Mungkin
ini postingan paling cheesy, bodoh, dan konyol yang pernah kuposting disini.
Dan bukan nggak mungkin, kamu bisa muntah hanya dengan membaca ini. Kenapa? Because it’s gonna be one of my longest posts ever.
Terlalu panjang hanya untuk sebuah
postingan yang sebenarnya sama sekali nggak penting. But however.. tulisan ini adalah harta karunku. Terkubur lama, dan
nggak semua orang tau. Entahlah. Aku rasa aku perlu mengungkapkan ini, karena
aku nggak mau memendamnya lagi. Anggaplah ini tulisan terakhirku tentang dia,
setelah sebelum-sebelumnya aku hanya menulis tentangnya lewat status-status
singkatku, karena setelah hari ini, haram buatku untuk menulis tentangnya lagi.
Yup, it’s all about him..
Sesosok
makhluk Adam paling sempurna yang pernah kukenal. Seseorang yang pernah menjadi
faktor pendorongku untuk semangat masuk sekolah dan membuatku gemar duduk-duduk
di koridor depan kelas hanya untuk melihat sosoknya muncul di depan mataku.
Seseorang yang pernah membuatku merasa seperti perempuan paling bodoh di dunia.
Seseorang yang paling lama menempati ruang kosong di hatiku.
Well, aku tau ini menggelikan.
Aku bukan tipe cewek yang suka menceritakan hal-hal semacam ini pada sembarang
orang. Bahkan mungkin beberapa orang berpikir bahwa aku nggak memiliki
ketertarikan terhadap lawan jenis. But
no.. Of course, not. Walaupun aku (terduga) bukan manusia, alias makhluk
yang (terduga) berasal dari luar bumi, atau mungkin lebih tepatnya makhluk
mirip manusia yang nggak seperti manusia biasa, tapi sebenarnya aku juga
merasakan hal yang sama dirasakan sama
manusia normal. I do ever fall in love
with someone, I admit it. Jangan lanjutkan membaca ini kalo kamu mulai
merasa mual ya :)
Aku
menjulukinya ‘Pretty Boy’. Bukan, bukan karena dia adalah sesosok lelaki yang
cantik, apalagi lelaki jadi-jadian. Sama sekali bukan. Aku menjulukinya ‘Pretty
Boy’ karena aku suka banget sama lagu M2M yang berjudul Pretty Boy itu. Kenapa?
Karena liriknya yang benar-benar mewakili perasaanku ke dia pada saat itu.
Selain itu, karena bagiku dia adalah mahakarya Tuhan, makhluk keturunan Adam
paling indah yang pernah kutau.
14
Juli, tujuh tahun yang lalu, aku melihatnya pertama kali di Masa Orientasi
Siswa. Dia muncul dihadapanku dan teman-temanku bersama seorang temannya.
Mereka berdua mengenakan seragam pramuka, dan status mereka adalah kakak kelas
dua belas alias senior. Saat itu mereka berdua mendemokan ekskul pramuka kepada
kami—murid-murid junior alias peserta Masa Orientasi Siswa. Saat memperkenalkan
diri, temannya menunjuk dia sambil berkata, “Ini, cowok terganteng sejagat
sekolah ini!” Dan dia cuma tersenyum lebar tanpa berkomentar. Sebuah senyum
simetris yang memperlihatkan gigi-gigi putih yang berderet rapi. Saat itu, aku
sama sekali nggak mengira bahwa senyum itulah yang akan membuat hatiku stuck di dia selama bertahun-tahun
lamanya. There was no special feeling for
him, selain rasa sukaku sama senyumnya yang cerah, secerah matahari pagi. One of the most beautiful smiles I’ve ever
seen :)
Dunia
ternyata memang sempit. Pemilik senyum secerah matahari pagi itu ternyata merupakan
tetangga sepupuku. Bahkan dia itu dulunya merupakan kakak kelas sepupuku saat
mereka sama-sama duduk di bangku SD. Dari sepupuku itulah aku jadi tau siapa
namanya, dan dari sepupuku itu jugalah aku jadi tahu bahwa dia memang udah jadi
siswa populer sejak dulu. Aku yakin, siapapun pasti setuju kalo kubilang dia
punya wajah yang manis. Dengan postur tubuh ramping, kulit putih, alis tebal,
hidung mancung, dan wajah yang agak kearab-araban (beberapa orang beranggapan
wajahnya mirip orang India), bagiku he’s
physically perfect. Believe it or
not, dia pernah mampir ke mimpiku dengan adegan khas film romantis India. You know, like lari-lari di taman dengan
pakaian khas India warna oranye, plus cilukba-cilukbaan di pohon. Damn! I do even still remember that!
