Rabu, 26 Maret 2014 0 komentar

English Spelling Competition

Nggak selalu lho yang namanya Senior tuh selalu unggul dari Junior. Aku ngebuktiin sendiri hari ini.

Well, hari ini adalah hari dimana aku menghadapi English Spelling Competition di kampus bareng temenku, Mitro. Parahnya, kemaren aku sempet lupa tentang kompetisi ini. Aku baru inget pas malemnya Mitro nge-SMS aku buat dateng ke kampus jam delapan pagi dan kumpul di ruang dua. Waktu nerima SMS itu, aku sempet mikir, buat apa Mitro nyuruh aku dateng ke kampus jam delapan pagi?

Aku langsung liat kalender. "Ohmygee.. besok kan tanggal 26!" Aku shock sendiri liat tanggalan. Aku baru inget kalo tanggal 26 Maret ini kan aku terdaftar sebagai peserta English Spelling Competition sebagai ganti Speech Competition yang nggak jadi itu. Parah, parah! Kenapa aku bisa lupa coba? Ckckck.. waktu cepet banget larinya.

Dan pagi ini pun aku memenuhi panggilan itu. Aku nyampe di kampus jam delapan pagi (lebih dikit. mwehehehe..). Pas aku nyampe kampus, Mitro udah nungguin aku didepan front office. Kami pun langsung masuk kedalem kampus. Dan betapa terkejutnya aku bahwa ternyata kami berdua nggak jadi ditanding sama anak-anak dari LP3I cabang lain, melainkan sama anak-anak junior dari kampus sendiri!

OMG.. Kok kayaknya nggak fear ya? Yah, bukannya aku memandang remeh anak-anak junior lho ya. Bukan itu. Tapi aku mikirnya gini lho. Kalo misalnya Senior menang, Junior pasti bakal mikir, "Udah pasti lah Senior menang, ilmu mereka kan lebih banyak". Dan kalo Junior yang menang, kemungkinan mereka bakal mikir, "Ish.. malu-maluin banget. Masa Senior kalah sama Junior".

Tapi ya mau gimana lagi? Kami udah terlanjur terdaftar sebagai peserta kompetisi ini. Parahnya peserta kompetisi ini yang dari Senior cuma aku dan Mitro doang, dan kami tergabung dalam satu regu. Kami ditanding sama enam regu yang semuanya adalah anak-anak Junior. Aku dan Mitro pun mengisi formulir dan menandatangani daftar hadir, lalu mengalungkan kartu tanda peserta di leher masing-masing. Kemudian kami nunggu di koridor.

Sekitar jam sembilan, kompetisi pun dimulai. Aturan mainnya adalah :

  • Pada babak pertama, setiap regu wajib memilih salah satu amplop yang disediakan oleh panitia. Didalem masing-masing amplop itu udah tertulis 15 kata yang berbeda di tiap amplopnya.
  • Juri bakal membacakan satu persatu dari 15 kata yang terdapat dalam masing-masing amplop itu kepada masing-masing regu, sementara anggota regu dari si pemilik amplop itu mengeja kata yang juri ucapkan. Kalo mengejanya bener, otomatis mereka dapet poin.
  • Pada babak kedua, adalah babak rebutan. Setiap anggota regu diberi satu lembar kertas yang berisi kotak-kotak gitu. Juri mengucapkan kata, setiap anggota menuliskan kata yang diucapkan juri diatas kertas itu (satu huruf, satu kotak). Siapa yang paling cepat menuliskan kata tersebut diatas kertas, langsung mengacungkan tangan, lalu mengeja kata tersebut setelah dipersilahkan juri. Peserta dilarang menjawab sebelum mereka selesai menulis atau sebelum juri mempersilahkan mereka menjawab.

Aku dan Mitro gondok banget sama aturan main di babak kedua. Pasalnya, kami nggak bisa nulis cepet. Ya kalo nulisnya nggak satu huruf, satu kotak mah mungkin kami bisa. Tapi peraturan tetaplah peraturan. Kalo kami ngelanggar ya otomatis jawabannya jadi nggak sah.

You know what? Walaupun title mereka adalah Junior, tapi mereka pinter-pinter lho. Mereka punya vocabulary knowledge yang luas, dan juga jago dalam menulis cepat. Nggak heran deh kalo mereka sukses menyikat aku dan Mitro. Aaarrgghh.. gila! Kagum aku sama mereka!

Lucunya, sebenernya aku dan Mitro udah kalah sejak Semi Final. Tapi anehnya, para juri dan Mr Rudi menyuruh kami buat maju ke Final. Well, aku pikir ini cuma akal-akalan beliau-beliau aja biar Senior nggak terlihat begitu memalukan karena kalah sebelum Final. Entahlah..

Honestly, aku rada menyesal ngikutin kompetisi ini. Coz kayaknya Mr Rudi dan para juri yang semuanya dosen Bahasa Inggris itu kecewa gitu. Kayaknya mereka nggak sreg gitu kalo Mitro disandingkan sama aku dalam kompetisi. Apalagi aku liat Mitro itu kayak anak emas mereka. Gimana nggak? Walau rada koplak, tapi dia pinter. Famous lagi di kampus! Sementara aku? Siapa yang kenal aku selain temen-temen sekelas aku sendiri? Bahkan dosen-dosen Bahasa Inggris yang jadi juri tadi pun nggak ada yang mengenal aku dengan baik, kecuali Mrs Yani.. Ah, she's my favorite lecturer! I miss her so bad! (#_#)

Ketika pulang, aku nerima SMS dari Mitro. Dia bilang, "Maaf, Put kalo mengecewakan.."
Aih, Mitrooo.. yang minta maaf harusnya saya, bukan kamu!

