Rabu, 03 Agustus 2016

Goodbye Day



Soba ni iru koto nanigenai kono shunkan mo wasure wa shinai yo
Tabidachi no hi te wo furutoki egao de irareru youni
Himawari no youna massuguna sono yasashisa wo nukumori wo zenbu
Kaeshitai keredo kimi no koto dakara
Mou juubun da yo tte kitto yuu kana..

Rasanya lagu Himawari No Yakusoku yang dibawakan Motohiro Hata untuk original soundtrack film Doraemon : Stand By Me pengen banget aku putar secara nonstop hari ini. Kenapa? Karena memang kupikir cuma lagu ini yang bisa mewakili perasaanku sekarang. Aku benar-benar nggak berharap hari ini bisa sedemikian kelabu. Well, siapa pula yang menginginkan harinya kelabu?

Belum pulih rasa kecewaku sama sikap teman dekatku (yang pernah kuanggap sahabat) tempo hari, hari ini lagi-lagi aku terpaksa menelan pil pahit.

Siapa sih yang nggak sedih dan terpukul kalo kehilangan sahabat baik sekaligus bagian dari anggota keluarga? Hari ini aku mengalaminya, dan rasanya tuh nggak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kalopun bisa digambarkan, apabila kamu berpikir bahwa rasanya kayak Nobita yang kehilangan Doraemon, kamu salah, karena faktanya dalam film Stand By Me pun diceritakan bahwa Doraemon yang udah pergi ke masa depan bisa balik lagi. Kalo kamu tau ending film Kimi To Boku yang berkisah tentang persahabatan antara manusia dan seekor kucing, kira-kira seperti itulah yang aku rasakan sekarang.

Mutun, kucing kesayanganku, sahabatku, bagian dari keluargaku, hari ini pergi selamanya.

Baru aja tadi malam aku ciumi dia pas dia tidur nyenyak di kursi ruang tengah. Saking nyenyaknya, dia bahkan nggak bergerak meskipun aku ciumi dia berkali-kali. Aku bahkan sempat nyium dia lamaa banget. Padahal biasanya kalo aku ciumin kayak gitu pas lagi asyik tidur, dia bakal ngangkat kepalanya dan menguap lebar. Rasanya nggak percaya ketika siang harinya dia sekarat sampe akhirnya mati dengan cukup tragis.

Saat itu aku merasa bersalah banget. Sejak pagi tadi, Mutun memang udah menunjukkan gelagat aneh. Menurut ibuku, mulutnya berbusa. Tapi kami justru nggak menanganinya dengan serius karena saat itu kami pikir dia habis makan kecoa. Kucing-kucingku memang bisa dibilang sering nangkep kecoa untuk kemudian dimakan, dan setelah makan kecoa biasanya mulut mereka berbusa gitu, tapi biasanya nggak kenapa-kenapa. Inilah yang bikin aku merasa sangat menyesal karena menganggap apa yang terjadi sama dia pagi itu hal sepele.

Siang harinya, sepulang dari belanja untuk stok dagangan, aku dan adikku menemukan Mutun terkapar didekat pintu belakang. Napasnya terengah-engah dengan mulut setengah terbuka dan mengeluarkan suara rintihan kecil. Adikku mengangkatnya, dan seketika rintihan Mutun berubah menjadi eongan keras, mirip kucing yang mau melahirkan. Ketika adikku mengangkatnya, barulah ketauan.. Lubang dubur Mutun mengeluarkan darah terus menerus. Melihat pemandangan itu, jelas kami teriak. Rasanya shock banget. Nyentuh dia aja rasanya nggak tega, takut sentuhan kami justru bikin dia makin tersiksa. Kami bingung harus berbuat apa. Adikku mengambil kain buat membersihkan darah yang keluar dari dubur Mutun, sementara aku mengambil air hangat untuk membasuh noda darah di sekitar kaki-kaki belakangnya. Tapi hal itu nggak membantu. Kayaknya dia mengalami luka dalam yang serius sehingga darah nggak kunjung berhenti keluar.

Dengan perasaan campur aduk antara sedih, shock, dan bingung, aku dan adikku duduk mengelilinginya. Kami bingung harus berbuat apa buat menyelamatkan dia. Kami bahkan nggak tau pasti tentang penyebab Mutun sekarat. Saat itu kami hanya berspekulasi bahwa dia kena tendang seseorang sehingga bagian dalam perutnya terluka berat.

