Selasa, 11 Desember 2018

MUST (be) TUNABLE

Yeeaaaahh.. it's finally done for all recording sessions! Well, sebenarnya udah selesai sejak tanggal enam kemarin sih, hanya aja aku baru bisa nulis sekarang. Kenapa? Karena selesai rekaman, aku ambruk, Pemirsa. Sakit selama beberapa hari dan cuma bisa berbaring di kasur. Tapi sekarang alhamdulillah, udah mendingan meski vertigo dan migrain masih sering kambuh.

Hari Selasa minggu lalu adalah hari pertama sesi rekaman aku dan teman-teman MusTanG. Oke, mulai sekarang aku akan menyebut kami dengan MUSTUNABLE ya, karena seperti yang pernah aku ceritakan dalam postinganku sebelumnya bahwa band kami sebenarnya telah mengalami perubahan nama sejak beberapa waktu lalu dikarenakan nama MusTanG udah diresmikan sebagai nama klub futsal bagi para karyawan di perusahaan tempatku bekerja. Hmm.. padahal jujur, aku sebenarnya lebih menyukai nama MusTanG ketimbang MUSTUNABLE. Kenapa? Karena nama MUSTUNABLE sejatinya merupakan padanan dua kata, yakni MUST yang berarti 'harus' dan TUNABLE yang berarti 'merdu'. Nama yang cukup berat bagi kami, khususnya aku selaku vokalis yang merasa kualitas vokalku masih jauh dari kata 'merdu'. Tapi ya sudahlah. Nurut aja apa kata Bapak Manager. Wkwk..

Back to the story. Sekitar jam tiga sore, Mas Febri berangkat ke studio yang berlokasi di kawasan Weru dengan diantar Ryan. Awalnya aku pikir aku nggak perlu datang kesana, tapi sekitar jam empat sore, Inggit meneleponku untuk segera datang ke studio. Akhirnya berangkatlah aku kesana dengan menumpang Gr*bB*k*. Namun karena nggak tau dimana lokasi tepatnya, aku turun di depan sebuah toko sepatu, kemudian menunggu Inggit menjemputku disana

Studio rekaman itu rupanya nggak besar. Bangunannya hanya terdiri dari lima ruangan, yakni ruang rekaman, ruang control and mixing, toilet, ruang gaming, dan sebuah distro. Yap, pemiliknya memang nggak cuma punya usaha home studio aja, tapi juga usaha rental game dan distro. Sesampainya disana, aku langsung diperkenalkan Pak Yosep kepada dua orang crew dari Jakarta, yakni Mas Anggit Galih dan salah seorang crew yang tempo hari ikut ngasih pengarahan tentang sesi rekaman ini, Mas Arfin Iyonk. Begitu sampai disana, Mas Febri baru aja menyelesaikan rekamannya.

"Haaaahhh.. susahhh.." katanya sambil keluar dari ruang rekaman. Wajahnya mengilat karena keringat. Dalam proses rekaman drum ini, Mas Febri dibantu oleh Mas Anggit yang tentunya lebih senior dalam dunia per-drummer-an. Wkwk.. Iya dong. Kalo nggak dibantu gitu kasian juga dia, gebuk drum berjam-jam. Karena yang namanya song recording itu kan nggak cukup waktu satu-dua jam (entahlah kalo buat musisi yang udah profesional ya). Pasti ada aja yang namanya pengulangan-pengulangan, sampai dirasa mantap. Sementara aku diminta ke studio hari itu hanya untuk melakukan sampling vokal.

Mas Febri is in action






Alhamdulillah, sesi rekaman drum yang awalnya dikira bakal selesai jam sembilan malam itu rupanya bisa rampung lebih cepat. Sekitar jam enam sore, kami pun meninggalkan studio itu untuk kemudian kembali keesokan harinya. Sementara kami, para personil MUSTUNABLE beristirahat, dua mas-mas bewok nan kece ini masih harus melanjutkan pekerjaan mereka. Yup, editing.


Rabu 5 Desember, giliran Mister Chokai, Ryan, dan Mas Win yang beraksi. Setelah magrib, mereka berkumpul di studio. Aku ikut serta kesana bersama Pak Teguh, Pak Ben, dan Kepala Cabang kami, Pak Faisal yang ingin turut menyaksikan proses rekaman. Hari itu juga aku meminta ijin pada Pak Yosep agar jadwal rekamanku diundur sedikit, mengingat waktunya yang agak bentrok dengan jadwal les vokal. Akhirnya jadwal rekamanku yang semula akan dilaksanakan jam dua siang itu diundur menjadi jam tiga sore. Oh ya, hari itu aku sempat di-coaching sama Mas Anggit mengenai sesi rekaman vokal. Awalnya ia mengetes suaraku terlebih dahulu. Ia memainkan gitar, sementara aku bernyanyi. Setelah itu, ia memberiku berbagai masukan dan koreksi-koreksi terhadap nada yang menurutnya kurang pas.

