Jumat, 05 September 2014

My First Work Experience

Well, setelah sekian lama nggak blogging, baru hari ini aku bisa blogging lagi. Hal ini dikarenakan aku udah nggak punya free time lagi.. Huaaaahh..
Kenapa? Karena sekarang aku kerja!

Iya, kerja. Jadi kampus aku tuh kan punya fasilitas menyalurkan mahasiswa-mahasiswinya ke perusahaan-perusahaan. Nah, beberapa minggu yang lalu, staff C&P kampus minta konfirmasi ke aku untuk mengirimkan CV dan berkas lamaran aku ke kantor tempat aku kerja sekarang ini. Aku ditawarin di posisi Admin. Aku terima, coz aku emang lagi butuh kerjaan.

Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 11 sore, aku di-SMS HRD perusahaan itu. Isinya adalah panggilan interview. Huaahh.. seneng sih, tapi nervous juga. Yah, siapa sih yang nggak nervous kalo mau ngadepin job interview? Hanya aja nervous aku kali ini lebih mending daripada pas aku ngadepin job interview buat pertama kalinya di salah satu perusahaan rotan dua bulan yang lalu.

Keesokan harinya, sekitar jam delapan pagi, aku dateng ke kampus. Awalnya aku kira aku cuman sendirian gitu, ternyata di ruang C&P aku ketemu sama Ecin (temen sekelas aku yang bekerja sebagai staff) dan Nur. Aku yang tadinya ngerasa nervous jadi rada tenangan karena nggak sendirian. Nur bilang kalo dia dipanggil interview juga hari itu, dan itu adalah job interview pertamanya.

Kami dikumpulkan di ruang dua. Disana udah berkumpul temen-temenku yang juga bakal ngadepin job interview hari itu. Untuk perusahaan tempat aku kerja sekarang, kampus aku mengirim aku, Nur, Mbak Dwi, Pepey, Nurul, Pipit, Devi, sama siapa lagi ya? Lupa. Intinya sih ada delapan orang.

Sebelum ke lokasi, Pak Furqon ngasih kami wejangan dulu tentang hal-hal yang harus kami perhatiin selama diwawancarai. Diantaranya, kami harus selalu menjaga eye-contact dengan si pewawancara; mengetuk pintu sebelum masuk lalu mengucapkan salam; menjabat tangan si pewawancara dengan mantap; jangan duduk sebelum dipersilahkan; duduk dengan punggung lurus tapi nggak tegang; jangan menaruh tangan diatas meja; menjawab pertanyaan si pewawancara seperlunya; de el el. Setelah mendengarkan wejangan dari Pak Furqon, kami pun berangkat dengan menumpang mobil kampus.

Perusahaan itu terletak di kawasan Trusmi Kulon. Disana kami diminta menunggu sampe sekitar jam setengah sebelas gitu deh. Kemudian kami diminta masuk ke ruang meeting untuk menjalani psikotest. Psikotest berjalan selama kurang lebih dua puluh menit. Kemudian kami diminta menunggu di sebuah ruangan di sebelah ruang HRD, sampe akhirnya nama kami dipanggil satu persatu. Nur yang baru kali ini ngadepin job interview mendapatkan panggilan paling pertama.

Aku mendapat giliran ke-enam (kalo nggak salah). Aku ditanya berbagai macam pertanyaan yang biasa ditanyakan pada job interview. Yah, misalnya apa yang kamu ketahui tentang Admin?, apa kelebihan kamu?, apa yang memotivasi kamu buat kerja disini? Banyak deh! Bahkan aku diminta buat nyanyi!

Iya, nyanyi! Seriously! Awalnya interviewer yang bernama Pak Jodi itu nanya ke aku,
”Kamu suka nyanyi nggak?”
Aku jawab, “Suka, Pak. Sedikit..”
Dan beliau bilang, “Coba kamu nyanyi apa aja, dari awal sampe akhir.”
OH-MY-GOD! Aku nggak percaya kalo hal kayak gini bakal ada dalam sebuah job interview. Ini rekruitmen pegawai apa rekruitmen peserta Indonesian Idol sih?

