Selasa, 19 Mei 2015

Monday Outing

Ini pertama kalinya aku ngerasain rasanya bertualang lagi setelah selama beberapa tahun lamanya aku nggak ngerasain rasanya cape-capean di alam bebas. Terakhir kali aku bertualang itu sekitar bulan Agustus tiga tahun yang lalu. Waktu itu aku baru aja terdaftar sebagai mahasiswa, dan tengah menjalani PSPL. Yaah.. mirip-mirip Masa Orientasi Siswa gitu deh. Seperti peserta MOS pada umumnya, saat itu aku dan temen-temen disuruh berpenampilan kayak orang bego dan ‘disiksa’ sama para senior. Hanya aja waktu itu MOS-nya dilaksanain di alam terbuka, kayak kemping Pramuka, tidur di tenda, outbond, kotor-kotoran..

Nah, hari ini aku ngerasain lagi pengalaman itu. Bedanya, waktu itu acaranya adalah PSPL kampus, kalo sekarang acaranya adalah Day Out atau outing, yang diselenggarakan oleh perusahaan tempat aku bekerja. Oleh karena itu, semua karyawan wajib ikut—kecuali karyawan yang sakit, hamil, ataupun berhalangan hadir karena suatu alasan kuat. Karena banyaknya jumlah karyawan, maka pesertanya dibagi kedalam dua batch. Makanya acara ini dilaksanakan dua hari, yakni tanggal 19 dan tanggal 20. Tanggal 19 untuk batch pertama, dan tanggal 20 untuk batch kedua. Masing-masing batch itu juga dibagi menjadi sepuluh kelompok. Aku kebagian masuk kelompok sepuluh di batch pertama.

Awalnya aku ragu buat ikut, coz hari itu aku pengen bimbingan Tugas Akhir. Ditambah lagi, aku kurang antusias karena pembagian kelompok tadi. Nggak ada yang kenal gitu lhooo.. Yah, palingan cuma satu dua orang. Tapi berhubung seluruh karyawan—yang nggak berhalangan hadir karena suatu alasan kuat—wajib ikut, jadi ya aku ikut lah. Gapapa deh. Lagian ini pertama kalinya perusahaan tempat aku kerja ngadain acara kayak gitu.

So, Minggu malam itu, aku prepare. Coz berhubung di hari keberangkatan karyawan nggak diperkenankan pulang setelah kerja, jadi Senin paginya aku bawa serta barang-barang keperluan outing itu ke tempat kerja aku. Lumayan, repot juga. Gimana enggak? Aku bawa dua tas. Satu tas ransel gede—punya adik aku—yang isinya pakean, selimut, peralatan mandi, make up (krim muka, face wash, bedak, lipgloss), sepatu, dan sendal. Sedangkan yang satunya adalah tas kecil yang biasa aku pake, isinya roti dan snacks. Untungnya adik aku mau nganter aku ke kantor. Anyway, aku nggak bareng Buyung karena dia nggak bawa motor.

Sebelumnya kami nggak dikasih tau tentang apa yang bakal kami lakuin disana. Pihak perusahaan cuman ngasih informasi tentang perlengkapan apa aja yang harus kami bawa. Dan denger-denger dari Mbak Ayu, kami bakal ngabisin waktu di daerah Balong Dalem - Kuningan. Nah, dari perlengkapan dan lokasi tempat itu lah, aku bisa menebak kalo kami disana bakal berkemah. Denger-denger dari Pak Zuhri juga, katanya disana kami bakal outbond.

Setelah jam kerja selesai, aku nunggu berjam-jam di kantor. Sendirian pula di ruangan.  Sebenernya ada Pak General Manager Properti sih, tapi beliau ada di ruangannya sendiri. Aku juga tadinya nunggu bareng Mas Kholik, hanya aja dia ke luar kantor buat makan. Sementara temen-temen yang lain pulang, coz rumah mereka kebanyakan nggak begitu jauh dari tempat kerja.

Sekitar jam setengah delapan, aku dan rekan-rekan kumpul di halaman. Lucunya, awalnya kami pikir kami bakal pergi naik bus atau elf, tapi ternyata.. kami naik angkot! WTF? Mbak Lina sampe ngakak ketika tau hal itu.

