Selasa, 16 Agustus 2016 2 komentar

Chat Buddies

Mungkin teman-teman dunia nyataku nggak percaya kalo aku yang terkenal introvert alias pendiam ini hobi chatting. Well, mungkin sama kayak kamu yang nggak percaya dengan fakta bahwa aku ini bukan orang yang suka ngomong. Seriously. Kebanyakan blog reader-ku yang mengontakku via media sosial pasti nggak percaya waktu aku menyangkal anggapan mereka tentangku, yang mengira aku rame lah, cerewet lah.. oh Guys, I'm sorry I'm not really that fun :') Ada lagi yang bilang aku cetar. Entah cetar darimana, padahal aku nggak mirip Syahrini.

Tapi hari ini aku nggak lagi mau ngomongin betapa 'batu'-nya aku. Aku lagi mau bahas soal aplikasi chat yang aku pake selama mengenal dunia per-chatting-an dan dua teman chatting-ku yang belakangan ini lagi lengket-lengketnya. Halah..

Aku mulai mengenal dunia chatting sekitar sembilan tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2007, dan saat itu aku masih duduk di kelas satu SMP. Waktu itu aku diajak kakak sepupuku yang biasa kupanggil Mbak Yuni ke warung Telkom. Mbak Yuni yang usianya terpaut tiga belas tahun dariku ini memang hobi chatting. Aku cukup sering diajak ke warung Telkom sama dia. Disana aku diajari gimana caranya berkomunikasi sama orang-orang dari berbagai daerah. Saat itu, aplikasi yang kami gunakan adalah aplikasi chatting sejuta umat. Yup, apa lagi kalo bukan Yahoo Messenger? Dan of course, karena aku baru banget mengenal Yahoo Messenger, dia mempersilahkan aku buat pake akun Yahoo-nya.

Eh, sekali coba, aku langsung menikmatinya. Aku pikir, kok rasanya asik banget ya. Apalagi ekspresi kita bisa diwakilin sama emoticon-emoticon lucu yang bisa bergerak. Aku juga jadi punya cukup banyak kenalan dari berbagai kota. Tapi sumpaaah.. nggak pernah sekalipun aku dapet kenalan orang yang sebaya denganku saat itu. Mostly, umur para kenalanku itu ya jauh-jauh. Ada yang dua puluh lima tahun, dua puluh tujuh, tiga puluh.. dan reaksi mereka setiap kali mendengar pernyataan soal umurku yang saat itu masih tiga belas tahun was like, "Wah, masih imut banget dong!" atau "Wah, masih kecil!" Beda mungkin sama jaman sekarang. Anak umur sepuluh tahun juga udah banyak kali yang hobi chatting.

Nah, sejak saat itu, aku jadi ketagihan chatting. Ketika naik kelas dua SMP, aku mulai hobi main ke warnet. Kebetulan ketika naik kelas dua itu, sekolah melakukan pembagian kelas lagi, dan di kelas yang baru itu aku mengenal teman-teman yang asik banget, beda lah kalo dibanding teman-temanku di kelas satu yang berkubu-kubu. Teman-temanku di kelas dua lebih ramah-ramah dan kompak. Entah siapa yang memulai, di suatu siang sepulang sekolah, aku dan beberapa teman dekatku mampir ke warnet di kawasan Perumnas. Niatnya sih mau chatting gitu. Lucunya, pas sampai disana rupanya nggak ada satupun dari kami yang ngerti caranya. Wakakak.. Yah, aku memang pernah diajarin chatting sama Mbak Yuni, tapi ya karena saat itu aku nggak dikasih tau cara memulainya (atau mungkin dikasih tau, hanya aja aku nggak memperhatikan) dan cuma tinggal pake, akhirnya pas mau praktek sendiri ya planga-plongo jadinya. Haha.. Tapi aku lupa gimana ceritanya, akhirnya aku dan teman-temanku itu bisa juga chatting-an. Hanya aja saat itu aplikasi chat yang kami pake adalah miRC.