Dan ya, aku dan adikku nangis berdua di dapur. Ini pertama kalinya mataku ngeluarin air mata lagi setelah beberapa waktu lamanya aku nangis tanpa air mata, termasuk waktu menghadapi problem yang kemarin-kemarin itu. Dan ini juga pertama kalinya aku ngeliat adikku nangis lagi setelah sekian lama aku nggak pernah liat dia nangis (Atau mungkin memang dia nggak pernah nangis lagi sejak beranjak dewasa, karena dia cowok. Entahlah..). Tapi kali ini, aku liat dia terisak beberapa kali. Nampaknya dia yang paling terpukul atas kejadian ini, karena memang diantara keluarga kami, dialah yang paling dekat dan sering menghabiskan waktu bareng Mutun. Mereka bahkan cukup sering tidur di ruangan dan di atas tempat tidur yang sama.

Setelah sekian lama berjuang melawan maut, akhirnya Mutun mati dihadapan aku dan adikku yang meratapinya. Aku peluk dia, aku ciumi dia berkali-kali. Aku nggak peduli sama lantai dapur yang kotor, aku nggak peduli sama beberapa helai bulu-bulu rontoknya yang menempel di wajah dan pakaianku.

Sore itu, ia dikuburkan di halaman belakang rumah kami. Sampai sekarang aku masih merasa agak trauma setiap kali masuk dapur. Rasanya momen-momen mengerikan ketika Mutun meregang nyawa otomatis terputar dalam otakku. Tergambar dengan sangat jelas.. ketika dia merintih kesakitan dengan setengah mulut terbuka dan sisa napas terakhirnya, ketika dia berusaha bangkit, ketika dia mengangkat kepalanya dan menatapku yang menangisinya dan mengelus-elus kepalanya, ketika dia mengangkat sebelah kaki depannya seolah memberikan salam perpisahan.. Ah..

Sampai detik ini, kami masih nggak tau pasti penyebab kematian Mutun. Tapi setelah ngobrol sana-sini lewat sosmed, aku mengambil kesimpulan bahwa Mutun mati karena salah makan. Mungkin dia makan makanan yang terkena racun, kemudian organ pencernaannya bermasalah.

Aku menyesal. Menyesal banget.. Aku merasa berdosa sama dia. Mungkin ya, Allah lebih sayang sama dia. Tapi kenapa dia harus mati dengan cara mengerikan kayak gitu? Kenapa dia harus tersiksa dulu? However, aku masih agak belum rela.  Diantara kucing-kucingku yang lain, dia yang paling beda. Aku bakal kangen banget sama suara seraknya, bakal kangen mainin bulu ekornya yang mekar, bakal kangen dibangunin sama dia. Dia pernah masuk kamarku lewat jendela pas aku lagi tidur siang, trus dia bangunin aku, ngeong tepat didepan muka :') Bakal kangen juga sama suara "purr.. purr.." dia yang keras, yang kata bapakku mirip suara luwak. Haha.. :'D

Mutun yang cantik,
Mutun yang udah hobi pacaran sejak umur lima bulan,
Mutun yang suka gangguin burung-burung peliharaan bapak,
Mutun yang bodoh, daun basah di comberan dia kira ikan. Hahaha..
Mutun yang kalem,
Mutun yang sabar dan suka mengalah sama anak-anaknya,
Mutun yang suka masuk kamar lewat jendela,
Mutun yang suka tidur di tempat tidur majikannya..

She will always be missed and be loved. Selamat tinggal, Kawan. Terima kasih udah jadi sahabat baik dan bagian dari keluarga kami selama 2 tahun 46 hari. Kami semua sayang kamu, Tun.. :) ❤

Jangan pernah lupakan saat-saat kita bersama
Kau yang tersenyum saat kita bersalaman sebelum kita berpisah
Kau yang lembut seperti bunga matahari dengan segala kehangatannya
Jika kau ingin aku kembali, bisakah kau bilang bahwa kau percaya padaku?
(Lirik lagu Himawari No Yakusoku, diterjemahkan oleh Furahasekai)



Posted via Blogaway


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku nangis 😢
Bahkan adek km yg cowok juga nangis. Situasinya pasti...ah ya Alloh... kmu sabar ya...semoga kejadian ky gini ga terulang lg. Jgn dibolehin makan sesuatu yg krng sehat lagi. Kgn boleh makan kecoa 😣

Anonim mengatakan...

*jgn

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;