Selasa, 10 November 2015

Tentang DEATH NOTE SERIES dan KIMI TO BOKU

I’ve gotta say thanks yang kedua kalinya buat Kak Rico. Nggak tau kenapa aku ngerasa bahwa film, lagu, dan musisi yang dia rekomendasikan ke aku hampir nggak pernah salah.

Setelah nularin virus Captain Jack dan One Ok Rock ke aku beberapa tahun lalu, kali ini dia ngasih aku rekomen Death Note Series dan film pendek Kimi To Boku. Well, sebenernya ngasih rekomennya sih udah lumayan lama, hanya aja aku baru sempet nonton sekarang. Haha..

Kalo aja dia nggak pernah bilang bahwa Death Note itu ada versi series atau Japanese Drama-nya, mungkin sampe sekarang aku bakal hanya sebatas tau bahwa Death Note itu cuma terdiri dari serial anime dan live action movie doang. Gee! Dia nggak cuma ngasih rekomen, tapi link download videonya juga. Bisa didownload disini nih >> http://animagz.org/death-note-j-drama.xhtml

Karena keterbatasan waktu buat download, alhasil downloadnya jadi nyicil gitu deh. Awal-awalnya aku cuman sempet download delapan dari sebelas episode doang dan langsung aku simpen di netbook, hanya aja nggak langsung aku tonton, coz niatnya aku bakal nonton itu setelah semua episodenya lengkap aku download. Eh, nggak taunya episode-episode yang udah aku download itu malah ditonton adikku duluan. Deeeeyymm.. (-_-“)

Akhirnya pas waktu luang, aku nonton sambil download episode-episode yang tersisa. Nontonnya juga bareng sama adik sih, jadi seru. Setelah aku tonton, aku menyimpulkan bahwa Death Note Series ini berkiblat pada Death Note Anime, hanya aja emang terdapat cukup banyak perbedaan.

Di Death Note Series ini, Light Yagami (diperankan oleh Masataka Kubota) merupakan seorang mahasiswa yang memiliki pekerjaan paruh waktu di sebuah cafe dan mengidolakan sebuah idol group bernama IchigoBerry yang salahs atu membernya adalah Amane Misa. Geeezzz.. menggelikan nggak coba? Seorang Light Yagami yang selama ini aku kenal dengan kesan cool, gelap dan misterius, di Death Note Series ini dia layaknya seorang fans Jeketi48 yang bawa-bawa joystick ditengah para fans lainnya ketika idol group favorit mereka manggung (=__=’)
Dia juga nggak berambisi ngikutin ayahnya menjadi anggota kepolisian, melainkan lebih berambisi jadi PNS :v Selain itu, di Death Note Series ini ibu Light Yagami dikisahkan udah meninggal. Yang konyol adalah ketika Light dkk ngelakuin penyelidikan di perusahaan Yotsuba. Light sempet pura-pura jadi tukang make up artis gitu. Wakakakak.. konyol aja liat seorang Light Yagami nenteng-nenteng tas cewek dan bergaya kebanci-bancian kayak gitu :v

Ngomong-ngomong tentang Light Yagami, menurutku Masataka Kubota memerankannya dengan cukup baik. Ekspresi jahatnya dapet banget, sama kayak versi animenya. Hanya ajaaaa.. kok menurutku tampang dia agak-agak mirip Andika Kangen Band yaa (aku bilang ‘agak’ lho). Apalagi kalo dia senyum lebar, haisshh.. mirip banget (x_x) Untung aja suaranya nggak mirip juga. Am I the only one who thinks like this?

Beralih ke tokoh L (diperankan oleh Yamazaki Kento). Berbeda dengan L di Death Note Anime ataupun Death Note Live Action Movie yang sehari-harinya suka makan dan minum yang manis-manis, L versi Death Note Series ini lebih suka minum minuman jelly, dan justru nggak pernah keliatan makan. Dia juga angkuh dan sensitif banget. Orang yang mau masuk ke markasnya harus disemprot pake anti bakteri dulu. Selama di dalem markas pun dia pake sepatu, nggak nyeker kayak L yang selama ini kita kenal. Trus klo pakeannya kena kotoran dikit, dia pasti bakal langsung ganti baju. Oh ya, L disini juga lebih suka pake kemeja putih, bukan kaos kayak yang biasa dipake L versi anime dan live action. Selain itu, L versi Death Note Series nggak duduk jongkok ataupun megang sesuatu dengan jempol dan jari telunjuk doang.

