Mungkin ini kesekian
kalinya aku menulis topik tentang ini. Faker, yakni julukan keren bagi para
pemalsu identitas di dunia maya. Well,
aku yakin, di dunia ini banyak banget pengguna akun media sosial yang jadi
pemalsu identitas, mulai dari akun Facebook, Line, WhatsApp, KakaoTalk,
Twitter, bahkan Instagram dan BBM-pun these
days banyak yang memalsukan.
Mungkin diantara Pembaca
juga ada yang pernah jadi Faker. Bahkan aku sendiri mengakui bahwa aku pernah
melakukannya. Hahaha.. ^^v
Alright, menurut pengalaman dan pengamatanku, seseorang bisa menjadi
Faker karena beberapa faktor :
- Bosen menjalani peran sebagai diri sendiri
- Pengen cari ribut, memprovokasi, atau mengolok-olok seseorang, suatu grup, atau komunitas tanpa diketahui identitas aslinya
- Pengen cari temen buat diajak ngobrol soal *ifyouknowwhatImean*
- Pengen mata-matain / nge-stalk seseorang atau mencari tau informasi tentang sesuatu
- Kelewat jones , jadi bikin akun palsu buat dijadiin partner (palsu)-nya
- Benci sama seseorang, jadi bikin akun palsu atas nama orang yang dia benci buat merusak nama baiknya
- Gila jempol alias likers ataupun followers. Saking kepengennya postingan dia banyak yang nge-like atau akunnya di-follow banyak orang, jadi sampe bela-belain bikin akun-akun palsu buat jadi likers ataupun followers (palsu)-nya
- Pengen cari perhatian dan sensasi
- Sengaja pengen ngejahilin orang.
Aku pribadi menyebut ini
sebagai ‘kegiatan bermain peran’, walaupun sebenernya ‘bermain peran’ merupakan
kegiatan yang biasa dilakukan oleh para Roleplayer
sih ya.
Well, Roleplayer dan Faker memang
serupa tapi nggak sama. Seperti yang aku sebut di atas tadi, Roleplayer adalah mereka yang membuat
akun sosial media atas nama idolanya dan menggunakan akun tersebut untuk
memerankan idolanya tersebut. Status-status yang mereka update juga bener-bener mencerminkan kelakuan si artis yang
sebenernya. Yup, HANYA MEMERANKAN, bukan mengaku-ngaku bahwa dia adalah real artis yang diperankannya. Sedangkan
Faker adalah mereka yang melakukan
pemalsuan identitas dengan mengaku-ngaku sebagai orang lain. Jadi, Roleplayer bisa dibilang sama sekali
bukan merupakan bentuk penipuan, karena para Roleplayer mengakui bahwa mereka hanyalah penggemar yang sedang
bermain peran menjadi tokoh idolanya, jadi orang lain nggak bakal salah mengira
bahwa Si Roleplayer itu adalah artis atau tokoh idola yang sesungguhnya.
Berbeda dengan Faker. Karena niat mereka memalsukan
identitas, jadi ya nama yang mereka pakai berbeda-beda, alias nggak sesuai
dengan nama orang yang fotonya mereka pakai atau mereka akuin sebagai foto
mereka. Mereka biasanya nyari foto dari tokoh idola yang mereka pikir kurang
dikenal masyarakat. Misalnya, (sebut aja) Si A pengen jadi Faker. Lalu dia bikin akun media sosial
dengan nama Alexander Kevin (maaf nih kalo ada yang namanya sama). Setelah itu,
dia ngambilin foto-foto Mario Maurer buat dia upload ke akun palsu tadi dan dia
akui sebagai foto-foto miliknya, karena dia pikir masyarakat Indonesia nggak
bakal tau kalo foto-foto yang dia pake di akun itu sebenernya adalah foto Mario.
Tapi Faker sekarang udah
banyak yang pinter lho. Kalo dulu, Faker biasanya menggunakan foto artis
ataupun foto tokoh terkenal, tapi sekarang, Faker udah banyak banget yang
menggunakan foto-foto orang lain yang bukan artis atau tokoh terkenal—tapi
tentu aja dengan penampilan yang menarik. Kenapa mereka nggak lagi pake foto
artis atau foto tokoh terkenal? Karena sekarang foto artis dan foto tokoh
terkenal bisa dengan gampang terlacak. Yah, ada sih Faker yang masih nge-faker
pakai foto artis dan foto tokoh terkenal, hanya aja biasanya foto yang dia
pakai adalah foto artis atau tokoh terkenal dari negara yang masih tetanggaan
dekat dengan Indonesia (karena orang-orang yang berasal dari negara tetangga
biasanya wajahnya mirip dengan wajah orang Indonesia), itupun biasanya
foto-foto itu udah dimodifikasi ataupun diedit biar nggak mudah terlacak. Kecuali
kalo Faker-nya masih pemula banget,
biasanya dia nggak mempertimbangkan apakah fotonya bakal terlacak atau enggak.