Belom abis perasaan geli aku, Bapak HRD yang duduk di meja belakang aku nyeletuk,
”Sambil berdiri dong! Pake ekspresi juga ya!” Oh myyyyyyyy..
Akhirnya berdirilah aku menghadap mereka berdua, dan nyanyi. Didepan aku ada sebuah cermin besar setinggi badan. Alhasil aku bisa ngeliat bayangan diri aku sendiri lagi nyanyi sambil mengayunkan badan aku ke kanan-ke kiri. For God’s sake, itu geli banget!

Aku menyanyikan lagu milik Ten2Five yang judulnya I Will Fly, lagu yang pernah aku nyanyiin pas Ujian Praktek Seni Budaya dan Kesenian pas SMA dulu, lagu yang bikin aku dapet nilai praktek nyanyi lumayan bagus. Sialnya, gara-gara nervous aku jadi lupa lirik. Awalnya aku cuman salah menyanyikan part “there’s a chance for me to say” jadi “there’s a words for me to say”. Parah! Lebih parahnya lagi, setelah part itu aku malah jadi blank. Alhasil aku jadi diem aja gitu sambil nerawang nginget-nginget liriknya. Awkward banget lah pokoknya! Udah gitu aku disuruh ganti lagu, lagu Indonesia gitu. Jadilah aku nyanyiin lagunya Maudy Ayunda yang Perahu Kertas, tapi cuman reff-nya doang sih..

Setelah itu, Pak Jodi bertanya,
“Kalo saya tantangin kamu buat bertemu langsung dengan Direktur Utama kami, kamu siap?”
Aku jawab, “Siap, Pak.”
Kemudian beliau meminta aku buat nunggu lagi bersama temen-temen aku yang lain.

Setelah semuanya selesai interview, aku dipanggil buat menghadap langsung ke Direktur Utama perusahaan itu. Aku dianter Ibu Neng ke sebuah ruangan. Di dalem ruangan itu, duduklah seorang perempuan muda cantik berbaju dan berkerudung biru. Aku kira dia itulah Direktur Utamanya. Seketika aku pun kembali nervous sampe-sampe salah ngucapin selamat siang jadi selamat pagi. LOL! :v

Ternyata aku salah gitu. Di ruangan yang nggak begitu besar, bahkan terbilang sempit itu, ada tiga ruangan lagi, yakni kamer mandi, sebuah ruangan berjendela dibelakang kursi perempuan berbaju dan berkerudung biru itu (yang kemudian aku ketahui sebagai ruang kerja Admin Keuangan), dan sebuah ruangan tertutup. Aku dianter ke ruangan tertutup itu. Nah, disanalah sang Direktur Utama duduk. Aku pun dipersilahkan duduk, dan kemudian ditanya-tanya gitu deh. Yah, pertanyaannya sih nggak jauh beda dari pertanyaan-pertanyaan yang diajuin sama staff HRD. BTW, awalnya aku kira Direktur Utamanya itu udah berumur empat puluh atau lima puluh tahun keatas gitu, ternyata enggak. Aku jadi nggak tegang-tegang banget, walaupun rasa nervous masih ada.

Setelah interview bersama beliau selesai, Pak Direktur manggil seseorang. Aku pikir, pasti perempuan berbaju dan berkerudung biru itu.  “Nggun.. Anggun..” Tapi yang dipanggil nggak nyahut-nyahut. Kayaknya sih lagi ke luar ruangan gitu deh. Kemudian beliau menyodorkan sebundel kertas yang aku ketahui merupakan berkas lamaran aku beserta lampiran hasil wawancara sambil bilang, “Minta hasil psikotest kamu ke HRD!” gitu.

