Senin, 29 Mei 2017 6 komentar

BUKU : Konspirasi Alam Semesta

Thank God, di sela-sela kesibukan akhir bulan yang menyita hampir seluruh waktu luang dan istirahatku, aku bisa menyelesaikan membaca dan mendengar sepaket karya manis dari salah satu tokoh publik favoritku, Fiersa Besari.



ALBUK #1 Konspirasi Alam Semesta.
Sepaket karya yang terdiri dari sebuah buku dan sebuah CD musik berjudul sama ini merupakan karya yang dilahirkan kembali setelah sebelumnya albuk—album buku—ini rilis untuk pertama kalinya pada tahun 2015. Bahkan sebelum dibukukan, Bang Fiersa pernah memposting karya tulisnya itu di blog pribadinya. 

Well, aku nggak tau apakah ini pantas diakui atau enggak, tapi aku mau mengakui bahwa jujur pada awalnya aku nggak berniat untuk membeli albuk ini selain untuk diberikan kepada salah seorang teman baikku sebagai hadiah ulang tahunnya. Awalnya kupikir, biarlah untukku pribadi, aku beli buku preloved nya aja, makanya saat itu aku cuma membeli satu albuk. Tapi, demi melihat pengumuman ini diposting di akun Instagram si Abang..


... aku lantas berubah pikiran. Aku ingin datang kesana! Ini benar-benar kesempatan yang udah kutunggu sejak sekitar satu setengah tahun yang lalu. Aku ingin mendengar suaranya secara langsung, aku ingin foto bareng, aku ingin tanda tangannya ada di bukuku. Masa iya aku menemuinya dengan buku preloved? Oleh karena itu, satu hari setelah melihat postingan itu aku langsung meluncur ke Gramedia Cipto untuk membeli albuk satu lagi.

Sampai di rumah, 'kutelanjangi' dia. Lalu seperti biasa, hal pertama yang kulakukan setelah menelanjangi buku selain mencari pembatasnya adalah.. mencium aroma kertasnya! Haha.. entahlah. Aku selalu suka aroma kertas dari buku yang baru aja dibuka segelnya. 

Beralih ke jalan cerita. Buku ini menceritakan tentang kisah cinta seorang freelance jurnalist dan petualang bernama Juang Astrajingga dengan seorang mahasiswi Fakultas Pertanian bernama Ana Tidae. Pertemuan awal mereka bisa dibilang klise : tabrakan. Dan ketika mereka bertabrakan itulah, Juang mengalami love at the first sight terhadap Ana. Tanpa diduga, profesi Juang yang sebagai freelance jurnalist ini mengantarkan dia dan Ana pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Saat itu Juang ditugaskan untuk mencari informasi mengenai Shinta Aksara, seorang sinden yang pernah mengharumkan nama Indonesia di mancanegara namun namanya terlupakan oleh negerinya sendiri sampai akhir hayatnya. Ketika itulah alam berkonspirasi. Narasumber berita yang merupakan anak kandung dari si sinden itu tak lain adalah Ana Tidae. Karena sering bertemu, mereka pun akhirnya saling jatuh cinta.

Namun kisah cinta mereka tentunya diwarnai oleh berbagai konflik, mulai dari penyakit yang diderita Ana, kisah cinta masa lalu Ana, dan hobi bertualang Juang yang mengharuskan mereka sering menghadapi hubungan jarak jauh. 

Oh ya, nggak cuma kisah cinta, buku ini juga berkisah tentang keluarga, persahabatan, dan kecintaan terhadap alam dan negeri. Bagaimana dengan ending ceritanya? Asli, aku shock! Karena akhir ceritanya benar-benar nggak aku duga bakal seperti itu.

Anyway, selama membaca buku ini, sosok Juang yang tergambar dalam imajinasiku nggak lain dan nggak bukan adalah Bang Fiersa sendiri. Entahlah, rasanya susah buat membayangkan sosok lain. Sedangkan sosok Ana Tidae, nggak tau kenapa yang terbayang adalah sosok cewek bernama Ainy. Well, kalo kamu mengikuti postingan Instagram Bang Fiersa, dia pernah memposting foto dan sekelumit kisah tentang cewek ini. Katanya sih mereka pernah dekat, katanya sih si Ainy ini adalah seseorang yang menjadi inspirasi Bang Fiersa dalam penulisan lagu And I Need You (And I Need You, yang kalo diakronimkan menjadi AINY), namun sayangnya dia meninggal bulan Februari 2016 lalu. Dan dari buku ini, sedikitnya aku jadi tau seorang Fiersa Besari itu romantisnya kayak apa. 