Yah, sudahlah. The poin is.. we have done our best. Nggak ada yang perlu disesalkan lagi lah. Just forget it!
Selasa, 18 Maret 2014 0 komentar

The Competition is Canceled

Jangan heran kenapa hari ini, detik ini aku masih disini dan menulis blog, padahal udah aku ceritakan di postinganku sebelumnya bahwa (harusnya) hari ini aku ada di Jakarta atau dalam perjalanan pulang dari perjuangan mewakili LP3I Cirebon dalam mengikuti Speech Competition di LP3I pusat.

Lalu apa alesannya hari ini, detik ini aku masih disini?
Aku ceritain deh..

Seperti yang udah aku ceritakan di postinganku yang sebelumnya, hari Selasa yang lalu aku dipanggil Mr Rudi ke ruangannya, dan disana beliau menyampaikan maksudnya bahwa beliau ingin mengirim aku untuk ikut serta dalam Speech Competition di LP3I pusat di Jakarta. Dan semenjak hari itu, aku bener-bener mempersiapkan mentalku. Aku mencoba untuk optimis dan nggak mikir macem-macem. Pikiran buruk tentang kejadian memalukan di Debate Competition beberapa tahun yang lalu susah payah aku singkirin.

Di hari Jum'atnya, aku ngirim SMS ke Mr Rudi buat nanyain tema apa yang harus aku angkat di kompetisi nanti. Dan beliau memberi beberapa pilihan tema yang bebas aku pilih salah satu :
  • Goverment school should be free for everyone
  • How to stop Global Warming
  • The role of English in the era of globalization
  • Corruption problem in Indonesia
  • Preserving traditional Indonesia culture in the era of globalization
Karena dari jaman SD aku udah hobi banget yang namanya ngebahas tentang masalah global warming alias pemanasan global, akhirnya aku pun memutuskan untuk mengangkat tema tentang masalah yang satu itu, coz aku pikir pasti bakal lebih mudah menguasainya.

Kemudian aku cari deh artikel-artikel yang ngebahas tentang pemanasan global. Pas lagi nyari artikel, Mitro, salah satu temenku dari jurusan Akuntansi nge-SMS aku. Dia bilang bahwa dia juga diutus Mr Rudi buat ngikutin Speech Competition bareng aku. Dan aku baru tau bahwa sebenernya Mitro lah yang mengajukan aku ke Mr Rudi buat ngikutin kompetisi itu. Dia yang ngaku sendiri.

Setelah dapet, aku modifikasi sedikit, lalu aku terjemahkan kedalam bahasa Inggris, kemudian mempelajari dan menghafalkannya. Eh, ternyata Mitro juga ngangkat tema yang sama dengan punyaku, hanya aja isinya beda dan lebih sedikit. Artikel yang dia pelajari cuma setengah halaman kertas folio, sedangkan punya aku dua halaman!

Di tengah-tengah perjuangan, aku dan Mitro saling curhat via SMS gitu deh. Kami memiliki problem yang sama, yaitu kepala pusing dan kesulitan menghafal! Nah lho.. dia yang cuma setengah halaman aja begitu, apalagi aku!

Lumayan susah juga lho ngapalin segitu banyak. Walau udah mencoba untuk berimprovisasi dan nggak terpaku sama teks, tapi tetep aja ada kagok-kagoknya. Bahkan hal itu terus berlanjut sampe hari Minggunya alias dua hari sebelum kompetisi dimulai. Walaupun gitu, tetep aja dong aku harus usaha keras. Nggak mungkin banget aku nyerah gitu aja. Aku kan nggak mau kalo sampe kejadian buruk di Debate Competition beberapa tahun yang lalu keulang lagi. Akhirnya aku mengurangi beberapa kalimat, dan kemudian.. hafal deh aku! Syukurlah :D


Keesokan harinya, Senin 17 Januari.. pagi-pagi aku nge-SMS temen-temen yang satu tempat magang sama aku buat ngasih tau bahwa hari ini dan besok aku nggak berangkat magang. Aku juga nge-SMS Pak Dion buat minta izin nggak berangkat magang hari ini sampe besok, dengan alasan bahwa aku harus ke LP3I pusat dan memang begitulah adanya. Baru aja aku kirim SMS ke mereka, eh.. aku dapet SMS dari Mitro. Here it is..




Ngebaca kata-kata awalnya yang udah nggak enak, mendadak otakku jadi rada lola dan mengakibatkan aku nggak bisa menterjemahkan kalimat dalam SMS itu secara sempurna. Aku pun bales SMS itu,
"Hah?! What does it mean, Mitro? I don't get it exactly".
Kemudian Mitro bales,
"Katanya Mr Rudi takut kalo waktunya nggak pas, Put. Pagi ini beliau bakal nanya ke management dulu apakah sebaiknya LP3I Cirebon ngirim peserta ke Jakarta atau nggak..."

JEGEEEERRR!!
Bagai kesamber petir di pagi hari yang cerah, aku serasa pengen semaput saat itu juga. Oh-mai-gaaaaawwwd!! Aku udah begadang semalaman suntuk buat nyiapin semuanya, aku udah menghafal dan mempelajari teks yang serasa sepanjang koran itu mati-matian (untung nggak mati beneran aja), aku udah berlatih ngomong berulang-ulang sampe lidah terasa terbelit, dan aku juga udah minta izin ke Pak Dion untuk nggak berangkat magang.. eh, akhirnya malah dapet kabar kayak gitu. Masih pagi pula. Aku serasa kena bengek mendadak. Aaaa.. nyesek, nyesek!!