Aku pun keluar ruangan, kemudian menyerahkan sebundel berkas lamaran aku dan lampiran hasil wawancara itu ke Mbak Anggun yang waktu itu ada didepan ruang HRD. How awkward! Aku nggak diladenin..
Akhirnya aku duduk deh, gabung lagi sama temen-temenku. Temen-temen aku nanya sambil nunjuk berkas yang aku bawa, “Itu apa, Put?”
Mereka minta liat gitu kan, ya aku kasih. Trus salah satu dari mereka bilang, “Put, kamu pasti diterima deh. Liat tuh, kamu direkomendasikan.”
Penasaran, aku baca juga deh. Di kolom hasil wawancara itu ada tiga pilihan : ditolak, dipertimbangkan, dan direkomendasikan. Di kertas itu, pilihan ‘direkomendasikan’ itu diberi tanda ceklis gitu deh. Pas ngeliat itu, aku jadi berpikiran positif gimana gitu. Aku mikir, apa ini berarti saya diterima bekerja di perusahaan ini?

Kemudian aku dipanggil lagi ke Office 1 dengan dianter Pak Jodi. Disana, aku menyerahkan berkas yang aku bawa tadi. Kemudian ekspresi mereka jadi kayak bingung gitu. Trus aku malah disuruh nunggu lagi di tempat yang tadi. Nggak berapa lama kemudian, aku dipanggil ke ruang HRD buat menghadap Pak Jodi lagi. Beliau nanya, “Mbak Putri, kamu tau kan kalo berkas ini bersifat personal? Pelamar nggak boleh tau ini. Jadi gimana ceritanya berkas ini bisa ada di kamu?” Beliau nanya sambil mengacungkan berkas tadi. Aku rada kaget plus heran sih, coz nada beliau kedengeran agak sedikit sinis gitu. Tapi kan berkas itu Pak Direktur yang ngasih. Karena nggak ngerti, ya aku terima. Akhirnya aku jelasin deh kronologisnya kenapa berkas itu bisa ada di tangan aku. Setelah menjelaskan hal itu dengan sebenar-benarnya, aku pun dipersilahkan buat bergabung lagi dengan temen-temenku.

Setelah semuanya beres, kami pun dipersilahkan buat kembali ke rumah masing-masing dan menunggu panggilan di hari selanjutnya.

***

Keesokan harinya, HRD perusahaan itu kembali menghubungi aku. Katanya sih bakal ada interview lagi. Aku dateng langsung kesana sekitar jam delapan. Aku nggak sendirian, ada Nurul, Pepey, dan Mbak Dwi juga yang dipanggil kesana.

Setelah beberapa lama nunggu di ruangan sebelah ruang HRD, nama aku dipanggil. Aku kira, aku bakal berhadapan sama Direktur Utama lagi, tapi ternyata enggak. Kali ini interviewer aku adalah Ibu Gina (selanjutnya aku panggil dengan Mbak Gina, karena ternyata kami seumuran, cuman beda beberapa bulan doang). Mbak Gina ini nantinya bakal jadi partner kerja aku. You know what? Aku sempet di-tes ngomong pake bahasa Inggris gitu sama dia. Oh myyyyyy.. Nggak tau aja nih kalo kamus bahasa Inggris di otak aku suka ngilang kalo lagi nervous -_- Alhasil, pas ngomong aku jadi kayak orang yang baru belajar bahasa. Nggak jauh beda sama pas first interview aku di perusahaan rotan dua bulan yang lalu itu. Silly banget!

Setelah interview sama Mbak Gina, aku jadi hopeless gitu deh. Gimana nggak hopeless? Wawancaranya aja menyedihkan dan memalukan gitu. Udah gitu perusahaan ini mengharapkan karyawannya punya motor, atau minimal bisa nyetir motor.. sementara aku cuman bisa naeknya doang. Pokoknya udah pesimis banget lah. Kemudian aku pulang dengan perasaan kecewa. Eh, di tengah perjalanan pulang, aku malah ditelepon HRD lagi. Aku disuruh balik lagi kesana, coz katanya manager HRD (Pak Jodi) pengen ketemu sama aku. Ya udah, aku balik lagi deh sambil berharap bahwa ada kabar baik yang bisa aku denger.

