Hampir dua
minggu berlalu pasca hari jadi kantor cabang perusahaan tempatku bekerja yang
ketujuh tahun, sebagian besar karyawan di kantor terserang wabah penyakit.
Kusebut demikian karena keluhannya hampir sama semua, yakni batuk, pilek,
demam, sakit kepala, dan meriang. Aku sendiri baru dua hari lalu mengajukan
ijin nggak ngantor selama satu hari gara-gara keluhan di atas tadi, plus
sariawan di bawah lidah. Alhamdulillah, meski hanya istirahat di rumah dan
minum obat dari warung, rasanya sudah mendingan (kecuali sariawan yang masih
menimbulkan rasa perih setiap kali makan).
Yah, sebagian
besar dari para karyawan di kantor yang terserang sakit memang cukup hanya
istirahat sehari dua hari di rumah, banyak juga yang tetap memaksa bekerja,
namun ada juga yang sampai dirawat di rumah sakit. Dalam dua minggu ini saja
total sudah tujuh orang karyawan di kantorku yang masuk rumah sakit. Hal ini
tentu menjadi perbincangan di kantor. Banyak yang berpendapat kalo ini semua
ada hubungannya dengan perayaan hari jadi kami tanggal 16 lalu. Ya nggak tau
juga sih apakah mereka benar-benar serius mempercayai hal itu atau cuma
becandaan doang. Temenku malah lebih absurd
lagi pemikirannya. Waktu aku cerita soal karyawan di kantorku yang sakit
massal, dia malah bilang, “Jangan-jangan diganggu ‘pengunggu’ kantor tuh”.
Ngaco, kami kan bukan penghuni baru disitu. Yaa logika saja sih. Karyawan di
kantor tempatku bekerja mostly adalah
pekerja lapangan yang sudah pasti sering diterjang cuaca yang nggak menentu, panas,
hujan, dan debu jalanan. Maka ketika salah satu atau beberapa dari mereka
terserang penyakit, penyakitnya ikut terbawa
ke kantor, udara berputar di ruangan, tertularlah rekan-rekan yang lain. Jadi
nggak ada hubungannya sama yang mistis-mistis begitu.
Pertengahan
bulan April mendatang, aku dan teman-teman dari Mustunable dijadwalkan manggung
di Tasikmalaya. Harusnya tiga hari yang lalu kami latihan di rumahku. Namun yang
terjadi, latihan itu harus diundur karena Mister Chokai sakit, ditambah kondisiku
yang mulai terasa nggak fit waktu itu. Daann.. baru hari ini kami melaksanakan
latihan, padahal Mister Chokai baru hari ini ngantor lagi. Itupun karena Pak Yosep
ingin melihat kami latihan, dan dilaksanakannya tentu di studio langganan kami.
Singkat
cerita, kami janjian kumpul di studio jam lima sore. Menjelang jam lima, aku bilang
pada Dhea kalo aku pengen pergi ke studio bareng dia, nebeng mobilnya Pak
Yosep.
“Iya,
tungguin aja”, katanya.
Karena
diminta nunggu, akhirnya aku duduk di ruanganku, nyanyi-nyanyi gitu, melemaskan
pita suara sambil nge-back up file
kerjaan yang seharian ini kukerjakan.
Menit-menit
berlalu, nggak terasa sudah mendekati jam enam sore.
Eh.. kok Dhea belum muncul juga?
Aku pun
berdiri dari duduk dan berniat menghampiri dia. Tapi sebelum aku melangkah, tiba-tiba
sebuah pesan WhatsApp masuk. Dari Dhea :
“Put, kamu tadi dimana?”
DEG! Feeling-ku nggak enak. Belum sempat
kubalas, pesan kedua masuk :
“Aku lupa kalo kamu mau ikut. Maaf *emot
nangis*”
Astaga, AKU
DITINGGAL DONG!
Seketika
situasi berubah seolah adegan slow motion
dengan suara Ariel NOAH sebagai backsong.
“Dan terjadi lagi.. Kisah lama yang terulang
kembali..”
Seriusan,
ini sudah kesekian kalinya aku mengalami kejadian ‘ditinggalkan’ seperti ini.
Aku terlalu kecil dan diam kali ya, jadi benar-benar invisible gitu :’)
But it’s okay, aku nggak marah sama
Dhea. Toh dia juga minta maaf dan menebus kesalahannya dengan memesankan aku
ojek online. Wkwk..
Tapi
ternyata masalahnya nggak cuma sampai disitu. Aku menunggu si Abang Ojol di
pinggir jalan itu lumayan lama, sekitar lima belas menitan. Eh, nggak taunya,
begitu tiba, si Abang Ojol ngomel-ngomel, katanya dia muter-muter daritadi
karena titik jemput di maps-nya nggak
sesuai. Oalaaah.. Jadi deh tadi itu aku dijutekin Abang Ojol, padahal kan yang
salah maps-nya, kenapa naruh titiknya
nggak akurat coba (-.-“)
Sore ini ada
sepuluh orang berkumpul di studio, yakni aku, Dhea, Inggit, Ryan, Mas Febri, Mister Chokai, Zhovy, Badar, Pak Yosep, dan Pak Faisal. Senang sih rasanya, tapi
karena kondisiku belum benar-benar fit, ditambah tenggorokan yang masih terasa
gatal, jadi rasanya kurang enjoy aja.