Aku
beruntung karena aku yang introvert
akut ini bisa memiliki kesempatan untuk mengenalnya walau hanya lewat teks. Thanks a lot buat teman sebangkuku yang
dengan senang hati membantuku mendapatkan nomor kontaknya, walau awalnya dia
sempat salah kasih nomor (temanku itu malah memberiku nomor seseorang yang
namanya mirip dengan si Pretty Boy). Aku juga bersyukur karena dia membalas
pesan teksku dengan ramah. Memang sih, seringnya pesanku nggak dia balas. Tapi
meskipun begitu, aku udah merasa cukup senang. Dari situ aku jadi tau bahwa
kalo sore hari dia suka main gitar, aku jadi tau kalo dia memperoleh peringkat
dua untuk Ulangan Semester Ganjilnya, dan aku jadi tau kalo dia nervous berat saat ujian praktek drama
(saat itu dia berperan double jadi
raja dan kurcaci).
Lucunya,
setelah sekian lama kami saling berkirim SMS ataupun komentar di Facebook, aku
sama sekali nggak pernah berani untuk face
to face sama dia. Kalo ketemu pun, aku cuek aja, pura-pura nggak kenal.
Hahaha.. Well, saat itu aku memang
sengaja menyembunyikan identitas, karena aku terlalu malu untuk menunjukkan
siapa aku. Aku nggak cukup percaya diri dengan penampilanku yang jauh dari kategori cantik. Padahal kukira
sepertinya dia diam-diam mencari tau siapa aku, pasalnya semenjak aku dan dia
saling berkirim pesan dan komentar di Facebook, beberapa teman sekelasku
dihampiri kakak kelas yang bertanya tentang siapa aku. Seketika aku jadi merasa
seperti buronan. Aku menyesal udah memberi nama asli dan kelasku ke dia.
Yup, seriously. Aku sama sekali nggak pernah
ngobrol langsung sama dia. Sekalinya aku melempar sepatah kata langsung ke dia
itu saat suatu hari dia masuk ke kelasku bersama beberapa teman sekelasnya
untuk membagikan angket. Aku dan teman-temanku diminta mengisi angket yang
mereka bawa itu. Sialnya, temanku yang pernah memberiku nomor kontak si Pretty
Boy itu berseru, “Tuh, yang ngefans sama Kak E****, Kak E****-nya udah ada
tuuuuh..” Daaaamnn! Temanku itu mengoceh
berulang-ulang. Karena risih, si Pretty Boy berujar, “Apaan sih kamu, Ndut?!”
Hahaha..
Yang
membuatku heran adalah, saat aku sedang mengisi angket, dia terus mondar-mandir
di sebelah kananku sampai-sampai aku ragu untuk menulis namaku di angket yang
kupegang. Sensasi mirip kesetrum pun aku rasakan berulang-ulang di area tengkuk
(sesuatu yang biasa aku rasakan setiap kali berhadapan sama dia). Cukup lama
aku menunggu dia berlalu, dia nggak beranjak juga dari tempatnya berdiri—sambil
sesekali mondar-mandir—itu. Dia baru pergi saat aku selesai menulis nama. Iya,
baru pergi sesaat setelah aku selesai menulis namaku! Mungkinkah dia ingin
memastikan bahwa akulah orang yang sering mengirimkan pesan teks ke dia?
Entahlah, tapi aku pikir begitu. For
God’s sake, hal itu membuatku benar-benar nervous berat. Dan setelah selesai mengisi angket, dengan tangan
bergetar dan jantung berdebar, aku memberikan angket yang kupegang itu ke dia
sambil bilang, “Ini, Kak”. Ya, cuma itu, dan dengan kepala agak tertunduk
karena aku nggak kuasa menatapnya. Pasti kelihatannya aneh banget. Dia
menjawab, “ Makasih ya..” dan cuma itu juga sepatah kata yang dia ucapkan
langsung ke aku.