Sampe disana, Pak Jodi udah nungguin aku. Aku dibawa ke ruangannya dan kemudian menyatakan bahwa.. AKU DITERIMA KERJA DISITU! Thank God! :D
Aku nggak sendirian, ada Pepey yang juga diterima kerja disana. Selain itu, ada juga Mbak Viny (pelamar yang melamar kerja di hari yang sama pas aku dan temen-temen ngadepin interview hari pertama) yang juga diterima kerja disitu. Mbak Viny ini ramah banget, makanya gampang deket sama orang. Nggak heran kalo dia diterima sebagai Staff Marketing.

Sebagai karyawan baru, tentu aja aku, dan yang lainnya harus menjalani On the Job Training (OJT) terlebih dahulu. Dan OJT itu bakal kami jalanin selama tiga bulan. Tapi selama dua minggu pertama, kami nggak boleh libur. Intinya harus masuk kerja terus. Kami baru mulai kerja keesokan harinya, masuk jam delapan pagi, dan pulang jam enam sore. Kami juga diminta untuk menyerahkan ijazah asli SMA kami. Ijazah itu bakal ditahan selama kami jadi karyawan disana.

***

Esoknya, aku dateng kesana jam delapan kurang sambil bawa ijazah asli SMA aku yang dimasukin kedalem amplop coklat. Gara-gara bawa amplop coklat itu, aku malah dikira pelamar baru yang mau ngasih berkas lamaran gitu deh. Aku pengen nunggu di ruang tunggu HRD, tapi dilarang sama security. Aku malah disuruh gabung sama para SPG yang lagi briefing. Ya udah deh, aku ikut-ikut aja. Briefing-nya lumayan lama juga, sampe sekitaran jam sembilan. Waktu itu aku rada was-was juga, takut dikira telat. Oh ya, pas briefing itu, aku ngeliat salah satu penyiar radio favorit aku. Kalo aja waktu itu Supervisor yang mimpin briefing itu nggak nyapa dia, aku nggak akan tau bahwa dia adalah penyiar radio itu. Nggak nyangka aja gitu, ternyata dia kerja disitu. Katanya sih jadi Staff Marketing. Tapi kok dia jutek banget yak sama aku? Aku ajak senyum, dia nggak bales. Huaaaahh.. Padahal di radio atau di Facebook dia ramah banget lho. Well, dia emang termasuk kedalam friendlist Facebook aku. Masa iya gitu aku kudu nyapa dia sambil bilang, saya suka denger siaran Kakak lho. Saya juga pernah request lagu pas Kakak siaran. Temenan di Facebook juga malah. Nggak ngenalin ya, Kak?
Lagipula di lingkungan kerja ini aku bingung harus manggil dia Kakak, atau Bapak.. atau Jeung, ngikutin para SPG yang biasa memanggilnya. BTW, kalo ngeliat dia, aku selalu inget salah satu penulis favorit aku, Christian Simamora. I dunno..

Setelah briefing, aku menuju ruang tunggu HRD. Disana udah ada Pepey. Syukurlah, ternyata aku nggak telat. Kemudian kami pun melakukan serah terima ijazah dengan Bu Neng, bikin absent sidik jari, lalu dianter ke Office 1 (ruang yang pernah aku masukin pas mau interview sama Direktur itu). Disana kami duduk di sebelah Mbak Anggun yang ternyata merupakan sekretaris di perusahaan itu. Kami ngobrol-ngobrol sedikit, sampe akhirnya Pepey dipanggil untuk keluar dari ruangan itu, coz dia kan ditugaskan sebagai Admin Keuangan Batik di Office 2 (ruangan sebelah Office 1), sementara aku tetap di Office 1 karena disitulah aku akan bekerja menjadi partner Mbak Gina sebagai Admin Legal, yang berarti selama bekerja aku akan selalu diawasin Pak Direktur, karena kami satu ruangan gitu lhooooo! Eh, tapi nggak satu ruangan juga deng. Pak Direktur kan punya ruangan pribadi. Tapi tetep aja intinya satu ruangan, karena ruangan pribadi Pak Direktur ada didalem Office 1 itu.