Pasti udah pada tau dong aplikasi chat yang satu ini. Penggunaannya lebih mudah dan simple ketimbang Yahoo Messenger, menurutku. Coz aplikasi ini bisa dipake siapapun. Berbeda sama Yahoo Messenger yang kalo mau chatting wajib punya akun Yahoo dulu. Nggak heran kalo pengguna aplikasi miRC ini terdiri dari berbagai kalangan, nggak cuma orang dewasa, anak-anak sekolah juga banyak yang pake, termasuk kami. Makanya, berbeda dengan kenalan-kenalan yang aku dapet dari Yahoo Messenger yang mostly udah om-om, nggak susah bagi kami buat cari kenalan sesama anak sekolah di miRC, meskipun memang masih banyak juga yang umurnya jauh dari umur kami saat itu. Rasanya asik banget.. tukeran nomor hape, saling add Friendster (yang waktu itu masih booming banget). Daaan.. pas udah kelar chatting malah nggak pernah kontakan lagi. Hahahaha..

Pernah juga aku coba install beberapa aplikasi chat di hape. Coba Mig33, coba E-Buddy, coba MXIT.. tapi nggak ada satupun yang aku rasa seru. Kurang serunya sih karena device yang aku pake saat itu (N*k*a 2600C) nggak cocok buat chatting. Haha.. Lemot-lemot gimana gitu. Akhirnya aku uninstall semua deh. Trus aku berlangganan Yahoo Messenger yang pake layanan SMS gitu. Seru sih.. cuma karena inbox-ku sering kemasukan chat-chat dari orang-orang aneh dengan topik 'kotor' dan bahasa yang pada saat itu nggak aku ngerti (karena mereka dengan lancangnya menggunakan bahasa 18++ untuk chatting sama aku yang saat itu masih berusia empat belas tahun ini), akhirnya aku berhenti berlangganan Yahoo Messenger versi SMS itu.

Kalo sedang liburan dan nggak bisa ke warnet bareng temen-temen sekolah, kadang aku main ke warnet di deket rumah sendirian. Sebenarnya sih tempatnya kecil, komputer yang tersedia nggak sampe sepuluh unit, ruangannya juga gerah karena cuma menggunakan satu kipas angin sebagai pendingin, udah gitu sambungan internetnya juga sangat kurang cepet, tapi tarifnya sedikit lebih mahal dibanding tarif internetan di warnet tempat aku dan teman-teman biasa internetan. Hanya aja aku nggak punya pilihan lain, karena warnet itu memang satu-satunya warnet yang ada di daerahku. Yang mengelola cuma satu orang, sehingga saat jam sholat, pengelolanya bakal meminta para pengunjungnya buat pulang dan menutup warnetnya sementara waktu. Wakakakak.. I dunno. Sampai sekarang aku nggak ngerti kenapa mas-mas itu nggak ngerekrut paling enggak satu orang partner buat bantu dia mengelola warnetnya. Kasian juga kan pengunjungnya, lagi asik online atau ngerjain tugas malah disuruh pulang. Gimana coba kalo mereka kapok dateng kesitu? :v

Eh, tapi however mas-mas pengelola warnet itu baik lho. Pernah suatu hari aku dateng kesitu buat bikin akun Yahoo baru. Nah, trus dia ngajarin aku cara buat memulai chatting di Yahoo Messenger gitu. Sampe cara chatting via Webcam pun diajarin. Aku pikir sih kayaknya dia pengajar juga, coz setahuku selain warnet, tempat itu juga merupakan tempat kursus komputer dan Bahasa Inggris.

Seiring berjalannya waktu, aplikasi-aplikasi chatting yang dulu populer itu sepertinya semakin ditinggalkan ya. Apalagi dengan semakin bertambahnya aplikasi-aplikasi instant messenger yang lebih praktis dan menarik. Sebut aja BlackBerry Messenger (BBM), Line, WhatsApp, WeChat, KakaoTalk, de el el..

