Senin, 30 November 2015 0 komentar

Sayonara, Rumah Kedua

So, the farewell day finally comes. Setelah dua minggu lamanya aku ngelakuin serah terima jabatan sama Mbak Pipit, akhirnya hari ini.. Senin, 30 November 2015, aku resmi mengundurkan diri dari perusahaan developer perumahan  tempat aku bekerja.

Haaaah.. akhirnya.. setelah tiga bulan lalu aku mengajukan surat resign, baru hari ini aku bisa bener-bener hengkang dari perusahaan itu. Perusahaan yang udah jadi rumah keduaku selama satu tahun tiga bulan. Yup, biarpun perusahaan itu nggak senyaman dulu—ketika personil Project Team masih lengkap—tapi however, aku punya perasaan berat untuk meninggalkan itu ada. Terlepas dari hal-hal tidak mengenakkan yang sering aku alamin disana (dan nggak akan aku sebutin disini), sebenernya tempat itu masih layak aku sebut rumah mengingat masih ada beberapa orang yang mampu bikin aku bertahan disana sampe sekarang. Kalo nggak ada mereka, mungkin aku udah memilih hengkang sejak beberapa bulan yang lalu.

Yups, satu tahun tiga bulan. Satu tahun tiga bulan sejak aku dan beberapa temen kampusku yang disalurkan buat bekerja di perusahaan itu dikirimin SMS dari Bu Neng—ex HRD—buat ngejalanin job interview.

Satu tahun tiga bulan.. Bukan waktu yang sebentar, bahkan sangat lama, begitu kata temen-temen kampusku. Menurut mereka, aku adalah pemecah rekor, karena diantara semua mahasiswa atau mahasiswi kampus yang  disalurkan bekerja disana, cuma aku yang bertahan bekerja di perusahaan itu dalam waktu selama itu.

Kalo ada temen-temen yang bertanya, apakah aku nyesel bekerja disana, aku akan jawab, enggak. Ya, kalo aku nyesel kerja disana, tentu aku nggak akan ‘menjual tenaga’-ku dalam waktu selama itu disana. Yah, mungkin karena faktor keberuntungan juga.

Selama bekerja di perusaahaan itu, aku mengalami berbagai macam perpindahan : Perpindahan kantor, sampe perpindahan jabatan. Waktu awal bekerja disana, aku ditempatkan sebagai Admin Legal dibawah pimpinan Mbak Gina yang waktu itu kukenal sebagai rekan kerja yang jutek dan kurang menyenangkan. Sebagai Admin Legal, aku juga dituntut untuk pinter berkomunikasi, supel, tegas, berpenampilan rapi, dan profesional. Sangat bertolak belakang dengan kepribadianku yang  pendiem dan cuek. Syukurnya, posisiku sebagai Admin Legal itu cuma bertahan selama dua minggu. Setelah itu, aku dipindahtugaskan sebagai Admin Purchasing dibawah pimpinan Mbak Ati, dan jabatan itu bertahan sampe sekarang.. well, seenggaknya sampe jabatan itu berpindah ke tangan Mbak Pipit, karyawan yang menggantikan aku pasca aku resign :v

Inilah yang aku sebut beruntung. Mungkin aku emang beruntung, karena ditempatkan di posisi yang sesuai dengan kepribadianku. Sebagai Admin Purchasing, aku bebas mau berpenampilan kayak apa (asalkan masih dalam batas sopan dan nggak terlalu santai), aku juga nggak dituntut buat sering ketemu dan berkomunikasi sama orang-orang dari luar perusahaan. Aku juga beruntung karena punya rekan yang baik dan leader yang ramah.. Mas Kholik dan Mbak Ati.

Selain itu aku juga bersyukur karena pernah punya kesempatan buat mengenal orang-orang yang solid, kompak, dan menyenangkan. Mereka Project Team, yang udah hengkang maupun yang masih bertahan.. Pak Zuhri, Mas Uki, Mas Rizki, Mas Daus, Mas Arafik, Mas Didi, Mas Bambang, Mas Rijal, Mbak Ega, Mas Aris.. khususnya buat empat orang Project Team yang aku sebut pertama, mereka adalah orang-orang hebat yang pernah bikin aku ngerasa sangat nyaman dan menganggap kantor sebagai rumah kedua. Masa-masa bareng mereka adalah masa-masa paling menyenangkan yang pernah aku laluin selama masa kerjaku disana. Well, mungkin mereka nggak ngerasa, tapi yah, biar lah.. Biar cuma Tuhan dan aku yang tau ^^

Sore itu, setengah jam menjelang waktu pulang. Barang-barang udah aku masukin semua ke tas, tas juga udah aku gendong, hanya aja rasanya berat buat berdiri.
“Saya masih pengen disini,” kataku pelan ke Mbak Pipit yang waktu itu duduk disebelahku.
“Makanya Mbak disini aja, jangan pergi sekarang,” katanya.
Uh, that’s impossible.

Akhirnya dengan berat hati, aku pamit.
Mbak Ati yang pertama kali aku samperin. Aku jabat tangannya, dan bilang, “Mbak, saya pamit.”
Aku peluk dia, “Mbak Ati yang sehat ya..”
Aku nggak inget waktu itu Mbak Ati ngomong apa. Yang jelas, aku kok rada nyesek yak ninggalin dia. Gaaawdd.. Mbak Ati adalah salah satu perempuan hebat yang aku kenal. Walaupun kadang rada komplak, tapi dia bijak dan tangguh. Mbak Ati nggak pernah bolos kerja walau lagi sakit, kecuali kalo sakitnya udah nggak bisa lagi ditahan. Mbak Ati juga nggak pernah sedih berlarut-larut, sesedih apapun yang dia rasain, dia masih bisa ketawa. Sebagai leader, dia juga menganggap bawahannya itu rekan. Sama sekali nggak bersikap bossy. Aku kagum banget sama dia. Kagum banget. Aku bersyukur pernah jadi salah satu tangan  kanannya.
Lalu aku menghampiri rekan-rekan Project Team.. mereka yang berjumlah banyak, tapi nggak seseru dulu. Aku jabat tangan mereka satu persatu. Sayangnya aku nggak sempet ketemu Mas Arafik waktu itu. Aku juga menghampiri beberapa Staff Marketing yang waktu itu lagi ngumpul. Mereka semua marketing baru dan keliatannya bingung waktu aku jabat tangan mereka. Ah, whatever. Entah kemana marketing-marketing yang lama. Kayaknya mereka belom kembali dari kantor-kantor pemasaran.

