Minggu, 05 Juli 2015

Saatnya Perang!

Finallyyy.. setelah selama dua bulan terakhir ini waktu istirahatku tersita, tidurku kurang, tenaga diforsir, kantung mata makin nampak, dan gaji terpotong karena sering ijin (nggak berangkat kerja, dateng terlambat, atau pulang cepat), akhirnya semua itu berakhir juga. Hari ini adalah hari dimana aku dan temen-temen kuliah seangkatan mempertanggungjawabkan karya tulis ilmiah—buah perjuangan kami—didepan para dewan penguji. Yak, Sidang Tugas Akhir!

Sidang Tugas Akhir ataupun Skripsi adalah salah satu hal yang paling menegangkan dan berkesan buat sebagian besar mahasiswa, termasuk aku dan temen-temen. Saking tegang dan parnonya, aku sampe browsing artikel mengenai prosesi jalannya sidang skripsi berikut tips-tips cara menghadapinya. Nggak puas dengan cuma ngebaca, aku pun nonton video prosesi jalannya sidang skripsi. Maksudnya sih biar ada gambaran gitu, jadi nggak terlalu kaget pas udah tiba saatnya. Eh, bukannya tenang, aku malah makin tegang :v

Anyway, aku dan temen-temen sempet kecewa karena acara sidang yang harusnya dilaksanain hari Sabtu itu diundur satu hari. Dan nggak seperti angkatan sebelumnya yang ngejalanin sidang di kampus sendiri, angkatan kami justru ngejalanin sidang di kampus pusat, Politeknik LP3I Bandung. Aku nggak ngerti alesannya apa, yang jelas situasinya sangat nggak memungkinkan kami buat ngejalanin sidang di Cirebon.

Yah, aku seneng sih bisa jalan-jalan keluar kota, ke salah satu kota favoritku, apalagi semua biaya ditanggung sama pihak kampus. Tapi, yang jadi sumber kecemasanku adalah : kalo kami ngejalanin sidang di kampus pusat, otomatis penguji sidang kami juga adalah dosen-dosen dari kampus pusat. Pasti tegangnya jadi berlipat deh kalo disidang sama orang-orang yang nggak kita kenal, gitu pikir aku. Beberapa mahasiswa bahkan berpikir bahwa kemungkinan dosen-dosen yang asing itu bakal mempersulit kelulusan kami. Terlepas dari alasan itu, aku juga kecewa karena acara buka puasa bareng Ayu dan Rohayati harus aku batalkan. Satu-satunya hal positif yang bisa kita ambil adalah, dengan diundurnya waktu sidang, maka kami bisa melakukan persiapan dengan lebih matang.

Di malam keberangkatan, aku sempet nggak bisa tidur saking gelisah dan tegangnya. Tidur sih, tapi cuman satu jam. Kemudian subuhnya—setelah sahur—tepatnya sekitar jam tiga, aku berangkat ke kampus dianter adek. Lumayan lama juga aku dan temen-temen nunggu bus di kampus. Sebelumnya Mr Rudi bilang kalo kami bakal berangkat jam setengah empat, tapi ternyata malah ngaret satu jam. Aku duduk sendirian di bus itu. How nice! Aku bisa milih dimana aja aku mau. Of course, aku bisa duduk dideket jendela tanpa harus rebutan sama temen dan dengan posisi sesukaku. Anehnya, temen-temenku malah mandang aku dengan tatapan kasian. Hey, I felt better even though I was sitting alone on two seats. Toh aku selalu suka menikmati pemandangan luar ketimbang ngobrol sama temen selama perjalanan. But I hate the way they looked at me, seriously  (=__=’)

Sekitar jam sembilan, sampailah kami di Politeknik LP3I Bandung. Huaaahh.. seneng deh bisa menghirup aroma Bandung lagi. Aku selalu suka sama suasana, udara, dan pemandangan kota itu. Rapi, bersih, sejuk, dan masih banyak tumbuhan hijau disana sini.

Begitu turun dari bus, kami langsung disuruh untuk segera ganti baju—dengan seragam kampus lengkap—dan tampil serapi mungkin. Aku dan beberapa orang temen—yang tentunya adalah para cewek—masuk ke salah satu toilet di lantai kampus paling atas.

Setelah ganti baju dan berdandan, kami pun menuju kantin kampus. Disana Mr Rudi dan temen-temen kami yang lain udah berkumpul. Kami pun dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompokku sendiri terdiri dari enam orang. Selain aku, ada Kiki, Masrifah, Rani, Apung, dan Rahman. Kami ditempatkan di ruang B-11 (kalo nggak salah), dan letaknya di lantai tiga (kalo nggak salah juga).