Another awkward moment was.. saat
upacara bendera di suatu hari Senin pagi. Hari itu, aku dan teman-temanku bertindak
sebagai grup paduan suara. Aku dan teman-teman dalam grup paduan suara
menghadap ke Timur, sementara para peserta upacara, pemimpin pasukan, dan
pemimpin upacara menghadap ke arah Barat. Daaaann.. aku berdiri beberapa meter
tepat di depan dia! Ya, kami berada dalam satu garis lurus. Dia jadi pemimpin
pasukan—karena dia ketua kelas—dan aku yakin di posisi itu dia bisa dengan
jelasnya melihat aku yang berdiri dengan ekspresi wajah yang (mungkin) aneh,
atau mungkin enggak karena aku lebih banyak menundukkan kepala ketimbang
mengangkat kepalaku, bertabrakan pandangan dengan dia, dan membiarkan ekspresi
gugupku terekspos dengan jelas di matanya. Hell
no! Saat itu, upacara bendera selama tiga puluh menit serasa seperti tiga
puluh jam! Aku bukannya senang bisa berpuas-puas memandang wajahnya selama
sekitar tiga puluh menit penuh, tapi yang ada justru sebaliknya. Rasanya aku
ingin cepat-cepat angkat kaki aja dari situ.
Ada
lagi kejadian awkward saat aku dan
beberapa teman sekelasku berniat untuk internetan di sebuah warnet yang
letaknya nggak begitu jauh dari rumah nenekku. Waktu itu, kami mau menyebrang
jalan setelah turun dari angkot. Eh, tiba-tiba sebuah angkot lain berhenti di
depan kami, dan kebetulan banget angkot yang berhenti di depan kami itu adalah
angkot yang saat itu sedang ditumpangi si Pretty Boy. Dia duduk di depan,
disamping supir). Mengetahui hal itu, teman-temanku menjerit tertahan, “Aaa..
Ada Aa Ganteng!” Sementara aku? P-A-R-A-L-Y-Z-E-D!
Aku
merasa bersyukur karena kelas satu terletak di lantai utama dan berhadapan
langsung dengan lapangan sepak bola. Karena dari tempat dudukku di kelas, aku
bisa menonton dia main bola setiap pelajaran Olahraga hari Rabu, atau sekedar
lewat di depan kelas. Dia itu seperti moodbooster.
Hanya dengan melihat dia disaat jam pelajaran terasa membosankan, rasanya
semangatku kembali penuh. Ibaratnya aku adalah baterai, dan dia chargernya.
Setiap hari, setiap berangkat sekolah pun, aku selalu berharap bisa berpapasan
sama dia di gang menuju sekolah. Dan benar aja, hal itu cukup sering terjadi
diantara kami. Kami cukup sering bertemu mata di pertigaan menuju sekolah. Hal
itu selalu jadi suntikan semangat tersendiri buatku ^^
23
November 2009. Hari itu diadakan acara persiapan menuju hari jadi sekolah yang
ketiga-puluh tahun. Untuk merayakannya, sekolah menggelar acara fashion show dimana dua pasang
perwakilan dari masing-masing kelas wajib tampil dengan mengenakan pakaian
muslim di atas panggung yang udah disediakan di lapangan sekolah. Saat itu aku
berharap dia jadi salah satu peserta di acara itu, tapi ternyata enggak.
Alhasil, ketika warga sekolah lain asyik menonton acara fashion show, aku justru sibuk memperhatikan dia--yang saat itu
mengenakan jaket putih garis-garis—yang kadang muncul dan kadang menghilang
diantara kerumunan.