Setelah itu, aku masuk ke Finance Room. Disana semua staff lengkap, ada Mbak Lela, Mbak Mia, Mbak Cindy, dan Mas Haris. Aku jabat tangan mereka semuanya. Teh Lina yang melewati ruangan itu juga ikut bergabung dan jabat tanganku. Dia ngedoain aku banyak banget. Ah, thankies, Teteeeehh..
Mbak Lela meluk aku lumayan lama. Ah, Mbak Lela.. aku inget waktu pertama kali kerja dulu, waktu pertama kali aku menikmati istirahat di kantin. Selain sama Leni, aku pertama kali istirahat di kantin bareng dia juga.

Habis itu, aku nyamperin Ruang Manager. Disana ada Pak Fahmi dan Mbak Dea. Waktu aku ngulurin tangan buat jabat tangan Pak Fahmi, beliau tanya dengan nada ngomong kayak ke anak kecil, “Yaah.. Kamu mau kemana?”
Dan nggak tau kenapa kok aku pengen nangis waktu itu. Haha.. Baka desu!

Pak Fahmi, bapaknya anak-anak Properti. Aku cuma berharap semoga beliau selalu diberi kesabaran dalam ngadepin ‘anak-anaknya’ yang bandelnya kayak anak-anak STM itu. Haha.. Dan semoga beliau bisa bersikap lebih bijak dan tegas lagi.

Setelah itu, aku beralih ke Analyst Room buat pamitan sama Mas Muklis, dan Buyung. Hahaha.. Padahal nggak perlu sih ya pamitan sama sodaraku yang gempal satu itu mengingat aku dan Buyung masih bisa sering ketemu. Tapi ya nggak mungkin juga aku ngelewatin dia gitu aja :v

Habis itu, baru deh aku nyamperin Legal Room. Aku nggak langsung masuk, tapi nongolin kepala dulu. Haha..

Cuma ada Leni disitu.
Leni ternyata masih sibuk sama berkas-berkas perijinan. Aku bilang, “Mbak Len.. saya pamit ya..”
“Kamu mah aaaah..” katanya. Trus aku masuk deh.
“Pada ninggalin aku satu-satu sih.. Mbak Ayu, sekarang kamu.. Trus nanti temen aku siapa? Aku curhat sama siapa?” gitu katanya.
Haiissh.. Aku nggak habis pikir kenapa si belo ini ngomong kayak gitu. Padahal banyak lho orang yang mau temenan sama dia, dan mungkin bisa jadi temen dia yang lebih baik ketimbang aku yang kalo dia curhatin lebih sering jadi listener doang. Yah, emang sih, mungkin dia pikir, cuma aku yang nggak ‘bocor’, makanya dia nyaman curhat sama aku.

Ah, si belo satu ini.. Aku inget waktu pertama kali kerja di perusahaan ini, dia yang ngebimbing aku mengenal berbagai macam dokumen perijinan, dia juga yang nemenin aku waktu pertama kali nikmatin jam istirahat.

Leni itu unik. Umurnya satu tahun lebih muda dibanding aku. Tapi cara ngomongnya yang manja dan tingkahnya yang seringkali kekanak-kanakkan bikin bertemen sama dia berasa kayak bertemen sama anak SMP. Biasanya aku sebel sama orang dengan tipe seperti ini, sama seperti aku sebel sama artis sinetron N*y*s*l*a M*r*d*d—coz cara ngomong mereka sama, manja-manja gitu—tapi nggak tau kenapa, Leni nggak nyebelin. Dia malah cenderung menggemaskan. I dunno..
Leni justru jadi salah satu sosok yang aku kagumin setelah Mbak Ati. Coz meskipun childish, tapi dia cerdas, tangguh, dan punya pemikiran dewasa.

Kami sempet foto bareng. Leni juga sempet curhat sama aku sebelum aku pamit. Sayangnya curhatnya kepotong ketika Mas Salim dan Pak Ridwan masuk. Aku jadi ngerasa nggak enak dan keluar dari ruangan itu.

Ketika keluar dari ruangan, aku ngeliat Mas Kholik. Masih ada Mbak Pipit juga disitu. Aku pamitan juga sama Mas Kholik, rekan kerja laki-laki yang paling aku kenal deket, karena kami satu tim di Divisi Purchasing. Mas Kholik suka curhat sama aku, suka bertingkah konyol, suka nyanyi-nyanyi selama kerja (tapi suaranya nggak sumbang lho), dan suka ngasih nasehat kalo ada yang curhat sama dia. Dan walaupun sering bikin kesel Pak Manager, tapi Mas Kholik sering punya gagasan-gagasan tak terduga yang menguntungkan perusahaan. Itu yang mengagumkan di dia :))

Setelah pamitan sama Mas Kholik dan Mbak Pipit, aku masuk lagi ke ruangan Legal, buat berpamitan lagi sama Leni, si belo, temen deketku disana. Aku peluk dia. Well, sebenernya kejem juga sih rasanya. Dia lagi ada masalah, dan aku malah ninggalin dia. Huaaaahh.. I’m so sorryy..So, yang bisa aku lakuin cuma mengelus lengannya dan bilang, “Kamu yang semangat ya..”
Semoga Allah ngelindungin kamu, menguatkan kamu, dan mengulurkan tangan-Nya buat kamu.

Soooo.. di akhir bulan November ini, dan di akhir perjalananku sebagai Admin Purchasing PT **** ****** ***********, aku berharap aku bisa ngedapetin pekerjaan yang lebih baik lagi, yang lebih nyaman lagi, yang lebih ‘menghasilkan’ lagi, dengan rekan-rekan yang sama serunya dengan rekan-rekan yang aku kenal di perusahaan itu, atau bahkan lebih baik. Aamiin.

