Aku bukan tipe orang yang
sepenuhnya percaya sama acara-acara reality
show yang banyak ditayangkan di tivi-tivi. Dulu mungkin iya, aku percaya
bahwa apa yang mereka tayangkan itu murni realita. Tapi semenjak aku mendengar
bahwa tetanggaku ada yang ditawari syuting untuk sebuah episode salah satu
acara reality show yang cukup
terkenal pada saat itu (kebetulan aku juga suka nonton), aku jadi sadar bahwa
apa yang mereka sebut reality show
itu nggak lebih dari sekedar tayangan yang direkayasa.
But however, jujur acara-acara kayak gitu tetep seru buat ditonton.
Yah, walau nggak semuanya seru ya, karena ada juga yang adegannya kelewat lebay
dan terlihat nggak natural, sehingga bikin acaranya jadi garing.
Belakangan ini, ada acara
reality show yang cukup sering aku
dan keluargaku tonton setiap sore, judulnya Rumah Uya yang di tayangkan di
Trans 7. Aku nggak tau sih acara ini beneran reality show atau reality
show yang direkayasa, yang jelas sejauh ini sih adegan-adegan yang aku
lihat cukup natural, nggak lebay, dan cukup seru ditonton.
Reality show ini berupa acara bincang-bincang yang membahas
permasalahan pribadi seseorang yang dikupas secara ringan oleh Om Uya Kuya
sebagai konsultan dan dibantu oleh asisten-asisten yang memiliki peran
masing-masing. Dengan kata lain, acara ini merupakan wadah bagi mereka yang
ingin mengadu sekaligus memecahkan masalah kehidupannya dengan dibantu oleh tim
dari acara Rumah Uya ini, entah itu masalah percintaan, keluarga, atau pertemanan.
Dari sekian episode Rumah
Uya yang pernah aku tonton, ada satu episode yang membekas banget di pikiranku.
Bekasnya belum hilang sampe hari ini, meskipun episode itu ditayangkan beberapa
hari yang lalu, tepatnya hari Jum’at 26 Februari. Sore itu, aku menonton acara
itu bareng adik. Episode Rumah Uya hari itu bisa dibilang cukup membuat
perasaanku campur aduk antara geli, gemes, dan miris.
Episode hari itu mengupas
masalah seorang cewek bernama Jeje yang ingin meminta pengakuan dari Liana—sahabatnya—mengenai
bener atau enggaknya sahabatnya itu menjalin hubungan spesial dengan cowok
bernama Berry—pacar Jeje. Singkat cerita, tim Rumah Uya mendatangkan sepasang
sahabat itu. Keduanya cantik, hanya aja Liana tampak lebih kekanak-kanakan,
keliatan dari cara dia menjawab pertanyaan, agak manja-manja gitu deh.
Mula-mula Jeje bertanya
pada Liana perihal hubungan antara dia dengan Berry, pacar Jeje. Kemudian Liana
mengaku bahwa dia nggak kenal dengan Berry. Mendengar jawaban Liana, tim Rumah
Uya menampilkan beberapa foto yang memperlihatkan Liana bersama seorang cowok,
ada yang lagi jalan bareng, ada yang lagi duduk bareng.. Tapi dari kesemua foto
yang ditampilkan itu nggak ada satupun yang menampilkan wajah si cowok, karena
posisi si cowok selalu memunggungi kamera. Melihat bukti-bukti itu, Liana mengaku
bahwa cowok yang ada di foto-foto itu bukan Berry, melainkan pacarnya, hanya
aja Liana menolak buat menyebut nama pacarnya dengan alasan privacy. Dia bahkan enggan
memperkenalkan pacarnya ke sahabatnya sendiri. Sedangkan Jeje yang mengenal
pacarnya dengan baik yakin banget bahwa cowok didalam foto itu bener-bener
Berry, dan dia nggak percaya kalo Liana bener-bener punya pacar, karena selain
karena Liana nggak pernah memperkenalkannya, Liana juga nggak pernah cerita
apapun soal hubungan asmaranya.
Kemudian Rumah Uya
mendatangkan pacar Jeje yang namanya si Berry itu. Ketika ditanya, Berry
mengaku bahwa dia nggak mengenal Liana—meskipun mereka satu kampus.Tapi setelah
melihat bukti foto yang ditampilkan tim Rumah Uya di screen, Berry akhirnya mengaku bahwa cowok yang bareng Liana di
foto itu adalah dia, hanya aja dia mengaku bahwa dia nggak ada hubungan spesial
dengan Liana. Awalnya aku pikir, wah si
Berry ini nggak bener nih, udah ada bukti tapi nggak ngaku. Tapiiii.. tiba-tiba
Liana menyangkal pengakuan cowok itu. Tiba-tiba Liana bersikukuh bahwa selama
ini dia deket sama Berry. Selain itu, dia juga mengaku bahwa Berry sering
banget manggil dia ‘sayang’, dan memberinya bunga dan coklat. Pengakuan ini
jelas membuat pendengarnya heran. Gimana enggak? Kan di awal tadi dia mengaku
nggak kenal sama Berry. Om Uya kemudian meminta Liana buat menunjukkan SMS-SMS
mereka sebagai bukti bahwa Berry bener-bener manggil dia dengan sebutan
‘sayang’. Tapi Liana bilang, “HP-nya lowbat.”
“Ada charger. Nanti kita charge
HP kamu biar nggak lowbat,” kata Om
Uya.
“Tapi HP-nya aku taruh di
tas, tas-nya aku taruh di belakang.”
“Kalo gitu kamu ambil.”
“Emang boleh?”
“Boleh, silahkan.”
