Selasa, 31 Desember 2019 0 komentar

New Year : 2020

Hmm.. Nggak terasa kita udah sampai di penghujung tahun 2019 ya. How do you feel, Guys?
Kalo aku pribadi, jujur, sedih. Yah, hampir setiap pergantian tahun, aku selalu merasakan ini sih, terlebih jika tahun itu memiliki banyak momen indah dan berharga yang nggak akan terulang lagi. Aku orangnya hobi banget flashback sih ya, suka banget mengenang hal-hal berkesan di masa lalu. Jadi ketika tahun berganti, itu artinya makin banyak momen indah di masa lalu yang bakal kurindukan di masa mendatang.

Tahun ini kurasakan baik, sangat baik, meski diawali dengan momen buruk, karena bulan Januari ibuku sakit selama sekitar sebulan lamanya sampai harus rawat inap di Rumah Sakit. Apalagi ketika dugaan awal dokter menyebutkan bahwa ibu terkena gejala kanker. Ketika itu perasaanku hancur banget. Namun setelah dirujuk ke Rumah Sakit dan menjalani pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa ibu hanya kelelahan aja karena memang sebelum jatuh sakit, ibu sering banget tidur larut malam lantaran disibukkan dengan tugas-tugas kadernya. Alhamdulillah di bulan Februari, kondisi ibu membaik dan bisa kembali beraktifitas.

Di bulan Februari juga aku bertemu kembali dengan salah satu penulis favoritku, Fiersa Besari. Ini adalah pertemuan kedua kami setelah sebelumnya kami bersua pada tahun 2017, tepatnya saat ia mengadakan tur untuk promosi Albuk Konspirasi Alam Semesta. Kali ini kami bersua dalam perjalannnya mempromosikan Albuk 11:11 yang rilis pada bulan November 2018 lalu. Pertemuan kami saat itu harusnya jauh lebih berkesan ketimbang pertemuan sebelumnya, karena di pertemuan kali ini kami nggak hanya bisa minta tanda tangan, tapi juga foto berdua dengan dia. Namun yang terjadi adalah mood-ku jatuh begitu aja ketika hasil foto yang kuterima sangat-sangat nggak memuaskan. Huhu..

Pada bulan Maret, perusahaan tempatku bekerja merayakan hari jadinya yang ke-7 tahun di Gedung Auditorium Perundingan Linggarjati. Hari itu, untuk pertama kalinya aku bersama MUSTunable perform di hadapan rekan-rekan kantor cabang Cirebon. It was so fun, meski kami harus perform tanpa Mas Win yang awal tahun 2019 lalu mengundurkan diri dari perusahaan karena penglihatannya bermasalah. Sedih banget rasanya waktu dengar kabar itu. Kabar terakhir yang kudengar darinya, sekarang ia menjadi pedagang keliling. Semoga rejekimu lancar ya, Mas :')
Hengkangnya Mas Win dari perusahaan nggak lantas membuat personil MUSTunable Band berkurang, namun justru bertambah, karena Inggit dan Badar resmi bergabung dengan kami. Inggit pada posisi Vokalis, mendampingiku, sementara Badar pada posisi Drummer, bergantian dengan Mas Febri yang terkadang mengisi posisi Rhythm.

Di bulan April, aku membeli sebuah gitar akustik berukuran sedang. Pada awalnya aku memang niat belajar bermain gitar. Tapi kok ternyata susah banget. Huhu.. Jariku juga gampang banget sakit. Kata temanku sih, senar gitar itu terlalu tebal. Harus ganti yang lebih tipis kalo mau lebih nyaman dipakai. Nanti deh, aku kumpulkan niat dulu buat belajar lagi, baru aku ganti senarnya. Wkwk..
Di bulan April ini juga, aku kehilangan kucing kesayanganku, Toothless. Aku yakin seseorang membawanya, karena terakhir kali aku melihatnya, dia sehat, nggak sakit. Sampai sekarang aku nggak tau dimana dia berada, dan sampai sekarang juga aku masih mencoba buat ikhlas. Aku berharap dia bersama orang yang memelihara dan menjaganya dengan baik. I miss him so bad :')