Oh ya, aku lupa cerita kalo kemarin-kemarin itu aku apes banget. Waktu itu aku berniat memutar CD musik Konspirasi Alam Semesta di laptopku. Sialnya, CD musik itu tersangkut disitu. Sampai sekarang CD itu masih terjebak didalam laptop. Aku bingung harus digimanain. Padahal kan niatnya CD itu bakal dibawa sepaket sama bukunya tanggal empat nanti :(

Soal event di Gramedia Cipto itu, aku merasa wajib datang. Hanya aja sampai sekarang aku masih bingung mau mengajak siapa. Temanku nggak banyak, apalagi yang sesama penggemar Fiersa Besari. Waktu itu aku tanya Ecin, teman kampusku apakah dia mau datang ke acara itu atau enggak, coz kebetulan denger-denger dia punya albuk Konspirasi Alam Semesta juga. Tapi sayangnya pesanku itu nggak dia respon. Aku mau ajak Rohayati, tapi dia lagi sibuk sama persiapan sidang Tugas Akhir-nya. Aku nggak mau mengusiknya. Satu-satunya harapanku cuma Tri. Aku tau dia sama sekali bukan penggemar buku, apalagi Fiersa Besari, tapi dia satu-satunya teman terdekatku yang bisa aku harapkan. Mudah-mudahan dia mau. Kalopun (misalnya) nggak mau, biar aja aku datang sendiri kesana.

So, Bang Fiersa.. sampai jumpa hari Minggu ya :)
Kamis, 18 Mei 2017 8 komentar

BECK

Dulu aku pernah bermimpi untuk punya sebuah band yang digawangi lima orang, yakni aku, adikku, dan tiga teman masa kecil kami, Tri, Dewi, dan Kiki. Rasanya konyol kalo ingat bagaimana dulu kami cukup sering mendengarkan musik sambil berpura-pura menjadi para member dari sebuah band yang sedang konser. Dewi menjadi vokalis, Kiki menjadi gitaris, adikku menjadi gitaris sekaligus backing vocal, Tri menjadi drummer, sementara aku sendiri menjadi keyboardist. Yah, bisa ditebak sendiri lah ya, properti apa yang kami gunakan saat itu. Mikrofon mainan, raket bulu tangkis.. Kami bahkan pernah janjian bahwa suatu saat kami bakal menabung dan patungan untuk menyewa sebuah studio musik buat dipake rehearsal. Gaya ya.. anak SD sok-sokan mau ngeband. Hahaha..

Tapiii.. karena kami nggak pernah mendalami alat musik (kecuali aku yang dulu hobi main keyboard dan cukup mahir memainkan lagu Ibu Kartini dan Anak Kambing Saya, akhirnya mimpi itu pun terlupakan. Eh, tapi nggak sepenuhnya terlupakan juga deng, karena ada salah satu dari kami yang bisa dibilang berhasil meraih mimpinya untuk ditonton banyak orang. Dewi. Meski nggak menjadi vokalis dalam sebuah band, tapi seenggaknya dia bisa menunjukkan bakat menyanyinya dengan menjadi seorang freelance singer. Salut!

Ngomong-ngomong soal bikin band, ada satu film tentang anak band yang baru aja aku tonton kemarin malam. BECK, judulnya, merupakan sebuah film Jepang yang diadaptasi dari manga dan serial anime berjudul sama. Film ini menceritakan tentang perjuangan lima orang pemuda untuk membentuk sebuah band rock yang sukses.




Seorang remaja pendiam bernama Yukio Tanaka (diperankan oleh Takeru Satoh) merasa bahwa hidupnya flat dan membosankan. Ia kerapkali dibully sama geng nakal di sekolahnya dan dipanggil dengan nama 'Koyuki' karena tubuhnya yang kecil. Suatu hari, Koyuki berkenalan dengan Ryusuke (diperankan oleh Hiro Mizushima) setelah ia menyelamatkan anjing peliharaan Ryusuke dari gangguan bule-bule yang mabuk. Ryusuke ini adalah seorang cowok yang sangat berbakat dalam bermusik, khususnya musik rock. Dia lah yang memperkenalkan Koyuki pada dunia musik dan menginspirasinya untuk belajar main gitar hingga mahir. Sejak saat itu, Koyuki jatuh cinta pada musik dan menjadikan musik sebagai suatu pelampiasan emosi. Kalo marah, dia putar musik rock keras-keras (eh, kok kayak aku. Haha..)

Singkat cerita, Ryusuke dan Koyuki akhirnya membentuk sebuah band bersama tiga orang lainnya. Band itu mereka beri nama BECK, yang diambil dari nama anjing peliharaan Ryusuke. Awalnya sih Koyuki cuma ditunjuk sebagai gitaris dalam band itu. Namun semuanya berubah ketika Ryusuke menciptakan sebuah lagu yang dirasa kurang cocok sama karakter suara vokalis mereka. Koyuki menawarkan diri untuk membawakan lagu itu, daaaaann.. ketika itulah, semua personil BECK terhanyut sama suara Koyuki yang merdunya LUARRRR BIASA! Dan suara emas itulah yang membuka jalan untuk BECK menuju sukses, tapi tentunya dengan berbagai rintangan yang nggak mudah dihadapi.