Dalam mengupload foto
orang pun, Faker yang ‘mikir’
biasanya pilih-pilih dalam mencomot dan mengunggah foto. Mereka biasanya
mencomot dan mengupload foto yang ‘masuk akal’ agar nggak mudah dicurigai. Sedangkan
Faker pemula biasanya asal upload. Misalnya
nih, seorang Faker pengen mengupload foto orang—yang dia akui sebagai
dirinya—yang sedang menyetir mobil dengan caption
“Jalan-jalan ke Ciwalk dulu ah”. Foto itu dia ambil dari akun orang
Vietnam. Kita tau kan kalo posisi kemudi mobil di negara kita terletak di
sebelah kanan, sedangkan posisi kemudi mobil di Vietnam terletak di sebelah
kiri. Faker Pro biasanya akan mengedit foto itu dulu sebelum diunggah.
Sedangkan Faker pemula mungkin nggak
memikirkan hal ini.
Faker dulu juga biasanya
cuma punya satu akun. Tapi Faker sekarang udah banyak yang punya akun palsu
lebih dari tiga. Apa tujuannya? Jelas, agar akun palsunya terlihat lebih real.
Logikanya gini. Kita yang
punya akun asli pasti sering, atau seenggaknya pernah saling komen atau saling
nge-wall sama temen ‘nyata’ atau
temen deket kita. Misalnya gini :
A : “Eh,
Curut. Hape lo kenapa? Gw telpon nggak aktif mulu”
B : “Maap, Nyet, hape gw rusak. Ngapain lo telpon gw?”
B : “Maap, Nyet, hape gw rusak. Ngapain lo telpon gw?”
A :
“Gapapa, cuma mo ngajak lo jalan-jalan. Sumpek dirumah terus.”
B : “Ayo. Kapan? Kemana?”
A : “Pangandaran yuk, ntar Sabtu. Ajak Si Buncul juga sekalian.”
A : “Pangandaran yuk, ntar Sabtu. Ajak Si Buncul juga sekalian.”
Yah, begitulah kira-kira.
Nah, Faker juga sama. Pasti mencurigakan kan kalo ada akun milik seseorang
dengan penampilan menarik tapi akunnya sepi banget, nggak ada yang komen, nggak
ada yang nge-wall.. Mungkin aja sih
kalo dia kelewat pendiam, menderita Fobia Sosial, ataupun memiliki masalah
sosial lainnya, makanya dia nggak punya temen. Tapi kalo hampir atau bahkan
setiap hari mereka bisa upload foto
lebih dari lima alias kelewat narsis, rasanya pemikiran bahwa mereka memiliki
masalah sosial itu mustahil banget. Makanya, seorang Faker bisa bikin akun
palsu sampe lebih dari tiga agar nggak dicurigai demikian. Faker yang punya
akun banyak ini biasanya punya satu atau dua akun utama (paling menonjol,
paling sering update, paling sering online, paling eksis lah pokoknya). Nah,
akun palsu lainnya itu ya untuk mendukung akun utama itu agar terlihat lebih
rame dan real. Biasanya akun-akun itu
berperan sebagai teman, keluarga, atau pacar dari akun utama, dan biasanya
mereka sering muncul kalo si akun utama posting sesuatu (beberapa akun ada juga
yang memenuhi wall si akun utama).
Akun-akun itu juga biasanya baru dibuat dan jarak waktu pembuatannya nggak jauh
antara akun yang satu dengan akun lainnya. Lalu, apabila akun utama mati
(vakum, dinonaktifkan, ketauan palsu, etc..) maka biasanya akun palsu lainnya
pun bakal stop beroperasi.
Tapi ada juga lho Faker
yang bekerjasama dengan sesama Faker lainnya agar akun palsu buatan mereka
bener-bener terlihat rame seperti akun real.