Sembilan angkot disewa malem itu. Masing-masing angkot diberi nomor dan berjejer sesuai dengan nomor kelompok. Lho, trus angkot kelompok sepuluh mana?
Ternyata, kelompok sepuluh yang paling spesial. Hari itu kami nggak naik angkot, melainkan naik elf silver milik perusahaan. Aku duduk di samping pintu masuk. Huaaahh.. PeWe banget. Tapi kasian juga Mas Arif. Dia musti setengah berdiri didalem mobil karena keterbatasan tempat duduk. Well, sebenernya harusnya mobil itu muat untuk setiap anggota kelompok kami. Sayangnya, kursi di bagian paling belakang mobil nggak ada. Sementara kursi yang ada didepan aku didudukin sama Mbak May yang sebenernya adalah anggota kelompok empat. Dia kabur dari kelompoknya gitu deh. Nggak pada kenal, katanya.

Sekitar jam delapan lebih, kami berangkat. Kerennya, sepanjang jalan mobil-mobil kami dikawal polisi lho.. Aneh nggak sih? Angkot-angkot dikawal polisi :v

Sekitar jam sembilan malem, kami tiba di lokasi Outing. Surprise!
Ternyata kami bukan berkemah atau bermalam didalem tenda, melainkan menginap di cottage!
Cottage-cottage itu udah diberi nomor sesuai kelompok.

Cottage kelompok sepuluh—kelompok aku—terletak paling pojok. Nggak terlalu besar. Cuma berupa kamar berukuran 3 x 4 (termasuk kamar mandi didalem ruangan berukuran 2 x 1). Cottage-cottage disana berdesain tradisional, tapi interiornya modern. Beberapa bagian dindingnya terbuat dari anyaman bambu kayak rumah-rumah tradisional pada umumnya, tapi alasnya udah pake keramik. Di samping pintu masuk ada sebuah meja dengan tempat alas kaki. Ruangan itu memiliki dua kasur. Satu kasur dengan ranjang, dan satu lainnya tanpa ranjang. Masing-masing kasur cukup lah buat tiga orang. Didalem cottage kami juga ada sebuah lemari, sebuah meja, dan dua buah kursi. Kamar mandinya juga lumayan nyaman. Didalemnya ada kran, ember air, shower, jet wasser, dan kloset duduk otomatis.

Kami nggak bisa lama-lama nyante di cottage itu. Kami cuma dikasih kesempatan buat naro barang-barang bawaan, kemudian kami disuruh berkumpul di lapangan buat menikmati api unggun dan dengerin pengarahan dari para crew.

Lapangan ternyata udah rame sama rekan-rekan semuanya. Ada yang udah duduk-duduk, ada yang gitaran, ada yang foto-foto, dan ada yang ngambil welcome drink didepan reservation room. Aku sendiri bergabung bareng Leny dan rekan-rekan Properti yang lain. Acara diawali dengan nyanyi bareng dan joget bareng, sambil sesekali nyuri waktu buat selfie bareng. Setelah itu, kami dengerin informasi mengenai susunan acara buat besok dan renungan yang disampein oleh para crew. Cuma renungannya kurang greget karena kata-kata dari crew kurang touching, dan aku sempet BT duluan sama acaranya karena pas bagian acara ‘Peluk Sahabat’, nggak ada yang bisa aku peluk dan balik meluk aku.

Oke gapapa kalo nggak ada yang bisa aku peluk dan meluk aku. Bahkan aku juga bisa maklumin ketika temen-temen satu kelompok aku meminta aku buat jadi fotografer dadakan pas awal masuk cottage tadi. Gimana nggak maklum? Jadi fotografer itu kan profesi sampingan—sukarela—aku. Tapi yang bikin aku makin BT adalah, ketika masuk cottage buat beristirahat sambil mendiskusikan yel-yel kelompok, aku kurang nge-klop sama temen-temen satu kelompok aku. Gimana enggak? Mereka semua dari Divisi Batik, sementara aku dari Divisi Properti. You know.. aku bukan tipe orang yang gampang nyatu sama orang baru.