Sekitar jam
delapan kurang, kami meninggalkan studio, kecuali Mas Febri yang ijin pulang
jam tujuh, karena istrinya sudah nungguin. Sebenarnya aku berniat langsung
pulang waktu itu, hanya aja Pak Yosep membujuk kami untuk ikut beliau makan
malam. Karena nggak enak untuk menolak, akhirnya aku pun ikut.
Malam ini
kami makan di sebuah warung nasi jamblang di kawasan Cipto. Believe it or not, sebagai orang Cirebon
asli dan sudah tinggal di Cirebon sejak brojol, ini adalah kali pertama aku
makan nasi jamblang yang notabene adalah salah satu makanan khas dari kota ini.
Wkwkwk.. Padahal wisatawan luar kalo mampir ke Cirebon merasa wajib lho nyicip
makanan ini, tapi aku yang asli sini malah baru kali ini mencoba. Dhea aja
sampai surprised gitu waktu aku kasih
tau hal itu.
“Lu asli
sini kan? Lah gua yang bukan orang sini aja udah beberapa kali”, katanya.
Haha..
Jadi kesannya makan nasi jamblang pertama
kali?
ENAAAK! Well, sebenarnya sih lauknya sederhana aja. Aku sendiri hanya mengambil telur pindang, tempe goreng, dan sambal sebagai lauk karena nasi yang kuambil pun setara porsi makan kucing. Hanya aja yang membedakan dari nasi jamblang adalah nasinya yang dibungkus dengan daun jati. Daun jati inilah yang membuat aroma nasi menjadi lebih harum. Rasanya pun lebih sedap dan khas.
ENAAAK! Well, sebenarnya sih lauknya sederhana aja. Aku sendiri hanya mengambil telur pindang, tempe goreng, dan sambal sebagai lauk karena nasi yang kuambil pun setara porsi makan kucing. Hanya aja yang membedakan dari nasi jamblang adalah nasinya yang dibungkus dengan daun jati. Daun jati inilah yang membuat aroma nasi menjadi lebih harum. Rasanya pun lebih sedap dan khas.
Belum tandas
makanan kami, hujan turun dengan deras, lengkap dengan petir dan geluduk. Jadi yaa
kami terjebak cukup lama di warung itu, nunggu hujan yang entah kapan redanya,
karena hujan deras seperti itu kemungkinan bakal lama. Kelamaan nunggu,
akhirnya Pak Yosep dan Dhea nekat pulang lebih dulu, menerobos hujan. Mau nggak
mau sih, karena mereka harus kembali ke Bekasi malam ini juga. Sementara kami
masih menunggu dengan sabar.
Sepeninggal
Pak Yosep, suasana meja berubah awkward.
Gimana nggak awkward, lah wong ada
Pak Faisal di tengah-tengah kami. Berbeda dengan Pak Yosep yang suka bicara,
Pak Faisal ini orangnya pendiam, jadi agak canggung ngajak ngobrolnya. Hihi..
Akhirnya
Inggit berinisiatif meminjam payung untuk mengantar aku dan Pak Faisal ke mobil
beliau. Yup, aku pulang diantar Pak Faisal. Pertama-tama Ryan dulu, mengantar
Pak Faisal. Begitu kembali, celana bagian bawahnya basah kuyup.
“Parah, disananya banjir!” serunya melawan suara deras hujan.
“Parah, disananya banjir!” serunya melawan suara deras hujan.
“Sini, sini,
payungnya sama saya aja. Sekalian saya mau ambil sesuatu di motor,” kata Zhovy.
“Itu
digulung dulu celananya!” ujarku.
“Udahlah,
gapapa”, dia ngeyel. Okelah. Akhirnya aku dan Zhovy pun melangkah
tertatih-tatih ke tempat mobil Pak Faisal diparkir. Di tengah perjalanan menuju
parkiran, banjir semakin tinggi.
“Oalaaah..
banjirnya tinggi banget!” seru Zhovy. Aku sendiri pun surprised, nggak nyangka banjirnya bakal setinggi itu. Kirain cuma
sebatas pergelangan kaki, nggak taunya hampir selutut. “Wah, besok saya nggak
pakai celana ini mah!”
Bodoamat dah, kan tadi udah dikasih tau
banjir, disuruh celananya digulung, malah ngeyel. Wkwk..
Setibanya di
parkiran, kami bingung, yang mana mobil
Pak Faisal? Kami celingukan. Alhamdulillah aku ingat nomor platnya. Hampir
aja kami berjalan ke pintu keluar.
“Itu tuh!”
seruku sambil menunjuk ke salah satu mobil yang terparkir.
“Mana? Mana?”
“Ituuu yang
****”
“Manaaaa?”
Wkwkwk..
lucu deh kalo inget waktu itu. Geli, kesal, dan panik campur jadi satu. Begitu
tiba di mobil Pak Faisal, aku langsung masuk. Bodo amat sepatu penuh air.
Masalahnya hari ini aku bawa laptop. Kalo tasku sampai kemasukan air, gawat
juga.
Soo ya, begitulah yang terjadi hari ini.
Entah kapan kami bakal latihan lagi, belum direncanakan. Yang pasti sih
tentunya kami berharap penampilan kami di Tasikmalaya nanti nggak mengecewakan,
karena jujur, lagi-lagi aku gugup (^^”)
0 komentar:
Posting Komentar