Tapi setelah denger kabar itu, rasa cemas dan rasa nervous yang aku rasain tiba-tiba ilang! Well, sisi positif dari kabar mengejutkan ini adalah.. aku nggak perlu spot jantung sambil ngomong didepan banyak orang di kompetisi itu. Tapi kalo mengingat perjuanganku dalam mempersiapkan semuanya, plus keterlanjuran aku minta izin nggak magang dua hari, tetep aja aku ngerasa nyesek.

Malemnya di kampus, tepatnya menjelang istirahat berakhir, aku ketemuan sebentar sama Mitro didepan pintu kelas. Kebetulan kelas aku dan kelas dia agak berhadap-hadapan gitu deh.  Aku denger, kami sempet di-ciecie-in gitu sama temenku, Fatimah. Yak, sebuah hal jail yang udah membudaya di Indonesia kalo seorang cewek ketemu sama cowok.. (=__=)
Tapi kami cuek aja. Aku tanya, "Gimana, Mitro?"
Dia jawab, "Ya kita nggak jadi ke Jakarta, Put..."
"Oh ya?"
"Iya. Soalnya ternyata kompetisi yang di Jakarta itu kompetisi debat, bukan kompetisi pidato. Kalo kompetisi debat, udah pasti dong kita harus punya persiapan yang lebih dari ini. Makanya kita nggak jadi kesana. Tapi kita tetep ikut lomba kok, tanggal 26. Bukan lomba debat sih, tapi lomba spelling.."
"Hah? Lomba spelling?"
"Iya. Gampang kok, cuma ngeja kata-kata dalam bahasa Inggris aja. Udah gitu, digelarnya juga disini. Jadi kita nggak perlu capek-capek ke Jakarta..." begitu katanya panjang lebar.

Huaaahh.. ya udah deh. Kalo emang gitu keputusannya mau gimana lagi. Kembali, aku liat sisi positifnya aja. Aku nggak perlu nervous lagi, aku nggak perlu cemas lagi, dan aku nggak perlu ngeluarin banyak duit buat uang saku aku ke Jakarta.


Nah, berhubung ke Jakarta-nya nggak jadi, aku pun berangkat magang tadi pagi, meskipun kemarennya aku udah izin nggak berangkat dua hari. Aku pikir kayaknya Pak Dion heran gitu deh sama kehadiran aku. Tapi beliau nggak nanya sih. Sumpah, aku takut banget kalo beliau mikir aku bo'ong tentang kepergian aku ke LP3I pusat itu. Padahal aku kan sama sekali nggak ada niat buat bo'ong. Mudah-mudahan beliau nggak negatif thinking deh ke aku.
Selasa, 11 Maret 2014 0 komentar

Good News? Or Bad News?

Dear, Blogger. Udah seminggu ini aku magang lagi setelah beberapa bulan yang lalu aku resign magang dari perusahaan industri rotan yang pernah aku ceritain itu. Kali ini aku magang di salah satu cabang dari perusahaan terbesar di Indonesia. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri semen.

Well, aku nggak magang sendirian disini. Jadi ceritanya, hari Senin tanggal 3 Maret lalu, aku dipanggil salah satu staff CnP di kampus. Aku ditugasin buat magang di perusahaan itu bareng Riris  keesokan harinya. Sebenernya sih sebelumnya CnP nelpon aku buat nawarin aku ngikutin interview kerja di salah satu perusahaan furniture sebagai receptionist. Tapi aku tolak, coz aku ngerasa kurang mampu bekerja di posisi itu. Yaaahh.. tau sendiri lah, pekerjaan receptionist kan gitu, mengandalkan kemampuan berkomunikasi yang baik. Sedangkan aku sadar kalo communication skill-ku masih jauh dari kata baik. Lagian pengalaman kerjaku kan belum banyak. Aku magang di perusahaan industri rotan itu juga baru sekitar sebulan. Dan karena hal itu, aku minta ke CnP buat magang dulu, sampe akhirnya aku terdampar di perusahaan industri semen ini deh.

Awalnya, aku kira cuman aku dan Riris yang ditugasin magang disitu. Eh, ternyata ada lima orang lagi selain kami, dan semuanya cewek. Hari Selasa itu, aku dateng paling telat. Mobil kampus yang nganter kami udah mulai jalan buat ninggalin halaman depan kampus gitu. Untung aja aku nggak sampe ditinggal. Aku duduk didalem mobil bagian tengah bareng Ati, Riris, dan seorang temen yang aku nggak tau siapa namanya. Wakakak..

Waktu itu rasanya aku nervous banget, plus takut. Takut nggak bisa beradaptasi, takut karyawan-karyawannya jutek.. macem-macem deh. Apalagi Pak Andi mengatakan bahwa tantangan magang atau bekerja buat cewek di perusahaan tersebut lumayan berat, coz kebanyakan karyawan di perusahaan itu tuh cowok. Hanya cewek-cewek bermental kuatlah yang bisa lama bertahan disana. Denger hal itu, aku jadi makin was-was dan stress.  Aku bertanya-tanya, seperti apakah suasana bekerja disana, sampe-sampe kita harus punya mental kuat buat bisa bertahan? Aku doa sepanjang jalan biar Tuhan memperlancar jalanku, dan ngilangin rasa cemas di hati dan pikiranku.

Lagu Opick menemani perjalanan kami waktu itu. Ajaibnya, lirik lagunya rada ngena gitu buat aku..

Tenang.. tenang.. tenang.. tenanglah..
Bersabarlah, Allah mendengarmu
Oh, tenang.. tenang.. tenanglah..
Percayalah, Allah menyayangimu

Ngedenger lagu itu, aku ngerasa seolah-olah Opick ada disebelah aku sambil memotivasiku buat tenang dan nggak cemas. Eh, efeknya ada lho. Aku jadi rada tenang walau sedikit.