Well, honestly I was surprised ketika mengetahui peran apa yang dimainkan Takeru dalam film ini. Rasanya aneh kalo ingat bahwa pertama kali aku melihat aksi Takeru, dia adalah sosok samurai yang tangguh, Kenshin Himura. Tapi di kali kedua aku melihat aksi Takeru ini, dia memainkan peran yang berbeda seratus delapan puluh derajat.  Takeru cupu banget, sumpah. Haha.. Lucu xD

Dan seharusnya film ini bisa membuatku terkesan kalo aja nggak ada satu minus yang membuatku amat sangat kecewa sekali. Apa itu?

Yakni suara tokoh Koyuki yang dibuat voiceless saat nyanyi!
Aneh aja gitu, masa tiap kali Koyuki nyanyi, yang keluar malah suara biola. Awalnya aku pikir hal itu dibuat untuk membuat penonton penasaran. Aku pikir suara Koyuki hanya dirahasiakan di awal dan akan diperdengarkan menjelang akhir film. Eh, nggak taunya yang terjadi adalah, Koyuki terus bersuara biola hingga akhir.

Haiissshh.. kenapa coba nggak dibuat nyanyi beneran aja? Toh Takeru juga bisa nyanyi kok, dan suaranya nggak masuk dalam kategori sumbang. Atau minimal lipsync kek, pinjam suaranya siapa gitu. Yah, aku paham sih, mungkin suara biola itu dibuat untuk menggambarkan suara Koyuki yang nggak ada duanya. Tapi ya kan aneh jadinya. Lagian di animenya pun, suara Koyuki nggak dibuat voiceless tuh. Kenapa pas dibuat live action malah jadi voiceless? -_-"

Jadi terpaksa kukatakan, film ini nggak lebih menarik dari SUCKSEED—film Thailand yang mengusung tema sama. Well, ini menurutku lho ya. But however, film ini punya soundtrack-soundtrack yang bisa banget buat nambah playlist. Lagu Around The World-nya RHCP misalnya :>
Minggu, 14 Mei 2017 3 komentar

Bad Service

Apa sih yang mendorong kita untuk membeli atau menikmati suatu produk (selain karena kita membutuhkan atau menginginkan produk tersebut)? Yep, pastinya ada beberapa faktor ya.

  1. Apakah produknya berkualitas
  2. Apakah harganya terjangkau
  3. Apakah pelayanannya baik dan memuaskan
Betul?

Dan kalo beberapa ataupun salah satu dari tiga hal itu nggak terpenuhi, tentunya kita bakal berpikir-pikir lagi untuk menikmati atau membelinya. Bener nggak? Yah, kalo aku sih gitu.

Well, kali ini aku mau nge-share pengalamanku membeli suatu barang dari online shop yang menurutku sangat perlu untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. I guess this post will be long enough :p

Jadi ceritanya, bulan April lalu, aku dan teman dekatku, Tri, tertarik buat membeli papercase di sebuah OL shop. Sebenarnya awalnya sih cuma aku yang tertarik membeli barang disitu setelah membaca postingan dari akun Instagram lain yang mempromosikannya, karena kebetulan, OL shop bernama Vio********** tersebut memang menjual berbagai macam barang dengan harga murah. Nggak hanya custom case, tapi ada juga berbagai model tas, sepatu, kaos, jaket, celana, dress, blazer, de el el. Awalnya, aku tertarik membeli sebuah tas bermotif kucing, namun sayangnya tas yang aku inginkan itu selalu sold out.

Karena kehabisan terus, akhirnya aku beralih membeli barang lain di OL shop yang sama. Aku memutuskan untuk memesan papercase, karena casing Asus Zenfone 4C-ku yang berwarna putih itu udah agak nggak enak diliat. Rupanya, Tri dan kakak iparnya juga tertarik untuk memesan barang yang sama. Akhirnya aku memesan tiga papercase untuk tiga model HP berbeda. Satu untuk Zenfone 4C milikku, satu untuk Oppo Neo9 milik Tri, dan satunya lagi untuk Xiaomi Redmi4 milik kakak iparnya.

Jadilah hari itu. Sabtu, 22 April, Tri menjemputku di kantor. Kami berboncengan naik motor menuju rumah si pemilik OL shop tersebut di kawasan Pilang, nggak begitu jauh dari kantorku. Agak susah juga sih nyari rumahnya. Dua kali kami muterin kawasan itu nggak ketemu, dan baru ketemu setelah kami bertanya pada satu-satunya tukang becak yang mangkal disana.