Aku sendiri menggunakan aplikasi BBM dan Line buat berkomunikasi sama teman-teman. Tapi belakangan ini aku lagi suka banget chatting via Line. Padahal awalnya sih biasa aja, karena memang pada saat itu friendlist-ku cuma ada segelintir orang. Yang nge-chat juga palingan cuma Tri dan Kak Rico doang. Tapi semua berubah setelah Haji Sulam digantikan oleh Haji Muhidin. Eh nggak gitu deng.. Semua berubah setelah aku mulai mempublikasikan akun Line-ku. Belakangan ini aku lagi aktif chatting sama Tifanny dan Putri.

Tifanny adalah salah satu teman yang aku kenal via media sosial sejak jaman-jamannya aku ngefans sama My Chemical Romance dulu. Meskipun berteman di Facebook sejak sekitar tahun 2011, tapi pada saat itu kami cuma sebatas tau nama dan tau bahwa kami adalah satu keluarga MCRmy. Berkomunikasi pun cuma sesekali. Tapi semenjak sekitar akhir tahun 2015 lalu, kami jadi intens berkomunikasi via Line.

Awalnya aku memang nggak pernah menyangka bahwa kami bakal berteman seakrab ini. Pada saat itu aku cuma (diam-diam) mengaguminya dengan menge-stalk akun Instagramnya yang penuh dengan foto-foto hasil jepretannya sendiri. Bukan kagum yang gimana-gimana ya. Aku kagum sama kemampuannya membidik objek sederhana menjadi sebuah foto yang menarik. Dia memang mengaku asal jepret, tapi aku tau bahwa untuk membuat objek sederhana menjadi terlihat lebih menarik itu butuh skill, nggak asal. Buktinya aku sering iseng-iseng asal jepret, tapi hasil fotoku nggak sebagus hasil foto-fotonya. Wakakak.. Selain itu, cewek yang kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini juga merupakan seorang Blogger dan punya kemampuan menulis yang baik. Wawasannya luas, dan dia bisa menulis sajak, cerpen, ataupun daily life story-nya dengan cerita yang 'hidup'. Sering banget aku jadi silent reader blognya. Hahaha.. I dunno.. Meskipun isi blognya mostly curhatan pribadi (sama kayak blogku ini), tapi bentuknya tuh nggak completely serupa diary kayak blogku ini. Lebih enak dibaca lah pokoknya blog dia mah. Haha..

Dan yang membuat kami akrab sampe sekarang adalah berbagai kesamaan yang kami miliki. Selain sama-sama Blogger, kami juga sama-sama penyuka kucing, penyuka hujan, penyuka novel, penyuka cokelat, dan memiliki selera musik yang bisa dibilang sama (meskipun dalam hal musik, nggak semua musik yang dia sukai aku sukai juga, dan sebaliknya. Yah, hanya beberapa), believe it or not.. sampe body size kami pun sama mungilnya. Wakakak.. Karena hal-hal inilah, kami jadi punya banyak topik yang bisa dibicarakan. Rasanya pembicaraan kami selalu aja mengalir. Nggak heran kalo gelembung chat kami di Line seringkali puanjangnya minta ampun.

Yang kedua adalah Putri. Aku mengenal dia ketika salah seorang One Ok Rocker (yang juga merupakan salah satu teman MCRmy-ku) yang bernama Aulia mengundangku bergabung di grup Line khusus para One Ok Rocker Indonesia. Aku inget, waktu pertama kali aku gabung ke grup itu, dia sempet kayak heboh gitu. "Eh, ada Putri Vidialesta!" gitu katanya. Aku kaget kan.. Aku nggak ngerasa kenal dia, tapi kok dia kayak yang kenal aku gitu. Aku tanya aja, "Ada yang kenal saya?"
"Watashi wa!" jawabnya.
Trus ada lagi seorang cewek yang nyambung, bilang, "Watashi mo!"
"Tapi kok aku nggak kenal kalian.." jawabku jujur, masih heran.
"Kamu Blogger yang ngulas fakta-fakta OOR kan?" kata cewek itu. Oalaah.. rupanya mereka-mereka ini tau aku karena mereka pernah baca ulasan tentang fakta-fakta personil One Ok Rock yang aku posting dulu. Aku udah deg-degan aja. Kirain nama dan fotoku ada di daftar wanted alias buronan.