Oh ya, waktu memasuki Office 1 ini, hal yang paling menarik perhatian aku adalah stiker larangan kentut yang ditempel di jendela kaca ruang Admin Keuangan Properti. Aku pikir, gila.. keren banget orang-orang yang bekerja di ruangan itu. Mereka bisa menahan diri untuk nggak kentut selama jam kerja. How great!

Disana nggak cuman ada aku dan Mbak Anggun aja, tapi juga waktu itu ada dua orang karyawan cewek lagi, yakni Mbak Leny dan Mbak Lela. Ada juga Mas Haris, satu-satunya karyawan cowok disitu. Tapi hari itu aku nggak ngeliat Mbak Gina yang katanya bakal jadi partner aku. Lagi sakit katanya. Jadi, seharian itu cuman Mbak Leny yang ngasih aku arahan. Mbak Leny ini karyawan paling muda disitu. Umurnya baru 19 tahun. Nggak heran kalo cewek bersuara imut-imut kayak Naysilla Mirdad ini selalu diledekin sama rekan-rekan kerjanya. Well, dia mah mau ngomong diimut-imutin juga ngegemesin. Lah, coba kalo aku yang gaya ngomongnya kayak gitu.. behh minta ditimpuk namanya :v

Dan selama kerja disana, pandangan aku tentang seorang Sekretaris itu berubah setelah ngeliat Mbak Anggun. Awalnya aku kira jadi sekretaris itu harus jaim dan tampil serapih-rapihnya. Tapi Mbak Anggun kebalikannya.. koplak dan absurd abis (itu kalo lagi nggak ada tamu lho ya..). Dia yang paling sering mancing kekoplakannya anak-anak Office 1. Kalo nggak ada dia, Office 1 bakal terasa kurang hidup. Tapi tampaknya aku terlalu normal buat ketularan koplaknya mereka. Virus koplak mereka mental, nggak mampu menulari aku -_-

***

Beberapa hari kerja disitu, barulah aku tau bahwa pekerjaan aku yang sebagai Admin Legal ini adalah mengurus perijinan pembangunan perumahan. Jadi, Direktur Utama yang merupakan owner dari Pusat Grosir Batik ini tuh mau membangun beberapa perumahan di beberapa daerah di Kabupaten Cirebon ini, dan tugas aku adalah berpetualang ke berbagai kantor dinas dan notaris buat menyerahkan berkas-berkas dokumen perijinan, mengirimkan surat permohonan dari perusahaan,.. de el el.

Ngomongin Pak Direktur, aku sempet kaget lho waktu menemukan suatu fakta bahwa bos besar aku itu ternyata masih berusia dua puluh lima tahun! Waktu itu Mbak Leny mempersilahkan aku buat baca-baca dokumen-dokumen di laptop gitu. Dan waktu aku lagi liat-liat isi salah satu folder, aku nemu data riwayat hidup Pak Direktur gitu deh, trus aku baca. Ternyata beliau memulai usahanya sejak umur tujuh belas tahun, tepatnya setelah beliau lulus SMA dan menikah. Salut deh. Gimana nggak salut? Umur beliau masih muda banget, dan beliau udah punya berbagai macem usaha. Pusat grosir batik aja ada empat (tiga diantaranya berada di Jakarta, Surabaya, dan Medan). Lalu beliau juga punya beberapa toko batik, sebuah café, sebuah yayasan panti, dan beberapa perumahan. Keren ya? Selama ini aku cuman mengenal Top Ittipat, pengusaha asal Thailand itu sebagai pengusaha sukses termuda yang pernah ada. Tapi ternyata dugaan aku salah. Di bumi Cirebon ini ternyata ada seorang pengusaha yang lebih muda ketimbang pengusaha cemilan rumput laut Tao Kae Noi itu.. ya Pak Direktur itulah! Pengen banget deh bisa kayak beliau. Tapi masalahnya adalah, I have no idea mengenai bisnis yang mau aku rintis -_-

Oke, balik ke cerita. Petualangan pertama aku adalah mengunjungi tiga kantor notaris. Aku nggak sendirian. Aku kesana bareng Mbak Leny dan seorang driver. Waktu itu hari Sabtu tanggal 16 Agustus, hari pertama kalinya aku ketemu Mbak Gina lagi semenjak interview itu. Mbak Gina itulah yang menugaskan kami buat ke kantor notaris-notaris itu. Kami ketemu dia juga cuman sebentar sih, coz setelah dia ngasih kami tugas, dia pamit pulang karena masih sakit. Katanya sih dia sakit magh gitu deh. Aku liat juga mukanya emang pucet banget waktu itu.