Akhirnya mobil yang kami tumpangi memasuki halaman perusahaan yang luas banget itu. Kami langsung dibawa Aam (temen sekelasku yang udah kerja disana) ke sebuah ruangan yg ternyata adalah ruang khusus acara orientasi siswa-siswi serta mahasiswa-mahasiswi yang bakal ngadain Praktek Kerja Lapangan (PKL) di perusahaan itu. Ternyata yang bakal magang nggak cuma kami doang lho, tapi banyak. Mereka dateng dari beberapa SMK dan universitas. Malah ada mahasiswa-mahasiswi dari Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang juga. Gila, jauh-jauh magang kesini!

Di ruangan itu, kami diberi materi tentang berbagai hal mengenai perusahaan tersebut, mulai dari sejarah, visi misi, info produk, sampe aturan-aturan yang harus ditaati selama bekerja disana. Kami juga dibagi untuk magang di departemen yang berbeda-beda. Enam temenku diberi tugas menempati tiga departemen yang berbeda secara berpasangan. Jadi satu departemen, dua orang gitu. Sementara aku nggak punya pasangan karena jumlah kami ganjil, tujuh orang. Aku kebagian nempatin departemen yang udah ditentukan itu sendirian. Mechanical Department. Nggak kebayang, aku bakal jadi satu-satunya karyawan cewek disana.

Hari itu, kami bener-bener full ngedengerin pengarahan, belum kerja. Kami juga dikasih berbagai perlengkapan keamanan seperti helmet, safety shoes, dan masker, serta kartu pengenal. Lucunya, ukuran safety shoes-nya itu gede-gede semua. Menurut Aam, ukuran paling kecil adalah nomer 38, itupun ukurannya lebih besar ketimbang sepatu biasa. Belum lagi sepatunya juga berat gitu. Sementara ukuran sepatuku adalah nomer 36, itupun masih rada longgar dikit. Bisa dibayangkan betapa kecilnya kakiku. Belum lagi badanku yang juga kecil bagai hobitt, sehingga badanku pun bisa ketelen safety shoes itu kalo aku pake. OK, untuk kalimat yang terakhir itu aku nggak bener-bener serius :P

Karena nggak ada ukuran yang pas, aku belum dapet safety shoes itu. Begitu juga dengan temen-temenku yang lain. Satu-satunya dari kami yang udah dapet safety shoes itu cuma Riris. Masker juga belum dikasih, sehingga mengharuskan kami buat bawa masker sendiri dari rumah.

Keesokan harinya, aku dan enam temenku dipanggil ke sebuah ruangan. Disana kami duduk-duduk sebentar, sampe akhirnya kami dikirim ke departemen masing-masing. Aku dianter seorang karyawan ke Mechanical Departement dengan menumpang motornya. Ternyataaaa.. Mechanical Departement terletak paling ujung. Kantornya deket banget sama pabrik dan gunung kapur, sehingga banyak debu-debu beterbangan. Benda-benda disekitar tempat itu aja pada kotor ketempelan debu gitu. Sumpah, nggak nyangka banget aku ditempatin disitu. Aku kan alergi banget sama debu. Tapi untungnya selama aku magang disana, aku nggak sampe kenapa-kenapa sih, asal ditutupin aja idungnya pake masker. Honestly, aku benci sama gambar di maskerku. Doraemon gitu lho! Hadeeehh.. yang gambar tengkorak ada nggak sih? Aku mau beli.. (=__=')

Anyway, satu-satunya yang bikin aku bengek adalah jarak dari jalan raya ke Mechanical Department yang lumayan jauhnya, sehingga kalo mau kesana lebih baik minta anter sama supir mobil kontraktor buat nganterin. Tapi karena aku ngerasa nggak enak kalo minta anter (karena nggak ada yang kenal), aku lebih sering jalan kaki. Walhasil, perjalanan dari jalan raya ke Mechanical Department atau dari Mechanical Department ke jalan raya selalu membuat aku ngos-ngosan dan pegel di kaki setiap malem. Ah, gapapa deh. Ini namanya bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Untungnya, ternyata aku bukan satu-satunya karyawan cewek disana. Ada salah satu anak LP3I dari jurusan lain juga yang magang disana. Adelia namanya. Dia seangkatan sama aku dari jurusan Office Management. Udah sekitar sebulan dia magang disana.

Hari pertama di Mechanical Departement, aku dikasih materi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Mechanical Departement oleh Pak Aris di ruang meeting. Aku nggak sendirian. Ada Adel dan dua orang cowok juga yang ngikutin kegiatan itu. Anyway, dua orang cowok itu berasal dari Universitas Diponegoro Semarang. Selama seminggu magang ini, aku hampir nggak pernah ngobrol sama mereka. Begitu juga dengan Adel. Aku komunikasi sama mereka cuma pas hari pertama masuk Mechanical Departement aja. Waktu itu cuman nanyain asal universitas. Haha..
Setelah dapet materi dari Pak Aris, kami kembali dikasih materi oleh Pak Febri. Kali ini kami dikasih materi tentang bagaimana cara Mechanical Department menangani masalah limbah di sekitar pabrik mereka.