Nah, si Putri ini waktu itu nge-add akun Line-ku, dan jadilah kami chatting-chattingan. Cumaaa.. di awal chatting itu, dia kayak yang protes gitu ke aku. Dia protes karena private message yang dia kirim ke Facebook-ku nggak aku balas, sementara aku sendiri nggak merasa menerima private message dari dia. Gara-gara hal ini, dia sempat ngecap aku sombong gitu. Haissh.. Aku bingung lah. Trus aku periksa inbox Facebook-ku. Ternyata apa? Private message dia nggak terlihat di inbox Facebook-ku karena message itu masuk ke kotak message requests. Kenapa message itu bisa masuk ke kotak message requests? Karena Putri mengirimkan pesan itu ketika dia belum terdaftar di friendlist Facebook-ku. Daaan.. rupa-rupanya Putri bukan satu-satunya orang yang private message-nya aku 'cuekin' melainkan masih ada beberapa orang lainnya dan parahnya message itu udah mengendap disana sejak berbulan-bulan yang lalu, bahkan ada juga yang udah dari tahun lalu! Yassalaaam.. Aku gaptek apa gimana ya? Sumpah, saat itu aku baru tau kalo Facebook sekarang menyediakan fitur penyaring pesan kayak gitu. Aku baru tau kalo orang yang belum terdaftar di friendlist Facebook kita mengirim private message ke kita, maka private message yang dia kirim bakal masuk ke kotak message requests atau filtered messages. Coba, berapa orang yang ngecap aku sombong karena private message-nya sama sekali nggak aku sentuh? (T_T)

So, yaaa.. semenjak hari itu, kami jadi cukup aktif chatting via Line. Yah, meskipun topik yang kami perbincangkan nggak banyak sih. Palingan sekali chat, cuma satu topik yang dibahas. Anyway, Putri ini lucu oorangnya. Dia pernah cerita tentang betapa takutnya dia sama kucing, dan aku cuma bisa ketawain dia waktu dia cerita soal pengalaman-pengalaman nggak enaknya sama hewan yang justru menurutku paling menggemaskan itu. Dia juga aktif berorganisasi di kampusnya. Beda lah kalo dibanding sama Putri yang nulis blog ini yang lebih suka mojok sendirian di sudut kelas :v Selain itu, cewek asal Klaten ini juga menyukai seni dan fotografi. Dan, oh ya.. dia punya tangan yang terampil banget. Dia ahli membuat kerajinan kertas, salah satunya seni paper quilling. Well, bagi yang belum tau apa itu paper quilling.. paper quilling itu seni menggulung kertas yang dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk sesuatu yang dekoratif dan artistik. Nah, kalo kebanyakan One Ok Rocker menunjukkan jiwa seninya sekaligus rasa cintanya terhadap One Ok Rock dengan mengcover lagu, menggambar para personilnya, atau membuat digital art, Putri menunjukkannya dengan membuat seni paper quilling ini. Buat para One Ok Rocker atau teman-teman yang penasaran sama karya Putri, bisa tengok akun Instagramnya di @10969_fancraft. Ada bonus follow buat kamu yang nge-like semua foto yang diposting disitu lho :)

Well, aku berharap banget pertemanan kami bisa langgeng, bahkan berlanjut di dunia nyata. Nonton konser One Ok Rock bareng, mungkin? Kan kami bertiga sama-sama penggemar One Ok Rock. Lalu ketemu sama teman-teman One Ok Rocker lainnya. Huaah.. that would be so fun! ^^

Posted via Blogaway


Senin, 08 Agustus 2016 0 komentar

Bye Bye, Gloomy Days

Aku harap ini awal dari hari-hari cerah. Setelah sebulanan ini aku merasa semuanya kelabu, siang tadi untuk pertama kalinya aku merasa hariku berjalan baik kembali.