Bulan Mei bertepatan dengan bulan Ramadhan, dan bulan Ramadhan rasanya kurang afdol kalo nggak mengadakan buka puasa bersama. Di bulan Ramadhan tahun ini, aku mengadakan buka puasa bareng keluarga pada tanggal 12 Mei yang mana terasa sedikit lebih spesial dengan kehadiran Naura di tengah-tengah kami. Kemudian tanggal 29 Mei, aku berbuka puasa di kantor bersama rekan-rekan, namun rasanya kurang berkesan karena banyak karyawan yang nggak hadir. Huhu..
Tanggal 30 Mei berkesan banget. Aku berkunjung ke rumah Rohayati yang baru aja melahirkan anak pertamanya. Sore harinya, aku berbuka puasa bersama adik dan dua teman rumah kami di D'Forty Cafe & Resto, dan dilanjut dengan berkumpul di rumahku sampai malam.
Di penghujung bulan Mei, aku berbuka puasa di Hotel Amaris bersama beberapa rekan kantorku yang paling dekat. Ada Pak Ben, Bu Hani, Bu Lia, Mbak Tika, Mas Febri, A' Putra, Bu Rohayati, dan Pak Ading. Acaranya kurang berkesan, tapi tetap senang sih rasanya.

Bulan Juni, one of the best months of 2019. Pada bulan ini, seluruh umat muslim merayakan Idul Fitri. Meski perayaan Idul Fitri dirasa kurang berkesan lantaran banyaknya kerabat yang nggak sempat ketemu karena tinggal di kota lain, tapi kami tetap menyambutnya dengan suka cita. Di hari kedua lebaran, aku bertemu dengan Emak (ibu tiri bapak). Ketika kuhampiri, beliau langsung memeluk dan menciumku. Kangen katanya. Hanya aja aku agak prihatin karena kondisi beliau nggak seprima dulu. Beliau yang dulu nggak pernah betah duduk diam, kini cuma bisa duduk karena kedua kakinya nggak lagi kuat untuk berjalan tanpa bantuan. Bicaranya pun udah sedikit nggak karuan, yah seperti orang lanjut usia pada umumnya.
Kemudian pada tanggal 16, Empit, anak kedua Wak Agus menikah. Hari itu untuk pertama kalinya aku perform didepan keluargaku dengan menyumbang beberapa buah lagu. Meski perform di depan keluarga sendiri, tapi entah kenapa rasanya tetap nervous. Mending perform di depan teman-teman kantor, serius 😂
Lalu di penghujung bulan Juni, tepat di hari ulang tahunku, aku berkenalan dengan Mas Ipank dan Bang Fais, serta bertemu kembali dengan Mas Adhe yang kukenal di tempat les vokalku tahun lalu. Pertemuan dan perkenalan inilah yang menjadi awal terbentuknya Black Party. Sampai sekarang, meski udah nggak aktif ngeband bareng mereka lagi (karena Mas Adhe dan Bang Fais mau fokus cari duit) dan udah lumayan lama juga nggak ketemu Bang Fais (kami terakhir ketemu dan ngeband bareng pada bulan Oktober), tapi aku sangat-sangat bersyukur bisa mengenal mereka. They're one of the greatest birthday gifts I have 🙂

Bulan Juli, adalah bulan dimana aku dan teman-teman dari Black Party sering menghabiskan waktu bareng. Entah itu latihan di studio, kumpul bareng, atau beres-beres studio bareng, studio yang pernah kami rencanakan akan menjadi studio pribadi kami, tapi nggak kunjung terwujud. Haha..
Kami juga sempat bergabung dengan DCDC meski akhirnya kami memutuskan untuk nggak lanjut.