Arahan dari tukang becak itu, membawa kami ke sebuah rumah bercat putih dan oranye dengan pagar terkunci. Nggak ada bel disitu, jadi aku mencoba untuk mengetuk pagar dengan gemboknya.
"Permisi", ucapku, namun nggak ada respon.
Cukup lama juga kami didepan pagar itu. Nggak ada yang bisa kami tanya, karena kawasan itu sepi banget. Yah, salah kami juga sih yang sebelumnya nggak nanya dulu apakah si pemilik OL shop ada di rumah atau enggak. Tapi seenggaknya, dua hari sebelumnya aku udah kabarin dia kalo hari Sabtu itu, aku dan temanku mau ke rumahnya. Akhirnya, aku hubungi si pemilik OL shop itu via WA. Kubilang kalo aku mau pesan papercase sekaligus menyerahkan uang. Dia bilang, "Uangnya kasih ke orang rumah aja." Saat itu kami pikir, yah mungkin dia lagi nggak ada di rumah. Tapi kemana orang-orang di rumahnya ini? Dari tadi dipanggil-panggil kok nggak ada yang keluar.

Saat itulah, ketika kami mengucapkan 'Permisi' untuk yang kesekian kalinya, seorang wanita paruh baya muncul dari rumah berpagar di sebelahnya. 
"Mau bertemu siapa?" tanyanya. Aku dan Tri menghampiri beliau.
"Ini, Bu. Punten, mau tanya. Ini rumah yang punya OL shop itu bukan ya?" tanyaku sambil menunjuk rumah tadi.
"Oooh.. disini, Neng", kata ibu itu. 
Geeezzz.. ternyata dari tadi, kami salah rumah!
"Silahkan masuk, Neng", katanya ramah. 
"Iya, disini aja, Bu," jawabku. Saat itu aku dan Tri cuma masuk sampai sebatas teras rumah itu aja.
"Sebentar ya, Vionya lagi di kamar mandi."
Well, Vio itu udah pasti nama si pemilik OL shop itu. Keliatan dari nama OL shop-nya yang ada embel-embel 'vio'. Kemungkinan, si Vio ini anak dari ibu tadi.

Dari teras itu, aku dan Tri bisa mendengar suara dua orang—cewek dan cowok—sedang mengobrol. Kemudian si ibu menyampaikan kepada salah satu dari mereka (cewek) kalo ada dua orang yang mau menemuinya. Dan apa yang kami dengar benar-benar di luar dugaan.

"DUUUH.. AKUNYA TUH LAGI NGGAK MOOOODDD!!"
"Tapi mereka mau ketemu."
"ORANG CUMA MAU ORDER CASE AJA KOK! UDAH AMBIL UANGNYA AJA!!"

Whatthehell?
Akhirnya si ibu tadi deh yang melayani kami.
Dari situ, aku dan Tri tentu memberi penilaian negatif pada si pemilik OL shop tersebut. Yah, boleh aja sih bad mood dan malas melayani konsumen, aku juga kadang suka gitu kalo lagi sibuk atau bad mood. Tapi apa perlu teriak-teriak kayak gitu? Apalagi kedengeran langsung sama konsumen yang bersangkutan. Pelayanan macam apaan? 

Keesokan harinya, Minggu, 23 April, aku mengirim beberapa pics untuk desain masing-masing papercase via WA. Aku tanya berapa lama pembuatan papercase setelah dipesan, dan dia jawab dua sampai dengan tujuh hari. Itu berarti minggu depannya bisa jadi.

Seminggu setelah itu, rupanya pesanan kami belum jadi juga. Tanggal 4 Mei, aku dapat kabar dari Tri bahwa papercase yang udah jadi baru yang punya dia dan punya kakak iparnya. Dari situ kami nggak habis pikir kenapa orderannya bisa misah, nggak jadi bareng-bareng. Akhirnya Sabtu, 6 Mei, kami kembali ke Pilang untuk mengambil dua papercase yang udah jadi.

Setelah dua papercase itu kami terima, rupanya ada beberapa kesalahan. Pertama, bagian lubang kamera di paper nya nggak bolong; kedua, model papercase milik kakak ipar Tri salah, harusnya model Xiaomi Redmi4 malah Xiaomi Redmi Mi4i. Alhasil, bagian lubang kamera yang harusnya terletak di tengah malah justru terletak di sebelah kiri. Of course, kami nanya ke dia tentang kesalahan-kesalahan itu. Kemudian dia jawab, bahwa bagian lubang kamera memang nggak dilubangi dari pihak pencetak, melainkan konsumennya sendiri yang melubangi (ampun deh, kirain kita tinggal pake aja. Tau gini mending nge-print sendiri). Dan perihal kesalahan model itu, dia bersedia menukarnya dengan yang baru.