Hari-hari pertama magang disitu, rasanya bete banget. Aku cuma duduk-duduk disebuah ruangan khusus berkumpulnya anak-anak PKL. Nggak ada kerjaan, nggak bisa online karena sinyalnya suka ilang-ilang gitu, nggak ada yang bisa diajak ngobrol pula. Satu-satunya hiburanku disana hanyalah kursi beroda yang bisa muter itu. Entah kenapa aku suka banget duduk sambil muter-muterin kursi. Yah, sedikit ngehibur diri aja sih, walaupun nggak banyak ngilangin BT. Sebenernya aku udah beberapa kali ngajak Adel ngobrol, tapi dia cuma jawab seperlunya gitu. Ya mungkin masih canggung kali ya.

Tapi semua berubah setelah sebuah insiden terjadi. Waktu itu aku ngikutin Adel yang lagi ngerjain tugas yang dikasih sama salah satu karyawan. Dia ditugasin buat nge-scan beberapa file gitu. Nah, pas dia lagi nge-rename hasil scan-nya, ekstensi file yang berformat jpg itu keapus sehingga menyebabkan hasil scan-nya nggak bisa dibuka. Trus aku kasih tau aja, "Coba deh kamu rename file-nya, terus kasih format .jpg  di belakang nama file-nya".
Awalnya dia kayak yang canggung gitu ngikutin saran aku, tapi akhirnya dia ikutin juga.. dan TADAAA..!! File-nya bisa kebuka lagi deh. Dan, semenjak itu Adel pun jadi akrab sama aku. Kalo biasanya aku yang memancing obrolan, sekarang malah dia yang sering mancing obrolan dan punya banyak cerita. Awalnya aku kira dia pendiem kayak aku, ternyata nggak. Haha..

Jadi, selama semingguan magang ini, aku bareng-bareng Adel terus.

Oh ya, pernah waktu itu sepatu aku copot haknya. Kalo nggak salah hari Jumat. Waktu itu aku lagi ngerjain tugas yang dikasih sama Pak Dion. Aku duduk didepan komputer, ngerjain tugas, dan kakiku bergerak kesana kemari, ngegoyangin kursi ke kanan dan kekiri. Dan tiba-tiba hak sepatu sebelah kananku copot! Gee! How come?! Padahal baru beli kemaren lho, masa udah copot aja? Mana di tempat kerja lagi! Aku rada bingung, tapi aku coba buat tenang. Aku selesain kerjaanku sampe istirahat tiba. Pas istirahat, kantor sepi, coz hampir semua karyawan pada sholat Jumat. Aku kembali ke ruangan anak-anak PKL dengan menyeret kakiku. Konyol.

Karena nggak menemukan lem buat nempelin hak sepatuku yang copot itu, aku pun memutuskan buat nempelin hak sepatu itu pake permen. Yak, aku nggak becanda. Aku nempelin sepatu itu pake PERMEN! Permen yang mirip permen Sugus itu tinggal satu-satunya di tas aku. Sebenernya buat ngilangin ngantuk. Tapi karena terpaksa, aku pake permen itu sebagai pengganti lem. Dan, VOILA! Hak sepatu aku pun kembali nempel pada tempatnya.

Tapi ternyata hal itu nggak berlangsung lama. Namanya juga permen biasa. Kelengketannya nggak kuat rupanya. Hak sepatuku kembali copot. Hopeless, aku telepon ibuku deh. Aku minta solusi gitu. Eh, tanpa diduga, ibu malah ngotot banget nyamperin aku ke perusahaan itu sambil bawain sepatu baru. Padahal aku nggak minta, coz aku tau perusahaan itu jauh dari rumah. Perjalanannya aja lebih dari setengah jam mungkin. Oh, Mom! Terharu aku..

Ketika ibu aku dateng, aku diminta ke Security Post 1, coz ibuku nunggu disana. OMG! Security Post 1 kan letaknya dideket jalan raya. Karena aku bingung tentang siapa yang bisa aku minta tolong anterin, aku mutusin buat jalan kaki sendirian kesana. Aku pinjem sendal jepit salah satu karyawan. Itupun ukurannya kegedean. Bodo amat lah. Ibuku udah nyamperin aku jauh-jauh dari rumah demi ngeganti sepatuku yang haknya copot itu dengan sepatu baru, masa iya mau aku cuekin? Akhirnya aku pun terselamatkan, nggak harus nyeret kaki lagi. Hahaha..

Oh ya, di hari yang sama, kami kedatengan anak PKL baru. Cowok. Hmm.. sebenernya nggak baru juga sih. Aku udah liat dia sejak hari pertama aku menginjakkan kaki di perusahaan itu, hanya aja dia pindah dari Technical Services Division ke Mechanical Department ini. Aku juga nggak banyak komunikasi sih sama cowok itu. Mungkin akunya juga yang terlalu cuek. Dia lebih sering ngobrol sama Adel. Itu juga nggak sering-sering banget sih. Adel ngaku kurang suka sama cowok itu, coz menurutnya cowok itu terlalu cerewet. Sedangkan aku sendiri ngerasa biasa aja sih, hanya aja dia ngingetin aku sama seseorang (bukan someone special lho ya!). Nggak tau kenapa aku ngerasa ada beberapa hal dalam diri cowok itu yang mirip sama dia. Cara ngomongnya, nada bicaranya, cara jalannya, bahasa tubuhnya.. mirip. Cuma fisiknya aja yang beda. Waktu aku magang di perusahaan rotan itu juga yang mirip sama seseorang itu, yaitu Factory Manager-nya. Well, lagi-lagi dia bukan mirip secara fisik, tapi cara ngomongnya, nada bicaranya, cara jalannya, bahasa tubuhnya, bahkan nada ketawanya.. mirip. Aku sempet curhat tentang cowok itu ke Riris. Eh, aku malah dikira terkesan sama cowok itu. Hadeeehh.. apa banget coba? Padahal aku ngerasanya biasa aja tuh. Bahkan aku rada geli juga sama tuh cowok. Coz tuh cowok kalo ngeluarin sesuatu dari dalem tasnya selalu berisik. BRAK BRUK BRAK BRUK!! Seolah-olah barang-barang yang dia keluarin itu sengaja dia banting-banting ke atas meja. Sering banget aku dibikin kaget sama dia karena keberisikannya itu. Ckckck..

