantik warna coklat. Tifanny yang mengirimkannya. Masya Allah. Sebuah amplop berisi surat hampir luput dari perhatianku, karena Tif meletakannya di luar pembungkus dan di belakang kertas bertuliskan alamat tujuan. Ketika melihat kertas bertuliskan alamat tujuan itu, aku pikir, kok bagian ini terlihat tebal yah? Terlalu tebal kalo hanya untuk menuliskan nama penerima dan alamat tujuan. Bagian itu dilapisi oleh plastik bening. Kubongkar plastik itu, dan benar aja, ada amplop berisi surat terselip di sana. Ucapan dan doa ditulisnya dengan rapi disana. Terharu rasanya.


 

Lebih dari sepuluh tahun silam kami berkenalan via Facebook. Kami nggak pernah bertemu langsung satu kali pun. Selama ini kami lebih sering berkirim pesan chat. Kami pernah bertatap muka lewat video call. Itupun hanya satu kali, tahun 2019 silam. Saat itu aku tengah mengunjungi bazar buku, dan aku menghubunginya lewat video call agar ia juga turut merasakan suasana bazar yang kukunjungi sementara aku memperlihatkan buku-buku yang dijual disana. Namun meski begitu, aku bersyukur karena kami masih berkomunikasi satu sama lain hingga kini meski memang nggak sering.

Terima  kasih bingkisannya, Tif. Tentunya tas ini akan sangat bermanfaat. Semoga pandemi cepat berlalu dan Tuhan memberi kita kesempatan untuk benar-benar bertemu, menyesap kopi bersama sembari membicarakan hal apapun. Bahagia dan sehat selalu untukmu dan keluarga 😊

1 komentar:

T I F A N N Y mengatakan...

Aamiin ya rabbal alamiin, sehat sehat selalu beb 😘

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;