Bulan Agustus, another best month of 2019. Pada bulan ini, Mas Ipank melepas masa lajangnya dengan meminang teteh cantik, Teh Indri. Aku datang ke pesta pernikahannya bersama Bang Fais. Hari itu, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan para personil Aghatri (salah satu band Mas Adhe) dan diminta untuk berduet bersama Wangi (ex-vokalis Last Dream yang kini menjadi vokalis di Aghatri). Senang sih rasanya bisa kenal dan berduet sama dia. Tapi rasanya minder eh, coz her voice is gold :')
Tanggal 11-nya, aku dan teman-teman Black Party merayakan hari ulang tahun Mas Adhe di kediamannya di kawasan Drajat. Nggak cuma kami berempat, ada juga Teh Indri, Mas Diwan, Mas Bagas, dan Mas Anjar yang bergabung bersama kami. Hari ultah Mas Adhe yang bertepatan dengan hari raya qurban itu kami rayakan dengan bakar sate dan makan bersama. Sederhana, tapi berkesan banget.
Kemudian pada tanggal 17, bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan RI, aku, Teh Indri, Mas Adhe, Mas Ipank, Mas Awal beserta istri dan keponakannya jalan-jalan ke Pondok Pinus, Kuningan. Namun sesampainya disana, kami malah jadi bingung mau ngapain, dan akhirnya cuma foto-foto doang. Wkwk..

Di bulan September, Black Party melakukan rekaman single pertama kami. Proses rekaman yang dilaksanakan di salah satu home recording di kawasan Beber ini memakan waktu sekitar enam jam. Namun meskipun waktunya nggak sebentar, rasanya enjoy aja gitu bareng mereka, nggak bete sama sekali, dan nggak secapek waktu rekaman bareng MUSTunable dulu.
Akhir bulan September ini juga, Black Party perform perdana di acara launching perumahan baru milik Om Fajar. Performance kami saat itu memang jauh dari kata memuaskan sih, khususnya aku yang memang messing up our whole performance dengan kegugupanku. Tapi beruntungnya abang-abang keceku nggak ambil pusing dengan hal itu :')

Bulan Oktober. Ah, lagi-lagi ini adalah salah satu bulan terbaik di 2019. Banyak kejutan dan hal manis yang terjadi di bulan ini. Pada bulan ini, untuk pertama kalinya di hidupku, salah satu teman laki-lakiku datang ke rumah dan memberanikan diri menghadap orangtuaku untuk meminta restu menjadi menantu mereka :') It's funny to remember how silly it was, ketika dia mengutarakan niatnya pada orangtuaku, aku malah meninggalkan mereka karena malu dan gugup. Sounds uwu, huh? Tapi kenyataannya nggak juga, karena orangtuaku nggak lantas memberinya restu, tapi juga nggak melarang kami untuk tetap berhubungan. However I really appreciate his courage. Semenjak hari itu, hubungan kami nggak lantas merenggang, tapi justru jadi makin dekat, and every moment spent with him is precious. I love the way he treats me, seperti betapa ia menghargai prinsipku yang nggak mau memanggil dengan panggilan sayang atau berpegangan tangan seperti pasangan pada umumnya, kecuali kalo udah sah di mata agama dan hukum :)

Pada bulan November, aku dan rekan-rekan kantor melakukan perjalanan ke Jogjakarta. Jogja adalah salah satu kota yang ingin aku kunjungi sejak dulu, dan baru kesampaian tahun ini. Meski perjalanannya panjang dan melelahkan, tapi rasanya senang banget bisa berkesempatan mengunjungi Candi Borobudur dan Tebing Breksi, terlebih kami bisa sempurna menikmati pesona sunset disana. Nggak lupa aku juga membelikan oleh-oleh untuk Mas Kesayangan : sehelai kaos Jogja warna putih dengan motif hitam, yang sebenarnya mungkin akan ia protes karena ia pernah bilang bahwa ia nggak PD mengenakan pakaian putih karena warna kulitnya yang gelap. Tapi aku justru berpikir ia akan terlihat keren dengan kaos itu. And that's true. Moreover I'm glad he loves it 😊
Namun pada bulan November ini juga kami memutuskan untuk break up. Nggak ada yang salah, kami berpisah baik-baik. Namun biar berpisah baik-baik, jujur nggak mudah juga sih. Aku nggak ingat kapan terakhir kali aku nangis, dan baru kali ini nangis lagi, entah itu saat sedang sendirian di kamar, atau saat bibirku melangitkan namanya dalam doa. Minggu-minggu awal itu berat banget rasanya. Bukan karena kecewa, toh kecewa karena apa? Tapi masalahnya, menghilangkan dan memalingkan dia itu susah banget rasanya. I missed him so bad. Setiap hari dalam doaku, aku selalu meminta agar aku bisa ikhlas melepasnya. Tapi terkadang kalo rasa kangen sedang berat-beratnya, aku sering meminta pada Tuhan agar Ia membagi rasa kangen itu padanya, biar aku nggak memikul rasa itu sendirian. Haha.. Dan aku percaya doaku menembus langit dan didengar Tuhan, karena udah beberapa kali Ia mengijabah doaku secara instan. Namun bodohnya sampai sekarang aku nggak mengerti apakah doa yang Tuhan ijabah itu adalah bukti sayang-Nya padaku atau bentuk pelajaran yang ingin Ia beri, karena setiap kali rasa rinduku terobati dengan chatting, telepon, atau pertemuan dengan dia, rasa rinduku akan terasa dua kali lipat lebih berat di hari selanjutnya. Seperti candu :')