Sekitar jam sebelas malem, kami tidur. Aku tidur di atas ranjang, diapit sama dua rekan satu kelompok aku setelah sebelumnya aku sempet makan malem dulu. Aku nggak inget kapan terakhir kali aku makan larut malem. Sebenernya aku males banget makan. Hanya aja sayang kalo nasinya dibuang.

Sekitar jam setengah lima pagi, aku bangun dan nyuci muka. Beberapa orang turun ke lapangan buat sholat Subuh berjamaah. Kemudian sekitar jam lima, semua peserta Outing berkumpul di lapangan buat dengerin sepatah dua patah kata dari Pak Direktur. Setelah dengerin sepatah dua patah kata dari Pak Direktur, kami kembali ke cottage dan berganti pakaian training untuk kemudian kembali berkumpul di lapangan buat senam aerobik.

Senam aerobik dipimpin oleh seorang instruktur senam bertubuh atletis. Keliatannya udah berumur sih (yaahh.. mungkin udah thirty-something or maybe fourthy lah), tapi postur tubuhnya yang tegap dan good-looking membuat daya tariknya masih terlihat.

Setelah senam, kami mandi dan diminta berganti pakaian dengan kaos warna hitam sebagai syarat untuk mengikuti acara outbond. Sebelum outbond dimulai, kami sarapan dulu. Menu sarapan pagi tadi adalah nasi uduk dengan irisan telur dadar, bihun, sambel goreng telur puyuh, dan kerupuk. Aku dan rekan-rekan satu kelompok makan bareng didepan cottage kami.

Sekitar jam sembilan pagi, kami berkumpul di lapangan buat ngikutin outbond. Pertama-tama, kami disuruh berbaris dengan masing-masing kelompok. Kelompok aku sebenernya terdiri dari tujuh orang cewek, dan tujuh orang cowok. Hanya aja Mbak Yanti nggak ikut gara-gara sakit. Dia sempet pingsan pas senam aerobik tadi. Akhirnya kelompok kami cuma outbond ber-tigabelas.

Sebelumnya aku udah mengira sih kalo outbond yang kami ikutin itu bakal mirip-mirip kayak jaman pelatihan Pramuka pas masa SMP aku dulu : hiking, ‘di-bully’ senior, dikasih pertanyaan, kalo salah jawab di hukum dan dicoreng-coreng mukanya..
Bedanya mungkin kali ini nggak ada kekerasan dan tekanan, karena tujuan kami kesini buat have fun. Selain itu mungkin bakal ada flying fox atau meniti tali. Gitu pikir aku.

Balik lagi ke acara kami. Setelah semua peserta kumpul, masing-masing ketua kelompok diminta maju untuk mengambil kertas undian yang berisi nama kelompok yang semuanya berbau batu-batuan. Aku sempet ngetawain kelompok Buyung, kelompok Pak Aris, dan kelompok Pak Jalil yang masing-masing dapet kertas undian berisi nama Batu Ginjal, Kencing Batu, dan Batu Nisan. Kelompok aku sendiri dipimpin oleh Mbak Nita—adik kandung Mbak Ati—yang waktu itu ngambil kertas undian bertuliskan Kepala Batu. Jadilah nama kelompok kami, Kelompok Kepala Batu.

Setelah nama kelompok ditentukan, salah satu crew meminta para ketua kelompok untuk mencoreng muka masing-masing anggota kelompoknya dengan cat. Masing-masing kelompok harus punya coretan yang berbeda dengan kelompok lain. Kelompok kami mendapat cat warna hitam. Mbak Nita membuat angka satu di hidung, serta tanda bulat di dua pipi dan jidat sebagai simbol angka sepuluh—nomor kelompok kami. Well, sebenernya aku lebih suka kalo coretan yang kami buat berbentuk tapak kaki kucing, tapi sayangnya coretan kayak gitu udah dipake sama kelompok lain.

Kemudian kami pun berlatih buat menyerukan yel-yel kelompok. Oh ya, yel-yel kelompok kami super-simple banget. Kami pake lagunya Iis Dahlia yang ‘Apalah Apalah’ itu. Sebenernya aku kurang sreg sih sama yel-yel itu, coz selain aku nggak tau lagu aslinya kayak gimana, nadanya juga kurang pas, dan kata-katanya terlalu simple—kesannya kurang kreatif gimana gitu. Aku ngerasa malu sendiri kalo ngedenger yel-yel dari kelompok lain. Tapi aku nggak bisa nolak, coz waktu kami emang terbatas buat nyiptain yel-yel yang lebih greget. Lagipula anggota kelompok cowok yang aku pikir bakal memprotes ternyata justru terima-terima aja dan nggak ambil pusing soal yel-yel yang terlalu sederhana itu.