Untuk saat ini sih aku berharap bisa diterima di K********** S*****. Kalo enggak, mungkin aku bakal mencoba peruntunganku di Karawang, bareng adik. Ada om juga sih disana. Hehe..


God, gimme Your best way :)
Sabtu, 28 November 2015 0 komentar

S E R T I J A B

Udah lebih dari seminggu ini aku ngejalanin serah terima jabatan sama karyawan baru di kantor. Yups, setelah aku mengajukan surat resign ke atasanku sekitar tiga bulan lalu, baru hari Kamis minggu lalu perusahaan ngedapetin karyawan penggantiku. Well, aku emang udah mengajukan surat resign bulan Agustus lalu. Sebenernya saat itu masa kontrak kerjaku yang selama setahun itu memang udah abis di bulan Agustus itu, hanya aja atasanku memperpanjang kontrak itu tanpa sepengetahuanku, makanya aku ngajuin surat resign itu.

Hari Kamis pagi itu di kantor, setiap pagi diadakan yang Morning Briefing. Aku dateng agak telat waktu itu sehingga mengharuskan aku buat duduk di deket pintu masuk, coz semua kursi di ruang meeting udah terisi. Di tengah-tengah acara Morning Briefing, aku agak penasaran sama sosok baru yang duduk disebelah Leni : seorang perempuan langsing berkerudung biru. Sekilas wajahnya ngingetin aku sama bibiku di Bogor. Entah bagian mana dari wajah mereka yang mirip satu sama lain. Haha..
Yah, saat itu memang ada beberapa wajah baru di ruangan itu. Tapi nggak tau kenapa aku cuman penasaran sama dia doang.

Setelah Morning Briefing selesai, perempuan berkerudung biru itu nyamperin aku di mejaku.
“Mbak Putri ya?” tanya dia.
Aku jawab, “Iya”.
Trus dia ngulurin tangan dan memperkenalkan diri, “Saya Pipit”.
“Temen barunya Putri,” sambung Mbak Ati. Aku manggut-manggut aja, tapi jauh didalem hati aku ngerti, perempuan yang kini aku panggil Mbak Pipit itu pastilah sebenernya bukan rekan kerja baruku seperti yang Mbak Ati bilang, melainkan penggantiku.
“Diajarin ya, Mbak Put,” kata Mas Kholik.
“Kita mulai darimana, Mbak?” tanya Mbak Pipit.
Tuh kan bener..

Ya udah deh.. sejak hari itu aku jadi guru alias pembimbing dadakan.

Lumayan lelah juga sih ngebimbing orang gitu, nggak cukup sehari dua hari doang, apalagi buat aku yang nggak punya bakat ngomong dan ngajarin orang. Waktu awal-awal aku ajarin juga kayaknya dia bingung gitu aku ngomong apaan. Padahal tugasku di kantor kan terbilang gampang, nggak bikin stress dan full of targets kayak kebanyakan tugas rekan-rekanku yang lain.

Yang agak rumit mungkin cuma bikin form pengajuan pembayaran pekerjaan proyek. Nama perumahan, nama pemborong, jenis pekerjaan, dan nomor kavling rumahnya harus bener. Rumus yang dimasukin ke Microsoft Excel juga nggak boleh keliru. Kita juga harus tau berapa besar pembayaran terakhir dibayarkan. Hal ini tentu nggak sulit buat aku yang sering bikin ginian, tapi buat Mbak Pipit, ini rumit dan membingungkan. Awalnya sulit sih ngajarinnya. Tapi setelah aku tes dengan praktek langsung, dia bisa juga.

Selama lebih dari seminggu ini, aku bareng-bareng Mbak Pipit terus. Di kantor bareng, istirahat bareng, ke mushola bareng.. Biasanya aku sama Leni sih, tapi belakangan ini kayaknya dia sibuk banget. Aku jadi jarang bareng-bareng dia.

Mbak Pipit tuh orangnya pendiem. Sama kayak aku, dia betah duduk berlama-lama didepan komputer selama ngantor, makanya banyak rekan kantor yang bilang kalo Mbak Pipit itu bener-bener penerusku. Bedanya, Mbak Pipit feminin, sedangkan aku cuek dan agak tomboy. Dia suka Korea, aku suka Jepang. Dia suka Pop, aku suka Rock. Begitulah..
Sometimes, dia ngingetin aku sama Riris—temen deketku di kampus di tingkat satu dan dua dulu. Cara ngomongnya, senyumnya, body language-nya.. sama-sama pendiem pula. Mirip lah. BTW, gimana kabar Riris sekarang ya? Kangen juga sama dia.


Well.. Udahan ah curhatnya. Aku kudu nyiapin mental nih, coz lusa aku udah harus ninggalin rekan-rekan :')
Selasa, 17 November 2015 4 komentar

Hello Again, Kota Sejuk :)

Ini kesekian kalinya kedua kakiku berpijak di Kota Sejuk, Bandung. Aku kembali ke kota itu persis seperti yang udah direncanakan beberapa bulan yang lalu, hanya aja berbeda tujuan. Harusnya aku kesana buat gladi resik wisuda. Harusnya.. sebelum schedule itu akhirnya diundur oleh pihak kampus pusat.

Well, aku sempet kecewa berat karena nggak jadi ke Bandung bulan ini karena acara wisuda itu diundur bulan depan. Tapi Allah finally ngehibur aku dengan ngasih hadiah liburan ke Bandung lewat perantara perusahaan tempat aku kerja. Jadi ceritanya, perusahaan tempat aku kerja itu udah mencapai target penjualan rumah sebesar 85%. Sebagai hadiahnya, para karyawan dikasih kesempatan liburan di Bandung plus uang saku.