Siang tadi, aku mulai bisa berdamai lagi sama teman dekatku yang minggu lalu 'bocor' mengenai curhatan pribadi yang pernah aku curahkan ke dia. Well, it's forgiven, but yeah, not forgotten. Mungkin kemarin-kemarin aku benar-benar males diajak becanda sama dia, berkali-kali dimintai tolong aku menolak dengan berbagai macam alasan, dengerin curhatan dia pun setengah-setengah. Entah saat itu dia merasa atau enggak kalo aku masih kesal sama dia. Tapi kali ini, demi pertemanan kami yang udah berlangsung selama sekitar sepuluh tahun, aku mencoba untuk berdamai lagi dengannya seperti semula. Ngobrol, becanda-becanda, bertingkah abnormal, jalan-jalan.. But still, meskipun judulnya 'udah berdamai', bukan berarti hal itu bisa mengembalikan kepercayaanku ke dia. Aku lebih memilih untuk menyimpan semuanya sendiri. Yah, seenggaknya cuma antara aku dan Tuhan aja.. untuk saat ini.

Minggu pagi menjelang siang itu, untuk pertama kalinya sejak seminggu yang lalu, aku menerima temanku itu lagi di rumah. Sebenarnya sejak beberapa hari sebelumnya pun, dia udah menghubungiku untuk mengabarkan bahwa dia mau main ke rumah, berkali-kali, dan berkali-kali pula aku ngeles. Awalnya memang aneh sih. Jujur, aku masih agak malas menemuinya. Tapi mengingat sifatnya yang mudah tersinggung dan meledak-ledak, aku sambut juga dia seperti biasanya. Actually, I'm sick of being nice to those who have betrayed me. Setelah seminggu yang lalu dia 'bocor' dan tampak sama sekali nggak memikirkan perasaanku, aku malah masih bisa memikirkan perasaannya. Tapi ya itu dia, kembali lagi ke masalah pertemanan. Aku nggak mau kalo sifatnya yang mudah tersinggung dan meledak-ledak itu justru bikin pertemanan kami benar-benar rusak. Seperti biasanya dia main di rumahku sampe menjelang sore. Walau nggak banyak hal yang kami perbincangkan saat itu, tapi cukuplah bikin pertemuan yang awalnya agak awkward itu  menjadi normal lagi (well, senormal-normalnya pertemuan kami mungkin abnormal bagi orang lain, itu juga kalo mereka mengamati. Haha..).

Sorenya, tepatnya sekitar jam tujuh malam, kami main ke luar. Niatnya sih nganterin dia nyari tempat make-up dan beberapa barang lain yang dia butuhkan, lalu mampir buat nyobain surabi bandung di sebuah kedai kue serabi khas Bandung di kawasan Kartini.

So yeah.. Kemarin petang, aku dibonceng temanku itu menuju pusat kota untuk mencari barang-barang yang mau dia beli. Pertama-tama, kami mengunjungi toko aksesoris Heartwarmer. Sementara dia mencari barang-barang kebutuhannya, aku sibuk mengamati isi toko yang lain. Well, ketika cewek normal lainnya suka berkutat didepan rak khusus peralatan make-up dan penghias rambut, aku justru lebih tertarik melihat-lihat gelang, kalung, frame, gantungan kunci, lampu-lampu, stiker hape, stiker dekorasi dinding, dan boneka-boneka (itupun untuk memastikan apakah ada Jack Skellington diantara boneka-boneka yang semuanya berwujud unyu-unyu itu).

Setelah itu, kami mampir ke Yogya Grand. Disana pun sama, dia mencari berbagai peralatan cewek normal pada umumnya. Dan menjelang pulang.. ya know what? Sepertinya keberuntungan sedang memihak kami hari itu. Beberapa langkah menuju pintu keluar-masuk, ada promo es krim dengan potongan harga cukup besar. Es krim seharga tiga puluh dua ribuan itu menjadi cuma seharga sembilan belas ribuan. Awalnya kami sempat bimbang gitu. Tapi karena promonya berlaku cuma sampe hari itu, kami pun memutuskan beli dan akhirnya membawa pulang dua kotak ea krim. Hahaha.. Nggak disangka. Padahal baru aja pagi harinya kami dibuat ngiler sama es krim gara-gara nonton acara Spotlite yang mengulas mengenai keunikan-keunikan es krim di dunia. Eh, malemnya kami malah kebagian diskonan es krim. Haha.. Alhamdulillah.

