Rabu, 04 Agustus 2021

Hi, 2nd Trimester

Trimester pertama sudah berlalu. Aku cukup bersyukur karena selama trimester pertama kemarin, kandunganku bisa dibilang nggak rewel, karena meski tetap merasakan mual dan malas makan, namun aku nggak sampai mengalami muntah-muntah seperti yang kebanyakan dirasakan para bumil. Aku juga nggak banyak ngidam macam-macam, apalagi yang aneh-aneh seperti yang banyak dikeluhkan oleh rekan-rekanku di kantor yang berstatus sebagai calon bapak.

Namun beberapa minggu belakangan ini, aku mulai merasakan sakit kepala yang hebat setiap hari. Bukan sakit kepala biasa, melainkan migrain di bagian kepala sebelah kiri. Sebenarnya migrain bukanlah hal yang nggak biasa buatku. Sejak dulu, aku sudah terbiasa diserang migrain yang munculnya seperti terjadwal. Ia menyerang setiap hari, biasanya mulai dari jam sepuluh pagi, dan kemudian mereda dengan sendirinya sekitar jam dua belas siang atau bahkan lebih lama. Jika sudah begitu, aku hanya cukup tidur atau minum segelas kopi, lalu nyerinya perlahan-lahan hilang. Begitu terus setiap hari. Tapi migrain yang kurasakan kali ini benar-benar menyiksa, dan nggak bisa diredakan dengan tidur ataupun minum kopi. Berbaring justru membuat kepalaku semakin sakit, dan minum kopi sama sekali nggak membantu.

Kondisi seperti ini benar-benar membuatku bingung, apalagi mengingat bahwa seseorang yang sedang hamil disarankan untuk nggak mengkonsumsi obat karena khawatir membahayakan janin, apalagi pada usia kehamilan yang terbilang muda. Aku bertanya pada rekan-rekanku yang lebih dulu berpengalaman mengandung, rata-rata mereka pun nggak mengkonsumsi obat saat merasakan nyeri. Mereka memilih untuk mengoleskan minyak angin yang jauh lebih aman karena nggak dicerna dalam tubuh.

Rasanya tersiksa sekali. Sudah beberapa minggu ini tidurku terganggu karena saat malam nyerinya semakin menjadi. Aku juga merasa semakin bersalah karena nggak jarang Mas ikut terbangun di tengah tidurnya karena mendengar aku meringis, dan sudah beberapa minggu ini pula Mas melarangku untuk melakukan pekerjaan rumah dan membantunya mengepak barang (karena pertengahan Agustus ini kami akan pindah).

Dua hari lalu, aku bertanya pada dokter kandungan perihal aman nggaknya mengkonsumsi obat saat hamil muda, dan dokter menyarankanku untuk mengkonsumsi paracetamol 500mg, karena obat ini dinilai paling aman untuk dikonsumsi ibu hamil. Namun rupanya mengkonsumsi paracetamol hanya meredakan nyeri migrainku sesaat. Beberapa jam setelah mengkonsumsinya, khasiat obatnya hilang, dan nyerinya kembali muncul. Aku tentu nggak mau mengambil resiko dengan mengkonsumsi paracetamol setiap hari untuk meredakan nyeri migrain yang menyerangku setiap hari. Huhu..

Soal penggunaan obat luar pun rupanya nggak bisa sembarangan. Sekitar dua minggu lalu, kulit bagian pahaku mengalami iritasi cukup serius. Aku menyadarinya ketika merasakan sakit di bagian paha kiri saat mandi pagi. Ketika kulihat, rupanya ada luka sepanjang dua belas sentimeter disana. Awalnya kukira itu luka tergores, karena lukanya merah, panjang, dan rasanya perih seperti terkena goresan. Waktu itu aku pikir, ah mungkin aku nggak sadar menggaruk terlalu kuat saat tidur, jadi timbul luka. Namun nggak disangka, beberapa jam setelah itu, lukanya semakin parah. Bagian lukanya menebal, seperti ruam dengan bintil-bintil berisi cairan seperti luka lepuh.

"Gara-gara makan ijoan kali", celetuk Masku, karena memang malam sebelumnya, kami sempat mengkonsumsi kerang hijau. Rasanya nggak mungkin, karena aku nggak memiliki alergi seafood. Lagipula saat itu aku cuma makan satu kerang. Setelah aku browsing Google, barulah aku tau bahwa luka itu berasal dari racun tomcat. Dari situ juga aku baru tau bahwa tomcat nggak menggigit ataupun menyengat, melainkan mengeluarkan racun. Itulah kenapa lukanya bisa sepanjang itu. Tentunya luka ini membuatku sangat merasa nggak nyaman. Berjalan saja rasanya perih, karena lukanya bergesekan dengan pakaian yang kukenakan.

Ada beberapa merk salep ataupun obat luar yang bisa mengatasi luka ini. Namun sayangnya, kebanyakan dari obat-obatan itu merupakan obat keras yang harus digunakan berdasarkan resep dokter (apalagi untuk ibu hamil dan menyusui). Aku sempat berkonsultasi online dengan dokter umum langgananku dan bertanya apakah ada obat untuk mengobati ini yang aman bagi ibu hamil. Memang ada. Obat itu berupa salep, dua macam obat minum, dan satu botol sabun antiseptik. Namun aku kaget melihat harganya. Hampir setengah juta rupiah. Huhu.. Mau nangis. Skincare-ku aja nggak sampai segitu 😭

Tentu saja aku nggak menebusnya. Akhirnya kuputuskan saja untuk membiarkan luka itu sembuh dengan sendirinya. Kadang-kadang aku taburi dengan bedak salicyl. Alhamdulillah sekarang lukanya sudah agak mengering dan tentunya sudah nggak perih. Memang rasanya agak gatal, tapi aku nggak berani menggaruknya karena takut lukanya kembali parah.

Jadi yah, tinggal migrain satu ini yang jadi masalah terbesarku saat ini. Beberapa hari belakangan ini rasanya semakin parah karena gigiku juga sakit, dan nyerinya menyebar hingga ke telinga, leher, dan bahu. Banyak yang bilang, ini adalah pengaruh hormon dan akan menghilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia kehamilan. Jika iya, aku harap ini nggak akan lama :')

3 komentar:

T I F A N N Y mengatakan...

Alhamdulillah sudah trimester kedua. Perbanyak istirahat dan jangan terlalu stress. Usahakan untuk rileks. Banyak minum air putih ya Vid. Aku klo mulai pusing biasanya kurang minum. Dan istirahat cukup. Coba minta mas suami buat pijit pijit kepala. Hehe

Semoga lekas berlalu sakit kepalanya 😘

Putri Vidialesta mengatakan...

Iya, Tif. Mungkin iya, aku kurang banyak minum air putih. Huhu..
BTW kalo dipijit kepalanya malah makin sakit. Makanya lebih sering aku diemin aja, ditahan-tahan. Tapi alhamdulillah sekarang udah nggak separah kemarin-kemarin kok. Makasih yaa.. 🤗

T I F A N N Y mengatakan...

Alhamdulillah syukurlah hehe
Oalah gtuuu hihi. Okay bumil sehat sehat terus yaaa 😘😘

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;