Rabu, 10 Mei, giliran papercase pesananku yang diambil. Sekitar jam tujuh malam, aku dan Tri kesana, sekalian menukar papercase pesanan kakak ipar Tri yang salah itu. Eh, pas udah sampai sana, ternyata papercase kakak ipar Tri yang akan ditukar itu belum dibuat. Papercase yang salahnya harus dibalikin dulu, katanya. Dari situ, Tri yang udah kecewa berat tambah emosi. Dia berniat mencak-mencak ke si pemilik OL shop itu, tapi nggak enak sama bapaknya :v Alhasil malam itu, kami cuma mengambil papercase pesananku. Tapi baru beberapa ratus meter kami berlalu dari rumah itu, feeling-ku nggak enak. Aku meminta Tri menghentikan motornya buat membuka segel papercase yang kupesan. Benar aja, ketika dicek, yang kutemukan cuma case transparan, nggak ada gambarnya! Ya udah deh, kami balik lagi ke rumah itu.

"Maaf, Pak, saya balik lagi. Ini case pesanan saya kok nggak ada gambarnya ya," ucapku ke bapak dari si pemilik OL shop itu yang kebetulan lagi duduk di teras depan rumahnya. Kemudian si bapak pun memanggil anaknya. Dan apa yang terjadi..? Pintu rumah yang semula terbuka itu malah ditutup sama dia! Maksudnya apa coba?

Aku nunggu disitu, yah ada kali sepuluh menitan, sampai adik dari si pemilik OL shop itu nongol lalu bilang ke dia, "Cicii.. itu orangnya nungguin", dan akhirnya dia keluar, nanya, "Ada apa?"
Kusebutkan maksudku, lalu dia kembali masuk, kemudian menyerahkan gambar yang kupesan. Setelah itu kami benar-benar pamit.

Sampai di rumah, aku coba papercase itu. Ternyata apa, Pemirsaaaa..??
Ukuran casenya terlalu besar! Lebih cocok buat Zenfone 5. Yah, memang salahku juga sih, nggak coba dulu pas masih di tempat. Tapi yang bikin aku nggak habis pikir, kok bisa ukuran case-nya salah, sementara ukuran paper-nya sesuai dengan tipe hapeku. Aku complain deh ke dia, dan dia bilang, orangnya—pihak pencetak—salah kirim.

Sabtu, 13 Mei, untuk kesekian kalinya, kami nyamperin rumah si pemilik OL shop tersebut, kali ini untuk menukar case pesananku yang kebesaran itu, dan yah tentu aja mengambil papercase milik kakak ipar Tri yang udah ditukar dengan yang (kami harap) sesuai dengan tipe hapenya.

Daaaaaannn.. UNTUK KESEKIAN KALINYA, lagi-lagi hasilnya salah!
Kali ini, antara case dengan paper-nya memiliki bagian lubang lampu flash dengan posisi berbeda.


Letak lubang flash pada case terletak di sebelah kiri.
CAUTION : Jangan salfok ke jari-jari ya. Percayalah, pemilik
jari-jari cantik ini bukan saya :v

Letak lubang flash pada paper terletak di sebelah kanan.

Intinya, case-nya benar, paper-nya yang salah.

Protes lah si Tri ke si pemilik OL shop itu. Eh, nggak taunya dia malah balik sewot. Awalnya aku nggak mau ikut campur, tapi si pemilik OL shop itu menyalahkan aku yang menurutnya salah menyebutkan tipe hape saat memesan.



Dia keukeuh mengatakan bahwa harusnya aku memesan case untuk tipe Redmi4 Prime, bukan Redmi4. Udah gitu ngemengnya pake 'kamu kamu'.



Aku bisa aja nunjukin gambar Xiaomi Redmi 4 dan Xiaomi Redmi 4 Prime ke dia, buat meyakinkan dia bahwa aku sama sekali nggak keliru saat memesan. Tapi berhubung kami udah malas berdebat, malas bolak-balik kesana juga, akhirnya kami mengalah. Sebagai kalimat pamungkas dari chat kami hari itu, kubilang..



So that's it, pengalaman pertama DAN TERAKHIR kami belanja di OL shop satu itu, OL shop yang semula kukira bisa memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen. Aku nggak habis pikir, kenapa ada testi-testi yang menyebutkan bahwa OL shop satu itu recommended banget. Pelayanan kurang ramah, proses kurang cepat, kesalahan terjadi berkali-kali.. apanya yang recommended? Hey, si owner bahkan nggak bilang maaf sama sekali atas keterlambatan dan kesalahan-kesalahan tadi. Yah, boleh lah, barang yang dijualnya bagus-bagus, dan harganya murah. Tapi pelayanan yang baik tetap harus diutamakan. Kalo kayak gini, bikin kapok konsumen jadinya. Toh, OL shop murah dan terpercaya nggak cuma satu itu doang.

