Juli.
Juli yang menguras perasaan. Terlalu banyak hal nggak terduga yang terjadi di
bulan ini, bahkan sebelum sampai di pertengahan bulan.
Aku
masih berjuang untuk berdamai dengan kenyataan yang kuterima sekitar awal bulan
lalu. Well, I can’t mention what it is,
yang jelas ini cukup membuat semuanya tampak kelabu. Bahkan bercangkir-cangkir
cokelat panas yang kuminum yang konon katanya bisa menimbulkan perasaan bahagia
nggak mampu menaikkan mood-ku
sedikitpun. Aku memutuskan untuk berdamai, karena aku pikir menghindar nggak
akan membuatnya menjadi lebih baik, bahkan mungkin yang ada akan lebih buruk. Tentu,
aku nggak mau itu terjadi.
Yah,
lupakan hal yang satu itu.
Pagi
ini aku kembali dikasih surprise sama
Tuhan.
Setelah
sholat Subuh tadi, tiba-tiba aku teringat sama perbincanganku dengan Tifanny—teman
dekatku yang aku kenal dari media sosial—via Line tentang kakak kelas idola
kami masing-masing di jaman sekolah dulu. Kemudian dasar kepo, aku tergoda buat
nge-stalk akun Instagram kakak kelas
idolaku dulu. Yah, sekedar pengen tahu aja gimana kabarnya. Memang sih, dia
masih sesekali update Facebook (aku
masih berlangganan postingannya, sehingga notifikasi akan muncul di akunku
setiap kali dia posting). Tapi postingan-postingan di Facebooknya sama sekali
nggak menunjukkan kabarnya dengan jelas, karena yang dia posting di Facebook
hanya dakwah dan hal-hal berbau Islami, beda banget sama dia jaman SMA dulu.
Kalo nge-stalk dengan sengaja sih aku
udah cukup lama nggak melakukannya, apalagi nge-stalk Instagramnya. Aku bahkan udah log out dari Instagram dan nggak pernah membukanya lagi sejak sekitar
satu minggu terakhir ini. Tapi rasa kepoku pagi tadi benar-benar nggak
terbendung. Aku buka juga aplikasi itu, dan langsung klik username dia yang entah gimana bisa kebetulan muncul di kolom Suggestions for You.
Daaaann..
saat itu juga aku dikejutkan oleh sebuah foto yang ia posting tepat seminggu
yang lalu. Foto itu menunjukkan sebuah foto dimana ia yang saat itu mengenakan
kopiah hitam dan baju koko putih tengah melakukan serah terima sebuah kotak
merah kecil berbahan beludru dengan seorang perempuan berpakaian syar’i yang
sengaja ia samarkan wajahnya dengan stiker bertuliskan ‘YES’. Caption di bawah fotonya tertulis “5
Syawal 1437H. Alhamdulillah khitbah berjalan lancar”. Jelaslah sudah semua. Dia
udah resmi bertunangan.
Fiuhh..
It was so surprising. Rasanya hampir nggak percaya, bahwa seorang
laki-laki yang pernah membuatku tergila-gila selama beberapa tahun itu sekarang
udah menemukan seseorang yang benar-benar pantas baginya, dan nggak lama lagi dia
akan menyusul jejak adiknya yang udah lebih dulu ‘ganti status’. Aku nggak
cemburu, nggak sakit, nggak sesak, apalagi nangis. Aku cuma terkejut. Beda
mungkin kalo kenyataan ini aku terima dua tahun yang lalu, mungkin bisa galau
berkepanjangan, coz he’s the most perfect
man I’ve ever known, lebih dari sekedar tokoh-tokoh utama pria di
drama-drama Asia itu. Haha.. Ah,
konyol banget kayaknya aku nulis beginian. Aku selalu merasa geli sendiri kalo
ngomongin hal berbau romens. I’m not a
kind of girl who really likes to talk about this, I swear it! :v
Well, intinya
I’m happy for him. Dia baik, maka
perempuan baik pula lah yang layak jadi pendampingnya. Aku jadi merasa bodoh. Kenapa
dulu aku begitu nggak tau diri? Weirdo
kayak aku berharap jadi life partner-nya?
Yang benar saja! Haha..
Alhamdulillah,
semoga bahagia selalu menyertaimu, Akhi, dan semoga setelah masa-masa sulit ini
aku juga bisa mendapatkan kebahagiaan yang sama. Aamiin :)
0 komentar:
Posting Komentar