So, hari Senin itu aku packing. Bawa bekal snack, bawa beberapa sikat dan pasta gigi, bawa sabun cuci muka, bawa mukena, bawa baju ganti.. macem-macem deh, dan semuanya muat di dua tas kecilku.  Dini harinya, sekitar jam satu, Buyung—sodaraku yang satu tempat kerja—jemput ke rumah. Kami berangkat bareng ke lokasi dimana semua rekan kantor kami kumpul, yakni di depan Indomaret yang letaknya tepat disamping area kantor kami. Sebelum ke lokasi kumpul, kami sempet jemput Mbak Mia dulu dirumahnya. Alhasil, kami jadi naik motor bertiga. Untung rumah Mbak Mia nggak jauh-jauh banget dari kantor, coz posisi badanku yang diapit Buyung dan Mbak Mia itu sumpah, nggak PeWe banget. Apalagi dengan tangan kanan dan kiriku yang bawa tas dan jaket. Dan sampe disana, kami disorakin (=__=’)

Yang sebelnya adalah, ketika sampe di lokasi tempat kami berkumpul itu, aku baru inget kalo bedak dan hape Samsul eh Samsung GT-C3322 kesayangan aku ketinggalan. Aku inget, hape itu sebelumnya aku pake buat alarm untuk ngebangunin aku di jam sebelas—dua jam sebelum berangkat ke lokasi kumpul—pas aku tidur di sofa ruang tengah. Hape itu pasti ketinggalan disitu deh (-__-‘) Deeeyymm.. padahal aku udah ngewanti-wanti kalo yang namanya hape—android atau bukan—tuh nggak boleh ketinggalan mengingat perannya yang gede banget di perjalanan jauh kayak gitu. Apalagi hape Samsung itu kan niatnya mau aku pake buat dengerin musik dan ngetik draft blog (suatu kebiasaan yang suka aku lakuin kalo punya sesuatu yang pengen ditulis tapi kebetulan lagi nggak pegang laptop), juga buat SMS-an pas BBM-ku lagi mati. Coz biasanya kalo lagi di perjalanan jauh, androidku suka aku alihkan ke flight mode buat menghemat batere (it’s not a problem, nggak bakal ada yang nelpon ataupun SMS ke nomer yang aku pake di hape android itu, mengingat nomernya yang suka ganti-ganti). Bedak juga penting. Yaaah walaupun aku adalah tipe cewek yang nggak suka make-up’an, tapi tetep aja bedak itu benda yang wajib dibawa. Secuek-cueknya aku, aku tetep nggak mau kalo mukaku keliatan kucel ataupun mengkilap selama di Bandung.

Alhasil karena nggak mungkin banget aku balik lagi ke rumah buat ngambil dua benda penting itu—mengingat jarak dari lokasi kumpul ke rumahku yang lumayan jauh—akhirnya aku mendadak beli bedak refill di Indomaret. Konyolnya, aku malah salah beli merk (=__=’)
*Aku pake bedak dan lipgloss dengan merk yang berbeda. Nah, bedak yang aku beli di Indomaret itu malah bedak dengan merk lipgloss yang aku pake*
Baka desu!
Sedangkan Zenfone-ku aku matiin.

Menjelang jam dua dini hari, kami masuk bus. Aku duduk di barisan kursi sebelah kanan, dan yak.. deket jendela. Hahaha..
Beberapa menit setelah aku masuk bus, Leny masuk. Sebelnya, dia sempet nggak denger waktu aku panggil. Well, sebelumnya kami emang udah janjian kalo bakal duduk sebelahan di bus. Untungnya dia nggak rewel waktu aku bilang kalo aku pengen duduk di deket jendela sampe menjelang pulang dari Trans Studio Bandung, tempat tujuan utama wisata kami. Wehehehe..

Sekitar jam dua, bus mulai bergerak. Mas Reka yang bertindak sebagai panitia menyampaikan ringkasan itinerary. Setelah itu musik dangdut mulai berdentum, plus video klipnya lagi. Ya udah deh, anak-anak pada seneng. Joget-joget, karaokean.. Sementara aku, seperti biasa.. cuma duduk tenang di kursiku. Awalnya aku sempet ikut ketawa-ketawa ngeliat anak-anak cowok yang joget-joget sakarepe dewek gitu. Tapi lama-lama rasanya bete dan keganggu juga. Aku tutupin seluruh mukaku dengan jaket, mencoba buat tidur, tapi susah banget. Yah, gimana aku bisa tidur dengan kondisi bus yang berisik kayak gitu? Setelah sekian lama mencoba merem, akhirnya aku terlelap juga.

Ketika adzan Subuh berkumandang, bus kami berhenti di Masjid Agung Ciater, tepatnya di Masjid As-Sa’adah. Kami shalat subuh disana, setelah itu foto-foto. Yah, akunya sih nggak ikutan berfoto, melainkan cuma jadi tukang fotonya. Begitulah yang sering terjadi :v

Aku sempet bete pas diajak Leny duduk-duduk bareng anak-anak cowok. Well, nggak masalah sih duduk-duduk bareng mereka. Hanya aja ada beberapa orang dari mereka yang emang bikin aku risih dan nggak nyaman. Ya know.. Aku paling nggak suka sama cowok yang kalo becanda keterlaluan.. colek-colek, main rangkul, duduk dimepet-mepetin.. Mungkin buat sebagian orang itu biasa aja, tapi buatku itu uncomfortable banget. Apalagi ada diantara mereka yang salah paham berpikir kalo aku naksir dia. Geeezz.. (=_=’)

Rasanya lega banget ketika Leny ngajak aku ke toilet. Finally, aku bisa lepas juga dari keadaan nggak nyaman itu. Di toilet itu aku cuci muka, sikat gigi, dan langsung ganti baju. Nggak mandi? Iya, bener banget. Hahaha.. Whatever. Toh, sebelum berangkat aku udah mandi dulu :v

Sebenernya aku pengen banget pagi itu liat sunrise di kebun teh seperti yang direncanain di meeting hari Sabtu lalu. Eh, nggak taunya kami baru ke kebun teh sekitar jam setengah tujuh pagi. Telat banget lah untuk liat matahari terbit di jam segitu. Tapi biar gimanapun, aku tetep seneng sih main ke kebun teh pagi itu. Rasanya mata seger banget liat hamparan kebun teh yang subur itu. Sejauh mata memandang, cuma warna hijau yang terlihat. Oh ya, jangan lupakan kabut di sebelah sana. Indah banget.. :3