By the way, klo dibandingin antara tempat magang aku yang dulu dengan yang sekarang, jujur aku lebih suka magang di tempat yang sekarang sih. Kenapa? Coz walaupun disitu rekan kerja yang sama-sama cewek cuma Adel doang, dan letak kantor yang jauh amat serta krisis sinyal, tapi aku ngerasa nyaman kerjanya. Di tempat magang yang dulu, aku selalu ngerasa kayak diawasin. Apalagi managernya itu lho, rada killer.. trus sering ngasih tugas ngitung. Aku kan paling nggak suka kalo harus ngadepin itungan. Tapi ditempat ini, aku bisa kerja dengan tenang tanpa ngerasa diawasin. Nyaman aja gitu. Nggak ada tugas itungan pula. Haha..

Oh ya, Kak Oman juga masih PKL disini rupanya. Dia itu kakak seniorku sekaligus salah satu pembimbing di klub SICE dulu. Aku sempet nyapa dia beberapa hari yang lalu, tapi aku nggak sempet nanya di departemen mana dia magang.

***

Dan hari ini, aku mendapat sebuah kabar yang aku sendiri nggak tau apakah lebih pantes disebut good news atau bad news buatku. Aku ditunjuk Mr Rudi buat ngikutin Speech Competition di LP3I Jakarta!

Jadi ceritanya, sore tadi sebelum dimulainya kuis mata kuliah Export Import, aku nemenin Desy ke ruang pendidikan buat minta kertas folio. Pas aku keluar dari kelas, tiba-tiba Mr Rudi manggil,
"Hey, Putri, Putri!" spontan aku nengok. "Kamu Putri kan?" tanyanya. Well, rada nyesek juga sih pas beliau nanya gitu. Gimana bisa beliau kurang ngenalin aku setelah beberapa waktu yang lalu beliau terlibat dalam penyeleksian kandidat mahasiswa-mahasiswi peserta LP3I Sit in Malaysia dimana aku adalah salah satu pesertanya? Yah, tapi aku sadar juga sih kalo ini salah aku, kurang gaul, dan kurang terkenal.. (=__=')
"Ya, Pak," jawabku. Aku pun dipanggil ke ruangannya, dan disanalah beliau memaparkan maksudnya.

Awalnya sih beliau nanya-nanya gitu.. apakah aku udah magang atau kerja belum, mulai magang kapan, pulang jam berapa, hari liburnya kapan, di tempat magang sibuk atau nggak.. macem-macem deh. Tapi selama beliau nanya-nanya gitu, aku udah bisa ngira-ngira sih bahwa kalo udah disuruh menghadap beliau, pasti masalah yang dibahas nggak jauh-jauh dari bahasa Inggris. Aku pun nanya, "Kalo boleh tau ada apa ya, Pak?"
Baru deh beliau jawab, "Begini, saya bermaksud mendaftarkan kamu untuk mengikuti Speech Competition."

JGEEEERR!!
Bagai denger petir di siang yang terik, aku kaget.. tapi nggak sampe jantungan. "Dimana, Pak?" tanyaku. "Di Jakarta," jawab Mr Rudi.
JGEEERR!! Petir kedua bunyi.
My Gee! Ngikutin Speech Competition di kota sendiri aja rasanya gimanaaaa gitu, apalagi di pusat, melawan anak-anak LP3I dari kota-kota lainnya. Bawa nama kota gitu lho!
"Berdasarkan pertimbangan saya setelah kamu mengikuti seleksi kandidat LP3I Sit in Malaysia itu, saya melihat kamu punya skill komunikasi berbahasa Inggris yang cukup baik dibanding yang lain. Makanya untuk Speech Competition ini, saya menunjuk kamu".
What? Begitukah? Padahal aku sendiri ngerasa gagap.

"Lombanya tanggal 18 Maret, tapi kalo kamu sibuk magang gitu, saya bingung.." kata Mr Rudi. Matanya menatap lantai seolah memikirkan sesuatu. Entah dapet dorongan kekuatan darimana, aku bilang gini, "Saya bisa minta ijin nggak masuk magang kok, Pak". Aissshh! Itu kan berarti aku bersedia mengajukan diri buat ikut kompetisi itu, padahal hati aku sendiri bimbang luar biasa.
"Hmm.. kalo begitu nanti saya mintakan surat ijin ke Pak Andi untuk dikirimkan ke tempat magang kamu, dan blablablablabla.." beliau menjelaskan. Beliau juga minta no HP aku dan berjanji bakal ngasih tau tema apa yang harus aku bahas di pidatoku nanti.
"Jadi gimana? Siap ya? Harus siap dong.." katanya.
"Insya Allah, Pak," jawabku.
Kemudian kami mengakhiri pertemuan singkat kami.

***

Aku memasuki kelas dengan perasaan berkecamuk. Ngikutin Speech Competition? Could I?
Ingatan tentang pengalaman buruk ngikutin English Debat Competition empat tahun yang lalu pun kembali mengusik pikiran. That was one of the worst moments I've ever had! Aku gagal bawa nama sekolah. Aku trauma, takut kejadian yang sama keulang lagi. Untungnya aku dapet dukungan dari temen-temen. Yah, sedikit tenang lah. Sedikit.

Well, sekarang waktunya aku buat mempersiapkan diri. Yak! Aku harus bisa! Bismillah..