Dan hari Senin-nya, barulah petualangan aku yang sesungguhnya dimulai. Aku ditugaskan Mbak Gina buat ngunjungin beberapa kantor sendirian! Well, sebenernya nggak bener-bener sendirian sih.. coz berhubung aku nggak bisa ngendarain motor, aku minta tolong seorang helper buat nganterin aku, namanya Mas Dodi. Karena belom pernah ke tempat-tempat itu sebelumnya, kami jadi bingung gitu deh, makanya nyari-nyari alamatnya pake feeling gitu. Kami bahkan sempet salah masuk kantor. Haha..
Untungnya Mas Dodi ini orangnya lumayan enak diajak keliling-keliling. Nggak bawel gitu deh. Yang susah itu waktu ke kantor PDAM. Aku ditugaskan buat ketemu sama Ibu Yeni. Tapi petugas  security disitu malah mengatakan bahwa di kantor itu nggak ada yang namanya Yeni. Bahkan saat keesokan harinya aku kesana lagi pun, aku tetep nggak nemuin yang namanya Ibu Yeni.

***

Aku suka pekerjaan aku. Ya know, aku jarang jalan-jalan keluar rumah. Dan dengan bekerja sebagai Admin Legal, aku jadi sering jalan-jalan. Seneng deh waktu muter-muter ke daerah Sumber yang banyak kantor-kantornya itu. Coz lingkungannya tuh asri banget. Seger dan enak diliat deh pokoknya. Tapi jujur.. selama aku bekerja sebagai Admin Legal, aku kurang ngerasa nyaman sama suasananya. Well, lemme tell you (again) that aku bukan tipe orang yang gampang beradaptasi sama lingkungan baru. Lingkungan kerja aku ini adalah lingkungan baru aku.. dan aku tentu aja nggak bisa dengan mudahnya langsung ngerasa nyaman disini. Apalagi yaaahh tau sendirilah lingkungan kerja itu kayak gimana. Selalu adaaaaa aja karyawan senior yang memandang karyawan junior seperti aku ini dengan tatapan aneh. Ada juga yang mukanya aseeeeem terus. Diajakin senyum pun dia nggak bales. Mukanya tetep asem, kayak lipetan lengan (baca : kelek). Aku jadi curiga, tuh orang sehari-harinya nenggak cuka gitu deh, makanya mukanya asem gitu. Perlu ditaprukin gula kali ya, biar manisan dikit? Atau mungkin aku emang punya tampang yang bikin muka orang semanis apapun berubah jadi asem. Entahlah..

Aku selalu bertanya sama diri aku sendiri, apa sih yang salah sama aku?

Hal ini sempet bikin aku down dan males berangkat. Rasanya waktu itu aku pengen banget sendirian dan nggak ketemu orang sama sekali. I dunno.. Aku selalu ngerasa ada yang salah sama cara orang lain ngeliat aku. Selain itu, rasanya kesepian banget selama kerja. Aku pengen banget ngobrol kayak rekan-rekan kerja aku yang lain, tapi aku nggak bisa nimbrung. Kalopun nimbrung dan iseng-iseng nyeletuk, becanda gitu, mereka kayaknya kok cuek gitu. Aku jadi ngerasa garing. Aku butuh banget temen waktu itu.