Liana kemudian berdiri
buat mengambil tasnya di luar ruangan. Tapi baru berdiri, dia duduk lagi dan
mengaku bahwa hapenya ketinggalan di rumah. Dari sinilah aku mulai membaca adanya
ketidakberesan pada cewek bernama Liana itu.
Bukan, ketidakberesan
yang aku maksud bukan cuma mengenai sikapnya yang mengesankan kalo dirinya
berbohong, tapi ada yang lain. Awalnya aku sempat berpikir bahwa Liana ini
seperti cewek-cewek pada umumnya yang berusaha berbohong buat menutupi
kesalahan. Tapi semakin masalah itu dikupas, para audiences pasti sependapat deh kalo Liana itu ‘berbeda dan nggak
biasa’.
Pertama, Liana mengaku
bahwa dia dekat dengan Berry, dan Berry memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’.
Sedangkan faktanya adalah, Liana cuma pernah meminta Berry nemenin dia ke acara
nikahan temannya dan berpura-pura jadi pacar Liana. Gitu doang.
Kedua, ditengah-tengah
berlangsungnya acara, Liana mengaku pusing. Dia mengaku bahwa dia mengidap
penyakit yang nggak diketahui apa namanya. Well,
Jeje mengaku kalo dia memang sering liat Liana bawa obat-obatan, tapi nggak
tau obat apaan. Kata Liana, dokter yang memeriksanya pernah bilang bahwa
hidupnya nggak lama lagi. Kemudian dia pingsan sebelum kemudian akhirnya bangun
lagi satu menit kemudian. Itupun dia bangun karena terus-terusan digodain tim
Rumah Uya. Of course, keliatan banget
kalo dia pingsan pura-pura.
Ketiga, Liana mengaku
kalo dirinya sering menerima bunga atau cokelat setiap seminggu sekali—tepatnya
hari Kamis, malam Jum’at—dari seseorang. Tapi tanpa diketahui Liana, rupanya
sebelumnya tim Rumah Uya udah melakukan penyelidikan sehingga terkuaklah fakta
bahwa selama ini yang mengirimkan bunga dan coklat ke rumah Liana itu nggak
lain dan nggak bukan yakni Liana sendiri.
At first, aku sempet geli dan gemes liat tingkah dan
jawaban-jawaban Liana selama dirinya di interogasi sama tim Rumah Uya dan
sahabatnya. Aku yakin para audiences
juga pasti merasa demikian, bahkan di Twitter ada yang mengaku ngakak
guling-guling ngeliatnya.
Tapi semakin ‘ketidakbiasaan’
Liana itu semakin kentara, aku jadi kasihan sama dia. Entahlah, aku ngerasa
bahwa apa yang kita lihat dari Liana itu nggak seharusnya dianggep lelucon atau
ditertawakan. Sebaliknya, aku rasa dia butuh pertolongan. Dia butuh orang-orang
yang bisa mengerti dia dan memperhatikan dia. Jujur, aku prihatin banget. Aku
ngerasa bahwa dia memang sakit. Obat-obatan yang sering dilihat Jeje itu
semakin menguatkan dugaanku tentang itu. Hanya aja bukan sakit fisik yang diderita
Liana, melainkan batin. Batinnya tertekan, siapa tau? Selama ini dia hidup
tanpa orangtua (dia tinggal bareng tantenya yang bahkan nggak tau tentang
ketidakbiasaan dalam diri keponakannya itu), ditambah lagi statusnya yang
selalu single (menurut Jeje, Liana
sebenernya nggak pernah punya pacar. Ya
know kan people these days kayak
gimana. Status single atau jomblo seolah-olah hina di mata
masyarakat sekarang, sehingga sering banget dijadikan lelucon), kemungkinan dia
sering mendapat olok-olok dari orang-orang di sekitarnya.
Apa yang aku pikirkan
ternyata sama dengan apa yang dipikirkan Ummi Yuyun—penasehat keagamaan dalam
acara ini. Menurut Ummi Yuyun, Liana butuh berteman dengan banyak orang dan
mendekatkan diri sama Tuhan. Ummi Yuyun bahkan menangis ketika menyampaikan ini
ke Liana. Damn, jujur aku miris
banget ngeliat scene ini. I wanna save her, if I could. Aku harap
ada orang-orang yang bisa memotivasi dan memahaminya. Aku juga berharap
tantenya bisa lebih memperhatikan keponakannya.
Mungkin Liana adalah
salah satu dari sekian banyak orang diluar sana yang mengalami hal semacam ini.
Really.. I wanna save them, if I could.
6 komentar:
Aku juga liat yg pas ini. Aku pikir liana itu ada gangguan mental apa gimana. Kasian kaya ga punya pendirian gitu. Btw sist sorry line nya blm aku bales...wkwk
Iya, Sis, I think so. Aku malah jadi penasaran juga sama dia. Kepo sama daily life-nya. Hehe..
Aih gapapa kok, Sis. Santai aja ^^
Iya aku juga kasian sama dia, pasti kurang bergaul sama temen2nya ditambah olok-olokan temannya. Miris, ada link youtubenya gak?
Yup. Orang kayak gitu harusnya dirangkul, bukan dijadiin bahan lelucon :)
Hmm.. Coba aja cari di Youtube pake kata kunci 'Rumah Uya 26 Februari'. Udah ada kok di Youtube.
Ada yg mau nonton rumah tua LIVE gak ? Transport ditanggung. Gratis. Syaratnya: cuman punya almet.(boleh minjem) kalo ada yg minat bisa line @tressasiregar. Hanya untuk episode rabu 23 november 2016
Typo. Rumah kuya maksutnya
Posting Komentar