Bulan Desember, bulan yang kurasa cukup berat. Entah kenapa pada bulan ini aku merasa Tuhan lagi senang mengajakku bercanda. Banyak banget kejutan-kejutan dari-Nya yang menguras perasaan dan terkadang membuatku merasa sedang menjadi tokoh utama dalam serial FTV.
Hal baiknya, pada bulan ini aku diajak bergabung dengan Ophelia, band yang digawangi Ryan dan dua temannya. Rasa hausku dengan kegiatan ngeband sekaligus tekadku untuk meningkatkan rasa percaya diri mendorongku untuk menerima ajakan itu. Bersama mereka, aku tampil perdana di acara Juunigatsu Festival yang diselenggarakan di Gramedia World Cipto tanggal 15 lalu. Rencananya sih, bulan depan kami akan mengisi acara Japan Festival lagi. Doakan penampilan kami lebih baik ya ^^
Dan kembali lagi ke soal hubunganku dengan Mas Kesayangan yang sekarang udah jadi Ex. Huhu..
Hubungan kami sampai sekarang tetap baik. Kami tetap berteman dan masih cukup sering ketemu, meski rasanya nggak sama lagi dengan pertemanan kami yang dulu. Nggak ada benci di antara kami, dan aku harap selamanya akan seperti itu. Mungkin ya.. Mungkin suatu saat nanti, cepat atau lambat, dia bakal menjauh. Terlebih saat dia udah menemukan perempuan baik yang akan mendampinginya dan menjadi penyempurnanya, begitu juga sebaliknya, sangat mungkin bagi kami untuk kembali menjadi asing. Sebenarnya aku nggak mau itu terjadi. Maksudku, aku ingin agar pertemanan kami nggak putus. Tapi mau nggak mau, aku harus terima kan? Karena nggak baik untuk hubungan kami dengan pasangan masing-masing nantinya.

Aaah.. Jujur, rasanya berat banget ninggalin tahun ini. It was a great year! Yah memang sih, seperti yang udah aku sebutkan di awal tulisan ini, rasanya hampir setiap tahun aku merasakan hal seperti ini, berat melangkah ke masa yang akan datang. Kayak pengen stay aja gitu di waktu sekarang, nggak mau kemana-mana. Malah kalo bisa, pengen putar balik waktu aja. Haha.. Konyol ya.




Entah kejutan apalagi yang akan Tuhan kasih di masa mendatang. Yang pasti, di tahun 2020 mendatang aku berharap agar aku bisa lebih ikhlas menerima segala rencana dan ketetapan Tuhan. He knows what's better for me. Aku harus yakin bahwa skenario-Nya indah. Aku juga ingin belajar untuk lebih mencintai diriku sendiri, dan mulai untuk kembali banyak membaca. Kemarin aku baru sadar bahwa mengisi waktu luang dengan membaca atau menonton film jauh lebih baik ketimbang nge-scroll feeds Instagram atau Facebook, atau ngecek WhatsApp tapi nggak ada pesan baru disana. Wkwk.. 🤭 Kurasa dengan kegiatan membaca atau menonton film itu, aku bisa lebih bahagia 😊

Alright, that's all Kaleidoskop untuk tahun ini. Aku berterima kasih untuk teman-teman yang berpartisipasi menjadikan tahun 2019 ini sangat berkesan. I wish you a happy new year! 😄
Senin, 16 Desember 2019 0 komentar

Pertama Kali Perform di Japan Festival

Ingat ceritaku tentang event yang akan diisi oleh aku bersama Ryan dkk?
Yup, itu udah kami lalui kemarin dan aku akan ceritakan semuanya disini.