Dia bisa aja menyatakan 'entrepreneurship is my life' di deskripsi akun sosmednya. Tapi maaf aja, menurutku sikapnya yang demikian masih sangat kurang mencerminkan jiwa entrepreneurship. Orang yang berjiwa entrepreneuship seharusnya ramah kepada siapapun, terutama konsumen. Kenapa? Karena dengan bersikap ramah, konsumen tentu akan merasa nyaman dan bisa jadi konsumen tetap. Orang yang berjiwa entrepreneurship juga seharusnya sabar. Sifat pemarah harusnya dihilangkan. Nggak ada aturan 'konsumen harus memahami emosi penjual', yang ada justru 'penjual harus memahami emosi konsumen'.

Dia harusnya sering-sering mengikuti seminar entrepreneurship. Dia mungkin nggak pernah dengar bahwa 'konsumen adalah ujung tombak suatu usaha', dan 'marketing terbaik adalah konsumen yang terpuaskan'. Kenapa konsumen disebut ujung tombak suatu usaha? Ya karena merekalah yang membuat suatu usaha hidup dan berkembang.

Dan kenapa konsumen disebut marketing terbaik?
Begini..
Konsumen yang merasa puas terhadap kualitas suatu pelayanan atau produk, tentu suatu saat akan datang kembali untuk melakukan pembelian ulang, dan sangat mungkin bahwa mereka akan merekomendasikan si penyedia produk atau pelayanan tersebut kepada rekan-rekan mereka Dan berkat rekomendasi dari si konsumen yang puas tadi akhirnya si penyedia produk atau pelayanan tersebut pun mendapatkan pelanggan-pelanggan baru yang tentunya akan memberikan keuntungan besar bagi pemilik usaha.

Sebaliknya, konsumen yang nggak merasa puas tentu nggak akan datang kembali untuk membeli ulang produk atau layanan yang udah mengecewakan mereka, bahkan bukan nggak mungkin konsumen yang nggak puas alias kecewa tersebut akan mempengaruhi calon konsumen yang lain untuk nggak membeli / menggunakan produk atau layanan tersebut.

Intinya, mulut konsumen itu bisa jadi menguntungkan, dan bisa jadi berbahaya bagi suatu usaha, tergantung bagaimana kualitas pelayanan yang mereka dapatkan dari si pemilik usaha tersebut.

BTW, aku kok jadi sotoy begini yak. Gaaahh.. maafkan saya, Pemirsa. Gara-gara kelewat kesal dan kecewa kok jadinya kuliah mendadak gini. Haha..
Yah, sedikit masukan aja sih buat teman-teman pembaca yang punya suatu usaha, baik-baiklah pada konsumen kalo nggak mau mereka kabur. Gitu aja.
Rabu, 10 Mei 2017 2 komentar

Kenshin, I'm in Love

Tiga hari terakhir ini aku dilanda perasaan jatuh cinta. Dengerin lagu mellow, stalking, mengkhayal yang aneh-aneh.. begitulah. Dan tersangka utama dari semua ini adalah, dia..




Udah nggak asing kan sama lanang satu ini? Yup, Takeru Satoh, pemeran utama dalam film Rurouni Kenshin. Sebenarnya aku malu mengakui ini, tapi demi bulu kaki Neptunus, AKU BARU NONTON TUH FILM DAN BARU JUGA NONTON AKTINGNYA TAKERU! Dan rasanya nyesel, nyeseeeeeeelll banget, kenapa nggak dari dulu aku nonton film ini?





Sebenarnya bukan baru-baru ini aku mengenal nama Takeru Satoh. Aku mengenal dia ketika namanya disebut dalam sebuah artikel mengenai fakta-fakta One Ok Rock yang aku baca. Sejak saat itu aku stalking dan langsung suka karena.. well, dia cakep, of course. Haha..
Ketika itu pula aku langsung follow akun Instagram @satohtakeru_fan (BTW, dia nggak punya akun resmi pribadi di Instagram kah?), dan download film tersebut. Bodohnya, film itu nggak langsung aku tonton, melainkan aku biarkan lumutan di laptop. Sampai akhirnya, aku baru memutarnya tiga hari yang lalu.

Film ini bercerita tentang seorang pengembara bernama Kenshin Himura yang dulunya dikenal sebagai 'Battosai Sang Pembantai' karena banyak membunuh mereka yang membangkang pemerintahan Tokugawa. Kemudian seiring runtuhnya rezim Tokugawa dan masuknya era Meiji, Kenshin memutuskan untuk bertobat. Dengan berbekal pedang Sakabatou (pedang bermata terbalik) ia memutuskan untuk menjadi pengembara dan bersumpah untuk nggak membunuh lagi. Well, nggak perlu dijelaskan secara detail lah ya, mengingat serial anime dari film ini aja udah tayang sejak sekitar sembilan belas tahun yang lalu.

Jadi intinya , tiga hari terakhir ini aku manfaatkan waktu luangku buat nonton Rurouni Kenshin 1, 2, dan 3. Dan sepanjang pemutaran film ini, khususnya saat adegan fighting, aku sukses dibuat ternganga. Aku pikir, gila.. ini pemain-pemainnya belajar ilmu pedang dan bela diri berapa lama, sampe bisa mendalami peran sememukau ini?