Wish me luck ya.. :D
Senin, 03 Maret 2014 5 komentar

Sinopsis Film Remaja Jepang Romantis : I GIVE MY FIRST LOVE TO YOU

Kali ini aku mau nge-share sinopsis dari salah satu film remaja Jepang yang berjudul I Give My First Love to You (Boku no Hatsukoi o Kimi ni Sasagu). Film ini diadaptasi dari manga alias komik yang berjudul sama yang ditulis oleh Kotomi Aoki. Well, sebenernya ini film lama sih, sekitar tahun 2009. Hahaha.. telat banget ya aku nge-share-nya, coz aku baru nonton film ini dua hari yang lalu.

Tapi buat yang belum nonton, film ini recommended banget buat kamu, apalagi yang suka film-film romantis dan mengharukan gitu deh..

***

Film ini menceritakan tentang seorang cowok bernama Takuma yang memiliki penyakit jantung sejak ia masih kecil. Ia memiliki seorang sahabat bernama Mayu yang merupakan putri dari Mr Taneda, dokter yang merawatnya. Mereka bersahabat sejak usia mereka sama-sama 8 tahun.

Suatu hari saat Takuma dan Mayu kecil sedang main bareng, mereka melihat kembang api di langit. Mereka takjub. Takuma berlari ke ruang dokter buat memberi tahu kedua orangtuanya. Didepan ruang dokter itulah ia mendengar percakapan Mr Taneda dengan kedua orang tuanya. Mr Taneda mengatakan bahwa usia Takuma nggak akan melebihi usia 20 tahun karena kondisi kesehatannya. Mendengar hal itu, tentu aja Takuma sedih. Tanpa diduga, ternyata Mayu pun mendengar hal itu. Dia pun nangis (mataku ikut basah di scene ini. hiks..)

Ternyata, Takuma dan Mayu kecil telah menyukai satu sama lain. Ketika mereka bermain bersama di taman, mereka saling mengikat janji bahwa mereka akan terus bersama dan menikah pada saat mereka dewasa nanti.

Beberapa tahun kemudian, Takuma (diperankan oleh Masaki Okada) dan Mayu (diperankan oleh Mao Inoue) benar-benar menjadi sepasang kekasih. Mereka bersekolah di SMP yang sama dan kelas yang sama pula. Duduknya juga sebelahan gitu deh. Hanya aja di sekolah itu Takuma dikenal sebagai siswa yang cerdas, berbeda dengan Mayu yang malas dan selalu bergantung sama dia. Tapi Mayu pintar dalam bidang olahraga, berbeda dengan Takuma yang hanya bisa menonton temen-temennya main.. coz dia nggak boleh terlalu capek karena melakukan hal-hal berat.

Suatu hari setelah jam olahraga, tiga orang cowok iseng menyiram Mayu sampe basah kuyup. Dan karena kaos olahraga yang dikenakan Mayu berwarna putih, kaos itu menjadi agak transparan sehingga memperlihatkan warna bra yang dikenakannya. Cowok-cowok itu pun mengejeknya, sementara Mayu yang malu berusaha menutupi dadanya. Takuma yang melihat kejadian itu pun menghampirinya. Ia menutupi tubuh Mayu dengan jas almamaternya, kemudian menghajar cowok-cowok iseng itu. Namun Mayu melerainya, kemudian membawa Takuma ke ruang kesehatan untuk beristirahat.

Takuma menyadari bahwa beberapa tahun lagi dia bakal meninggal sehingga menyebabkan Mayu sedih. Oleh karena itu, sebelum ia membuat Mayu sedih lebih dalam lagi, ia berniat meninggalkan Mayu terlebih dahulu dengan memilih melanjutkan sekolah ke SMA yang letaknya jauh ketika lulus nanti, yaitu SMA Shido, sebuah sekolah unggulan di Jepang dimana seluruh siswanya adalah siswa-siswi yang cerdas. Takuma yakin bahwa Mayu nggak akan mampu mengikutinya bersekolah di SMA itu karena kemampuan akademik Mayu yang kurang. Dengan begitu, Takuma bisa terlepas dari Mayu.

Di hari pertama sekolah di SMA, pada acara perkenalan, pembawa acara mempersilahkan perwakilan dari siswa baru untuk memberikan sambutan.. dan nama dari perwakilan siswa baru itu adalah Mayu Taneda. Takuma shock ketika mengetahui bahwa ternyata Mayu mendaftar masuk ke sekolah itu juga. Bagaimana bisa siswi dengan kemampuan akademik seperti dia mampu masuk ke sekolah unggulan itu?

Mayu naik ke podium. Disana matanya mencari Takuma. Ketika ia melihat Takuma, ia mencerca Takuma habis-habisan didepan ratusan siswa baru dan guru. Ternyata Mayu tau bahwa Takuma mendaftar ke SMA Shido karena ingin menyingkirkan Mayu dari hidupnya. Oleh karena itu, Mayu belajar keras demi bisa ikut masuk ke sekolah unggulan itu, hingga akhirnya dia berhasil menjadi murid dengan nilai terbaik. Mayu terus mencerca Takuma hingga akhirnya beberapa orang guru menyeretnya turun dari podium. Dan akibat hal itu, seisi sekolah mengetahui hubungan mereka dan mereka berdua jadi terkenal di sekolah.

Di sekolah, Mayu ditaksir Kou (diperankan oleh Yoshihiko Hosoda), seorang cowok populer di sekolah itu. Kou seringkali merayu Mayu. Tapi Mayu nggak tertarik sama sekali dengan Kou, padahal banyak banget cewek yang naksir sama cowok itu. Mayu cuma setia sama Takuma. Oleh karena itu, Mayu selalu bersikap dingin pada Kou yang selalu berusaha ngedeketin dia.