Oh ya.. selain harus menyerukan yel-yel, kami juga diwajibkan buat menghafal lagu mars perusahaan kami dan menyanyikannya didepan crew. Sooo.. dengan berbekal waktu yang terbatas dan selembar kertas berisi lirik dari mars tersebut, kami bareng-bareng menghafal lagu mars perusahaan. Dan ketika itulah aku mulai ngerasa nyaman sama kelompok aku. Kebersamaannya mulai kerasa di moment itu. Anyway kami bersyukur karena dianugerahi urutan nomor sepuluh, kelompok paling akhir, sehingga waktu kami buat menghafal mars lebih banyak dibanding kelompok lain ^^v

Akhirnya, tibalah kelompok kami buat maju. Kami menghampiri First Post yang dijaga sama Kak Ifan. Di pos itu, kami harus menyerukan yel-yel kami dan menyanyikan mars perusahaan yang kami hafalin tadi. Habis itu, kami disuruh jalan sampe ke Second Post pake dua pasang sandal bakiak panjang yang satu pasangnya bisa dipake buat delapan pasang kaki. Dan selama berjalan pake sandal itu, kami dilarang pake aba-aba dan komando. Sebagai gantinya, kami harus menyerukan yel-yel sambil jalan. Haisshh.. Kebayang kan susahnya kayak apa? Alhasil, kami berjalan dengan susah payah, dan yel-yel yang kami serukan cuman ‘apalah-apalah’ nya doang karena otak tiba-tiba blank dan cuman kata itu aja yang kami inget. Wakakak..

Second Post dijaga sama Pak Yuyan dan rekannya yang sesama tentara (atau apalah, aku kurang tau. intinya beliau-beliau ini pake seragam militer warna ijo item gitu). Untuk sampe ke pos yang dijaga mereka, kami harus mendaki undak-undakan seperti tangga dengan berjalan bebek. Tau kan jalan bebek kayak apa? Jalan sambil jongkok gitu. Dan kalo ada yang berdiri sebelum nyampe, harus diulang dari bawah. Huaahh..

Di pos itu kami cuman dikasih sedikit arahan doang. Dan karena Pak Yuyan sebenernya nggak sesangar tampilan luarnya, kami nanggepin beliau dengan santai.

Habis itu, kami ke Third Post yang dijaga sama Bu Eni. Disitu, salah satu dari kelompok kami harus jawab pertanyaan, kemudian ngambil sebuah bendera, habis itu ngebawa bendera itu sambil manjat tangga majemuk (biasa ada di sekolah-sekolah TK).

Setelah dari Third Post, kami melanjutkan perjalanan. Inilah bagian yang tersulit. Hiking! Mendaki bukit. Persis seperti apa yang aku kira sebelumnya. Dan treknya pun.. persis banget sama trek yang pernah aku laluin pas jaman pelatihan Pramuka jaman SMP dulu. Deeeyymm.. I still remember that!

Hanya aja aku nggak inget secapek apa yang aku alamin dulu ketika melalui trek mendaki itu. Yang aku rasain adalah hari ini.. capek gilaaa..!! Awalnya aku semangat banget buat hiking. Apalagi ketika ngeliat pemandangan bukit didepan mata selepas dari Third Post. Kami disambut sama daun-daun kering yang berguguran dari atas pohon. Indah banget. Aku nyesel ninggalin hape aku di cottage. Padahal aku pengen banget mengabadikan moment itu. Tapi setelah beberapa langkah.. Damn! Belom setengah perjalanan aja rasanya kaki aku udah susah diangkat, dan baju aku mulai basah oleh keringat. Belum lagi jantung dan paru-paru aku yang aku rasa bekerja lebih keras saat itu. Aku juga bisa ngedenger deru napas di depan dan belakang aku. Tampaknya temen-temen aku pun ngerasain hal yang sama. Aku bersyukur udara di Kuningan nggak sepanas di Cirebon. Dan seenggaknya ada dua anggota kelompok kami yang cukup menghibur selama di perjalanan.