Sebelum naik ke atas motor untuk pergi ke tujuan berikutnya (Surabi Bandung Kartini), Gege, sepupuku nelpon. Kirain ada apaan, nggak taunya dia ngajak jalan-jalan sekeluarga gitu deh. Akhirnya acara nyurabi bareng temanku pun kami tunda.

Di rumah, tiga sepupuku udah nunggu. Gege sendiri dateng bareng cowoknya. Rupanya Fahrul, sepupuku, yang ultah tanggal tiga lalu mengajak kami dinner bareng rumah makan Spesial Sambal di kawasan Ampera. Kami berangkat bareng-bareng kesana. Disana udah ada bibi-bibi dan nenekku yang udah order tempat dan menu, jadi kami kebagian meja dan nggak perlu nunggu makanan terlalu lama. Sayang, ibu dan bapakku nggak bisa ikut. Ibu masih kurang enak badan, sementara bapak memutuskan buat nemenin beliau di rumah. Malam itu kami makan nasi dan bebek goreng beserta sambal terasi, tumis kangkung pedas, terong dan jamur goreng krispi, tempe goreng tepung, dan beberapa potong buah semangka dan pepaya.

BTW, ada poster yang cukup menarik perhatian kami, terpajang di dinding dekat meja kami. Teks yang tertera di poster itu mengungkapkan alasan kenapa rumah makan tersebut nggak menyediakan free Wi-Fi. Katanya, biar para pengunjung yang dateng bersama teman-teman, kolega, pacar, ataupun keluarganya bisa benar-benar memanfaatkan waktunya buat bercengkrama sama orang-orang yang sedang bersama mereka, nggak berkutat sama gadget masing-masing. Well, masuk akal juga sih. Jaman sekarang, meskipun judulnya lagi kumpul, orang-orang cenderung disibukkan sama gadgetnya masing-masing, entah itu buat main game, nonton video, download, ataupun berkomunikasi sama yang jauh disana. Nggak heran kan tuh, muncul pernyataan bahwa gadget itu "mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat". Tapi para cowok dalam rombongan kami nggak menanggapi serius isi poster itu. Mereka bilang, "Aaah.. Bisa-bisaan yang punya rumah makan aja ini mah. Emang dasarnya mereka pelit, nggak mau nyediain Wi-Fi, biar untung lebih banyak". Tapi aku akuin, nggak salah juga sih mereka. Hahaha.. Rumah makan yang satu itu kan nggak pernah sepi pengunjung. Bahkan terkadang kita harus order tempat dulu kalo mau makan disitu. Bayangkan, kalo rumah makan itu menyediakan free Wi-Fi, bisa-bisa pengunjung kelewat betah berlama-lama nongkrong disana, dan pengunjung baru yang mau makan disitu nggak pernah kebagian tempat.

Sekitar jam sembilan malam, kami baru meninggalkan rumah makan itu. Nggak lupa, nenek memberikan oleh-oleh berupa dua paket makan untuk ibu dan bapakku dirumah. Alhamdulillah, hatur nuhun pisan, Nek ^^

Huaaahh.. Pokoknya, yesterday was fun. Aku harap kesenangan seperti ini bakal berlanjut seterusnya. Selamat tinggal, hari-hari kelabu.. :)


Rabu, 03 Agustus 2016 2 komentar

Goodbye Day



Soba ni iru koto nanigenai kono shunkan mo wasure wa shinai yo
Tabidachi no hi te wo furutoki egao de irareru youni
Himawari no youna massuguna sono yasashisa wo nukumori wo zenbu
Kaeshitai keredo kimi no koto dakara
Mou juubun da yo tte kitto yuu kana..

