Rabu, 13 April 2022

Back to Work Day-1

Akhirnya setelah tiga bulan beristirahat dari kegiatan kantor, hari ini aku kembali pada rutinitasku sebagai karyawan perusahaan. Perasaanku campur aduk. Meski senang, tapi aku juga sedih karena harus ninggalin Fathian dari pagi hingga sore. Gimana nggak sedih? Tiga bulan lamanya, hampir seluruh waktuku buat dia, dan ketika masa cutiku habis, aku harus rela membagi waktuku. Pagi tadi sebelum berangkat, kutatap lamat-lamat wajahnya yang sedang tertidur pulas. Rasanya kayak berat banget, nggak tega.

Sesampainya di kantor, aku bertemu Bu Mila di parkiran. Ia menyambutku dengan gaya lebay khasnya. Rata-rata mereka yang kutemui menyapaku, menanyakan kabar, dan tentunya pertanyaan-pertanyaan umum seperti "anaknya perempuan atau laki-laki?", "nama anaknya siapa?", "dedenya di rumah sama siapa?" Yaaah begitulah.

Everything went well sampai aku masuk ke Ruang HRD untuk menemui Pak Teguh dan Pak Ben. Kami berbasa-basi sebentar, dan tiba-tiba Pak Teguh meminta Pak Ben untuk ke luar ruangan karena mau bicara empat mata denganku. Tiba-tiba perasaanku nggak enak. Dari dulu aku selalu gugup setiap kali ada orang yang tiba-tiba pingin bicara empat mata. Entahlah, aku takut mendengar berita buruk, atau diberi pertanyaan yang nggak bisa kujawab. 

Setelah Pak Ben ke luar ruangan, beliau langsung mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan yang intinya adalah mengenai jabatanku di perusahaan. Selama menjadi bagian dari Divisi HRD, aku seringkali dituntut untuk pulang terlambat, dan aku nggak begitu merasa keberatan dengan hal itu. Tapi melihat kondisiku sekarang yang sudah berkeluarga, Pak Teguh khawatir aku jadi nggak bisa bekerja dengan tuntutan seperti itu lagi. Oleh karena itu, beliau bermaksud untuk memindahkanku ke Divisi Collection sebagai Admin AR (Account Receivable), karena menurutnya dengan bekerja sebagai Admin AR, aku bisa pulang tepat waktu dan nggak sering-sering dituntut pulang terlambat. Tapi beliau nggak langsung memutuskan, melainkan memintaku untuk memilih.

Intinya beliau memberiku pilihan, apakah ingin tetap menjadi Admin HRD dengan tuntutan sering pulang terlambat atau pindah ke posisi Admin AR. Saat itu aku bingung. Aku sempat berpikir, apakah Pak Teguh sebenarnya ingin menggantiku dengan Diah, karyawan baru yang kemarin meng-handle pekerjaanku selama cuti, namun dengan cara yang halus? Karena jujur aja, aku sudah nyaman dengan jabatanku saat ini, dan ketika kuutarakan hal itu, beliau membanding-bandingkan kinerjaku dengan kinerja Diah (yang menyiratkan bahwa kinerjanya lebih baik dari kinerjaku). "Kerjanya cepat. Yang lain belum selesai, dia sudah bisa santai," katanya. Siapa coba yang nggak panas dibanding-bandingkan seperti itu? I'm pretty sure I'm better than her. Jelas kerjanya cepat, karena sebagai karyawan baru, tuntutan pekerjaannya belum sebanyak pekerjaan yang selama ini aku handle. Aku bisa aja bilang begitu, tapi aku nggak berani. Jadi kutelan mentah-mentah aja kata-kata beliau. 

Beliau nggak menuntutku untuk memutuskan saat itu juga. Maka aku pun menemui Bu Mila untuk menanyakan alur pekerjaan Admin AR itu seperti apa. Alih-alih menjawab pertanyaanku, Bu Mila malah bilang bahwa pekerjaan di divisinya ribet banget 😂 Ia pun meminta tolong pada Ryan untuk menjelaskan padaku mengenai alur pekerjaannya.

Jadi lah siang itu Ryan menjelaskan alur pekerjaan Admin AR, panjang lebar, dari awal hingga akhir. Hebatnya Ryan mengelola data konsumen yang bejibun itu dengan caranya sendiri, tapi tetap terarah, dan surprisingly minim kesalahan. Dan yah, seperti yang kukhawatirkan di awal, bahwa pressure di Divisi AR itu berat. Kita dituntut untuk sangat teliti dan tegas, khususnya pada Collector, karena jika ada di antara mereka yang bermain curang dengan uang angsuran konsumen, maka Admin AR pun akan kecipratan imbasnya. Belum lagi berkomunikasi dengan konsumen dengan berbagai karakter.

Setelah diberi penjelasan oleh Ryan dan mengucapkan 'terima kasih', aku pun ke luar dari Ruang AR dan duduk di depan mushola. Di sana aku menelepon Mas untuk meminta pendapatnya. Melihat pressure pekerjaan di AR lebih berat, tentunya Mas menyarankan aku untuk tetap pada jabatanku yang sekarang, di mana aku hanya berhubungan dengan karyawan dan calon karyawan. Nggak masalah pulang terlambat, toh nggak setiap hari, dan nggak sampai larut malam. Daripada being under pressure setiap hari.

Selesai menelepon Mas, aku pun pergi ke ruangan Pak Teguh untuk mengutarakan keputusanku. Kubilang aku ingin tetap pada jabatanku yang sekarang. Setelah memastikan keyakinanku atas keputusan yang kubuat, Pak Teguh pun memintaku untuk memanggil Diah. Kami berbicara enam mata di ruangan itu. Singkat cerita, ditetapkanlah bahwa aku tetap pada jabatanku sebagai Admin HRD, dan Diah sebagai Admin AR. Win win solution, karena Diah sendiri puas dengan keputusan itu.

Dan yah, setelah melakukan serah terima tugas dengan Diah, aku pun mulai bekerja. Namun karena baru kembali bekerja setelah sekian lama libur, rasanya agak bingung. Apalagi aku juga dituntut untuk segera melakukan update data karyawan dan menyiapkan data untuk pengajuan THR, aku bingung mana dulu yang harus lebih dulu kukerjakan. Ditambah suasana hati yang tiba-tiba berubah melankolis. I miss my lil boi. Dia lagi apa? Apakah anteng bersama ibu dan bapak di rumah?

Sepulang bekerja, Fathian sedang bersama bapak di teras. Ia berbaring di stroller, sementara bapak mengajaknya ngobrol. Ketika motor kami masuk ke halaman, tiba-tiba ia merengek.
"Lhaaa.. mau anteng. Mbok karo bapae teka jeh nangis (tadi anteng. Mama papanya dateng kok nangis)", kata bapak. Wkwkwk.

Yaaaaah begitulah pengalaman hari pertama bekerja lagi. Rasanya masih agak bingung, juga pusing melihat tumpukan berkas formulir pengajuan kredit calon konsumen beserta hasil survey Analis di bawah kursi yang harus kuarsip (karena Diah nggak mengarsip itu semua). Mungkin hari Sabtu nanti akan kubereskan. Semoga aku bisa menuntaskan semuanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;