Jumat, 01 Juni 2018

Buka Puasa Bareng MusTanG

Ini hari pertama aku dan teman-teman satu band mengadakan rehearsal lagi setelah kami manggung di CSB Mall beberapa waktu lalu.

Wait, wait.. seorang Putri Vidialesta jadi anak band?

Enggak kok. Aku masih tetap anak ibu dan bapak :)

Well, aku belum cerita ya? Jadi ceritanya bulan Maret lalu, Bapak Presiden Direktur di tempat aku bekerja mencetuskan sebuah ide untuk mendirikan sebuah band yang personilnya terdiri dari para karyawan dari perusahaan yang beliau pimpin. Band ini nantinya akan berperan dalam pembuatan jingle perusahaan. Selain itu, band ini pun nantinya akan diundang untuk mengisi acara hari jadi kantor-kantor cabang kami yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, yakni Bekasi, Pekanbaru dan Tasikmalaya.

Menjelang hari jadi kantor cabang Cirebon bulan Maret lalu, ditunjuklah beberapa orang karyawan untuk menjadi personil. Nggak sulit untuk menemukan para pemain musik untuk band ini. Yang sulit adalah menentukan vokalis. Sebenarnya pada dasarnya, hampir setiap karyawan di kantor kami memiliki hobi menyanyi. Hanya aja mereka malu untuk unjuk gigi, tak terkecuali aku. Ada beberapa orang yang percaya diri, tapi mereka terbiasa membawakan lagu dangdut atau tarling, sama sekali nggak cocok dengan band kami. Saat Bapak Kepala HRD menentukan beberapa calon kandidat vokalis via WhatsApp Group, Ryan merekomendasikan aku untuk bergabung.
“Beda aliran”, responku waktu itu.
“Putri mah aliran Metal ya”, ledek Mas Febri.
“Bukan, Putri mah aliran kosidah”, Pak Asep ANALIS ikut menimpali.
 Intinya aku menolak ajakan itu.

Sebenarnya perihal beda aliran itu bukan satu-satunya alasanku menolak bergabung. Memang sih, berada dalam sebuah band adalah mimpiku dari dulu. Hanya aja aku memiliki beberapa alasan kenapa aku menolak. Pertama, aku biasa karaokean via Smule, tapi lagu yang kubawakan itu cocok-cocokan. Kebanyakan lagu-lagu seperti yang dibawakan Paramore, One Ok Rock, My Chemical Romance, Automatic Loveletter, dan Versa Emerge yang aku rasa cocok dengan karakter suaraku. Sedangkan dalam band itu cuma Ryan satu-satunya personil yang seenggaknya sealiran denganku. Anyway, Ryan ini udah biasa manggung dan penggemar Japanese Rock. Dia penggemar Laruku dan VAMPS, tapi nggak jarang juga membawakan lagu-lagu One Ok Rock. Tapi kan rasanya nggak mungkin kalo band kantor ini membawakan lagu-lagu mereka nantinya. Nggak semua orang suka musik Rock. Alasan kedua adalah karena aku malu, nggak percaya diri tampil didepan banyak orang. Semua orang yang mengenalku tau itu. Akhirnya diputuskanlah salah seorang Sales untuk menjadi vokalis dalam band itu, dan Presiden Direktur memberi band itu dengan nama MusTanG.

Tapiii.. satu hari sebelum acara hari jadi kantor cabang Cirebon itu berlangsung, aku sempat iseng ikut mereka latihan, duet sama vokalis mereka. Yah, sekedar ingin tau aja sih, gimana rasanya menyanyi dengan diiringi band beneran. Ternyata rasanya asik, lebih mengasyikan dari karaoke, karena di studio, aku bisa menyanyi dengan lebih lepas tanpa harus khawatir diteriakin tetangga. Hanya aja bersamaan dengan itu, aku juga merasa kurang menikmati sensasinya. Mungkin karena lagu yang dibawakan kurang cocok dengan seleraku, atau karena aku kurang cocok dengan partner duetku saat itu.