Rasanya lagu Himawari No Yakusoku yang dibawakan Motohiro Hata untuk original soundtrack film Doraemon : Stand By Me pengen banget aku putar secara nonstop hari ini. Kenapa? Karena memang kupikir cuma lagu ini yang bisa mewakili perasaanku sekarang. Aku benar-benar nggak berharap hari ini bisa sedemikian kelabu. Well, siapa pula yang menginginkan harinya kelabu?

Belum pulih rasa kecewaku sama sikap teman dekatku (yang pernah kuanggap sahabat) tempo hari, hari ini lagi-lagi aku terpaksa menelan pil pahit.

Siapa sih yang nggak sedih dan terpukul kalo kehilangan sahabat baik sekaligus bagian dari anggota keluarga? Hari ini aku mengalaminya, dan rasanya tuh nggak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kalopun bisa digambarkan, apabila kamu berpikir bahwa rasanya kayak Nobita yang kehilangan Doraemon, kamu salah, karena faktanya dalam film Stand By Me pun diceritakan bahwa Doraemon yang udah pergi ke masa depan bisa balik lagi. Kalo kamu tau ending film Kimi To Boku yang berkisah tentang persahabatan antara manusia dan seekor kucing, kira-kira seperti itulah yang aku rasakan sekarang.

Mutun, kucing kesayanganku, sahabatku, bagian dari keluargaku, hari ini pergi selamanya.

Baru aja tadi malam aku ciumi dia pas dia tidur nyenyak di kursi ruang tengah. Saking nyenyaknya, dia bahkan nggak bergerak meskipun aku ciumi dia berkali-kali. Aku bahkan sempat nyium dia lamaa banget. Padahal biasanya kalo aku ciumin kayak gitu pas lagi asyik tidur, dia bakal ngangkat kepalanya dan menguap lebar. Rasanya nggak percaya ketika siang harinya dia sekarat sampe akhirnya mati dengan cukup tragis.

Saat itu aku merasa bersalah banget. Sejak pagi tadi, Mutun memang udah menunjukkan gelagat aneh. Menurut ibuku, mulutnya berbusa. Tapi kami justru nggak menanganinya dengan serius karena saat itu kami pikir dia habis makan kecoa. Kucing-kucingku memang bisa dibilang sering nangkep kecoa untuk kemudian dimakan, dan setelah makan kecoa biasanya mulut mereka berbusa gitu, tapi biasanya nggak kenapa-kenapa. Inilah yang bikin aku merasa sangat menyesal karena menganggap apa yang terjadi sama dia pagi itu hal sepele.

Siang harinya, sepulang dari belanja untuk stok dagangan, aku dan adikku menemukan Mutun terkapar didekat pintu belakang. Napasnya terengah-engah dengan mulut setengah terbuka dan mengeluarkan suara rintihan kecil. Adikku mengangkatnya, dan seketika rintihan Mutun berubah menjadi eongan keras, mirip kucing yang mau melahirkan. Ketika adikku mengangkatnya, barulah ketauan.. Lubang dubur Mutun mengeluarkan darah terus menerus. Melihat pemandangan itu, jelas kami teriak. Rasanya shock banget. Nyentuh dia aja rasanya nggak tega, takut sentuhan kami justru bikin dia makin tersiksa. Kami bingung harus berbuat apa. Adikku mengambil kain buat membersihkan darah yang keluar dari dubur Mutun, sementara aku mengambil air hangat untuk membasuh noda darah di sekitar kaki-kaki belakangnya. Tapi hal itu nggak membantu. Kayaknya dia mengalami luka dalam yang serius sehingga darah nggak kunjung berhenti keluar.

Dengan perasaan campur aduk antara sedih, shock, dan bingung, aku dan adikku duduk mengelilinginya. Kami bingung harus berbuat apa buat menyelamatkan dia. Kami bahkan nggak tau pasti tentang penyebab Mutun sekarat. Saat itu kami hanya berspekulasi bahwa dia kena tendang seseorang sehingga bagian dalam perutnya terluka berat.