Eh, tepat di hari itu, Allah ngirimin hadiah buat aku. Sesuatu yang aku butuhkan. Yup, seorang temen. Siang itu, Office 1 kedatangan seorang karyawan baru. Namanya Lina. Sebenernya aku pernah ngeliat dia beberapa hari sebelumnya pas dia mau interview sama Pak Direktur. Kami juga sempet ngobrol-ngobrol sedikit waktu itu. Waktu itu dia sempet cerita kalo dia ngelamar sebagai SPG di perusahaan itu. Tapi aku nggak nyangka gitu lho, ternyata dia ditempatin di posisi Admin di Office 1, tempat aku kerja. Aku bersyukur banget, of course :D

Awalnya aku yang negur dia duluan, basa-basi sedikit, trus dia tanya ini-itu tentang kerjaan.. Lalu Mbak Gina nugasin aku buat ngasih penjelasan gitu ke dia. Akhirnya aku jelasin tentang apa-apa aja yang aku tau tentang pekerjaan Admin Legal. Aku juga sempet ngejelasin tentang dokumen apa aja yang dibutuhin buat minta perijinan ataupun rekomendasi dari instansi tertentu. Lama kelamaan kami malah jadi akrab gitu deh. Aneh emang. Seminggu lamanya aku di Office 1, tapi nggak ada satupun rekan satu ruangan aku yang akrab sama aku. Tapi Lina, baru beberapa jam aja aku kenal dia, kami udah langsung akrab. Lina juga tampaknya lebih nyaman ngobrol dan nanya-nanya sama aku ketimbang sama yang lain sih..

Lina itu innocent, kalo ngomong selalu apa adanya. Kadang dia juga suka diketawain sama rekan-rekan karena kepolosannya. Dia ngingetin sama salah satu temen SMP aku, Inna. Hanya aja, Lina sedikit lebih dewasa karena dia punya perjalanan hidup yang lumayan sulit, nggak seberuntung Inna. Tapi Lina maupun Inna buat aku adalah dua oran g yang enak buat diajak temenan. Andai dia tau betapa bersyukurnya aku pas tau dia kerja satu ruangan sama aku.

***

Sehari setelah perkenalan aku dengan rekan kerja baru aku itu, aku dan Lina dipanggil ke ruang HRD. Kami kesana nggak cuman berdua sih, tapi ada Mbak Anggun dan Mbak Aty juga. Kami berempat duduk di hadapan Pak Jodi. Awalnya aku dan Lina ditanya tentang apa aja yang kami kerjain selama di kantor. Kemudian Pak Jodi menyatakan sesuatu yang bisa dibilang bad news waktu itu. Aku harus pindah tugas dari Admin Legal ke Admin Purchasing dengan alasan pekerjaan aku dan Lina sama, sementara perusahaan ini butuh pembagian tugas. Itu berarti aku nggak kerja bareng Mbak Gina dan Lina lagi di Office 1, tapi bareng Mbak Aty di kantor pemasaran perumahan yang jaraknya beberapa ratus meter dari kantor tempat aku kerja waktu itu.

Jujur aku kecewa juga waktu itu. Aku baru aja seneng karena dapet temen yang bener-bener klop di tempat kerja aku. Eh, baru sehari seneng-seneng, aku malah dipindahin. Itu berarti aku harus beradaptasi lagi dong?

***

Selama beberapa hari, aku masih bekerja di Office 1, sampe akhirnya suatu hari Mbak Tya, salah satu partner Mbak Aty meminta aku buat bikin data barang-barang inventaris. Waktu itu Selasa tanggal 26 Agustus, aku pertama kalinya ke kantor pemasaran perumahan. Sayangnya, Mbak Aty dan Mbak Tya ternyata lagi nggak ada di tempat. Aku nunggu disana bareng Mbak Septy, salah satu Sales Counter perumahan. Lumayan lama juga aku nunggu disana. Pas Mbak Tya dateng, aku ikut dia ke salah satu proyek pembangunan perumahan buat bertemu sama salah satu rekan kami, namanya Mas Uki. Sebenernya aku udah lumayan sering liat dia, tapi baru kali itu aku komunikasi sama dia. Orangnya lumayan asik sih, rada koplak juga, trus kayaknya enak kalo diajak curhat (coz Mbak Tya sempet curhat masalah pribadinya gitu sama dia). Tapi karena aku baru kenal dia, aku belom bisa ikutan koplak, apalagi curhat-curhat gitu (padahal pengen banget). Apalagi katanya dia itu kan mantan penulis, dan juga ngerti ilmu Psikologi. Aku surprised banget waktu tau itu. I was like, “You know what, Mas Uki? You’re the one I’ve been looking for! I really need your help!”
Aku nggak cuman pengen curhat sama dia, tapi juga pengen banget tanya ini itu soal teknik menulis yang baik dan juga tanya-tanya tentang Psikologi. Gaaaaaaahhh.. Tapi kapan? Kapaaaaann..??