Dan apa cuma aku ya yang inget sama karakter A Jie dalam film Kung Fu Dunk ketika nonton aksi si Kenshin?
Entahlah.. Ada beberapa adegan dalam film ini dimana karakter Kenshin mengingatkanku pada karakter A Jie yang diperankan Jay Chou dalam film Kung Fu Dunk. Misalnya adegan ketika Kenshin melawan para pengacau di dojo milik Kaoru. Adegan itu mengingatkanku sama adegan ketika A Jie bertarung di sebuah casino. Yah, adegannya nggak mirip sih, hanya aja dari adegan-adegan itu, kelihatan kalo tokoh Kenshin dan A Jie memiliki kemiripan karakter, yakni sama-sama innocent dan pendiam, tapi bisa menjadi begitu mengerikan di saat-saat tertentu. Aku selalu suka karakter yang demikian, karena mereka biasanya penuh kejutan.

Anyway.. Aku suka banget sama cowok dengan bentuk bibir agak keriting dan pandangan mata tajam. And Takeru got that point (selain Takeru, Toru Yamashita juga punya anugerah ini). Dan terlepas dari sosoknya yang charming, Takeru Satoh juga cerdas (jago main rubik, langganan peringkat satu pas jaman sekolah), nggak merokok, dan penyuka kucing. Ugh!


Image result for takeru satoh cat


Intinya aku jadi ketagihan nonton aksinya dia. Setelah ini rencananya aku mau nonton Beck, If Cats Disappeared from the World, dan The Liar and His Lover. Well, siap-siap aja bakal baper :v
Minggu, 07 Mei 2017 0 komentar

MYSTIC WAVE, Si Akun Instagram Yang Bikin Kepo

Yak, kalau beberapa waktu yang lalu aku nge-share tentang akun-akun sosmed yang suka berbagi video-video gore dan disturbing, kali ini aku mau nge-share tentang sebuah akun Instagram yang bikin aku SOOOOOO DAMN CURIOUS tentang siapa sih orang dibalik akun ini?

Mystic Wave (@mwv.mystic), namanya, merupakan sebuah akun Instagram yang banyak membahas tentang hal-hal mistis dan dikendalikan sama admin 'gaib' alias misterius, alias nggak pernah 'buka kedok' apalagi menampakkan wujud. Well, akun ini memang bukan satu-satunya akun yang dikendalikan sama admin yang enggan menampakkan wujud sih. Masih banyak akun-akun sejenis di luar sana yang juga punya admin 'gaib' kayak dia. Tapi.. yah, entahlah. Aku merasa akun ini beda aja dari akun-akun misterius kebanyakan.

Yang bikin akun ini berbeda adalah, dia sangat anti dalam memposting sesuatu yang sekedar copy-paste. Sebagian besar dari tulisan, foto penampakan, dan cerita-cerita mistis yang dia share adalah true story yang dia terima langsung dari narasumbernya, itupun melalui proses seleksi terlebih dahulu. Jadi, cerita-cerita mistis dan foto-foto penampakan yang dia terima dari narasumber itu nggak langsung dia posting ke akunnya. Dia bakal menyeleksi cerita-cerita dan foto-foto tersebut, apakah cerita-cerita tersebut mengada-ada atau enggak, fotonya editan atau bukan.. begitulah. Terkadang dia juga menyisipkan.. well, katakanlah pembenaran mindset yang bertujuan untuk meluruskan persepsi-persepsi yang salah, misalnya tentang apa itu jin, apakah arwah penasaran benar-benar ada, apakah upacara-upacara adat itu diperbolehkan dalam Islam, de el el. Ini yang menurutku menarik, karena nggak semua admin dari akun-akun sejenis bertanggung jawab sama apa yang dia posting. Kan banyak tuh akun-akun yang memposting informasi-informasi menarik, tapi begitu ditanya sama pembaca, dia nggak bisa jawab, sedangkan Mystic Waves nggak begitu, dan ini menurutku keren banget dan sangat recommended buat para pecinta horor.

Nggak heran sih kalo banyak banget penggemar dari akun satu ini, apalagi para followers cewek yang nampaknya banyak yang jatuh cinta sama si admin meskipun si admin sama sekali nggak pernah menampakkan wujud. Apalagi pas dia melakukan live streaming. Wuuuhh.. aku lihat banyak banget followers ceweknya yang melting dan (katanya sih) gagal fokus gara-gara denger suara si admin yang (katanya lagi) seksi. Sementara aku, meskipun ngefans juga, tapi aku sendiri lebih suka jadi silent follower. Kalo soal suara.. well, memang sih suaranya lumayan kece waktu aku dengar di live streaming tadi malam, tapi menurutku yaa nggak beda jauh sama suara penyiar-penyiar radio yang sering aku dengar. Apakah dia mantan penyiar radio? Entahlah. Yang aku tau, dia adalah seorang mahasiswa perantauan jurusan Analisis Kimia. Kalo dilihat dari tulisan-tulisannya sih, aku yakin dia bukan mahasiswa sembarangan. Melihat wawasannya yang luas dan kegemarannya membaca buku (dia bilang sering ke Gramedia tiap akhir minggu dan bisa ngasih rekomendasi buku-buku bagus), aku yakin kalo dia pasti salah satu mahasiswa yang menonjol di kampusnya.