Adalah Mas Ande dan Mas Ugi. Sebenernya dari awal Mas Ande emang udah jadi bahan ketawaan kelompok kami. Banyak yang bilang sih si Tukang Parkir ini otaknya agak miring or something gitu deh. I dunno.. Dia bahkan nggak protes ketika Mas Ugi bikin tanda bulatan besar di pipi dan jidatnya, sehingga bulatan-bulatan itu menyerupai tompel besar. Dan ketika mendaki, merekalah yang mulutnya paling nggak bisa diem. Ketika anggota lain pada ngos-ngosan, mereka justru nggak berhenti-berhenti neriakin yel-yel. Hanya aja Mas Ugi neriakin yel-yel dengan jelas, sementara Mas Ande ngikutin dengan lafal aneh diikuti ketawa riang. Misalnya Mas Ugi teriak, “Kelompok Sepuluh.. Apalah! Apalah!” maka Mas Ande bakal ikut berseru dengan, “Rompok Sepuluh.. Apalah! Apalah! Hehe.. hehe..”

Atau ketika Mas Ugi teriak, “Grup Sepuluh.. Woyo! Woyo!”, Mas Ande bakal berseru, “Hurup Sepuluh.. Apalah! Apalah! Hehehe.. Hehe..” Gitu aja terus. Kami ngakak aja dengernya. Tapi lama-lama berisik juga sih.

Ternyata kami adalah kelompok yang tergolong cepet lho. Coz Kelompok Sembilan yang tadinya jauh didepan kami sampe kesusul aja gitu. Bahkan katanya ada kelompok lain yang nyasar. Entahlah kenapa bisa gitu, padahal masing-masing kelompok udah bawa peta trek.

Akhirnya kami sampe deh di Toward Post. Pos yang satu ini dijaga sama Pak Gun, sang General Manager Batik. Disitu, kami diminta milih salah satu amplop yang beliau punya. Didalem amplop itu ada lima pertanyaan yang tentu aja harus kami jawab. Pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab dengan hati-hati. Pasalnya jawaban yang bakal didengar adalah jawaban yang paling pertama dilontarkan oleh peserta. Karena itulah, kami menyuruh Mas Ande buat nutup mulut. Wakakak.. kejem yak :v

Dari lima pertanyaan yang dilontarkan, empat pertanyaan yang berhasil kami jawab. Termasuk pertanyaan yang nggak bisa kelompok lain jawab dengan bener : Berapa umur Pak Miftah?
Pertanyaan teraneh yang pernah ada, karena emang tujuannya ngeledek si empunya nama. Dan pertanyaan ini cuma kelompok kami doang yang berhasil jawab. Jelas lah, karena Pak Miftah ada di kelompok kami. Haha..

Akhirnya setelah menuruni bukit dengan tali, melewati jembatan bambu, mendaki gunung, dan melewati lembah (oke, yang dua terakhir itu jangan dianggep serius, karena cuma dilakuin sama Ninja Hatori), akhirnya kami sampe di tempat kami semula! Horeee..

Sayangnya, ternyata nggak ada acara naik flying fox seperti yang aku harapkan. Huaahh..
Sedikit kecewa sih. Tapi ya sudahlah, toh kami udah cukup capek dengan kegiatan hiking ini. Tapiii.. ternyata tantangan kami nggak sampe disitu aja. Kami harus menyusun puzzle. Tapi sebelum itu, kami harus berenang dan menyelam kedalem kolam renang, coz potongan puzzle terakhir ada didalem situ. Aku dan beberapa anggota kelompok nggak ikut masuk kedalem air. Well, sebenernya aku pengen banget ikut basah-basahan. Hanya aja aku lupa bawa daleman kerudung. Kalo aku masuk ke air, otomatis daleman kerudung yang aku pake itu basah dan aku nggak punya gantinya.

Setelah nemuin semua potongan puzzle, kami kembali ke lapangan dan berkumpul didepan balong. Tantangan selanjutnya adalah menaruh puzzle yang udah disusun di tengah balong. Soo.. beberapa anggota diantara kami harus berenang. Dari kelompok kami, cuman tiga orang yang masuk ke balong dengan kedalaman sepuluh meter itu, termasuk Mas Arif—Marketing.