No Filter


Nggak ada yang kami lakuin disana selain berfoto-foto ria. Seperti biasa, aku lebih sering jadi fotografer dadakan. Sekalinya difoto, wajahku nggak keliatan. Beberapa foto ada yang emang disengaja nggak diperlihatkan kayak foto diatas tadi, dan ada yang nggak keliatan karena fotonya bareng-bareng dan badanku yang mungil bagai hobitt ini tenggelam diantara temen-temen :’)

Andai aku kesana nggak sama rekan-rekan kantor, melainkan sama temen-temen deket, aku pengen banget ada disana lebih lama. Aku selalu suka alam. Suka banget. Andai aku bisa nyetir motor, mungkin bisa tiap weekend aku jalan-jalan ke tempat hijau. Nggak usah jauh-jauh ke luar kota deh. Taman Sumber juga udah bisa bikin mata seger :3

Sekitar jam setengah delapan, kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan, sampe akhirnya kami tiba di Trans Studio Bandung jam sembilan pagi. Karena Trans Studio baru buka jam sepuluh pagi, alhasil kami jadi nunggu deh.

Awalnya aku berharap kalo aku bakal totally seneng dan puas main disini.

Mula-mula, seperti biasa kami berfoto-foto ria, dan tetep aku jadi tukang fotonya. Sekalinya difotoin adalah ketika aku berfoto dengan bajak laut dengan kostum kerangka dan topeng tengkorak :3
Aku dan Leny sempat nyasar karena kepisah dari rombongan pas Leny lagi asik foto-foto dan aku motoin dia. Setelah keliling-keliling kayak dua anak ilang, akhirnya kami ketemu sama Buyung, Haris, Mbak Dea, dan Mbak Mia. Kami gabung deh sama mereka.

Singkat cerita, kami memutuskan buat masuk ke wahana Dunia Lain. Leny bersikeras nggak mau ikut. Parno gitu deh, tapi kami maksa, akhirnya dia ikut juga. Aku, Leny, Buyung, dan Mbak Mia naik di kereta yang sama. Ketika kereta mulai berjalan, Buyung sempet ditegur sama crew karena nyalain flashlight. Kereta baru berjalan lagi setelah Buyung menonaktifkan flashlight-nya. Anyway, setelah beberapa detik kereta berjalan, aku baru sadar bahwa wahana yang aku pikir lebih serem ketimbang wahana Rumah Sakit Hantu di Cirebon Super Block (CSB) ini ternyata nggak ada serem-seremnya. Aku pikir didalem sana kami bakal disambut sama para crew yang berpenampilan serem, kemudian kereta berhenti dan ‘setan-setan’ itu menyerbu kami diatas kereta. Ugh! Pasti greget kalo kayak gitu. Kenyataannya kami justru hanya disambut pemandangan boneka dan patung-patung kuntilanak, kepala buntung, patung serdadu, de el el di sebelah kanan dan kiri kereta kami. Sayang banget, padahal sound effect-nya sih udah lumayan oke. Alhasil, aku dan Buyung malah jadi cengengesan selama kereta berjalan sambil sesekali ngeledekin Leny dan Mbak Mia yang merem sambil teriak ‘Punten, punten..’, udah kayak di wilayah angker beneran aja xD
However, adegan mayat keluar dari mobil ambulance itu sukses bikin aku kaget :’v

Setelah dari wahana Dunia Lain itu, kami ketemu sama Mbak Cindy, Mbak Lela dan cowoknya. Mbak Cindy gabung bareng kami. Niatnya aku, Buyung, dan Mbak Mia pengen naik Giant Swing. Walau sedikit cemas, tapi aku penasaran sama permainan ayunan raksasa itu. Cuma Leny dan Mbak Cindy yang nggak mau. Mereka lebih memilih nunggu di bangku deket wahana itu. Eh, nggak taunya pas udah deket sama pintu masuk wahana, Mbak Mia malah ngikutin Haris dan Mbak Dea ke wahana Negeri Raksasa. Aku, Leny, dan Mbak Cindy jadi ngikutin dia deh, ninggalin Buyung yang udah masuk ke wahana Giant Swing duluan. Kami nggak ikutan Haris dan Mbak Dea naik wahana itu, melainkan cuma duduk-duduk disebelah pintu masuk wahana itu. Haisshh.. (=__=’)

Karena bete, aku dan Mbak Cindy memutuskan buat jalan-jalan sejenak. Awalnya kami mo masuk ke wahana Special Effect Action, tapi sayangnya wahana itu baru buka jam tiga sore. Ya udah deh, foto-foto lagi, trus balik lagi nemuin Leny dan Mbak Mia. Pengen naik Dragon Rider, tapi malah pada gengsi gara-gara ngeliat wahananya yang mirip permainan anak kecil. Padahal aku dan Mbak Cindy udah semangat banget. Bete lah pokoknya. Kami jadi jalan-jalan nggak jelas sampe Bapak General Manager memanggil kami buat makan siang. Kami berkumpul di sebuah resto ayam goreng (sejenis KFC gitu deh). Kami makan disitu sampe kenyang.

Setelah itu, kami ngelanjutin jalan-jalan di sekitar Trans Studio lagi. Kali ini, rombongan kami nambah tiga orang, yakni Mbak Ega, Mbak Elin, dan Mbak Ati. Kami bertujuh memutuskan buat menikmati wahana Si Bolang. Emang sih, disini kami diajak bertualang.. tapi naik kereta dengan kapasitas empat orang dan cuma diajak ngeliat-liat boneka dengan pakaian-pakaian adat aja gitu. Persis kayak Istana Boneka di Dufan. Kurang seruuuu..

Dan begitu keluar dari wahana itu, kami jadi terpisah sama Leny, Mbak Mia, dan Mbak Cindy. Aku masih pengen disana, tapi Mbak Ega menggandengku keluar area Trans Studio. Oh, deeeeyyymm..