Kou kecewa karena cintanya ditolak Mayu. Ia lantas meminta Takuma buat berbicara empat mata. Kou yang tau tentang penyakit Takuma meminta Takuma buat ninggalin Mayu. Ia berkata pada Takuma bahwa jika hubungan mereka berdua diteruskan, maka Mayu bakal sedih dan menderita setelah Takuma meninggal. Perkataan Kou itu membuat Takuma kepikiran.

Suatu hari disekolah, Takuma menantang Kou buat bertanding lari 100 meter. Takuma bertaruh bahwa jika ia kalah, maka Mayu akan menjadi milik Kou. Namun jika Kou yang kalah, maka Kou harus berjanji bahwa ia nggak akan ngedeketin Mayu lagi. Pertandingan pun dimulai, dan tanpa diduga Takuma menang!

Sejak saat itu, Kou bener-bener berhenti ngedeketin Mayu. Bahkan pada saat Takuma dan Mayu akan melompat dari pagar sekolah, Kou menegur mereka. Ia mengajak mereka berdua buat berteman. Ia juga mengatakan bahwa ia udah punya pacar di luar sekolah. Mereka bertiga melompat dari pagar sekolah. Takuma dan Mayu mengunjungi makam Teru, teman sependerita Takuma. Sedangkan Kou menemui ceweknya, namun tanpa diduga Kou kecelakaan sepulang dari rumah ceweknya sehingga menyebabkan dia koma.

Ternyataaaa.. walaupun Kou itu sedikit jahat karena pernah berusaha memisahkan hubungan Mayu dan Takuma, tapi sebenernya dia itu baik lho. Coz ternyata diem-diem dia nyimpen kartu donor jantung di sakunya. Dia memiliki niat mendonorkan jantungnya kepada siapapun yang ngebutuhin ketika dia meninggal nanti.

Di rumah sakit, Mr Taneda memberi tau Takuma dan kedua orangtuanya bahwa ada korban kecelakaan yang memiliki kartu donor jantung. Namun Mr Taneda merahasiakan siapa nama calon pendonor itu. Takuma menangis senang. Kedua ortunya dan Mayu juga senang. Namun ketika Takuma nggak sengaja mengetahui bahwa calon pendonor itu adalah Kou, Takuma menolak untuk transplantasi jantung. Apalagi dia tau bahwa Kou masih dalam keadaan koma dan belum meninggal. Dia nggak mau mengambil kehidupan temennya sendiri demi menyelamatkan dirinya sendiri. Apalagi ibu dan kakek Kou juga nggak setuju kalo jantung Kou didonorkan sebelum Kou meninggal.

Akhirnya Takuma pun pulang dari rumah sakit. Tapi malemnya, kondisinya mendadak kritis. Ia kembali dilarikan kerumah sakit. Dia nggak sadarkan diri. Mayu nangis ngeliat kondisi Takuma. Dia bahkan sampe bersimpuh dan memohon-mohon kepada ibu dan kakek Kou agar  mereka bersedia mendonorkan jantung Kou untuk Takuma. Tapi mereka berdua tetep nggak bersedia, , coz mereka percaya Kou bakal kembali sehat walau kondisinya sekarang sedang koma. Akhirnya mereka berdua cuma menghibur Mayu dan mengatakan bahwa keajaiban itu pasti ada.

Di koridor rumah sakit, Mayu nangis sendirian. Dan pas dia kembali ke ruang rawat Takuma, Mayu nggak menemukan Takuma di tempat tidurnya. Tiba-tiba Takuma keluar dari kamer mandi. Dia memakai jaketnya, kemudian mengajak Mayu pergi. Mayu mengikuti ajakan Takuma dengan heran. Gimana nggak heran? Orang tadinya kondisinya kritis, eh pas sadar udah langsung keliatan kayak orang sehat dan ngajak pergi jalan-jalan gitu. Mereka pergi ke taman hiburan dan menikmati permainan-permainan yang ekstrim, termasuk roller coaster.

Setelah main-main di taman hiburan, mereka pergi dan main-main di pantai, desak-desakan di bus (so sweet lho.. Takuma ngelindungin Mayu biar nggak kedesak-desak sama orang gitu..), dan duduk-duduk di bukit. Pokoknya seharian itu mereka nikmati berdua. Di bukit itu, Takuma ngeluarin sebuah amplop dari sakunya dan menyerahkannya pada Mayu.

Di rumah sakit, kondisi Takuma kembali memburuk, hingga akhirnya ia meninggal dunia. Mayu ngerasa terpukul. Dia keluar dari ruang rawat Takuma dan menyendiri. Dia membuka amplop yang Takuma kasih ke dia. Didalemnya ada sebuah kertas bergambar dua anak dan setangkai daun semanggi berdaun empat, serta tulisan yang berbunyi, untuk orang-orang yang kucintai.. berbahagialah, bahkan ketika aku sudah pergi.

Akhir cerita, Mayu mewujudkan mimpi yang dulu pernah ia dan Takuma ikrarkan. Menikah. Di dalem gereja, Mayu mengenakan pakaian pengantin sambil memeluk toples berisi abu Takuma, dan Mayu sama sekali nggak menyesal.

***

Huaaahh.. keren kan. Yaaahh.. kalo boleh dibilang sih drama Sky of Love (Koizora) masih lebih keren lagi ketimbang ini. Tapi mwnurutku film ini juga keren kok. Buat yang mau nonton filmnya, klik disini.

Total Tayangan Halaman

 
;