Keesokan
harinya, aku menonton dia tampil bersama bandnya di acara anniversary sekolah yang ketiga-puluh tahun itu. Saat itu, dia yang
berbalut hoodie hitam kesayangannya
beryanyi sambil bermain gitar. Dengan lantang, dia menyapa para penonton yang
terbakar semangat. Siswa-siswa senior langsung merangsek ke depan panggung,
beberapa bahkan ada yang naik ke atas panggung dan bergoyang mengikuti alunan
musik. Sisanya adalah para siswi seangkatanku yang berteriak-teriak, “My
sweety.. Ya Allah, sweety-kuuuu!!” Ya Tuhan, betapa pesonanya sedemikian kuat. Dia
belum jadi artis lho, tapi udah kayak superstar gitu :’) Semnetara para
penonton menggila dan fangirling, aku
cuma duduk di tempatku, nggak begitu jauh dari kerumunan itu. Rasanya aku
pengen banget ikut merangsek ke depan bersama siswa-siswa senior itu dan
merekam aksinya biar aku bisa tonton lagi sewaktu-waktu. Tapi aku terlalu malu
buat melakukannya. Jadi, yang bisa kulakukan hanyalah duduk manis, mengikuti
lagu yang dia bawakan, dan memandang dia dengan kagum dan mata berkaca-kaca.
Lebay? I know, but whatever.
Kemudian
pada tanggal 20 Februari 2010, sekolahku mengadakan acara peringatan Maulid
Nabi, dan saat itu adalah acara peringatan Maulid Nabi paling berkesan buatku
dimana untuk pertama (dan mungkin terakhir kalinya) aku mendengar dia membaca
Al-Qur’an). Rasanya sejuk banget. Yang dia nggak tau, aku merekam suaranya di
HP-ku. Nggak lama, cuma beberapa detik, karena kebetulan HP yang kupakai waktu
itu memang nggak bisa merekam dalam waktu lama. Sialnya, HP itu tercebur di
laut saat dibawa adikku. Akibatnya, HP itu mati total dan suara rekaman dia
saat membaca Al-Qur’an itu nggak bisa aku dengar lagi.
Hari-hari
setelah hari peringatan Maulid Nabi itu adalah hari-hari dimana dia jadi jarang
kelihatan di sekolah. Hal itu karena dia dan kakak-kakak kelas tiga yang
lainnya tengah menghadapi ujian kelulusan, sedangkan aku dan teman-temanku—yang
saat itu masih kelas satu—libur. Rasanya ngenes kalo kuingat apa yang aku lakukan
selama hari libur itu : mendengarkan lagu-lagu Korea dan Mandarin yang mellow-mellow, like God Bless You—OST Que Sera Sera; Love You—How Boy; White—F4.. yah, banyak deh. Atau pergi ke
warnet untuk download lagu sambil iseng stalking
Facebooknya. Hahaha..
24 April 2010, hari
dimana acara perpisahan kelas dua belas digelar, aku sempat menangis sendiri di
kamar. Kenapa? Karena aku sadar bahwa setelah itu kami nggak bisa bersua
sesering dulu lagi, atau bahkan nggak akan pernah lagi. Di sela-sela tangisku,
aku cuma bisa membayangkan betapa keren dan gagahnya dia saat mengenakan jas
berwarna coklat, kemeja, dan dasi hijau di acara perpisahan hari itu. Well, aku memang nggak ikut ke acara itu
untuk melihar penampilannya secara langsung. Tapi aku tau mengenai outfit yang dia kenakan hari itu melalui
salah satu teman baikku yang kebetulan ditunjuk untuk hadir mewakili kelas
sepuluh.
Setelah
hari itu, aku memang hampir nggak pernah melihat dia lagi di sekolah. Honestly, saat itu rasanya kangeeen
banget.. Sekalinya dia hadir di sekolah, aku cuma melihat punggungnya saat dia
masuk ke ruang guru. Saat itu, dia mengenakan jaket hitam kesayangannya. Well, dia sering banget mengenakan jaket
hitam yang polos di bagian depan dan motif abstrak putih di bagian belakang
itu. Tapi itu cukup membuatku senang. Bayangkaaan! Hanya dengan melihat punggungnya
aja aku bisa bahagia! Aku bisa tersenyum seharian hanya karena dia mengucapkan
terima kasih saat aku mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Hey, aku bahkan
bisa mengeluarkan air mata hanya dengan mendengar dia mengucapkan ‘halo’ di
telepon saat aku iseng misscall dia. Entahlah.