Aku bete. Bete banget. Sebenernya sebelum keluar dari area, aku pengen banget bilang kalo aku pengen nungguin Leny dkk. Tapi aku takut mereka ninggalin aku sementara Leny dkk justru keluar dari pintu yang berbeda, dan aku jadi nyasar. Makanya aku nggak punya pilihan lain selain ngikutin Mbak Ega dkk.

Akhirnya aku kembali ke bus dengan perasaan kecewa dan bete berat. Satu-satunya yang jadi hiburan adalah cuaca mendung di luar. Hujan turun rintik-rintik waktu itu. Aku duduk di samping jendela sambil ‘menonton’ butir-butir air yang perlahan membasahi kaca. Ah, beruntungnya warga Bandung. Langit nggak pelit menurunkan air di kota itu. Warga Bandung mungkin jarang ngerasain yang namanya ‘rindu hujan’. Tapi di Cirebon? Langit mendung aja udah jadi anugerah banget buatku. Dan kalo hujan turun, itu miracle namanya. Ya know.. cuaca Cirebon panas mulu belakangan ini, padahal seperti yang kita ketahui, ini udah memasuki pertengahan bulan November, dan harusnya udah musim hujan.

Sekitar jam dua, kami melanjutkan perjalan kami ke tempat tujuan terakhir wisata kami, Cihampelas. Disana kami diberi kesempatan buat jalan-jalan dan shopping sampe jam lima sore. Aku jalan bareng Leny. Tapi belum lima menit kami keluar dari bus, hujan turun. Awalnya cuma rintik-rintik dan kami masih bisa berkeliaran di jalan. Leny bahkan sempet beli piyama baru di sebuah toko pakaian. BTW, di toko pakaian itu, aku sempet ngeliat sebuah boneka Jack Skellington full body didalem lemari khusus boneka. Damn! Mauuuuu.. Pengen banget rasanya ngeluarin dia dari lemari itu. Tapi harganya mahal, seratus lima ribu kalo nggak salah. Huaaah.. :’(

Keluar dari toko itu, hujan mulai deras sehingga memaksa kami buat berteduh. Kami berteduh di sebuah toko oleh-oleh. Beberapa anak membawa payung mulai mendekati kami dan menawarkan jasa sewa payungnya. Jenuh nunggu hujan yang kemungkinan lama redanya, Leny memutuskan buat menyewa payung yang ditawarkan salah seorang anak. Dia meminta anak itu buat nganterin kami ke toko yang menjual sweater. Kebetulan aku juga pengen beli sweater sih.

Meskipun Leny udah menyewa payung, tapi aku lebih memilih jalan tanpa payung dan membiarkan air langit membasahi kerudung dan sekujur badanku. Iya, dengan kata lain, aku hujan-hujanan. Kami berjalan cukup jauh, berkunjung dari toko ke toko buat nyari sweater, tapi nggak ada yang cocok. Ada yang warnanya matching tapi modelnya kurang bagus, ada yang modelnya bagus tapi nggak cocok sama warnanya, ada yang model dan warnanya cocok tapi ukurannya nggak pas. Bingung deh. Jadi cuma Leny aja yang dapet sweater. Sebenernya aku juga mau beli sweater dengan model yang sama dengan yang dibeli Leny.  Aku udah jatuh cinta sama sweater itu sejak jalan-jalan ke PGC—Pusat Grosir Cirebon—bareng ibu malem Minggu lalu. Aku nggak beli waktu itu karena harganya yang lumayan bikin dompet tipis. ‘Mantel Korea’ kalo kata orang di salah satu stand di PGC itu bilang. Di toko di Cihampelas itu, harga sweater-nya dua kali lebih murah dibanding di PGC, hanya aja sweater yang dijual di toko itu cuma satu warna, kuning lagi, sementara sweater yang bikin aku jatuh cinta di PGC itu warna hitam. Keren banget.

Setelah beli sweater Leny, kami mampir sebentar ke toko oleh-oleh. Aku beli sale pisang dan bakpia kacang ijo buat orang-orang rumah. Habis itu, baru deh kami balik ke bus. Saking pengennya nontonin hujan, aku numpang duduk di kursi Mbak Dea yang deket sama jendela—coz saat itu udah waktunya aku dan Leny tukeran tempat duduk, giliran Leny yang duduk dideket jendela. Untung aja penghuninya belom balik ke bus. Kali ini air langit nggak cuma membasahi kaca jendela dengan butiran, tapi mereka mengalir dari atas kebawah.

Belom puas dengan belanja sale pisang dan bakpia doang, aku nekat turun dari bus lagi buat nyari kaos. Aku kepengen beli kaos band gitu. Kaos BVB, One Ok Rock atau apa gitu. So, aku kembali berjalan di bawah hujan menelusuri jalan Cihampelas, dan kali ini sendirian. Iya, sendirian hujan-hujanan di suatu jalan di Bandung yang notabene adalah kota orang. Aku nggak peduli dengan peringatan seorang tukang parkir. “Hujan, Neng..” katanya. But I kept on walking, walking, walking.. Kapan lagi bisa menyatu dengan hujan kayak gini?

Aku sempet memasuki sebuah toko kaos yang tampaknya paling besar di area situ, tapi sayangnya aku nggak nemuin apa yang aku cari. Nggak ada kaos band lain, selain The Beatles. Geeezz.. aku nggak minat dengan mereka, walaupun aku suka sama lagu Yesterday dan Hey Jude (=__=’)

Akhirnya aku memutuskan kembali ke bus. Tapi sebelumnya aku sempet beli bakso dulu di pinggir jalan, titipan Leny.

Singkat cerita, setelah semua peserta wisata berkumpul di bus, menjelang Magrib kami melanjutkan perjalanan, kembali ke Cirebon, kota kami.

Haaaahh.. Akhirnya berakhir juga acara liburan aku dan temen-temen. Intinya, buatku, yang berkesan dari perjalanan wisata ini ternyata bukan momen-momen ketika ada di Trans Studio yang notabene adalah tempat tujuan utama liburan kami, melainkan momen hujan-hujanan di Bandung. Hahaha..