Nggak cuma sampe disitu aja. Ada beberapa game yang menunggu setelah itu. Ada game Tarik Tambang Cinta, Indonesia Pintar (kalo suka nonton Eat Bulaga pasti tau deh), dan ada Sedotan Karet. Kelompok aku kebagian game Tarik Tambang Cinta. Di game ini, para crew memberi sebuah balon kepada masing-masing peserta. Balon itu harus diapit diantara punggung dan dada peserta (kalo sampe ketauan balon itu dipegang atau dijepit di ketiak, dianggep pelanggaran), sementara dua tangan kami menarik tambang. Didalem permainan ini, bukan Si Kuat yang menang, tapi mereka yang bisa ngejaga balon itu biar nggak jatoh ataupun meletus disela-sela adegan tarik menarik. Ketika main game ini, kami sempet menang di duel pertama. Tapi ketika diadu lagi, kami kalah. Sayang banget.

Yang seru itu pas liat game Indonesia Pintar. Kelompok yang dipimpin Buyung adalah salah satu kelompok yang mainin game ini. Kebetulan, si Buyung juga yang jadi salah satu pesertanya. Dia jadi bagian penjawab, sementara rekan dia yang lain mengarahkan dia dengan jawaban ‘ya’, ‘tidak’, dan ‘bisa jadi’. Yang bikin seru itu taruhannya : Kalo peserta berhasil jawab, maka salah satu crew bakal disiram air. Sementara kalo peserta gagal menjawab ataupun bilang ‘pass’ sampe lebih dari tiga kali, maka salah satu dari anggota kelompok tersebut yang harus jadi korban basah-basahan. Lucu aja gitu ngeliat para crew (yang sebagian besar terdiri dari para staff HRD, Supervisor, dan Manager) dan rekan-rekan yang jadi korban siram. Gimana enggak? Kapan lagi bisa ngeliat para atasan dikerjain? Iya kan? :p

Akhirnya, tibalah saatnya pengumuman undian sekaligus pembagian hadiah. Kak Ifan memegang akuarium kaca bulat yang didalemnya berisi potongan styrofoam, guntingan kertas, dan gulungan kertas berisi nomor undian masing-masing peserta. Sementara siapapun boleh mengajukan diri buat mengundi. Hadiahnya lumayan keren-keren. Ada hape Nokia, microwave, dispenser, kompor gas, jam tangan, powerbank, payung, paket sembako.. Macem-macem deh. Dan grandprize-nya adalah gratis menginap di hotel untuk tiga orang. Aku sendiri udah berharap bisa dapet jam tangan atau powerbank. Tapi ternyata rejeki nggak berpihak pada aku. 1004 ternyata bukan nomor keberuntungan aku.

Anyway, aku ngerasa hari ini adalah hari keberuntungan buat Buyung dan kawan-kawannya. Gimana enggak? Sebagian anggota kelompok Batu Ginjal yang dipimpin oleh cowok gempal itu berhasil memborong hadiah-hadiah undian. Misalnya Mas Didi. Aku rasa pepatah ‘kata-kata adalah doa’ itu emang bener adanya. Mas Didi baru aja bilang, “Kita sih mending olih sembako bae lah. Lumayan, rong atus ewu (saya sih mending dapet sembako aja, lumayan dua ratus ribu)”. Dan beberapa menit kemudian, Kak Ifan menyebut nomor undiannya, dan menyatakan bahwa dia memenangkan dua paket sembako yang bernilai dua ratus ribu. Awesome! Sementara Buyung sendiri berhasil membawa pulang sebuah kompor gas.

Keberuntungan kelompok Batu Ginjal nggak hanya sampe disitu aja. Berhubung ada penilaian kelompok juga, maka kelompok-kelompok terbaik juga berhak dapet hadiah. Dan hari ini, kelompok yang dipimpin Buyung itu berhasil merebut gelar Kelompok Dengan Yel-Yel Terbaik. Bener aja. Yel-yel mereka emang keren banget. Aku rasa Buyung yang berperan banyak dalam pembuatan yel-yel itu. Keliatan banget dari cara dia berseru, memimpin temen-temen satu kelompoknya. Dan rasanya bukan aku aja yang berpikir demikian, coz ketika acara pengumuman para pemenang itu berlangsung, seorang cewek yang duduk disebelah aku berseru dengan nada protes, “Jelas aja kelompoknya menang, dia anak Pramuka!”