Rasanya semua hal—walau hal kecil sekalipun—yang dia lakukan selalu berkesan
buatku. Everything he does is beautiful.
Sabtu
malam, 7 Agustus 2010, Tuhan menebus rasa kangenku. Saat itu, di lapangan dekat
rumah nenekku diadakan acara Agustusan. Salah satu bagian dari acara itu adalah
pertunjukan musik. Aku ikut menonton bersama ibu, adik, bibi, dan
sepupu-sepupuku. Aneh memang, karena biasanya aku malas menghadiri acara
rame-ramean semacam itu. Aku mengikuti panggilan jiwa aja. Eh, saat sedang
asyik duduk bersama adik dan sepupuku, tiba-tiba dia lewat di hadapanku naik
motor. Aku speechless, of course!
Beberapa kali aku melihatnya bolak-balik di sekitarku. Entah dia menyadari
keberadaanku atau enggak saat itu, yang jelas, aku merasakan kupu-kupu di
perutku beterbangan.
Yang nggak
aku duga adalah, dia ikut sumbang suara di acara itu. Yup, dia bernyanyi, dan
lagi-lagi sambil main gitar. Namun kali ini dia tampil secara solo. Lagu pertama
yang dibawakannya adalah lagu I Will Survive yang dipopulerkan oleh Cake.
Awalnya kukira itu lagu Muse (karena dia penggemar Muse). Tapi setelah aku searching lagunya, ternyata aku salah.
Hahaha.. Sepertinya nggak banyak orang yang mengetahui lagu itu. Penonton
tampak nggak tertarik. Tapi begitu dia membawakan lagu kedua, penonton mulai
ikut bersemangat dan mengikuti lagunya. Gimana nggak? Lagu kedua yang dia
bawakan adalah Ya Sudahlah milik Bondan Prakoso yang memang saat itu sedang hits
banget. Dan saat itu yang aku rasakan bukan lagi kupu-kupu yang beterbangan di
perutku, tapi seekor ayam yang berkepak-kepak dengan gila. Rasanya ada sesuatu
yang membuncah. Rasanya aku ingin meneriakan namanya layaknya seorang freak fans boyband Korea yang sedang fangirling. Tapi for God’s sake, aku masih waras. Aku tentu nggak mau jadi pusat
perhatian, apalagi membuatnya memandangku dengan tatapan kasihan sekaligus ilfeel. Jadi aku hanya bisa terpaku
ditempatku sambil merekam suaranya dengan MP4 player yang kubawa (oh I’m sorry for did this again).
Sayangnya suara dia yang kurekam di MP4 player itu pun nggak bisa kudengar lagi
karena benda berharga itu udah nggak bisa digunakan lagi :’) *RIP my MP4 player*
Kesempatanku
buat melihat dia nggak cuma terjadi malam itu aja, karena pagi harinya, saat
aku pulang bersama ibu dan adikku dengan menumpang angkot, secara kebetulan aku
melihat dia yang sedang berjalan santai bersama tetangga-tetangganya. Aku
sempat berpikir bahwa saat itu adalah kali terakhir aku melihat dia, karena
memang setelah hari itu kami nggak pernah bersua lagi.
Cukup
lama aku nggak melihat dia secara langsung setelah hari itu. Berdasarkan
informasi yang aku terima (dari hasil stalking
di sosial media), dia pergi ke Batam. Entah untuk bekerja atau apa, karena yang
kutau sebelumnya, dia bekerja di salah satu restoran fastfood di kotaku ini. Saat itu yang bisa kulakukan untuk
melampiaskan rasa kangen hanyalah dengan melihat-lihat foto yang dia upload
dengan latar belakang tempat-tempat indah di Batam.
Oh iya,
pernah suatu hari salah satu temannya membagikan sebuah video Youtube dimana
didalam video itu, ada si Pretty Boy yang joget-joget dengan backsound lagu Party Rock Anthem. Kukira
dia sedang promosi cake gitu deh. Ceritanya, dia makan cake pisang di sebuah
toko cake di Batam. Dan saking enaknya cake itu, dia makan sambil joget-joget.