Jujur, sampai dengan hari Sabtu kemarin, aku nggak tau acara apa yang bakal kami isi. Mereka bilang acara jejepangan ya aku pikir nggak jauh beda dengan acara jejepangan yang diisi oleh Ryan dan bandnya beberapa waktu lalu. Jadi tanggal 17 November lalu, Ryan dan rekan-rekan bandnya (beda orang, bukan Jack dan Kholis) mengisi acara jejepangan yang diselenggarakan di Grage City Mall. Aku nggak nonton sih, cuma waktu itu kebetulan lewat pas lagi main kesana. Kalo yang aku lihat sekilas sih acaranya nggak begitu besar, karena nggak rame-rame banget. Nah, kukira acara yang kami isi itu ya yang seperti itu. Tapi ternyataaa.. acara yang kami isi kemarin itu rupanya merupakan acara tahunan, dan lebih besar lagi. Mereka nggak bilang kalo itu acara keren. Huhu..

Juunigatsu Festival, namanya. Merupakan J-Fest atau Japan Festival yang diselenggarakan setiap menjelang akhir tahun di kota kami, dan tahun ini merupakan tahun keempat acara ini diselenggarakan. Seperti J-Fest pada umumnya, di acara ini kita bisa menikmati ataupun ikut berpartisipasi dalam kompetisi cosplay, lomba karaoke, dan stage performance. Selain itu, disana juga kita bisa mengunjungi berbagai booth merchandise anime seperti poster, jaket, kaos, dan gantungan kunci. Ada juga manga yang dijual murah banget, cuma dua ribu lima ratus perak perbuah. Booth makanan dan minuman juga ada sih, tapi sayangnya bukan makanan dan minuman khas Jepang yang dijual. Huhu..

Hari Sabtu lalu, kami melakukan latihan terakhir dengan membawakan enam buah lagu, yakni Jiyuu E No Shoutai nya Laruku, Evanescent nya VAMPS, Wherever You Are nya One Ok Rock, Heavy Rotation nya JKT48, Ceria nya J-Rocks, dan Kau Curi Lagi nya J-Rocks.
Lho, kok lagunya jadi makin banyak?
Well, kemarin kami memang berencana hanya membawakan tiga lagu. Tapi karena band yang tampil hanya dua, jadi jaga-jaga aja, siapa tau kami diminta membawakan lebih dari tiga lagu. Selesai latihan, kami sepakat standby di Gramedia World Cipto sekitar jam dua siang, karena jadwal kami on stage sekitar jam tiga sore.

Jam setengah dua siang, aku berangkat ke Gramedia World Cipto dengan menumpang ojek online. Kukira Ryan dan Inggit udah standby di lokasi karena Inggit bilang Ryan udah jemput dia dari jam dua belas siang. Rajin banget, astaga. Tapi sesampainya disana, ternyata mereka berdua lagi nongkrong di Transmart. Ckck.. Jadi, aku langsung naik aja ke lantai tiga dimana acara J-Fest itu digelar. Seenggaknya disana aku bisa nunggu sambil nonton acara atau lihat-lihat penampilan para cosplayer daripada nunggu sambil baca dan lihat-lihat novel, bisa-bisa aku khilaf pengen beli. Wkwk..

Belum dua menit aku menginjakkan kaki di area J-Fest, pandanganku menangkap sosok yang sangat kukenal. Ada Yuda dong di antara ratusan pengunjung situ. Dia lagi lihat-lihat merchandise gitu di salah satu booth yang memang letaknya nggak begitu jauh dari pintu masuk. Langsung aja aku hampiri dia dan colek bahunya.
"Hey, kamu.. kesini juga?" katanya dengan ekspresi wajah surprised. Kami pun berjabat tangan seperti biasa.
"Iya nih. Mau manggung disini".
"Oh, mau manggung".
"Hu'um. Bareng siapa kesini?"
"Bareng teman. Tuh, lagi lihat-lihat komik. Mentang-mentang dijual sepuluh ribu dapat empat", jawabnya sambil melemparkan pandangan ke booth manga. "Bawain lagu apa nih?"
"Yaa biasalah.. One Ok Rock, Laruku.."