Sementara itu, nggak banyak perubahan dari karakter Amane Misa (diperankan oleh Hinako Sano) dari Misa yang sebelum-sebelumnya. Hanya aja Misa dan Light di Death Note Series ini saling mengagumi. Misa mengagumi Light alias Kira karena udah ngebunuh kriminal yang ngebunuh keluarganya, sedangkan Light mengagumi Misa karena dia member IchigoBerry :v

Yang menarik adalah karakter Near (diperankan oleh Mio Yuki). Di Death Note Series ini, Near memiliki kepribadian ganda gitu deh. Ketika emosinya memuncak, dia bisa ‘berubah’ jadi Mello. Padahal di Death Note Anime, Near dan Mello adalah dua orang yang berbeda. Mello digambarkan  memiliki sifat keras kepala, ambisius, dan suka makan coklat. Near di Death Note Series ini cute banget. Sifat kekanak-kanakannya dapet banget :3

Huaahh.. pokoknya banyak deh perbedaan-perbedaan jalan cerita Death Note Series ini dengan Death Note di versi-versi sebelumnya. Ada tokoh yang harusnya mati tapi di Death Note Series ini nggak mati, dan sebaliknya. Tapi perbedaan ini justru bikin Death Note jadi lebih fresh dan nggak ngebosenin. Coba kalo jalan ceritanya sama banget, pasti jalan ceritanya jadi gampang banget ketebak dan nggak seru lagi.

Kelar nonton Death Note Series, menjelang tidur malam kemaren, aku nyempetin nonton Kimi To Boku versi live action. Kebetulan versi animenya belom sempet aku tonton. Hehe..

Kimi To Boku ini bercerita tentang persahabatan antara kucing dan manusia yang terjalin selama sepuluh tahun. Kisahnya mengharukan, memang. Bermula ketika seorang pemuda yang berambisi menjadi seorang komikus menemukan seekor kucing kecil berwarna abu-abu dan loreng hitam duduk sendirian di bangku taman sambil menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Karena terpesona dengan kelucuan kucing itu, Si Pemuda membawa kucing yang tampak kelaparan itu ke tempat kost-nya dan merawatnya. Ia memberi nama kucing itu Gin’ougo. ‘Gin’ dari nama ‘Gin’ougo’ berasal dari kata ‘Ginkan’ (Bimasakti), karena ia menemukan kucing itu tepat di hari Tanabata (Festival Bintang). Setiap hari selama sepuluh tahun, mereka melewati hari bersama-sama, sampe akhirnya Gin’ougo sakit dan mati di pangkuan pemuda itu.

Konyolnya, belum seperempat bagian dari film itu yang kutonton, mataku udah basah duluan cuma karena ngeliat wujud kucingnya yang tini wini biti dan over-cute :’D Gimana nggak cute? American Short-hair gitu lho. Gendut lagi, masih tiga bulan pula umurnya. Kucing umur segitu kan lagi lucu-lucunya. Aku jadi inget Memphis—anak kucingku—coz mereka seumuran. Hahaha..
Dan menjelang ending story, tepatnya ketika Gin’ougo mengenang masa-masa pertamanya bareng pemuda itu, mataku banjir air mata. Rasanya nyesek banget cah..
Aku ngebayangin kalo hal itu terjadi sama Memphis atau Mutun. Well, walaupun mereka berdua bukan kucing ras kayak Gin’ougo, melainkan kucing kampung biasa sih (hanya aja emang bulu Mutun lebih tebal dan bulu ekornya lebih panjang).


Aku jadi penasaran sama Kimi To Boku versi animenya. Kira-kira bakal bikin nyesek juga nggak ya? :’3

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Yang kimi to boku beneran bkin nangis ya,sist. Unik bgd. Br kalo ini ada film yg ngambil sudut pandang seekor kucing. :')

Anonim mengatakan...

*kali

Putri Vidialesta mengatakan...

Iya, Sist. Kalo yang berbentuk tulisan kan udah ada di bukunya Raditya Dika (tapi malah konyol, nggak ada sedih-sedihnya xD)
Suka kucing juga ya, Sist :3

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;