Yang membuatku nggak bisa menahan tawa adalah saat dia mengajak joget sebuah
manekin yang dipajang di samping pintu masuk toko. Di akhir video, dia pergi
dari toko itu, dan bertepatan dengan keluarnya dia dari toko itu, manekin itu
jatuh. Hahaha.. gilaaaa..
Suatu
sore di tanggal 14 Oktober 2012, aku diminta ibuku untuk menemani beliau
menghadiri acara hajatan tetangga nenekku di Gedung Islamic Center, Kejaksan.
Awalnya aku malas. Tapi karena ibu memaksa, plus karena ibu mengatakan bahwa
sepupuku juga akan hadir di acara itu, aku jadi ikut beliau. Sesampainya di
lokasi, aku dan ibuku langsung masuk ke dalam gedung, Baru aja masuk, aku
langsung dikejutkan dengan pemandangan tepat di hadapanku. Dia disana! Ya
Tuhan.. Aku ingat saat itu dia mengenakan kemeja batik lengan pendek warna
biru. Saat itu dia sedang mengambil makanan, dan tampaknya dia sama sekali
nggak menyadari kehadiranku. Setelah melihat dia, aku jadi nggak berselera
untuk menikmati cream soup yang
kubawa dari meja prasmanan. Mataku berkaca-kaca saat itu, nggak tau kenapa.
Mungkin saking senangnya karena bisa melihat dia lagi (dan lagi-lagi di situasi
yang nggak terduga).
Satu
tahun lebih setelah itu, aku merasa dia berubah. Dulu, aku mengenal dia sebagai
lelaki yang suka gonta-ganti pacar. Kini dia berubah menjadi seorang lelaki
yang menolak dating before marriage.
Perubahan itulah yang justru membuatku makin mengaguminya.
Aku membuka
mataku di hari Sabtu sore tanggal 23 November 2013 ketika ibu membangunkanku
dari tidur siang dan mengajakku ikut ke Tabligh Akbar yang hari itu digelar di
depan Masjid Raya At-Taqwa, Kejaksan. Awalnya aku merasa ogah-ogahan karena
masih ngantuk, padahal aku tau sih kalo tidur sore itu nggak baik. Tapi
lagi-lagi panggilan jiwa itu muncul. Aku terdorong juga buat ikut ibu ke acara
itu. Disana udah ada nenek, Bibi Cicih, dan Bibi Elly yang menunggu kami. Tanpa
diduga, ternyata tempat itu luar biasa padat. Lokasinya penuh dengan lautan
manusia. Aku dan ibuku sempat kesulitan mencari nenek dan dua adik perempuan
ibuku itu, sampai akhirnya setelah saling kontak, kami menemukan Bibi Cicih di
depan pintu masuk utama masjid. Kami nggak langsung masuk ke dalam masjid
karena kondisinya yang hiruk pikuk. Masjidnya penuh banget, berjubel-jubel
dengan orang-orang yang nggak tertib. Jadi, yang bisa kami bertiga lakukan
hanya menunggu di depan pintu masuk itu. Saat itu, aku berdiri bersandar di
salah satu pilar masjid di depan pintu masuk itu sambil menghadap pos penitipan
barang.
Dan
ketika itulah keajaiban itu terjadi. Dia muncul didepan mataku!
For God’s sake, saat
itu aku hampir nggak percaya dengan apa yang kulihat. Gimana enggak? Momen itu
benar-benar seperti adegan di film-film drama dimana sesuatu yang nggak mungkin
terjadi menjadi sangat mungkin terjadi dan bahkan benar-benar terjadi. Coba,
bagaimana mungkin aku bisa ‘menemukan’ dia diantara ribuan jamaah yang
berjubel-jubel di tempat itu? Am I
joking? Is it just a lie? No! Not at all. It really happened, seriously!
Saat itu dia berdiri beberapa meter didepanku sambil mengarahkan kamera
Blackberry putihnya ke arah seseorang. Dia mengenakan gamis putih, lengkap
dengan sorban berwarna senada. Aku melihat dia dari samping sebelah kirinya.
Dan dari tempatku berdiri itu, aku bisa dengan jelas melihat senyumnya yang
lebar.