Satu kelompok diuji oleh dua orang. Penguji untuk kelompok kami adalah Bu Melly dan Pak Heri. Anyway, ngeliat Bu Melly, aku jadi inget dua dosenku, Bu Aji dan Bu Lilis. Secara fisik, beliau mirip Bu Aji. Hanya aja dalam berpakaian, Bu Aji agak tomboy dan berambut pendek. Sedangkan secara gaya bicara, Bu Melly mirip Bu Lilis. Nada bicaranya ramah dan enak didenger. Aku jadi ngerasa nyaman dan nggak tegang berlebihan karena para penguji kami yang friendly itu.

Well, awalnya aku emang sempat tegang karena temen kami yang maju pertama kali mendapat kritikan cukup keras. Yaa nggak keras-keras banget sih, hanya aja nada Bapak dan Ibu Penguji saat itu agak meninggi karena temen kami itu nggak mampu jawab pertanyaan mereka. Tapi karena temen yang dapet giliran kedua untuk disidang maju dengan lancar jaya tanpa kendala, aku jadi rada tenangan.

Aku mendapat giliran ketiga, sedikit agak pesimis karena ngeliat presentasi peserta kedua yang bagus banget menurutku. Tapi karena udah giliran maju, ya udah.. positive thinking aja.

Aku memutuskan untuk membuka presentasiku dengan bahasa Inggris. Coz menurut dosen, hal ini jadi nilai plus di mata penguji, walaupun berbahasa Inggris-nya cuman di perkenalan doang. Setelah itu, baru deh aku menjabarkan hasil penelitianku, yakni mengenai pelayanan prima di gerai batik terbesar di kotaku, yang letaknya tentu nggak jauh—bahkan deket banget—dari tempat kerjaku. Maksudnya biar memudahkan proses penelitian gitu. Presentasiku nggak lama, itu sih yang aku rasa. Kayaknya nggak sampe tujuh menit, sesuai dengan waktu yang diberikan Penguji. Yah, selain karena bicaraku yang cepet, pas sidang tadi juga ada slide yang harus di-skip atas permintaan Penguji. Saking paniknya (takut slide-nya diminta di-skip lagi), eh, bagian ‘Saran’-nya malah kelewat, nggak dijelasin. Padahal itu part terpenting yang greget banget pengen aku sampein (=__=’)

Masuk waktu Dzuhur, kami break istirahat. Waktu itu baru empat orang yang udah disidang. Berarti setelah istirahat, tinggal dua orang lagi yang berjuang. Selama break, aku ngumpul bareng temen-temenku yang lain. Diem-diem aku ngerasa beruntung diuji sama Pak Heri dan Bu Melly. Coz ketika duduk-duduk di koridor tadi, Adel cerita kalo penguji di ruangannya galak banget. Pake ngancem-ngancem nggak dilulusin segala. Beda lagi penguji yang di ruangan Desi. Kata Desi, pengujinya suka godain dia gitu. Desi diminta menceritakan tentang dirinya sendiri pake bahasa Inggris, dengan iming-iming nilai bagus. Hahaha.. gokil deh..

Setelah acara sidang selesai, kami dipersilahkan buat jalan-jalan di sekitar kampus. Aku, Sherly, Ayu, Fatimah, dan Desi memilih buat berfoto-foto didepan bus rombongan kami. Sekitar jam setengah tiga, kami pun masuk ke bus buat pulaaaanngg..

Aneh juga sih, coz setelah sidang kami langsung pulang, nggak ada sidang yudisium dulu. Padahal kami udah nggak sabar banget pengen tau hasilnya. Entahlah, mungkin dosen-dosen kami lelah (-__-‘) Mudah-mudahan aja nunggu sidang yudisiumnya nggak lama. Aamiin..


Well,  aku berterima kasih banget kepada semua pihak yang udah bantuin aku. Buat Allah yang udah ngasih kemudahan; buat ortu yang selalu doain; buat Pak Muangsal yang udah ngebimbing; buat Bu Titi yang udah bersedia diwawancarain; buat Mbak Ati dan Bu Neng yang sering ngasih ijin keluar kantor; buat komputer dan printer kantor yang sering aku pake buat nge-print Tugas Akhir dan persyaratannya (tapi aku pake kertas sendiri lho ya, nggak korup); buat Yiruma, Depapepe, dan musisi-musisi yang senantiasa nemenin aku dengan musiknya selama penyusunan Tugas Akhir; dan buat nyamuk-nyamuk yang juga ikut nemenin selama aku begadang (semoga arwah nyamuk-nyamuk yang telah mati di tanganku diterima disisi-Nya). Terima kasih, semuanya. Doain aku lulus ya..

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;