Selasa, 11 September 2018

MusTanG's First Flight


I’m always been a girl that hid my face. Selama dua puluh empat tahun aku hidup, aku nggak pernah suka menjadi pusat perhatian, khususnya di depan banyak orang. Terlebih sejak hari-hari buruk belasan tahun silam itu. Kepercayaan diriku runtuh. Butuh waktu lama untuk membangunnya kembali, itupun nggak sepenuhnya pulih. Aku mudah sekali gugup. Jantungku berdegup hebat setiap kali beberapa pasang mata mengawasiku, dan ketika itu pula aku merasa sulit berpikir.

Menjadi seorang vokalis dalam sebuah band bukanlah mimpiku. Aku memang mengagumi beberapa orang penyanyi yang tampil dengan sangat energetic di depan layar. Hayley Williams dan Avril Lavigne misalnya. Dan terkadang aku meniru gaya mereka sambil bernyanyi-nyanyi sendiri di dalam kamar, namun nggak pernah sekalipun terlintas di pikiranku untuk bisa mengikuti jejak mereka, karena aku sadar sifatku. Hanya karena suatu hal, aku nekat untuk keluar dari zona nyamanku. Ya, akhirnya aku bergabung dalam sebuah band, dan itu karena suatu tujuan. Ah, aku pernah ceritakan soal ini di postinganku sebelumnya kan?

Hampir setengah tahun lamanya aku bergabung bersama MusTanG. Benar-benar suatu kehormatan bagiku untuk bisa bermain musik bersama para mas-mas kece ini. Namun ketika apa yang semula menjadi tujuan itu nggak lagi menjadi tujuanku, entah rasanya bergabung bersama MusTanG menjadi semacam guilty pleasure buatku. Selama ini jujur, aku sangat menikmati sesi-sesi latihan kami. Entah itu rehearsal di studio, ataupun saat berkumpul bersama di rumah salah satu member. Rasanya separuh beban di kepalaku hilang setiap kali kulepaskan suaraku dalam alunan musik. Namun terkadang aku merasa menyesal karena udah bergabung dalam band. Bukannya aku nggak suka bermusik bareng mereka (aku udah bilang kan kalo aku menikmati sesi-sesi latihan kami? Jadi ‘nggak suka bermusik bareng mereka’ jelas bukan alasanku). Aku hanya menyesal setiap kali teringat bahwa apa yang kujalani sekarang ini bukanlah hanya sebatas bersenang-senang. Pak Yosep, Presiden Direktur kami berharap besar pada kami. Beliau ingin suara kami didengar banyak orang dengan mengisi acara dalam event-event yang menggelar panggung musik di dalamnya, yang mana mengharuskanku untuk bisa menjadi pusat perhatian. Kami pernah perform satu kali di sebuah mall, dan rasanya aku hampir semaput.

Beberapa waktu lalu, pada Mister Chokai, aku menyatakan diri untuk mundur dari band. Aku bilang kalo aku capek. Kami dipersiapkan untuk mengisi acara kantor cabang Pekanbaru pada bulan Juli, tapi hingga penghujung bulan Juli, sama sekali nggak ada kejelasan tentang acara itu, maka aku nggak yakin kalo kami akan benar-benar mengisi acara itu. Namun pernyataanku itu ditolak mentah-mentah oleh Mister Chokai.
“Kamu jangan macam-macam. Kita udah setengah jalan, udah buang waktu dan tenaga buat latihan. Kita mau tur ke luar pulau lho, masa mau mundur,” katanya. Aku mencibir. Tar, tur, tar, tur.. Lagaknya udah kayak seolah-olah kami mau world tour aja (-,-)

Beberapa hari setelah itu, Mister Chokai meminta foto KTP kami untuk dikirimkan pada Dhea. Katanya sih untuk pesan tiket. Kami nurut-nurut aja. Mister Chokai sampai meminta foto KTP-ku berulang-ulang.
“Foto KTPnya yang jelas napa”, katanya.
Padahal mah udah sejelas-jelasnya, cuma kondisi KTPku yang memang udah buluk banget.

Rupanya bukan cuma aku yang mulai ogah-ogahan. Mula-mula aku mendengar keluhan dari Mas Win yang merasa pekerjaannya sedikit terbengkalai karena harus membagi waktu antara bekerja dan nge-band. Kemudian ditambah Mas Febri yang sering kena omel istrinya karena quality time mereka yang menjadi terbatas. FYI, Mas Febri ini baru banget jadi bapak. Of course, istri dan bayinya butuh perhatian lebih darinya.
“Ayo sih.. Jangan lihat Pak Choky, tapi lihat Pak Yosep yang udah support kita, udah ngeluarin duit buat latihan, buat bikin kaos band, segala macam. Kita tinggal main aja, ya kita kerjain semaksimal mungkin. Kalo ini udah beres, bubar juga nggak masalah. Anggap aja ini tugas yang harus kita lakuin”, kali ini Ryan angkat bicara. Aku manggut-manggut, karena itu juga yang akhirnya kupikirkan. Aku udah memutuskan untuk memulai ini, jadi mau nggak mau aku harus menghadapinya. Apalagi melihat Pak Yosep yang merangkul kami seperti kawan, padahal kami kan bawahan-bawahan beliau di kantor. Pernah waktu itu aku pulang malam dari studio, Pak Yosep menawariku untuk menumpang mobilnya, bersama Dhea. Kubilang, “Rumah saya jauh, Pak. Nanti jadi bolak-balik”.
“Ah, gapapa. Putri kan anakku juga,” ucap beliau. Entah kenapa mendengar itu aku jadi terharu. Haha.. Beliau juga selalu semangat setiap kali ngobrolin tentang band kami. Rasanya keterlaluan kalo udah di-support seperti itu malah main tinggal begitu aja.

Akhirnya, setelah rehearsal demi rehearsal kami jalani, tibalah saat itu, ketika Dhea menyampaikan perihal acara di kantor cabang Pekanbaru; tentang hari keberangkatan, lokasi acara, dan bagaimana antusiasme warga sana apabila ada pergelaran panggung musik. Kami akhirnya bisa bernafas lega mengetahui latihan kami nggak akan sia-sia. Ya, KAMI AKAN KESANA.

***

Hari ini, rehearsal terakhir kami. Jam sembilan pagi tadi, kami berkumpul di Salsa Music Studio—studio musik dimana belakangan ini kami sering mengadakan rehearsal. Setelah kelima member kumpul, kami langsung masuk studio, karena hari ini kami pengunjung pertama. Hahaha.. Ya iyalah, siapa coba yang iseng main band pagi-pagi banget?

Berbeda dengan latihan-latihan kami sebelumnya, kali ini kami berlatih selama lebih dari dua jam. Kami berlatih dengan semangat, membawakan lebih dari tujuh belas lagu. Sayangnya, Mister Chokai masih belum bisa bermain sambil berdiri pasca operasi punggung seminggu yang lalu. Tapi nggak masalah. Semoga ketika manggung nanti, kondisinya udah pulih kembali.

Well, that’s all for today. Jujur, aku deg-degan. Entah bagaimana nanti jadinya. Kalo acara indoor aja bisa membuatku hampir semaput, gimana jadinya kalo acara outdoor? Ya, acara di Pekanbaru ini outdoor, di sebuah tempat wisata, yang mana berarti performance kami akan disaksikan banyak orang. Jadi, akankah nanti aku semaput beneran? Semoga enggak :’) 

So, see you soon, Pekanbaru. Hari Kamis ini, insya Allah, pesawat kami akan mendarat disana :)

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;