Hanya aja, meskipun asik (karena akun palsu bisa terlihat lebih real), metode kerjasama ini resikonya
lebih besar. Karena kalo satu akun ketauan palsu, maka kedok akun lainnya pun
terbongkar, termasuk akun milik Faker yang melakukan kerjasama dengan Faker
yang kedoknya terbongkar tersebut. Lalu ada juga Faker yang pakai aplikasi autolike. Yah, pokoknya banyak lah cara
yang dilakukan Faker biar akunnya ‘hidup’.
Beberapa bulan yang lalu,
tepatnya di awal September tahun lalu, aku dikejutkan dengan sebuah akun Facebook
atas namaku. Well, bukan namaku sih,
melainkan nama penaku, ‘Vidialesta’. Sejauh ini, yang aku tau, nama Vidialesta
itu cuma aku yang menggunakan. Berbeda dengan nama ‘Vidia Lestari’ yang sangat
berjibun. Makanya aku terdorong untuk nge-stalk
akun itu. Apalagi akun itu menggunakan foto Zee Matanawee sebagai foto
profilnya. Sebenernya beberapa tahun yang lalu juga pernah ada sih akun
Facebook palsu yang mengatasnamakan aku. Aku pernah mengeluhkan hal ini di
salah satu status yang aku posting, dan kebetulan aja ada anak MCRmy yang komen
dan mengaku bahwa akun itu dibuat sama temannya yang berniat buat merusak nama
baikku, hanya aja dia nggak mau nyebut nama temannya itu. Aku memang mencurigai
satu nama sih, cewek, anak MCRmy juga dan pernah ada di friendlist Facebookku sebelum akhirnya dia memblokirku dari friendlist-nya. Tapi syukurnya,
perusakan nama baik itu nggak bener-bener terjadi. Semua itu akhirnya berlalu,
dan nggak lama setelah itu akun palsu atas nama ‘Putri Vidialesta’ itu menghilang
dari peredaran. Aku lega atas hal itu, sebelum akhirnya dibuat kesel lagi sama
akun palsu bernama ‘Vidialesta’ yang baru kutemukan awal September tahun lalu
itu.
Si pemilik akun palsu itu
memang nggak berniat buat merusak nama baikku sih, hanya aja yang bikin kesel, akun
berjenis kelamin cowok (tapi aku yakin pengelolanya adalah cewek) itu
menggunakan foto-foto yang diposting di blogku. Nggak cuma foto-foto Zee aja
yang dia comot dan dia akui sebagai foto-fotonya, tapi juga foto temen-temen
kampusku pas tanding futsal dua tahun lalu pun dia upload ke Facebooknya. Nah,
gimana nggak kesel coba? Udah pakai namaku, pakai foto-foto dari blogku juga.
Foto pertandingan futsal kampusku tahun 2013 lalu yang dicomot sama Si Vidialesta abal-abal |
Selain itu, ada juga wallpaper dengan teks ‘I’m sick of this life’ yang pernah aku
buat tahun 2010 lalu, dan foto My Chemical Romance dengan formasi lama—Gerard
Way, Mikey Way, Ray Toro, Frank Iero, dan Bob Bryar—yang pernah aku posting ke
blog pas jaman-jamannya nama MCR masih berkibar. Di foto MCR yang Si Vidialesta
Abal-Abal upload ke Facebook itu, dia
kasih caption, “MCR. Fans berat gue
nih, Gan. Gak berat-berat banget sih. Takut ngga kuat ngangkat. Hahaha.. Kalo
kamu suka nggak?”
Udah jadi Vidialesta abal-abal, jadi MCRmy abal-abal juga nih orang :v |
Well, yang beneran MCRmy alias fans alias penggemar MCR pasti tau kalo MCR udah bubar sejak tahun 2013 lalu. Kalo dia beneran penggemar MCR, maka caption yang sangat mungkin dia tulis adalah, “Kangen banget sama MCR..” atau “Gue harap MCR muncul lagi dan bersatu dengan formasi ini lagi kayak jaman-jamannya The Black Parade dulu”, atau caption-caption serupa lainnya.
Di awal-awal pembuatan
akun, dia sering banget upload foto
Zee Keenan, dan semuanya adalah foto-foto Zee yang pernah aku posting di
blogku. Kemudian setelah SEMUA foto Zee yang (kuduga kuat) ia comot dari blogku
itu dia upload di Facebooknya, dia
sempat vakum ngupload foto. Eh, nggak taunya setelah vakum ngupload foto, dia
nongol lagi dengan foto orang baru berwajah sangat Indonesia, berkulit gelap,
dengan poni lempar. Lalu di foto-dengan-wajah-baru yang dia upload itu,
seseorang berkomentar,
“Ini beneran foto kamu?”