Nggak lama ngobrol, aku pun pamit. Pas balik badan, rupanya Inggit dan Ryan udah berdiri di belakangku.
"Yang lainnya mana?" tanya Ryan.
Aku mengangkat bahu, nggak tau. Beberapa menit kemudian, baru deh Jack dan Kholis bergabung bersama kami. Sambil menunggu giliran perform, kami pun menikmati acara yang saat itu sedang menggelar sesi lomba karaoke.




Ironisnya, meski pengunjungnya banyak, namun mereka lebih tertarik berfoto dengan para cosplayer dan menyerbu booth-booth merchandise ketimbang menonton para peserta lomba karaoke tersebut. Alhasil penonton lomba itu nggak begitu banyak. However, aku dan teman-teman lebih memilih untuk menonton lomba karaoke itu meskipun kebanyakan lagu yang mereka bawakan nggak aku kenal. Wkwk.. Tapi penampilan mereka keren-keren deh. Salah satunya penampilan seorang cewek dengan seifuku warna pink. Suaranya imut-imut gitu khas cewek-cewek kawaii di anime, dan dia juga sangat ekspresif, jadi sama sekali nggak terlihat kaku.

Acara disambung dengan penampilan idol group semacam JKT48 gitu (sebut aja CRB48 lah yaa, meskipun jumlah mereka nggak sampai 48 orang). Mereka menari dengan diiringi beberapa lagu yang dipopulerkan JKT48. Sontak para pengunjung yang kebanyakan para cowok maju ke depan panggung dan berseru-seru seolah benar-benar menonton performance JKT48. Lucunya gitaris kami ikut-ikutan ngidol bareng mereka. Wkwkwk..




Setelah itu, giliran grup band Deux yang naik stage. Ketika itulah Ryan memberi info bahwa giliran kami naik stage adalah jam setengah tujuh malam. What the hell? 😂 Jam baru menunjukkan pukul setengah lima waktu itu. Itu artinya kami harus menunggu sekitar dua jam lagi. Akhirnya aku dan Inggit pun memutuskan buat cari makan dulu di luar. Kami makan rice box di KFC Transmart. Nggak beberapa lama, Ryan dkk menyusul kami. Disana kami ngobrol-ngobrol sambil menunggu waktu giliran perform. Dari obrolan kami waktu itu, aku dapat informasi bahwa hari itu kami kebagian membawakan tiga lagu aja. Akhirnya kami sepakat membawakan lagu Heavy Rotation, Evanescent, dan Wherever You Are.

Singkat cerita, tibalah waktunya kami untuk perform. Ketika band kami dipanggil, kami langsung menuju stage untuk bersiap-siap. You know what? Pemandangan di area J-Fest saat itu benar-benar kontras dengan pemandangan area J-Fest sebelum kami tinggal ke KFC tadi. Sebelum kami nongkrong di KFC, kondisinya masih ramai banget. Tapi menjelang kami perform, pengunjungnya tinggal sedikit. Yuda juga udah balik. Huhu.. Sedih. Mungkin karena break Magrib ya, jadi mostly udah pada pulang. Lagipula waktu itu acaranya udah hampir selesai sih, tinggal pengumuman pemenang kompetisi aja.