Kalo soal tampang.. yah, aku akui aku juga penasaran. Aku udah sampaikan di awal, aku penasaran berat. Tapi di sisi lain, aku sangat mendukung keputusan si admin untuk tetap merahasiakan identitasnya. Karena apa? Pertama, menjadi misterius sangat cocok dengan tema Mystic Wave yang 'gelap'. Kedua, salah satu hal yang membuat orang lain tertarik untuk terus mengikuti adalah karena rasa penasaran. Dan seseorang yang penasaran kalo rasa penasarannya udah terbayar maka akan berkurang rasa tertariknya. Memang nggak semua orang begitu, tapi mostly yang sering aku lihat sih demikian. Ketiga, kebayang nggak sih bahayanya kalo si admin menampakkan wujud dan ternyata punya tampang good-looking? Yah, yang pasti sih dia bakal banyak yang muji dan bukan nggak mungkin bakal menimbulkan sifat takabur bagi yang dipuji. I'm sorry for saying it, tapi kebanyakan orang suka atau nggak suka pasti mengembang idungnya kalo dipuji. Selebihnya, aku yakin sih dia punya alasan baik kenapa dia 'sembunyi' gitu.

Anyway, aku menulis ini bukan dengan tujuan promosi atau gimana ya. Cuma nge-share opiniku tentang akun ini aja. Dan buat Admin Mystic Wave (itu juga kalo dianya baca), just keep your good work. Sukses terus!
Rabu, 03 Mei 2017 2 komentar
Hari ini benar-benar kusut. Lagi-lagi aku melakukan kesalahan dalam perhitungan kompensasi Sales dan Pramuniaga. Sore tadi, setelah para tenaga Marketing menerima hasil jerih payah mereka selama satu bulan, salah satu dari mereka menghampiriku dan mengajukan protes karena nominal uang yang diterimanya kurang. Memang sih, dia nggak marah, toh kekurangan itu bisa ia terima setelah aku mengajukan Berita Acara Revisi Perhitungan Kompensasi kepada Bapak Kepala Cabang. Tapi tetap aja aku merasa nggak enak. Apalagi ia berkata bahwa saat ini ia benar-benar butuh uang.

Setelah aku telusuri, ternyata kesalahan itu terjadi karena input rumus fungsi yang nggak sesuai. Aku sendiri nggak ngerti kenapa itu bisa terjadi karena sebelum Laporan Perhitungan Kompensasi Marketing itu aku serahkan kepada Staff Akunting, aku udah yakin kalo apa yang aku kerjakan itu udah benar semua. Apalagi laporan itu pun melalui beberapa tahapan dulu sebelum akhirnya ditandatangani Kepala Cabang dan uangnya cair. Hal ini benar-benar bikin mood-ku berantakan. Bukannya apa-apa. Aku bukan cuma nggak enak sama Sales yang bersangkutan, tapi juga sama Bapak Kepala HRD selaku atasan langsung. Aku juga malas kalo harus mendengar ocehan Bapak Kepala Akunting. Beliau paling cerewet, apalagi kalo ada revisi-revisi kayak gini. Lebih-lebih kalo dia pun menyalahkan anak buahnya karena dinilai kurang teliti memeriksa hasil pekerjaanku. Entah apa yang akan terjadi besok. Semoga nggak seburuk yang kupikirkan.


***

Hari ini pula dua orang tenaga Marketing dari showroom cabang mengajukan pengunduran diri mereka. Sore tadi, menjelang jam pulang, mereka menemuiku untuk mengambil dokumen jaminan mereka—ijazah asli—sekaligus pamit. Nggak tau kenapa, kok aku rada sedih ya sama kepergian mereka? Anyway.. salah satu dari mereka adalah One Ok Rocker juga, sama sepertiku. Sedangkan satu orang lainnya bukan One Ok Rocker, tapi well, entahlah.. setiap kali melihat matanya, aku seakan melihat tatapan yang bersahabat. Aku menyesal karena selama kami sama-sama bekerja di perusahaan ini, kami belum sempat berteman akrab dan ngobrol seru, meskipun rasanya sangat ingin. Nggak tau kenapa, aku merasa mereka berdua adalah orang-orang yang mungkin banget dijadikan teman baik. Haaaahh.. if only they know how I wanna hug them before they go. Will we be good friends, someday?

Total Tayangan Halaman

 
;