Finallyyy.. setelah
selama dua bulan terakhir ini waktu istirahatku tersita, tidurku kurang, tenaga
diforsir, kantung mata makin nampak, dan gaji terpotong karena sering ijin
(nggak berangkat kerja, dateng terlambat, atau pulang cepat), akhirnya semua
itu berakhir juga. Hari ini adalah hari dimana aku dan temen-temen kuliah
seangkatan mempertanggungjawabkan karya tulis ilmiah—buah perjuangan
kami—didepan para dewan penguji. Yak, Sidang Tugas Akhir!
Sidang Tugas Akhir
ataupun Skripsi adalah salah satu hal yang paling menegangkan dan berkesan buat
sebagian besar mahasiswa, termasuk aku dan temen-temen. Saking tegang dan
parnonya, aku sampe browsing artikel mengenai prosesi jalannya sidang skripsi
berikut tips-tips cara menghadapinya. Nggak puas dengan cuma ngebaca, aku pun
nonton video prosesi jalannya sidang skripsi. Maksudnya sih biar ada gambaran
gitu, jadi nggak terlalu kaget pas udah tiba saatnya. Eh, bukannya tenang, aku
malah makin tegang :v
Anyway, aku dan temen-temen sempet kecewa karena acara sidang yang
harusnya dilaksanain hari Sabtu itu diundur satu hari. Dan nggak seperti
angkatan sebelumnya yang ngejalanin sidang di kampus sendiri, angkatan kami
justru ngejalanin sidang di kampus pusat, Politeknik LP3I Bandung. Aku nggak
ngerti alesannya apa, yang jelas situasinya sangat nggak memungkinkan kami buat
ngejalanin sidang di Cirebon.
Yah, aku seneng sih bisa
jalan-jalan keluar kota, ke salah satu kota favoritku, apalagi semua biaya
ditanggung sama pihak kampus. Tapi, yang jadi sumber kecemasanku adalah : kalo
kami ngejalanin sidang di kampus pusat, otomatis penguji sidang kami juga
adalah dosen-dosen dari kampus pusat. Pasti tegangnya jadi berlipat deh kalo
disidang sama orang-orang yang nggak kita kenal, gitu pikir aku. Beberapa
mahasiswa bahkan berpikir bahwa kemungkinan dosen-dosen yang asing itu bakal
mempersulit kelulusan kami. Terlepas dari alasan itu, aku juga kecewa karena
acara buka puasa bareng Ayu dan Rohayati harus aku batalkan. Satu-satunya hal
positif yang bisa kita ambil adalah, dengan diundurnya waktu sidang, maka kami
bisa melakukan persiapan dengan lebih matang.
Di malam keberangkatan, aku
sempet nggak bisa tidur saking gelisah dan tegangnya. Tidur sih, tapi cuman
satu jam. Kemudian subuhnya—setelah sahur—tepatnya sekitar jam tiga, aku
berangkat ke kampus dianter adek. Lumayan lama juga aku dan temen-temen nunggu
bus di kampus. Sebelumnya Mr Rudi bilang kalo kami bakal berangkat jam setengah
empat, tapi ternyata malah ngaret satu jam. Aku duduk sendirian di bus itu. How nice! Aku bisa milih dimana aja aku
mau. Of course, aku bisa duduk
dideket jendela tanpa harus rebutan sama temen dan dengan posisi sesukaku. Anehnya,
temen-temenku malah mandang aku dengan tatapan kasian. Hey, I felt better even though I was sitting alone on two seats. Toh
aku selalu suka menikmati pemandangan luar ketimbang ngobrol sama temen selama
perjalanan. But I hate the way they looked at me, seriously (=__=’)
Sekitar jam sembilan,
sampailah kami di Politeknik LP3I Bandung. Huaaahh.. seneng deh bisa menghirup
aroma Bandung lagi. Aku selalu suka sama suasana, udara, dan pemandangan kota
itu. Rapi, bersih, sejuk, dan masih banyak tumbuhan hijau disana sini.
Begitu turun dari bus,
kami langsung disuruh untuk segera ganti baju—dengan seragam kampus lengkap—dan
tampil serapi mungkin. Aku dan beberapa orang temen—yang tentunya adalah para
cewek—masuk ke salah satu toilet di lantai kampus paling atas.
Setelah ganti baju dan
berdandan, kami pun menuju kantin kampus. Disana Mr Rudi dan temen-temen kami
yang lain udah berkumpul. Kami pun dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompokku
sendiri terdiri dari enam orang. Selain aku, ada Kiki, Masrifah, Rani, Apung,
dan Rahman. Kami ditempatkan di ruang B-11 (kalo nggak salah), dan letaknya di
lantai tiga (kalo nggak salah juga).