***

Sekarang aku udah resmi kerja di tempat yang baru ini. Emang sih, kerjaan disini lebih banyak ketimbang di Office 1. Aku juga punya komputer yang khusus dipake sama aku di kantor ini, nggak perlu gentian kayak di Office 1. Tapi walaupun kerjaan disini lebih banyak, bukan berarti aku punya kerjaan terus. Kadang aku juga jenuh karena nggak ada yang bisa aku kerjain disini. So, yang bisa aku lakuin ya beginilah.. nulis blog di waktu luang. Hahaha..

Di ruangan yang aku pake sekarang, aku kerja sendirian. Selama beberapa hari kemaren, aku sempet ditemenin sama Mbak Dewi, karyawan baru yang berposisi sebagai Drafter. Orangnya baik. Aku lumayan sering ngobrol sama dia. Tapi sayangnya baru tiga hari dia kerja disini, dia memutuskan buat resign. Aku nggak tau pasti apa alasan dia resign. Dia cuman bilang capek. Yah, kalo aku duga sih kayaknya dia kurang ngerasa nyaman deh kerja disini. Oke, aku akuin, fasilitas disini kurang. Menurut aku, kantor ini butuh peningkatan fasilitas dan kualitas kenyamanan. Misalnya aja kursi. Kursi disini nggak ada sandaran punggungnya. Wajar aja kalo yang duduk disitu selama berjam-jam ngeluh capek. Semoga cepet-cepet ditingkatin deh fasilitas dan kualitas kenyamanannya.

Oh ya, beberapa hari yang lalu pas aku mau ke ruang HRD buat minta hari libur, aku ketemu sama Lina di musholla. Dia bilang, “Kangen, Mbak.. pengen ngobrol-ngobrol lagi.”
Haiiiiissshh.. sumpah, aku ngerasa gimana gitu waktu dia bilang gitu. Saya juga kangen sama Mbak lhooooo..

Di hari ketika Mbak Dewi resign, aku sempet dikira resign juga sama Mbak Aty dan beberapa karyawan lain. I dunno kenapa mereka bisa mikir gitu. Aku kira sih kayaknya gara-gara waktu itu aku ikut Mbak Dewi ke HRD. Padahal waktu itu aku ke HRD mau nanyain soal hari libur, bukan buat minta resign. OMG.. Aku nggak bakal resign secepet itu lah. Belom juga aku kerja sebulan disini, masa langsung ngundurin diri aja. Apa kata ortu aku nanti? Just to let you know that kadang aku juga ngerasa kerja itu berat. Bukan pekerjaan aku yang berat, tapi paksaan untuk beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang-orang berbagai karakter itu yang bikin semua ini kerasa berat buat aku. Buat orang lain, mungkin ini biasa aja. Tapi buat aku, ini tantangan yang harus ditempuh dan nggak mudah. Dan satu-satunya yang bikin aku terus maju adalah orangtua aku. Aku memaksakan diri untuk orangtua aku. Aku juga tau diri lah. Sebentar lagi kuliah aku mau memasuki semester lima. Aku pengennya biaya kuliah di tahun terakhir ini aku sendiri yang nanggung, jadi ortu aku nggak perlu ikut mikirin. 

Anyway, sejauh ini aku udah mulai ngerasa betah di tempat aku yang baru. Aku seneng mengenal Mbak Aty dan Mbak Tya yang jadi partner aku. Mereka baik banget sama aku. Begitu juga karyawan lainnya, yang selalu bisa ngeliat keberadaan aku walau aku masih sering canggung buat nyampur sama mereka. 


Well, I think Allah has given me His best decision :)

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;