Daaann.. akhirnya tibalah kami di penghujung acara. Acara paling akhir dari semua kegiatan adalah acara tukar kado. Aku udah cerita belom kalo semua peserta Outing wajib membawa kado senilai sepuluh ribu yang dibungkus kertas koran? Kemudian kado-kado itu dikumpulin di tengah masing-masing kelompok. Kelompok kami bertukar kado dengan kelompok sembilan. Lalu para crew mempersilahkan masing-masing dari para peserta buat mengambil salah satu dari kado-kado itu. Aku mengambil kado berbentuk kotak dan berukuran sedang. Kemudian crew memberi aba-aba buat buka kado itu bareng-bareng. Ternyataaa.. aku dapet sebuah cermin. Haisshh.. Entah kenapa hadiah ini seperti sebuah sindiran bagi aku yang suka males liat muka sendiri (=__=’)

You know.. Nggak semua orang ngasih dan dapet hadiah bagus. Mas Arif—Office Boy—contohnya. Apes, dia dapet pembalut. Ada juga cowok yang dapet celana dalem cewek, juga sebaliknya.. Mbak Lina—Marketing Promotion Properti—dapet sepaket celana dalem cowok. Tapi yang lebih apes lagi adalah yang dapet botol air kosong. Kasian banget.

Cerita unik dateng dari Mas Kholik. Sebelum berangkat Outing, dia sempet uring-uringan tentang hadiah yang bakal dia bawa. Saking bingungnya, dia sampe bilang, “Udahlah, duit sepuluh ribu aja yang dibungkus. Yang penting kan nilainya sepuluh ribu,” katanya. Dan aku berkomentar, “Ih, nggak kreatif banget!” Emang sih, dia akhirnya nggak jadi menghadiahkan uang sepuluh ribu. Sebagai gantinya, dia menghadiahkan sebungkus biskuit Roma kelapa. Tapi ketika acara tukar kado, apa coba yang dia dapet? Duit sepuluh ribu perak didalem botol! That’s it. Aneh kan? Dia yang niat ngasih kado duit sepuluh ribu, nggak taunya dia sendiri yang dapet duit sepuluh ribu :v

Sekitar jam setengah lima, kami kembali ke cottage, membersihkan diri, dan bersiap-siap pulang. Aku sempet tidur-tiduran juga disana. Haaaahh.. rasanya aku masih pengen disitu. Cottage-nya nyaman banget. Begitu juga dengan kasur yang aku tidurin saat itu. Andai aku ditawarin buat tinggal semalam lagi, aku nggak akan nolak, walau sendirian disitu. Kenapa enggak? Aku selalu suka suasana dan suhu pegunungan :)


Rencananya sih kami bakal pulang jam lima. Tapiii.. ternyata mobil jemputan baru dateng jam enam. Akhirnya kami nunggu satu jam dulu deh disitu. Kalo waktu berangkat kami harus bareng-bareng kelompok, tapi ketika pulang, kami bebas bareng siapa aja, dan bebas naik mobil jemputan yang mana aja. Kalo waktu berangkat aku naik elf silver milik perusahaan, pulangnya aku naik angkot.

Begitu sampe di halaman kantor, aku langsung pulang. Aku pulang naik angkot bareng Buyung. Kami ngobrol cukup banyak diperjalanan. Tentu aja ngobrolin soal Outing yang baru aja kami ikutin. Aku sempet nanyain soal yel-yel kelompoknya itu. Ternyata bener, dia yang bikin yel-yel itu. Gila. Sebagai karyawan baru, dia udah cukup hebat jadi leader buat temen-temen satu tim-nya yang sebagian besar karyawan senior. Aku heran, makan apa sih tuh anak?


Udah dulu ah, sekian dulu cerita dari aku. Aku pegel, pengen ngelurusin badan dulu. Mwehehe.. Besok udah harus masuk kerja lagi soalnya. Huaahh.. (=__=’)

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;