Dan ya, aku dan adikku nangis berdua di dapur. Ini pertama kalinya mataku ngeluarin air mata lagi setelah beberapa waktu lamanya aku nangis tanpa air mata, termasuk waktu menghadapi problem yang kemarin-kemarin itu. Dan ini juga pertama kalinya aku ngeliat adikku nangis lagi setelah sekian lama aku nggak pernah liat dia nangis (Atau mungkin memang dia nggak pernah nangis lagi sejak beranjak dewasa, karena dia cowok. Entahlah..). Tapi kali ini, aku liat dia terisak beberapa kali. Nampaknya dia yang paling terpukul atas kejadian ini, karena memang diantara keluarga kami, dialah yang paling dekat dan sering menghabiskan waktu bareng Mutun. Mereka bahkan cukup sering tidur di ruangan dan di atas tempat tidur yang sama.

Setelah sekian lama berjuang melawan maut, akhirnya Mutun mati dihadapan aku dan adikku yang meratapinya. Aku peluk dia, aku ciumi dia berkali-kali. Aku nggak peduli sama lantai dapur yang kotor, aku nggak peduli sama beberapa helai bulu-bulu rontoknya yang menempel di wajah dan pakaianku.

Sore itu, ia dikuburkan di halaman belakang rumah kami. Sampai sekarang aku masih merasa agak trauma setiap kali masuk dapur. Rasanya momen-momen mengerikan ketika Mutun meregang nyawa otomatis terputar dalam otakku. Tergambar dengan sangat jelas.. ketika dia merintih kesakitan dengan setengah mulut terbuka dan sisa napas terakhirnya, ketika dia berusaha bangkit, ketika dia mengangkat kepalanya dan menatapku yang menangisinya dan mengelus-elus kepalanya, ketika dia mengangkat sebelah kaki depannya seolah memberikan salam perpisahan.. Ah..

Sampai detik ini, kami masih nggak tau pasti penyebab kematian Mutun. Tapi setelah ngobrol sana-sini lewat sosmed, aku mengambil kesimpulan bahwa Mutun mati karena salah makan. Mungkin dia makan makanan yang terkena racun, kemudian organ pencernaannya bermasalah.

Aku menyesal. Menyesal banget.. Aku merasa berdosa sama dia. Mungkin ya, Allah lebih sayang sama dia. Tapi kenapa dia harus mati dengan cara mengerikan kayak gitu? Kenapa dia harus tersiksa dulu? However, aku masih agak belum rela.  Diantara kucing-kucingku yang lain, dia yang paling beda. Aku bakal kangen banget sama suara seraknya, bakal kangen mainin bulu ekornya yang mekar, bakal kangen dibangunin sama dia. Dia pernah masuk kamarku lewat jendela pas aku lagi tidur siang, trus dia bangunin aku, ngeong tepat didepan muka :') Bakal kangen juga sama suara "purr.. purr.." dia yang keras, yang kata bapakku mirip suara luwak. Haha.. :'D

Mutun yang cantik,
Mutun yang udah hobi pacaran sejak umur lima bulan,
Mutun yang suka gangguin burung-burung peliharaan bapak,
Mutun yang bodoh, daun basah di comberan dia kira ikan. Hahaha..
Mutun yang kalem,
Mutun yang sabar dan suka mengalah sama anak-anaknya,
Mutun yang suka masuk kamar lewat jendela,
Mutun yang suka tidur di tempat tidur majikannya..

She will always be missed and be loved. Selamat tinggal, Kawan. Terima kasih udah jadi sahabat baik dan bagian dari keluarga kami selama 2 tahun 46 hari. Kami semua sayang kamu, Tun.. :) ❤

Jangan pernah lupakan saat-saat kita bersama
Kau yang tersenyum saat kita bersalaman sebelum kita berpisah
Kau yang lembut seperti bunga matahari dengan segala kehangatannya
Jika kau ingin aku kembali, bisakah kau bilang bahwa kau percaya padaku?
(Lirik lagu Himawari No Yakusoku, diterjemahkan oleh Furahasekai)



Posted via Blogaway


Total Tayangan Halaman

 
;