Sabtu, 12 April 2025

Us in a Frame

Lama banget nggak foto studio. Terakhir kali aku berfoto studio itu sekitar empat tahun lalu, saat aku dan Mas melakukan foto simple pre-wedding di sebuah studio foto yang cukup ternama di kota kami, tapi berujung kesal tiada tara gara-gara hasilnya yang sangat jauh dari ekspektasi : dinding background belang-belang dan mengelupas di beberapa bagian, lantai cuma beralaskan kain alakadarnya. Benar-benar nggak worth the price (pernah aku ceritakan di sini). Sejak saat itu aku jadi rada trust issue, karena ternyata nama besar dan harga mahal pun nggak menjamin hasil yang bagus.

Tapi tanggal 3 lalu, aku, Mas, dan Fathian melakukan foto keluarga di sebuah studio foto yang udah lumayan lama juga aku follow di Instagram, namanya HD Photography. Aku tertarik dengan studio ini karena selain tarifnya yang terjangkau, mereka juga sering kasih promo diskon, dan foto-foto yang ditampilkan di Instagram mereka cukup menjanjikan, nggak beda jauh sama foto-foto yang ditampilkan di Instagram studio foto yang aku ceritakan sebelumnya. Dan rencana buat berfoto keluarga ini juga udah lamaaa banget kami rencanakan, namun baru terealisasi sekarang karena sebelumnya kami berpikir Fathian masih terlalu kecil. Kami khawatir alih-alih mau berpose, dia malah menangis atau bahkan tantrum. Kali ini kami cukup yakin bahwa Fathian udah lebih siap karena dalam beberapa kesempatan berfoto, dia udah ngerti cara berpose. 

Saat itu studio foto ini sedang memberikan promo spesial Idul Fitri dengan tarif 100.000 aja untuk sesi foto selama 15 menit dan tiga lembar foto cetak ukuran 4R. Karena jadwal foto kami adalah jam tiga sore, jadi setengah jam sebelumnya, kami berangkat di rumah. Agak kesal juga di perjalanan, karena banyak akses jalan yang ditutup selama arus balik lebaran ini. Jadi kami harus ambil jalan memutar yang bisa dibilang jauh banget. 

Sesampainya di tempat (a bit surprised karena tempatnya rupanya lumayan kecil, but it's okay kalo hasilnya bagus), kami pun menunggu di luar bersama beberapa orang lainnya yang nampaknya juga tengah menunggu giliran sesi fotonya. Sebenarnya di dalam juga ada tempat duduk sih, tapi penuh dengan customer lainnya yang udah lebih dulu datang. Cukup lama juga kami nunggu di sana. Kayaknya hampir satu jam deh. 

Saat giliran kami berfoto, pertama-tama, kami diminta untuk memilih warna background. Hari itu aku dan Mas sama-sama mengenakan pakaian berwarna olive-hitam, sedangkan Fathian mengenakan pakaian hitam, jadi sepertinya akan cocok dengan background warna coklat. Awalnya sesi berfoto berjalan mulus. Namun itu hanya berlangsung beberapa menit sebelum Fathian merasa nggak nyaman dan mulai ngereog. Nggak sampai nangis apalagi ngamuk sih, tapi kami cukup kewalahan untuk mengajaknya berpose dengan benar. Jadi saat itu kami benar-benar nggak berekspektasi apapun, kayak, "Ya udah deh, ikhlas aja kalo hasil fotonya nanti nggak ada yang bagus", gitu.

Setelah berfoto, kasir menginformasikan bahwa semua file foto akan dikirimkan melalui Google Drive, sedangkan hasil foto cetaknya baru jadi beberapa minggu ke depan (mereka bakal informasikan via chat WhatsApp nantinya). Kami pulang sekitar jam setengah lima sore. Hujan turun saat itu. Awalnya cuma gerimis, tapi begitu kami keluar dari tempat parkir, hujan mulai menderas. Sialnya, kami cuma bawa satu jas hujan yang akhirnya hanya aku pakai bagian atasnya aja buat menutupi Fathian biar dia nggak kebasahan. Sisanya? Kami basah kuyup kayak tikus kecebur got. Padahal rencananya setelah berfoto tadi, kami mau mampir untuk makan di luar, tapi dengan keadaan kami yang basah kuyup kayak gitu, rasanya nggak memungkinkan. Akhirnya kami pun memutuskan untuk langsung pulang. Wkwkwk. 