Well, see you next time, Kota Sejuk. Terima kasih buat hujan dan baju basahnya. Rasa rinduku terbayar sudah. Nggak keberatan deh kalo besok-besok ada yang ngajak kesana lagi, apalagi untuk menetap lebih lama :)
Selasa, 10 November 2015 3 komentar

Tentang DEATH NOTE SERIES dan KIMI TO BOKU

I’ve gotta say thanks yang kedua kalinya buat Kak Rico. Nggak tau kenapa aku ngerasa bahwa film, lagu, dan musisi yang dia rekomendasikan ke aku hampir nggak pernah salah.

Setelah nularin virus Captain Jack dan One Ok Rock ke aku beberapa tahun lalu, kali ini dia ngasih aku rekomen Death Note Series dan film pendek Kimi To Boku. Well, sebenernya ngasih rekomennya sih udah lumayan lama, hanya aja aku baru sempet nonton sekarang. Haha..

Kalo aja dia nggak pernah bilang bahwa Death Note itu ada versi series atau Japanese Drama-nya, mungkin sampe sekarang aku bakal hanya sebatas tau bahwa Death Note itu cuma terdiri dari serial anime dan live action movie doang. Gee! Dia nggak cuma ngasih rekomen, tapi link download videonya juga. Bisa didownload disini nih >> http://animagz.org/death-note-j-drama.xhtml

Karena keterbatasan waktu buat download, alhasil downloadnya jadi nyicil gitu deh. Awal-awalnya aku cuman sempet download delapan dari sebelas episode doang dan langsung aku simpen di netbook, hanya aja nggak langsung aku tonton, coz niatnya aku bakal nonton itu setelah semua episodenya lengkap aku download. Eh, nggak taunya episode-episode yang udah aku download itu malah ditonton adikku duluan. Deeeeyymm.. (-_-“)

Akhirnya pas waktu luang, aku nonton sambil download episode-episode yang tersisa. Nontonnya juga bareng sama adik sih, jadi seru. Setelah aku tonton, aku menyimpulkan bahwa Death Note Series ini berkiblat pada Death Note Anime, hanya aja emang terdapat cukup banyak perbedaan.

Di Death Note Series ini, Light Yagami (diperankan oleh Masataka Kubota) merupakan seorang mahasiswa yang memiliki pekerjaan paruh waktu di sebuah cafe dan mengidolakan sebuah idol group bernama IchigoBerry yang salahs atu membernya adalah Amane Misa. Geeezzz.. menggelikan nggak coba? Seorang Light Yagami yang selama ini aku kenal dengan kesan cool, gelap dan misterius, di Death Note Series ini dia layaknya seorang fans Jeketi48 yang bawa-bawa joystick ditengah para fans lainnya ketika idol group favorit mereka manggung (=__=’)
Dia juga nggak berambisi ngikutin ayahnya menjadi anggota kepolisian, melainkan lebih berambisi jadi PNS :v Selain itu, di Death Note Series ini ibu Light Yagami dikisahkan udah meninggal. Yang konyol adalah ketika Light dkk ngelakuin penyelidikan di perusahaan Yotsuba. Light sempet pura-pura jadi tukang make up artis gitu. Wakakakak.. konyol aja liat seorang Light Yagami nenteng-nenteng tas cewek dan bergaya kebanci-bancian kayak gitu :v

Ngomong-ngomong tentang Light Yagami, menurutku Masataka Kubota memerankannya dengan cukup baik. Ekspresi jahatnya dapet banget, sama kayak versi animenya. Hanya ajaaaa.. kok menurutku tampang dia agak-agak mirip Andika Kangen Band yaa (aku bilang ‘agak’ lho). Apalagi kalo dia senyum lebar, haisshh.. mirip banget (x_x) Untung aja suaranya nggak mirip juga. Am I the only one who thinks like this?

Beralih ke tokoh L (diperankan oleh Yamazaki Kento). Berbeda dengan L di Death Note Anime ataupun Death Note Live Action Movie yang sehari-harinya suka makan dan minum yang manis-manis, L versi Death Note Series ini lebih suka minum minuman jelly, dan justru nggak pernah keliatan makan. Dia juga angkuh dan sensitif banget. Orang yang mau masuk ke markasnya harus disemprot pake anti bakteri dulu. Selama di dalem markas pun dia pake sepatu, nggak nyeker kayak L yang selama ini kita kenal. Trus klo pakeannya kena kotoran dikit, dia pasti bakal langsung ganti baju. Oh ya, L disini juga lebih suka pake kemeja putih, bukan kaos kayak yang biasa dipake L versi anime dan live action. Selain itu, L versi Death Note Series nggak duduk jongkok ataupun megang sesuatu dengan jempol dan jari telunjuk doang.

Sementara itu, nggak banyak perubahan dari karakter Amane Misa (diperankan oleh Hinako Sano) dari Misa yang sebelum-sebelumnya. Hanya aja Misa dan Light di Death Note Series ini saling mengagumi. Misa mengagumi Light alias Kira karena udah ngebunuh kriminal yang ngebunuh keluarganya, sedangkan Light mengagumi Misa karena dia member IchigoBerry :v

Yang menarik adalah karakter Near (diperankan oleh Mio Yuki). Di Death Note Series ini, Near memiliki kepribadian ganda gitu deh. Ketika emosinya memuncak, dia bisa ‘berubah’ jadi Mello. Padahal di Death Note Anime, Near dan Mello adalah dua orang yang berbeda. Mello digambarkan  memiliki sifat keras kepala, ambisius, dan suka makan coklat. Near di Death Note Series ini cute banget. Sifat kekanak-kanakannya dapet banget :3

Huaahh.. pokoknya banyak deh perbedaan-perbedaan jalan cerita Death Note Series ini dengan Death Note di versi-versi sebelumnya. Ada tokoh yang harusnya mati tapi di Death Note Series ini nggak mati, dan sebaliknya. Tapi perbedaan ini justru bikin Death Note jadi lebih fresh dan nggak ngebosenin. Coba kalo jalan ceritanya sama banget, pasti jalan ceritanya jadi gampang banget ketebak dan nggak seru lagi.

Kelar nonton Death Note Series, menjelang tidur malam kemaren, aku nyempetin nonton Kimi To Boku versi live action. Kebetulan versi animenya belom sempet aku tonton. Hehe..

