Mungkin dua hari lalu aku
terlalu kecil hati dan egois karena memandang diriku sendiri sebagai orang
paling nggak beruntung di hari wisuda (God, forgive
me), tapi kemudian aku sadar bahwa there
are still those who care about me.
Dua hari yang lalu, di
hari kelulusan, aku sempet gigit jari karena temen-temenku nggak dateng ke
acara wisudaku. Hal ini bikin aku envy berat
ngeliat temen-temenku yang didatengin sobat-sobatnya dan mengutuki diri kenapa
aku nggak seberuntung mereka.
Tapi kemudian aku sadar
bahwa aku terlalu egois. Aku nggak ingat kalo temen-temenku masih pada kuliah
dan lagi sibuk-sibuknya, berbeda dengan temen-temen dari temen-temenku yang
udah pada lulus dan punya free time.
Pandanganku juga sempit saat itu. Aku nggak melihat bahwa aku bukanlah
satu-satunya orang yang ngerasa hampa di hari wisuda. Aku nggak melihat bahwa
aku juga bukanlah satu-satunya orang yang nggak didatengin satupun temen di
hari itu. Diantara raut-raut wajah bahagia temen-temenku itu pastilah ada beberapa
orang yang menyembunyikan perasaan hampanya karena orangtuanya nggak bisa
hadir, atau bahkan cuma bisa menyaksikan anaknya mengenakan toga dari atas
sana. Mungkin ada juga mereka yang mengharapkan kehadiran temen-temennya,
ataupun orang-orang yang berarti bagi mereka, sama seperti aku. Dan aku nggak
sadar bahwa sebenarnya, biar bagaimanapun, aku masih beruntung karena kedua
orangtuaku bisa hadir ke acara wisudaku. Aku nggak sadar akan hal itu. Aku baru
menyadarinya sesaat sebelum aku tidur.
Keesokan harinya,
tepatnya hari Minggu pagi, Rohayati dan Ayu dateng kerumah. Aku jelas surprised dengan kedatangan mereka yang
mendadak gitu, coz biasanya mereka
kalo mau main ke rumah pasti bilang dulu. Mana dateng-dateng mereka langsung
nyuruh aku pake toga dan maksa foto bareng dengan keadaan penampilanku yang sangat
jauh dari kata charming.
Selain itu, mereka juga
ngasih aku kadoooo..
Haiishh.. kurang baik apa
coba mereka? Ya ampun.. Aku udah memaklumi mereka yang nggak bisa dateng ke
acara wisudaku karena mereka emang lagi sibuk. Rohayati lagi persiapan nyusun
Tugas Akhir, sementara Ayu lagi sibuk Ristek. Aku udah seneng hanya dengan
mereka mengucapkan selamat dan dateng pagi-pagi ke rumahku. Eh, ini malah
repot-repot ngasih gifts segala.
Rohayati ngasih jam tangan warna hitam, dan Ayu ngasih hijab monochrome. Gaaawwdd.. Aku nggak tau gimana caranya
mereka membaca pikiranku. Sebelumnya aku emang sempet memasukkan dua item ini kedalam daftar barang yang
pengen aku beli. Karena nggak terlalu dibutuhkan, akhirnya ya belum aku beli
juga. Eh, nggak taunya dua temen baikku yang ngasih. Sankyuuuuu, Bestiiies.. ^^
Daaaann.. sore ini,
ketika aku tengah sibuk dengan Sims City, ibu yang lagi duduk di teras
memanggilku. Ada petugas JNE berdiri disana, menyerahkan sebuah bingkisan
berbalut kertas coklat dan memintaku buat menandatangani tanda terima. Setelah
menandatangani tanda terima dan mengucapkan terima kasih ke petugas itu, aku
membaca tulisan yang tertera di kertas putih di bagian atas kotak itu.
Pengirim :
Puji Novitasari
No HP : 08xxxxxxxxxx
Jl. Ciwaruga ....
Kyaaa!! Ternyata kiriman
dari Puji, temen dunia mayaku yang tinggal di Bandung. Kami bertemen di
Facebook sejak jaman-jamannya aku masih tergila-gila sama My Chemical Romance. Well, dia emang bukan MCRmy sih, hanya
aja dia kenal sama salah satu temen MCRmy-ku, jadi kebawa kenal deh, dan sampe
sekarang aku dan Puji sering BBM-an. Beberapa minggu yang lalu, dia menanyakan
alamat rumahku. Mau kirim paket, katanya. Dan baru kemarin aku tau bahwa paket
inilah yang dia maksud.
Aku telanjangi bingkisan
itu dari kertas coklat yang membalutnya. Adikku yang ngeliat aku menelanjangi
bingkisan itu menduga kalo isinya sepatu, karena setelah aku telanjangi, yang
terlihat adalah kotak sepatu. Tapi Puji nggak tau nomor sepatuku. Mustahil kalo
dugaan adikku bener.
Aku buka kotak sepatu
itu, dan.. Tadaaaaa..!! Sebuah Teddy-Bear dengan pakaian wisuda—plus wangi
parfum! Gaaawwwdd.. kali ini aku
kembali bertanya-tanya bagaimana Puji bisa membaca pikiranku. You know what? Jauh beberapa bulan yang
lalu, aku meminta ibu membelikanku boneka wisuda di hari kelulusan. Lalu, satu
hari sebelum hari wisuda, aku lagi-lagi minta dibelikan boneka itu ketika aku
ngeliat boneka Teddy-Bear dengan pakaian wisuda digantung di sebuah toko di PGC—Pusat
Grosir Cirebon. Tapi ibu menolak. Buat
apa? Cuma bisa jadi pajangan. Sayang uangnya, katanya. Aku kecewa waktu
itu, terlebih ketika aku ngeliat beberapa temenku menimang-nimang boneka wisuda
di hari kelulusan kami. Eh, nggak taunya finally
boneka itu sampe ke tanganku juga, persis seperti yang aku liat di PGC waktu
itu, dan bukan karena aku yang minta, melainkan hadiah. Haisshh.. Pujiii..
Arigatou gozaimashitaaaaa..
Dan aku juga seneng
karena nerima banyak ucapan dan doa dari sodara dan temen-temen, baik itu
temen-temen deket, rekan-rekan kantor, dan temen-temen dunia maya. Selain
keluarga, Rohayati, Putri Ayu, dan Puji, thanks
a lot juga buat Gege, Tri, Dewi, Sist Tifanny, Shinta, Dini, Mbak Erna,
Sist Alfi Sabila, Mbak Ayu, Mbak Pipit, Mas Zaelani, A’ Rizky, dan Sist Riany
yang udah ngucapin dan mendoakan, baik itu langsung, via BBM, ataupun
Instagram. Terima kasih banyak, Semuanya ^^
0 komentar:
Posting Komentar