Kemudian beberapa hari
setelah itu, dia ganti foto lagi, kali ini foto seorang cowok putih berwajah
Asia. Kali ini seorang cewek asal Myanmar berkomentar, “I think I know him.” Dan beberapa hari kemudian setelah itu, Si
Vidialesta Abal-Abal ganti foto lagi dengan foto orang yang lain—yang sampai
sekarang dia gunakan. Foto-foto Zee, foto cowok polem berkulit gelap, dan foto
orang yang dikomen sama cewek Myanmar itu dihapusnya. Hahaha.. Konyol kan xD
Aku yakin banget sih kalo
Si Vidialesta abal-abal itu sekarang pakai foto-foto cowok Myanmar. Coz ada salah satu foto dia dengan latar
belakang pagoda putih di Myanmar gitu. Konyolnya, dia mengaku bahwa foto itu
dia ambil di Bali, dan aku cuma bisa ketawa geli ketika cewek Myanmar yang
waktu itu mengomentari fotonya kembali berkomentar, “It has in Myanmar (mungkin artinya, “Ini ada di Myanmar”). Haisshh.. Mungkin harusnya Faker itu piknik ke
Bali dulu, dan memastikan apakah ada pagoda seperti itu di Bali :v
Sayangnya foto itu udah
di-delete sama dia (mungkin takut
ketauan gara-gara komentar cewek Myanmar itu), jadi nggak bisa aku publikasikan
disini. Tapi ada sih beberapa foto yang membuktikan bahwa dia itu bukan orang Indonesia.
Liat tulisan yang ada di tas itu kan? Tulisannya MYAN MAR |
Produk yang dia konsumsi juga tampaknya bukan produk Indonesia :3 |
Mirisnya, Si Vidialesta abal-abal ini pacaran sama seorang cewek innocent yang nggak sadar kalo dia
palsu. Setauku cewek ini udah berteman di Facebook sama Vidialesta abal-abal
sejak dia pake foto Zee. Kok bisa cewek itu nggak nyadar? (=__=)
Dan ini.. temennya Si
Vidialesta abal-abal yang udah pasti fake
juga. Ngakunya mau sholat Magrib, padahal jagat masih terang benderang.
Hahaha..
Just to let you know, Guys. Sebagian besar cowok di Myanmar hampir
setiap hari memakai sarung (kalo disana namanya ‘longyi’), termasuk kalo
berangkat sekolah.
Mau sholat Magrib katanya :3 |
Anyway, setahuku, Vidialesta punya beberapa teman fake, dan semuanya menggunakan foto-foto
cowok Myanmar (hanya aja aku belum tau siapa nama-nama pemilik asli
foto-fotonya). Akun-akun itu juga merupakan akun-akun yang baru dibuat (akun
Vidialesta dibuat tahun 2015, sementara akun teman-temannya ada yang dibuat
tahun 2015 dan tahun 2016). Aneh kan? Masa serombongan akunnya baru semua :3
Aku yakin sih, akun-akun ini dikelola sama orang yang sama, dan aku udah
mencurigai satu nama. Tapi ya biarlah.. Liat aja nanti. Aku masih pengen tau
sejauh mana Faker ini beraksi :3
Kemudian ada lagi akun Facebook
seseorang yang mengaku blasteran Inggris-Indonesia.
Ia mengaku lahir dan besar di Manchester, Inggris dan hanya saat liburan aja dia bisa ke Indonesia. Dia juga mengaku bahwa saat ini dia sedang belajar berbahasa Indonesia. Memang sih, setiap kali berbahasa Indonesia, orang itu menggunakan bahasa Indonesia yang baku layaknya orang bule baru belajar Bahasa. Tapi anehnya, bahasa Inggris dia pun banyak yang keliru. Contoh kecilnya kayak gini :
Ia mengaku lahir dan besar di Manchester, Inggris dan hanya saat liburan aja dia bisa ke Indonesia. Dia juga mengaku bahwa saat ini dia sedang belajar berbahasa Indonesia. Memang sih, setiap kali berbahasa Indonesia, orang itu menggunakan bahasa Indonesia yang baku layaknya orang bule baru belajar Bahasa. Tapi anehnya, bahasa Inggris dia pun banyak yang keliru. Contoh kecilnya kayak gini :
Dari penulisan jam aja udah salah. Jam 6.35 kok pake "o'clock" -_- |
Sebenarnya ini ajakan yang baik sih dari Si Faker, ngajakin belajar bahasa asing gitu. Tapi caranya salah :v |
Lucunya lagi, dia juga
sering banget memamerkan iris matanya
yang berwarna cognac. Upload foto matanya lah, atau foto
tampak wajah dia dengan teks ‘look my
eyes’.