Kimi To Boku ini bercerita tentang persahabatan antara kucing dan manusia yang terjalin selama sepuluh tahun. Kisahnya mengharukan, memang. Bermula ketika seorang pemuda yang berambisi menjadi seorang komikus menemukan seekor kucing kecil berwarna abu-abu dan loreng hitam duduk sendirian di bangku taman sambil menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Karena terpesona dengan kelucuan kucing itu, Si Pemuda membawa kucing yang tampak kelaparan itu ke tempat kost-nya dan merawatnya. Ia memberi nama kucing itu Gin’ougo. ‘Gin’ dari nama ‘Gin’ougo’ berasal dari kata ‘Ginkan’ (Bimasakti), karena ia menemukan kucing itu tepat di hari Tanabata (Festival Bintang). Setiap hari selama sepuluh tahun, mereka melewati hari bersama-sama, sampe akhirnya Gin’ougo sakit dan mati di pangkuan pemuda itu.

Konyolnya, belum seperempat bagian dari film itu yang kutonton, mataku udah basah duluan cuma karena ngeliat wujud kucingnya yang tini wini biti dan over-cute :’D Gimana nggak cute? American Short-hair gitu lho. Gendut lagi, masih tiga bulan pula umurnya. Kucing umur segitu kan lagi lucu-lucunya. Aku jadi inget Memphis—anak kucingku—coz mereka seumuran. Hahaha..
Dan menjelang ending story, tepatnya ketika Gin’ougo mengenang masa-masa pertamanya bareng pemuda itu, mataku banjir air mata. Rasanya nyesek banget cah..
Aku ngebayangin kalo hal itu terjadi sama Memphis atau Mutun. Well, walaupun mereka berdua bukan kucing ras kayak Gin’ougo, melainkan kucing kampung biasa sih (hanya aja emang bulu Mutun lebih tebal dan bulu ekornya lebih panjang).


Aku jadi penasaran sama Kimi To Boku versi animenya. Kira-kira bakal bikin nyesek juga nggak ya? :’3
Minggu, 08 November 2015 0 komentar

Hello, November

Well, aku tau ini udah terlalu telat buat menyambut bulan November dengan postingan ini. Aku nggak tau harus seneng atau gimana menyambut bulan November ini, bulan yang selalu jadi bulan favoritku. Senengnya kenapa? Ya itu tadi, karena bulan November adalah bulan yang paling aku sukai dari bulan-bulan lainnya dalam satu tahun, mengingat musim hujan biasanya dimulai pada bulan ini, musim yang paling membahagiakan buat seorang pluviophile sepertiku. Tapi aku nggak bisa boong sih, kalo bulan ini (bahkan sejak bulan lalu pun) aku dipaksa menelan cukup banyak kekecewaan.. mulai dari isu nggak enak tentang kampusku yang katanya bermasalah, juga kenyataan yang harus aku dan temen-temen seperjuangan terima bahwa wisuda kami diundur dan dilaksanain di Cirebon, nggak di Bandung seperti lulusan-lulusan sebelumnya.

Tadi pagi aku ke kampus, setelah beberapa hari sebelumnya aku dikirimin pesan broadcast via BBM dari dosen yang isinya undangan buat menghadiri sosialisasi teknis pelaksanaan wisuda. Sebelum ke kampus, aku sempet berharap kalo di kampus nanti aku bakal denger informasi bagus walau sebenernya aku yakin bahwa apa yang bakal aku denger justru sebaliknya. Aku juga berharap bisa seru-seruan lagi sama temen-temen. Kangen juga sama mereka.

Sesampainya disana, aku langsung masuk ke ruang dua, tempat dimana sosialisasi itu dilaksanain. Aku milih kursi di barisan paling depan, sendirian pula. Padahal biasanya aku lebih suka duduk di pojok, tapi karena Sherly duduk di deket-deket situ, aku nggak punya pilihan lain, karena kalo milih duduk di kursi lain aku pasti bakal ngebangke karena nggak ada temen ngobrol :’v

You know what? Baru masuk ruangan aja aku udah bisa ngebaca air muka Mr Rudi yang tampak tegang. Sedikitnya aku ngerti apa yang beliau rasain dan pikirkan. Nggak perlu disebut disini lah. Haha.. :v
Aku dan temen-temen sempet bete berat karena waktu dimulainya sosialisasi itu ngaret lumayan panjang. Harusnya dimulai jam sembilan pagi, tapi kenyataannya sosialisasi itu malah baru dimulai jam sepuluh lewat. Belum lagi kami harus terlebih dahulu menyimak siraman motivasi dulu dari pihak kampus pusat. Siraman motivasinya lamaaaa banget. Ketika adzan Dzuhur berkumandang, Branch Manager kampus baru menyampaikan informasi intinya. Ironisnya, penyampaian informasi inti itu justru singkat banget, nggak sampe sepuluh menit. Jadi tujuan utama dari sosialisasi ini adalah untuk menyampaikan bahwa acara wisuda kami yang harusnya diselenggarakan tanggal 18 November ini diundur ke tanggal 12 Desember, dan menegaskan bahwa acara wisuda itu dilaksanakan di Cirebon, bukan di Bandung.

Rasanya kecewa. Kecewa banget. Lebih kecewa ketimbang saat aku mengetahui bahwa Yupi DinoLand yang tadinya berbobot 10 gram menyusut jadi 8,5 gram (=__=’)
Aku udah seneng bakal main lagi ke kota sejuk yang juga merupakan salah satu kota favoritku itu. Eh, malah batal. Diundur lagi.. (x__x’)

Dan rasa kecewaku nggak cuma sampe disitu. Keiginanku buat seru-seruan bareng temen-temen deket hari ini juga nggak terwujud. Tadi aku cuman ketemu Sherly doang, sementara Ayu, Fatimah, dan Desi nggak keliatan. Sooo, yea, jadi double mengecewakan.


Yah, harapanku sih, semoga kedepannya nggak ada PHP-PHP dan hal-hal mengecewakan lagi. Aku lelah (=__=’)

Total Tayangan Halaman

 
;