Namun itu hanya awal. Bulan lalu, aku mantap bergabung dengan MusTanG. Waktu itu di pikiranku muncul sebuah niat yang memotivasiku untuk bergabung. Aku nggak peduli bahwa pertama dan terakhir kali aku tampil didepan umum beberapa tahun silam berujung malu (waktu itu aku didaftarkan mewakili sekolah untuk menjadi peserta debat Bahasa Inggris antar sekolah). Entah gimana penampilanku di panggung nantinya, itu urusan belakangan. Niatku benar-benar menggebu saat itu. Kebetulan saat itu posisi vokalis sedang kosong (karena akhirnya vokalis yang kemarin nggak meneruskan bergabung dalam band), dan para personil MusTanG menerimaku dengan tangan terbuka. Akhirnya setelah beberapa kali bongkar pasang personil—khususnya di posisi vokalis—ditetapkanlah enam orang personil dalam band ini, yakni aku (Vocalist I), Dhea (Sekretaris Direksi, Vocalist II), Mister Chokai (Analis, Lead Guitarist, Mas Win (Customer Service, Rhythm Guitarist), Ryan (Pramuniaga, Bassist), dan Mas Febri (Admin Purchasing, Drummer).

Minggu kedua di bulan Mei, kami manggung di CSB Mall, salah satu mall terbesar di kota kami yang saat itu tengah mengadakan job fair, dan kami menjadi satu-satunya band yang tampil pada hari itu. Itupun Mister Chokai ngabarinnya bisa dibilang mendadak, dan kami (kalo nggak salah) cuma latihan dua kali pasca dikabari soal manggung di mall tersebut

Jadi gimana rasanya manggung di depan umum untuk pertama kali?
Nano-nano banget! Apalagi dalam kondisi mood-ku yang saat itu nggak beraturan. Tapi kalo boleh memilih antara menyanyi atau bicara didepan umum, aku lebih pilih nyanyi deh. Seriously. Ini aneh lho.. Selama manggung waktu itu, aku justru merasa enjoy ketika nyanyi, dan seketika merasa uncomfortable ketika musik berhenti, karena pada saat itu aku harus berkomunikasi dengan penonton dan aku bingung harus ngomong apa. Alhasil selama sesi berkomunikasi dengan penonton itu, aku lebih banyak diam sambil mati-matian menahan rasa gugup. Untung ada Dhea yang bisa diandalkan dalam hal ini. Hahaha..

Dan nggak tau kenapa, ketika manggung itu aku justru senang ketika beberapa orang merekam atau memotret performance kami di atas panggung. Padahal biasanya aku risih kalo direkam atau dipotret tanpa ijin kayak gitu. Wkwk..


***

Alright. Back to today’s story.

Jam empat sore, kami berkumpul di Kanza Music Studio. Ryan seperti biasa bawa buntut (baca : Inggit. Wkwk..). Dhea datang terlambat waktu itu. Yah, wajar sih, dia datang langsung dari Bekasi, jadi kami maklum. Di jalan pasti macet banget. Akhirnya sambil menunggu Dhea, kami pun melakukan check sound. Dhea datang sekitar setengah jam kemudian. Sesi latihan pun berjalan seperti biasa. Tapi entah kenapa untuk latihan kali ini aku merasa nggak se-enjoy dan se-excited biasanya. Rasanya biasa aja gitu, nggak fun kayak latihan sebelum manggung waktu itu.

Sekitar jam enam sore, kami menyudahi latihan dan memutuskan buat makan di Markas Food Camp. Awalnya kami sempat khawatir nggak kebagian tempat, karena you know lah, kalo bulan Ramadhan, jam enam itu dimana-mana rumah makan penuh semua, karena udah masuk waktu buka puasa. Tapi syukurlah, kami nggak perlu cari tempat lain buat ngisi perut. Kami memesan meja untuk delapan orang (aku, Inggit, Ryan, Mas Win, Mas Febri, Mister Chokai, Dhea, dan sopirnya). Aku yang waktu itu memesan nasi goreng seafood diledekin teman-teman karena dilayani paling akhir. Yang lain udah mulai makan, aku masih ngaduk-ngaduk whiped cream di atas segelas black forest mix blend didepanku saking betenya nunggu pesanan jadi. Tapi begitu pesananku jadi, Mas Win, Mas Feb, dan Ryan kasak-kusuk bertiga.
“Ribut apa sih?” tanya Mister Chokai.
“Ini, pada ributin kerupuk. Nasi gorengnya Mbak Put ada kerupuknya, punya mereka nggak ada”, jawab Inggit. Aku cengengesan aja dengernya. Wkwk.. Rejeki orang sabar.

Seluruh biaya makan kami dibayar perusahaan sore itu melalui Dhea. Sekitar jam setengah delapan, kami bubar. Dhea dan supirnya pamit. Malam itu juga mereka kembali ke Bekasi.

Ah, thanks for today, Guys. I didn’t feel fine today, but I felt quite better with you all :)

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;