Satu kelompok diuji oleh
dua orang. Penguji untuk kelompok kami adalah Bu Melly dan Pak Heri. Anyway, ngeliat Bu Melly, aku jadi inget
dua dosenku, Bu Aji dan Bu Lilis. Secara fisik, beliau mirip Bu Aji. Hanya aja
dalam berpakaian, Bu Aji agak tomboy dan berambut pendek. Sedangkan secara gaya
bicara, Bu Melly mirip Bu Lilis. Nada bicaranya ramah dan enak didenger. Aku
jadi ngerasa nyaman dan nggak tegang berlebihan karena para penguji kami yang friendly itu.
Well, awalnya aku emang sempat tegang karena temen kami yang maju
pertama kali mendapat kritikan cukup keras. Yaa nggak keras-keras banget sih,
hanya aja nada Bapak dan Ibu Penguji saat itu agak meninggi karena temen kami
itu nggak mampu jawab pertanyaan mereka. Tapi karena temen yang dapet giliran
kedua untuk disidang maju dengan lancar jaya tanpa kendala, aku jadi rada
tenangan.
Aku mendapat giliran
ketiga, sedikit agak pesimis karena ngeliat presentasi peserta kedua yang bagus
banget menurutku. Tapi karena udah giliran maju, ya udah.. positive thinking aja.
Aku memutuskan untuk
membuka presentasiku dengan bahasa Inggris. Coz
menurut dosen, hal ini jadi nilai plus di mata penguji, walaupun berbahasa
Inggris-nya cuman di perkenalan doang. Setelah itu, baru deh aku menjabarkan
hasil penelitianku, yakni mengenai pelayanan prima di gerai batik terbesar di
kotaku, yang letaknya tentu nggak jauh—bahkan deket banget—dari tempat kerjaku.
Maksudnya biar memudahkan proses penelitian gitu. Presentasiku nggak lama, itu
sih yang aku rasa. Kayaknya nggak sampe tujuh menit, sesuai dengan waktu yang
diberikan Penguji. Yah, selain karena bicaraku yang cepet, pas sidang tadi juga
ada slide yang harus di-skip atas permintaan Penguji. Saking
paniknya (takut slide-nya diminta di-skip lagi), eh, bagian ‘Saran’-nya malah
kelewat, nggak dijelasin. Padahal itu part
terpenting yang greget banget pengen aku sampein (=__=’)
Masuk waktu Dzuhur, kami break istirahat. Waktu itu baru empat
orang yang udah disidang. Berarti setelah istirahat, tinggal dua orang lagi
yang berjuang. Selama break, aku
ngumpul bareng temen-temenku yang lain. Diem-diem aku ngerasa beruntung diuji
sama Pak Heri dan Bu Melly. Coz
ketika duduk-duduk di koridor tadi, Adel cerita kalo penguji di ruangannya
galak banget. Pake ngancem-ngancem nggak dilulusin segala. Beda lagi penguji
yang di ruangan Desi. Kata Desi, pengujinya suka godain dia gitu. Desi diminta
menceritakan tentang dirinya sendiri pake bahasa Inggris, dengan iming-iming
nilai bagus. Hahaha.. gokil deh..
Setelah acara sidang
selesai, kami dipersilahkan buat jalan-jalan di sekitar kampus. Aku, Sherly,
Ayu, Fatimah, dan Desi memilih buat berfoto-foto didepan bus rombongan kami.
Sekitar jam setengah tiga, kami pun masuk ke bus buat pulaaaanngg..
Aneh juga sih, coz setelah sidang kami langsung pulang,
nggak ada sidang yudisium dulu. Padahal kami udah nggak sabar banget pengen tau
hasilnya. Entahlah, mungkin dosen-dosen kami lelah (-__-‘) Mudah-mudahan aja
nunggu sidang yudisiumnya nggak lama. Aamiin..
Well, aku berterima kasih
banget kepada semua pihak yang udah bantuin aku. Buat Allah yang udah ngasih
kemudahan; buat ortu yang selalu doain; buat Pak Muangsal yang udah ngebimbing;
buat Bu Titi yang udah bersedia diwawancarain; buat Mbak Ati dan Bu Neng yang sering
ngasih ijin keluar kantor; buat komputer dan printer kantor yang sering aku
pake buat nge-print Tugas Akhir dan
persyaratannya (tapi aku pake kertas sendiri lho ya, nggak korup); buat Yiruma,
Depapepe, dan musisi-musisi yang senantiasa nemenin aku dengan musiknya selama
penyusunan Tugas Akhir; dan buat nyamuk-nyamuk yang juga ikut nemenin selama
aku begadang (semoga arwah nyamuk-nyamuk yang telah mati di tanganku diterima
disisi-Nya). Terima kasih, semuanya. Doain aku lulus ya..
0 komentar:
Posting Komentar