Haaahh..
akhirnya, walau membaca novel jadi pantangan keras bagi diri aku sendiri untuk
masa-masa menjelang pelaksanaan Sidang Tugas Akhir ini, tapi aku kelar juga
baca novel ini.. novel berjudul Bumi karya Tere Liye, hasil hunting buku bareng Mas Uki beberapa waktu
lalu. Kebetulan novel ini juga dibeli karena rekomendasi dia.
Dari
dua novel yang aku beli waktu itu—Bumi, karya Tere Liye dan Sunshine Becomes
You, karya Ilana Tan—justru aku lebih memilih buat baca Bumi lebih dulu.
Padahal selama ini novel Sunshine Becomes You-lah yang aku idam-idamkan.
Ketertarikan aku terhadap novel Sunshine Becomes You menguap sementara,
dikalahkan sama rasa penasaran aku terhadap novel Bumi. Gimana enggak? Sinopsis
di back cover-nya
misterius gitu :
“Namaku
Raib. Usiaku 15 tahun, kelas sepuluh. Aku anak perempuan seperti kalian,
adik-adik kalian, tetangga kalian. Aku punya dua kucing, namanya si Putih dan
si Hitam. Mama dan papaku menyenangkan. Guru-guru di sekolahku seru.
Teman-temanku baik dan kompak. Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu
hal. Sesuatu yang kusimpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan..
Namaku
Raib. Dan aku bisa menghilang.”
Sebelum
membuka segelnya, aku nggak pernah menyangka kalo novel ini berbau fantasi.
Bahkan dengan sok tahunya, aku menyangka kalo novel ini sedikit berkisah
tentang kehidupan aku. Pasalnya, di bab pertama, ada kalimat kayak gini :
“Di
kelas sepuluh sekolah baru ini, aku lebih suka menyendiri dan memperhatikan..
Aku duduk diam di keramaian di kantin, di depan kelas, dan di lapangan.
Sebenarnya sejak kecil aku terbilang anak pemalu. Tidak pemalu-pemalu sekali
memang, meskipun satu-dua kali jadi bahan tertawaan teman atau kerabat.
Normal-normal saja, tapi sungguh urusan pemalu inilah yang membuatku berbeda
dari remaja kebanyakan..”
Waktu
itu aku pikir.. Wah, ini kayak
aku nih. Menarik sekali.
Aku
pikir, ‘menghilang’ yang dimaksud di novel ini adalah ‘nggak terlihat’, seperti
aku saat berada di lingkungan sosial. Tapi ternyata, aku salah, Pemirsaaa..
Ternyata
kata ‘menghilang’ disini memang bermakna sebenarnya.
Ketika
membaca novel ini, aku serasa menyimak anime versi novel. Yah, mungkin karena
yang aku imajinasikan didalem kepala aku selama membaca novel ini adalah
visualisasi berbentuk anime. Mungkin juga karena novelnya yang berbau fantasi.
Walaupun
sempet kecewa karena isi ceritanya nggak seperti yang aku pikir sebelumnya,
tapi akhirnya rasa kecewa itu menguap juga, karenaaa.. ceritanya seru banget.
Didalem novel ini dikisahkan bahwa bumi memiliki beberapa lapisan. Orang-orang
biasa seperti kita berada di lapisan bumi terendah, sehingga kita disebut
Makhluk Tanah.
Tokoh
utama dalam kisah ini adalah seorang anak berumur lima belas tahun bernama Raib
yang sebenarnya berasal dari lapisan bumi yang setingkat lebih tinggi dari
lapisan bumi tempat kita tinggal, tapi nyasar ke lapisan bumi terendah ini,
sehingga meskipun dirinya terlihat sama seperti anak-anak pada umumnya, tapi
sebenernya dia punya kelebihan yang nggak orang lain punya dan nggak orang lain
tau. Pada awalnya kehidupan Raib berjalan aman-aman aja sampe kemudian muncul
orang asing yang ingin memanfaatkan kekuatan yang ia miliki dan mencoba
membawanya ke dunia lain untuk dijadikan pengikutnya. Untungnya Raib nggak
sendirian ngadepin masalah itu. Ada dua temannya—yang sama-sama luar biasa—dan
beberapa penduduk bumi yang berbaik hati membantunya.
Meskipun
didalem kisah ini Raib jadi tokoh utama, tapi aku justru kagum sama Ali, salah
satu temen Raib yang ikut terlibat dalam masalah. Bukan hanya karena si Ali
digambarkan punya sosok ganteng dan cute,
tapi karena si Ali mengagumkan dengan caranya sendiri, meskipun dia adalah
Makhluk Tanah yang berasal dari lapisan bumi terendah.
Asli,
setelah aku baca dua karya Tere Liye, aku jadi bener-bener jatuh cinta sama
penulis yang satu ini. Aku suka sama gaya tulisannya yang selalu bikin
penasaran. Dia sering banget menyisipkan kalimat misterius di akhir bab,
sehingga kalo kita berniat pengen berhenti di akhir suatu bab, kita pasti
dibuat penasaran sama bab selanjutnya sehingga mendorong kita untuk ngelanjutin
bacaan. Dan rasanya setiap kali baca tulisan dia, aku nggak ngerasa kayak baca
novel lokal, melainkan novel terjemahan. Keren lah pokoknya. Satu yang
disayangkan adalah ending-nya
yang terlalu maksa menurut aku. Aku kecewa disitunya aja sih..
Huaaahh..
aku berterima kasih banget sama Mas Uki yang udah merekomendasikan karya-karya
Tere Liye ke aku. Aku jadi pengen ngoleksi buku-bukunya yang lain. So, bulan Juli nanti, rasanya wajib buat
beli beberapa novel-novel tulisan Tere Liye lagi, termasuk novel Bulan yang
merupakan kelanjutan dari kisah didalem novel ini. Maaf, Bang CS.. Maaf, Bang
Radit.. Aku move on dari kalian :’)
Oke,
mungkin aku lebay pake minta maap segala. Toh, mereka berdua nggak akan
bangkrut hanya karena kehilangan satu pembaca doang. Lagipula, meskipun mungkin
aku berhenti membeli karya mereka, tapi buku tulisan mereka yang aku koleksi
akan selalu ada di perpustakaan kecil aku, dan aku masih jadi pengikut setia
mereka di sosmed. Apalagi Bang Radit, bagaimanapun, aku masih jadi pengagumnya
:)
0 komentar:
Posting Komentar