Giliran Mas Win yang action


Karena yang rekaman ada tiga orang, proses rekaman ini berjalan lebih lama dari kemarin. Jam setengah dua belas malam aja mereka belum selesai. Wkwkwk.. Dan rasanya geli melihat mereka yang dipaksa mendengar suara aku bernyanyi selama puluhan kali. Iya, kan mereka rekaman sambil dengerin sample vokalku. Hahaha.. Aku sendiri aja geli dengarnya. Bosan juga dengar suaraku diputar berulang-ulang dengan lagu yang sama. Apalagi mereka. Bisa jadi besok-besok mereka nggak mau dengar aku nyanyi lagi :'v Karena hari sudah larut, aku pun diantar pulang oleh Pak Teguh dan Pak Ben. Saat itu aku mulai merasa kurang fit. Entahlah, mungkin karena nggak terbiasa kena angin malam.

Kamis 6 Desember, aku bangun dengan sekujur badan sakit. Ya Allah, kenapa harus sekarang? batinku waktu itu. Kondisiku hari itu benar-benar kurang fit, namun aktifitas justru sedang padat-padatnya. Pagi itu seperti biasa kantor mengadakan meeting bulanan, dan seperti biasa situasi ini memaksaku untuk banyak bergerak. Seriously, waktu itu rasanya tersiksa banget. Bangun dari kursi aja kudu pelan-pelan, udah kayak nenek-nenek. Satu-satunya penguatku saat itu hanyalah support dari teman-teman, baik itu teman-teman kantor, teman-teman dekat, serta teman-teman dari dunia maya. Well, jika kalian membaca ini, I really thank you, Guys, khususnya Ivy. I heard you wish to be in a band too. I do wish you will. You're so talented! (^_^)

Sekitar jam satu siang, aku pamit pada atasan untuk keluar kantor, karena jam setengah dua adalah jadwal lesku bersama Mas Verry. Aku tiba di tempat les jam dua lebih beberapa menit. Kulihat Mas Didi duduk tertidur di kursi dekat pintu masuk dengan tangan terlipat. Ada Mas Ade di dekatnya yang langsung mempersilahkanku masuk ke studio, karena ternyata Mas Verry udah datang.
"Maaf nih telat, Mas. Tadi ada meeting dulu", ucapku.
"Iya gapapa. Lagian saya juga baru datang", katanya. Lalu kami pun ngobrol-ngobrol sejenak. Kali ini kami lebih akrab ketimbang pertemuan sebelumnya. Entahlah. Sejak mengetahui dia adalah salah satu alumni di SMA tempatku bersekolah dulu, aku jadi merasa lebih santai, nggak canggung kayak waktu itu.

Hari itu, Mas Verry mulai mengetesku untuk menyanyikan lagu yang akan kunyanyikan untuk recording nanti. Ia mengetesku dengan musik karaoke versi aslinya. Setelah itu, seperti biasa ia memberiku penilaian dan masukan. Katanya, "Menurut saya kamu lebih cocok bawain lagu dengan versi ini. Saya malah nggak kebayang kalo lagu ini dibuat agak nge-rock seperti yang kamu bilang itu nantinya bakal kayak gimana".
Well, you'll know soon, jawabku dalam hati.
"Saya justru lebih suka bawain lagu yang nge-beat gitu, Mas. Saya ngerasa suara saya masih sering nggak stabil. Kalo bawain lagu slow kentara banget," kataku kemudian.
"Nah, itulah kenapa latihan dasar itu dibutuhkan".
Kemudian ia mulai menekan tuts-tuts keyboardnya dan memintaku untuk menyanyikan nada-nada dasar seperti yang kami lakukan di pertemuan sebelumya. Wkwkwk..

Jam setengah tiga sore, les berakhir. Yap, hari itu jadwal lesku dibuat satu jam, biar kebut. Jadi pertemuan yang seharusnya empat hari itu menjadi tiga hari. Sepulang les, sebenarnya aku ada rencana makan dulu di salah satu cafe yang ada di dekat-dekat situ. Tapi karena waktunya nggak memungkinkan, akhirnya aku pun langsung menuju studio. Aku kira hari itu aku di studio bakal berempat aja bareng Pak Yosep, Mas Anggit, dan Mas Iyonk, tapi ternyata disana ada Mister Chokai juga.