Rasanya pengen aku komen aja, “Lantas kenapa gitu kalo saya lihat mata situ? Saya bakal kehipnotis?” Geez.. Teknologi sekarang sudah maju, Buddy. Semua orang juga bisa punya iris mata berwarna kalo pake lensa kontak -_-
Rasanya pengen aku komen aja, “Lantas kenapa gitu kalo saya lihat mata situ? Saya bakal kehipnotis?” Geez.. Teknologi sekarang sudah maju, Buddy. Semua orang juga bisa punya iris mata berwarna kalo pake lensa kontak -_-
Lagipula faktanya, orang
yang beneran punya warna iris mata
yang berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya, pasti nggak akan merasa perlu
buat menonjolkan (atau memamerkan) perbedaan itu.
Si Faker pamer kalo dia itu blasteran. |
Ada juga Faker yang
merasa dirinya jelek, tapi rajin upload
foto. Padahal kenyataannya, orang yang merasa jelek kebanyakan minder dan
jarang upload foto. Kalaupun jelek
tapi pede, biasanya mereka nggak perlu mencantumkan caption yang memancing komen atau pendapat bahwa dirinya jelek atau
enggak.
Lalu ada Faker yang menyanjung-nyanjung dirinya sendiri kayak gini.
Oh ya, mungkin sebagian dari kita berpikir bahwa akun sosmed yang fake itu biasanya baru dibuat. Emang bener sih. Tapi ada juga lho akun fake yang udah lama dibuat, itupun akunnya transgender, kayak gini :v
Profilnya sih pake nama cowok, tapi coba liat link akunnya :v |
Huaaahh.. pokoknya banyak
banget deh orang-orang kayak gitu, apalagi di Facebook yang aksesnya mudah.
Mudah buat akunnya, mudah cari temannya, mudah cari likers dan commenters..
Begitu juga dengan BBM yang sekarang bisa digunakan lebih dari tiga akun dalam
satu device.
Anehnya masih banyak aja
yang ketipu sama orang-orang kayak gitu, khususnya para cewek. Aku sendiri udah
nggak mudah percaya lagi sama seseorang dengan penampilan good-looking di dumay, apalagi mereka yang kelewat friendly banget, sampe-sampe temen-temen
dumaynya disapa, di-tag, ataupun di-summon gitu di postingan yang sebenernya
nggak penting dan nggak berhubungan dengan orang yang mereka tag. Karena apa? Sangat jarang orang—yang
benar-benar good-looking—yang seramah
itu, bahkan sama temen-temen dumay-nya yang notabene nggak mereka kenal secara
langsung. Apalagi cowok, mereka biasanya dingin. Seperti yang udah aku bilang
sebelumnya, para Faker biasanya haus like
dan comment, makanya mereka hobi nge-tag
ataupun summon orang untuk mengundang
perhatian agar postingan mereka di-like
ataupun di-comment. Padahal
logikanya, orang yang REALLY good-looking
nggak butuh tuh pengakuan dari orang lain atas kegantengan atau kecantikannya.
Nggak percaya? Gampang kok cara buktiinnya. Coba ajak mereka ketemuan, atau video call. Kalo mereka mau, dan
ternyata sosoknya sama dengan yang kamu kenal di dunia maya, berarti kamu
beruntung, nggak kena tipu. Tapi kalo dia nggak mau, nah itu patut dicurigai.
Kayak si Vidialesta abal-abal ini nih, diajak video call sama ceweknya sendiri tapi ngeles. Aku yakin kalo diajak ketemuan, nih orang pasti bakal ngeles, ngilang, atau nggak pura-pura mati :3
Mau tau lebih banyak tentang Faker? Tengok page ini aja, or like this page if you don't mind :) >> All About Faker
0 komentar:
Posting Komentar