Momen
dramatis itu nggak berlangsung lama. Hanya lima detik, maybe. Tapi semuanya terjadi seperti adegan slow motion, lengkap dengan backsound
lagu You’re Beautiful yang dipopulerkan oleh James Blunt :
You’re beautiful, you’re beautiful
You’re beautiful, it’s true
I saw your face in a crowded place
And I don’t know what to do..
Dulu
aku nggak percaya bahwa yang namanya kebetulan bisa terjadi berulang-ulang,
bahkan melebihi dua-tiga kali. Tapi setelah aku mengalami pertemuan-pertemuan
tak terduga dengan dia secara berulang-ulang, aku jadi berubah pikiran. Semua
itu sangat mungkin terjadi. Tapi nggak juga sih.. Aku lebih meyakini bahwa
semua itu bukan kebetulan.. karena sebenarnya memang nggak ada yang namanya
kebetulan kan? Semua hal terjadi karena adanya campur tangan Tuhan. Saat itu
aku merasa bahwa skenario Tuhan tuh indah banget.
Aku
jadi ingat petikan lagu Perahu Kertas yang dipopulerkan oleh Maudy Ayunda :
Kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu
Entahlah.
Setelah semua pertemuan-pertemuan tak terduga itu, aku selalu merasa bahwa aku
dan dia memiliki radar yang menghubungkan kami, dan radar itulah yang selalu
membantuku untuk menemukan dia. Hal itu bahkan sempat membuatku yakin bahwa
dialah yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi partner
hidupku dan kisah kami akan berakhir semanis kisah antara Nam dan Shone di film
A Crazy Little Thing Called Love.
Namun
rupanya, sering bertemu di saat-saat tak terduga bukan selalu merupakan pertanda
bahwa dia adalah jodoh seperti yang kebanyakan orang bilang. Semuanya kembali
pada firman Tuhan di Surat An-Nur ayat 26 yang menyebutkan bahwa wanita yang
baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik.
Maka bagaimana mungkin bahwa aku yang sangat jauh dari sempurna berjodoh dia
yang too good to be true?
Dan
hari ini, Tuhan benar-benar membuktikan firman-Nya.
Laki-laki
sempurna itu telah dipertemukan oleh seorang perempuan yang juga sempurna.
Aku sedih?
Aku menyesal?
Enggak.
Untuk apa? Toh harapanku buat memiliki dia udah putus dua tahun lalu, sejak aku
sadar bahwa dia terlalu tinggi untuk aku gapai. Hanya aja memang ada beberapa
hal menyangkut dia yang masih kusimpan. Biarlah semua itu nanti aku kumpulkan,
lalu kubuang hari ini juga. Aku nggak mau berdosa karena mengagumi suami orang
(=__=’)
Anyway, terima kasih untuk
Pembaca yang udah baca postingan ini dari awal sampai akhir. Padahal aku udah
bilang di awal kalo postingan ini bakal panjang banget. Sekali lagi terima
kasih. Segitu keponya ya? :p
***
Well, hello there, The Wedding Man.. Kakak senior berinisial MTE, jika Kakak mampir ke blog ini dan membaca tulisan ini.. Ijinkanlah saya
mengucapkan selamat menempuh hidup baru untuk Kakak dan untuk wanita yang saat
ini duduk di samping Kakak. Semoga Allah senantiasa mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan, semoga Allah selalu memberkati keluarga Kakak dengan
kebahagiaan tak terbatas, dan semoga cinta-Nya senantiasa mengalir untuk kalian.
Aamiin yaa robbal alamiin :)
One more thing, saya
nggak peduli kalaupun Kakak nggak peduli dengan apapun yang telah saya lakukan
selama ini demi bisa mengenal Kakak. Yang pasti, saya sangat bersyukur karena
saya pernah memiliki kesempatan untuk mengenal dan berinteraksi langsung dengan
Kakak walau yang saya alami
nggak sebaik yang saya harapkan. Terima kasih atas segala hal kecil yang Kakak
lakukan, those things were really
precious for me, walau mungkin Kakak nggak merasa melakukan hal berharga
apapun buat saya.
Tetaplah baik, dan jadilah semakin baik. Allah bless you unlimited :)
- Your
Stupid Secret Admirer -