Senin, 18 Mei 2015

BUKU : Bumi, by Tere Liye

Haaahh.. akhirnya, walau membaca novel jadi pantangan keras bagi diri aku sendiri untuk masa-masa menjelang pelaksanaan Sidang Tugas Akhir ini, tapi aku kelar juga baca novel ini.. novel berjudul Bumi karya Tere Liye, hasil hunting buku bareng Mas Uki beberapa waktu lalu. Kebetulan novel ini juga dibeli karena rekomendasi dia.

Dari dua novel yang aku beli waktu itu—Bumi, karya Tere Liye dan Sunshine Becomes You, karya Ilana Tan—justru aku lebih memilih buat baca Bumi lebih dulu. Padahal selama ini novel Sunshine Becomes You-lah yang aku idam-idamkan. Ketertarikan aku terhadap novel Sunshine Becomes You menguap sementara, dikalahkan sama rasa penasaran aku terhadap novel Bumi. Gimana enggak? Sinopsis di back cover-nya misterius gitu :

“Namaku Raib. Usiaku 15 tahun, kelas sepuluh. Aku anak perempuan seperti kalian, adik-adik kalian, tetangga kalian. Aku punya dua kucing, namanya si Putih dan si Hitam. Mama dan papaku menyenangkan. Guru-guru di sekolahku seru. Teman-temanku baik dan kompak. Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal. Sesuatu yang kusimpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan..
Namaku Raib. Dan aku bisa menghilang.”

Sebelum membuka segelnya, aku nggak pernah menyangka kalo novel ini berbau fantasi. Bahkan dengan sok tahunya, aku menyangka kalo novel ini sedikit berkisah tentang kehidupan aku. Pasalnya, di bab pertama, ada kalimat kayak gini :

“Di kelas sepuluh sekolah baru ini, aku lebih suka menyendiri dan memperhatikan.. Aku duduk diam di keramaian di kantin, di depan kelas, dan di lapangan. Sebenarnya sejak kecil aku terbilang anak pemalu. Tidak pemalu-pemalu sekali memang, meskipun satu-dua kali jadi bahan tertawaan teman atau kerabat. Normal-normal saja, tapi sungguh urusan pemalu inilah yang membuatku berbeda dari remaja kebanyakan..”

Waktu itu aku pikir.. Wah, ini kayak aku nih. Menarik sekali.
Aku pikir, ‘menghilang’ yang dimaksud di novel ini adalah ‘nggak terlihat’, seperti aku saat berada di lingkungan sosial. Tapi ternyata, aku salah, Pemirsaaa..
Ternyata kata ‘menghilang’ disini memang bermakna sebenarnya.

Ketika membaca novel ini, aku serasa menyimak anime versi novel. Yah, mungkin karena yang aku imajinasikan didalem kepala aku selama membaca novel ini adalah visualisasi berbentuk anime. Mungkin juga karena novelnya yang berbau fantasi.

Walaupun sempet kecewa karena isi ceritanya nggak seperti yang aku pikir sebelumnya, tapi akhirnya rasa kecewa itu menguap juga, karenaaa.. ceritanya seru banget. Didalem novel ini dikisahkan bahwa bumi memiliki beberapa lapisan. Orang-orang biasa seperti kita berada di lapisan bumi terendah, sehingga kita disebut Makhluk Tanah.

Tokoh utama dalam kisah ini adalah seorang anak berumur lima belas tahun bernama Raib yang sebenarnya berasal dari lapisan bumi yang setingkat lebih tinggi dari lapisan bumi tempat kita tinggal, tapi nyasar ke lapisan bumi terendah ini, sehingga meskipun dirinya terlihat sama seperti anak-anak pada umumnya, tapi sebenernya dia punya kelebihan yang nggak orang lain punya dan nggak orang lain tau. Pada awalnya kehidupan Raib berjalan aman-aman aja sampe kemudian muncul orang asing yang ingin memanfaatkan kekuatan yang ia miliki dan mencoba membawanya ke dunia lain untuk dijadikan pengikutnya. Untungnya Raib nggak sendirian ngadepin masalah itu. Ada dua temannya—yang sama-sama luar biasa—dan beberapa penduduk bumi yang berbaik hati membantunya.

Meskipun didalem kisah ini Raib jadi tokoh utama, tapi aku justru kagum sama Ali, salah satu temen Raib yang ikut terlibat dalam masalah. Bukan hanya karena si Ali digambarkan punya sosok ganteng dan cute, tapi karena si Ali mengagumkan dengan caranya sendiri, meskipun dia adalah Makhluk Tanah yang berasal dari lapisan bumi terendah.

Asli, setelah aku baca dua karya Tere Liye, aku jadi bener-bener jatuh cinta sama penulis yang satu ini. Aku suka sama gaya tulisannya yang selalu bikin penasaran. Dia sering banget menyisipkan kalimat misterius di akhir bab, sehingga kalo kita berniat pengen berhenti di akhir suatu bab, kita pasti dibuat penasaran sama bab selanjutnya sehingga mendorong kita untuk ngelanjutin bacaan. Dan rasanya setiap kali baca tulisan dia, aku nggak ngerasa kayak baca novel lokal, melainkan novel terjemahan. Keren lah pokoknya. Satu yang disayangkan adalah ending-nya yang terlalu maksa menurut aku. Aku kecewa disitunya aja sih..

Huaaahh.. aku berterima kasih banget sama Mas Uki yang udah merekomendasikan karya-karya Tere Liye ke aku. Aku jadi pengen ngoleksi buku-bukunya yang lain. So, bulan Juli nanti, rasanya wajib buat beli beberapa novel-novel tulisan Tere Liye lagi, termasuk novel Bulan yang merupakan kelanjutan dari kisah didalem novel ini. Maaf, Bang CS.. Maaf, Bang Radit.. Aku move on dari kalian :’)


Oke, mungkin aku lebay pake minta maap segala. Toh, mereka berdua nggak akan bangkrut hanya karena kehilangan satu pembaca doang. Lagipula, meskipun mungkin aku berhenti membeli karya mereka, tapi buku tulisan mereka yang aku koleksi akan selalu ada di perpustakaan kecil aku, dan aku masih jadi pengikut setia mereka di sosmed. Apalagi Bang Radit, bagaimanapun, aku masih jadi pengagumnya :)


0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;