Singkat cerita, recording vokal pun dimulai. Aku dipersilahkan mengenakan headphones dan berdiri di depan mikrofon yang biasa kita lihat dalam proses perekaman vokal pada umumnya dengan posisi menghadap ke arah jendela kaca yang memisahkan antara ruang rekaman dengan ruang control & mixing. Dari jendela kaca itu aku bisa melihat Mas Anggit dan Mas Iyonk yang memberiku arahan. Kemudian setelah itu Mas Anggit memintaku untuk menyanyikan satu lagu penuh, barulah mereka memberiku berbagai masukan, entah itu mengenai posisi mulutku yang kurang dekat dengan mikrofon; bahwa jika menyanyikan nada tinggi maka kepalaku harus sedikit menjauh dari mikrofon, dan berbagai masukan lainnya. Namun yang paling sering mereka koreksi adalah caraku mengambil nada tinggi yang menurut mereka salah.
"Kamu harus bisa bedakan dong, mana teriak mana nyanyi," kata Mas Iyonk. Wkwkwk.. Anyway, diantara mereka berdua, tampaknya Mas Anggit yang paling sabar, sementara Mas Iyonk udah tampak ekspresi kesalnya. Wajar sih, karena selama proses rekaman ini, dia yang paling banyak mengarahkan kami, dan mengarahkan para amatiran seperti kami ini tentu nggak mudah. Haha.. Maaf ya, Mas, Mas, da kita mah belum profesional :'v

Sesi rekaman vokal, didampingi Mas Iyonk


Haaah.. sekarang aku jadi tau, bahwa betapa proses recording sebuah lagu itu nggak mudah, dan juga melelahkan. Ditambah kondisiku yang benar-benar nggak fit saat itu, plus belum sempat makan juga. Haha.. Pantas aja para musisi butuh waktu lebih dari satu tahun untuk menelurkan satu album. Nggak kebayang juga gimana rasanya jadi vokalis band Metal yang lagu-lagunya penuh teriakan kayak gitu.

Akhirnya, proses recording vokal pun berakhir sekitar jam lima sore. Aku meninggalkan studio bersama Mister Chokai yang waktu itu minta tolong aku nemenin dia ke rumah Pak Herman buat mengembalikan gitar yang ia pinjam. Sepulang dari sana, aku turun di CSB untuk mampir ke Foodilicious. Lapar. Haha.. 

Selesai makan, aku pulang. Kondisi badan makin parah waktu itu. Rasanya kayak udah nggak sanggup jalan, pengen banget cepat sampai rumah. Alhasil aku minta jemput adikku, biar bisa sekalian mampir beli obat di apotik. 

Benar aja, besoknya aku benar-benar payah. Aku sempat memaksakan berangkat ngantor, itupun baru datang jam sembilan, kemudian ijin pulang sekitar jam satu siang karena benar-benar udah nggak kuat. Sampai hari Minggu, aku cuma bisa berbaring di kasur. Orang-orang kantor mah ngiranya aku kecapekan pasca recording, khususnya Mas Febri yang hobi banget ngeledekin aku.

***

Dua hari setelah sesi rekaman terakhir itu, tepatnya hari Minggu menjelang tengah malam, aku baru buka WhatsApp. Ada dua file audio yang dikirim Mas Iyonk ke grup WhatsApp band kami. Aku telat banget taunya, karena rupanya file audio itu udah Mas Iyonk kirim sejak hari Sabtu dini hari. Kudownload kedua file itu. You know what? Lagu rekaman kami udah jadiiiiii..

Dua file yang dikirimkan Mas Iyonk itu adalah file audio sebelum mixing dan sesudah mixing. Ketika mendengarkan lagu itu pertama kali, aku surprised banget, karena nggak nyangka musiknya bakal jadi sekaya itu karena ada tambahan sentuhan string section di dalamnya yang mengingatkanku pada lagu-lagunya Yovie and Nuno dan L'Arc~en~Ciel. Maka ketika aku ngantor Senin kemarin, aku dan Ryan sempat ngobrol-ngobrol sedikit tentang lagu hasil rekaman kami itu. Ryan tampak excited. Kami merasa, penambahan string section ini adalah ide dari Mas Iyonk, karena memang sejak awal pertemuan kami, Mas Iyonk udah memperhatikan bahwa salah satu personil band kami ada yang penggemar Laruku karena melihat permainan bass Ryan yang menurutnya mirip gaya bermain Tetsuya. It's not a bad idea, I think. Apalagi mengingat komentar Mas Iyonk mengenai performance-ku yang menurutnya kurang menjiwai. Wkwkwk.. Maka dengan sentuhan string section, sebuah lagu menjadi lebih kaya dan 'bernyawa'. 

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;