Berasa apes banget gitu ya? Udah sesi berfotonya chaos, ditambah pulangnya harus basah-basahan. Tapi alhamdulillah nggak juga, karena kabar baiknya, hasil foto-foto kami banyak juga yang bagus. Huhuhu. Memang sih ada beberapa foto-foto kami yang kelihatan kacau di mana kamera saat itu mengabadikan ekspresi Fathian yang sedang ngereog : ada yang ngucek mata, ada yang berontak, ada yang merem sambil teriak. Haduuuh. Tapi hal itu rupanya cukup ngasih 'warna' yang unik dari hasil foto-foto kami.

Daaan, karena hasil foto keluarga kemarin cukup memuaskan, minggu lalu, tepatnya tanggal 5 kemarin, aku mengusulkan pada adikku, Dewi, dan Tri buat berfoto di situ juga. FYI, usulan buat berfoto studio ini pertama kali dicetuskan oleh Tri di WhatsApp Group kami. Tadinya kami mau berfoto studio di sebuah studio kecil yang mirip-mirip photobox gitu. Tapi melihat hasil foto di HD Photography yang jauh lebih banyak dan memuaskan dengan tarif yang sangat affordable, aku jadi berani buat merekomendasikan tempat itu sebagai tempat untuk mengabadikan momen bersama kami.

Jam setengah tiga sore, kami berangkat bareng dari rumah Tri. Aku dibonceng Tri, Dewi dibonceng Hardi. Sesampainya di sana, aku bisa melihat ekspresi mereka yang nampak nggak yakin dengan studio foto itu. Yah, sama aja kayak waktu aku pertama kali ke sana lah ya. Alhamdulillah, di sana kami nggak perlu menunggu terlalu lama kayak waktu aku berfoto bareng Mas dan Fathian minggu lalu. Kayaknya cuma sepuluh menitan deh. Dengan dresscode kami yang berwarna hitam dan nude, kami sepakat memilih background warna putih. 

Singkat cerita, sesi foto pun dimulai. Selama sesi foto itu, Hardi nampaknya sedikit tertekan dengan banyaknya variasi pose yang diminta fotografer. Sebagai satu-satunya cowok di antara kami, pose-pose foto yang cenderung lebih cocok buat cewek membuatnya merasa kurang nyaman. Wkwk. Sesi foto itu berlangsung selama lima belas menitan. 

Setelah membayar, kami pun keluar dari studio dan menuju tempat lain buat nongkrong. Kebetulan Dewi punya rekomendasi cafe baru yang katanya punya menu kopi yang enak, Stone Hand Cafe. Saat tiba di parkiran, aku menerima link Google Drive dari HD Photography yang menandakan bahwa foto-foto kami udah diupload ke situ dan siap untuk kami unduh. Aku pun memforward link itu ke Hardi, Tri, dan Dewi biar mereka juga bisa lihat hasil foto-foto kami tadi. 

Sesi foto yang berlangsung selama lima belas menitan itu menghasilkan ratusan foto yang hampir semuanya bagus. Ditambah nantinya kami juga bakal dikasih masing-masing empat foto cetak. Dengan cukup patungan 25.000 perorang aja, kami bisa mendapatkan itu semua. Aku bisa melihat raut puas di wajah teman-temanku itu. Syukurlah. 

Di Stone Hand Cafe, kami memilih sebuah meja dekat jendela yang menghadap ke arah parkiran. Aku dan Dewi memesan es kopi, Hardi memesan es cokelat, dan Tri memesan es matcha. Aku juga memesan seporsi Stony's Sourdough untuk kami nikmati berempat.


Sambil menyesap es dan melihat-lihat hasil foto kami, kami jadi sedikit bernostalgia tentang masa kecil kami dulu. Aku pernah menceritakan tentang masa kecil kami itu di postingan lamaku di sini. Yah meskipun momen bersama Tri bisa dibilang sedikit banget saat itu, karena kami baru berteman dekat dengan Tri di tahun 2009-an, dan saat itu kami udah remaja, tapi kami tetap membahas momen-momen lama bersamanya. Rasanya selalu lucu membahas momen-momen itu. Our childhood was fun. Kami bertumbuh, tapi tawa kami belum tua :')

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;