Jumat, 03 September 2021

Sore ini aku kembali menjalani pemeriksaan USG. Ini ketiga kalinya aku menjalani pemeriksaan USG. Pemeriksaan pertama di akhir bulan Juni, pemeriksaan kedua di awal bulan Agustus. Pemeriksaan pertama dan kedua lalu, aku memeriksakannya ke klinik yang sama, namun dengan dokter yang berbeda.

Dokter yang pertama memeriksaku ramah sekali. Ia juga menjelaskan segalanya dengan detail dan menjawab pertanyaan-pertanyaanku dengan baik. Dokter Wildan, namanya. Namun sayang, di pemeriksaan kedua, beliau nggak bertugas di klinik itu lagi. Sebenarnya Dokter Wildan memiliki apotik dan tempat praktik di kawasan Drajat, nggak begitu jauh dari tempat tinggal aku dan Mas dulu. Namun karena tempat praktik itu baru aja berdiri, perizinannya belum selesai. Oleh karena itu, maka dokter yang menangani pemeriksaanku di klinik tersebut kali itu adalah dokter lain yang kurang detail menjelaskan dan kurang ramah. Aku menanyakan perihal penggunaan beberapa obat dan vitamin pada masa kehamilanku, namun ia menjawab dengan kata-kata yang kurang jelas yang membuatnya terkesan ragu dan malas melayani pasien. Alhasil aku dan Mas pulang dengan rasa kurang puas.

Kali ini, aku dan Mas memutuskan untuk memeriksakan kandunganku di rumah sakit tempat Dokter Wildan kini bertugas. Waktu itu sekitar jam setengah empat sore. Sesampainya di rumah sakit itu, kami langsung mengambil nomor antrian dan melakukan pendaftaran. Kami sempat kecewa karena rupanya pendaftaran untuk ke poli kandungan sudah ditutup karena hanya dibatasi sampai lima belas pasien. Namun syukurlah, Dokter Wildan mau berbaik hati menerima kami sebagai pasien terakhirnya hari ini. Huhu.. GBU, Dok.

Setelah mendaftar, aku menjalani pemeriksaan tekanan darah dan berat badan. Alhamdulillah tekanan darahku normal dan berat badanku naik tiga kilogram dari bulan lalu, padahal sebelumnya aku sudah pesimis berat badanku bakal stuck karena belakangan ini aku sedang agak susah makan karena sakit gigi yang menyerang setiap hari. Berdasarkan informasi yang kubaca dan kudapat dari orang-orang di sekitarku yang lebih berpengalaman, sakit gigi memang menjadi salah satu masalah pada ibu hamil. Hal ini terjadi karena peningkatan hormon selama kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terbentuknya plak dan pembengkakan gusi. Ada juga yang menyebutkan bahwa hal ini bisa terjadi karena kekurangan kalsium selama kehamilan, sehingga janin 'mengambil' stok kalsium dari tubuh ibunya. Untuk pernyataan yang terakhir aku kurang yakin bahwa itu penyebabnya sih, karena aku yakin asupan kalsiumku cukup mengingat aku rajin minum susu dan suplemen kalsium setiap hari.

Well, back to the story. Setelah pemeriksaan tekanan darah dan berat badan, kami dipersilahkan menunggu. Karena praktik dokter baru saja dimulai dan kami mendapat nomor antrian terakhir, alhasil aku dan Mas harus menunggu lama. 

Lapar, ngantuk, dan BT, semuanya bercampur jadi satu. Berdasarkan keterangan rumah sakit, jadwal praktik dokter berlangsung sampai jam lima sore, namun kami yakin dengan jumlah pasien enam belas orang dan praktik dokter yang baru saja dimulai di jam setengah empat sore, praktik dokter nggak akan berakhir tepat sesuai jadwal. Alhasil aku yang belum sempat makan siang ditemani Mas pergi ke kantin sebentar untuk membeli mi instan cup. 

Singkat cerita, namaku baru dipanggil ke ruang dokter ketika menjelang waktu Isya, ketika Mas mulai misuh-misuh karena lapar. Wkwkwk.
Meski merupakan pasien terakhir (yang daftar dadakan ketika pendaftaran sudah ditutup), namun Dokter Wildan tetap menyambut kami dengan ramah dan bersemangat. Seperti biasa, aku ditanyai mengenai keluhan-keluhan yang kurasakan. Setelah itu beliau mempersilahkan aku untuk berbaring di ranjang pasien dan memulai pemeriksaannya.

"Wah.." gumam dokter ketika layar sudah menunjukkan sebuah citra. "Sudah kelihatan nih." Beliau menunjuk layar. Aku dan Mas memperhatikan, but we didn't have any idea mengenai apa yang dokter tunjuk itu.
"Bisa tebak jenis kelaminnya apa?" tanya dokter pada kami. Aku dan Mas hanya terdiam dengan diliputi rasa penasaran.
"Enggak, Dok".
"Masa nggak tau?"
Kemudian dokter mengetikkan satu kata dalam bahasa Inggris di layar tersebut yang menunjukkan prediksinya mengenai jenis kelamin bayi kami. Aku dan Mas langsung memekik senang ketika mengetahuinya. Senang karena prediksi dokter sesuai dengan harapan kami. Namun kami memutuskan untuk merahasiakannya dulu. Kami khawatir sudah sesumbar sana-sini bahwa jenis kelaminnya A, setelah lahir ternyata B. Kan namanya manusia, bisa saja salah prediksi kan?

Dokter juga menjelaskan bahwa air ketubanku cukup, bayi kami sehat, dan detak jantungnya normal. Hanya saja berat badannya kurang sedikit dari berat badan normal. Yah mungkin karena problem sakit gigi dan susah makan ini. Huhu.. Maafin Mama ya, Nak. Doakan agar sakit gigi ini nggak sering-sering kambuh lagi, biar Mama bisa makan banyak buat kamu :')

Saat ini kami hanya berharap, bayi kami tumbuh dengan sehat dan normal tanpa kekurangan satu apapun. Aamiin yaa robbal alamiin.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;