Keadaan yang nggak sesuai ekspektasi ini tentunya membuat kami kecewa. Kami sengaja milih lagu Heavy Rotation untuk dibawakan di awal, berharap area di depan panggung ramai dan panas. Tapi kenyataannya yang mantengin stage cuma segelintir orang, termasuk dua orang MC yang hari itu cosplay sebagai pasangan gila Joker dan Harley Quinn. Mereka duduk-duduk beberapa meter dari stage. Sama sekali nggak ada yang berdiri tepat di depan stage seperti yang kami harapkan. But show must go on. Kami tetap bermain, meski yang kelihatan ikutan nyanyi dan menggerakkan badan mengikuti alunan musik cuma satu dua orang. Hal ini masih berlanjut di lagu kedua, Evanescent. Sumpaah.. Kalo kondisinya kayak gitu rasanya garing banget. Mau interaksi juga bingung woy, nggak ada yang nanggapin. Huhu.. 😂

Akhirnya tibalah kami di lagu terakhir.
"Ada yang One Ok Rocker disini?" tanyaku setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada Gramedia dan para panitia penyelenggara acara.
"Kita nyanyi bareng ya.."
Ketika itulah, satu, dua orang mendekat ke depan stage. Ketika Kholis memetikan intro Wherever You Are, ada yang mendekat lagi, dan semakin bertambah ketika aku mulai menyanyikan bait pertama.
"I'm telling you.. I softly whisper..
Tonight, tonight..
You are my angel.."

Mereka yang berdiri tepat di depan stage itu nggak bisa dibilang banyak sih, mungkin cuma sebelas, dua belas, tiga belas orang.. aku lupa tepatnya. Tapi itu cukup bikin aku terharu. Apalagi mereka juga ikut nyanyi dengan semangat. Lucunya ada juga salah satu orang yang iseng mungut bunga mawar yang jadi properti cosplayer dan memberikannya padaku di tengah-tengah lagu. Wkwkwk..


Arigatou, Mas Rambut Ijo 😂

Para sobat ambyar. Itu Mas yang di kursi
merah kenapa dah 😂


Pokoknya aku berterima kasih banget sama teman-teman yang kemarin berdiri di depan stage dan nyanyi bareng. Senang banget bisa berinteraksi sama mereka, meski singkat dan nggak sempat kenalan sebagai sesama One Ok Rocker Cirebon. Huhu.. Tapi seenggaknya berkat mereka, performance kami jadi nggak garing garing banget :)

Sumpah yaa.. Kemarin tuh benar-benar campur aduk banget rasanya. Senang, tapi banyak kecewanya. Udah jadwal ngaret, kondisi nggak sesuai ekspektasi, ditambah beberapa hal lain terkait crew di belakang stage yang kurang kooperatif terhadap performer (sorry to say that). Dan beberapa temanku yang kemarin-kemarin bilang 'insya Allah' mau datang pun nggak ada :') Tapi ya udahlah. Seenggaknya ada pengalaman yang bisa diceritakan dan jadi kenangan suatu hari nanti.

BTW performance-ku dapat kritik dari Mas Adhe. Katanya aku masih kurang jelalatan di panggung sebesar itu. Well, iya sih, kuakui aku memang masih banyak diam, belum pede jadi seorang frontman yang petakilan. But I'll always try. Jujur lho, bahkan sampai sekarang, tampil di depan orang banyak tuh masih jadi pressure sendiri buatku. Nggak jarang setiap sebelum perform aku stres sendiri, anxiety kumat. But I'll never stop selama masih ada kesempatan dan nggak ada yang melarangku, karena sejak awal bergabung dalam band, niatku yang paling kuat adalah niat untuk berubah jadi aku yang lebih percaya diri dan berkembang. Aku nggak mau terus-terusan jadi Putri yang cupu, kebanyakan di rumah, dan nggak punya teman. Anggap aja manggung itu suatu bentuk terapi yang menyenangkan. Anyway, thanks banget masukannya, Senior 😊

"Putri mau kan manggung sama kita lagi kalo besok besok ada acara J-Fest lagi?" tanya Jack sebelum kami pulang.
"Boleh aja kalo kalian nggak kapok. Hehe.."
Jujur aku khawatir banget performance ku mengecewakan mereka. Mereka mainnya keren-keren, akunya sucks banget.

Oh ya, aku belum bilang ya nama band kami apa. Call us OPHELIA. Mungkin selama beberapa waktu kedepan, aku bakal lumayan sering main bareng mereka. Mungkin..
Hanya aja, jujur, sampai sekarang aku belum bisa 'nyampur' sama mereka. Entah kenapa aku masih merasa ada batasan dan rasa canggung aja gitu. Sebenarnya sama aja kayak mas-masku di Black Party, mereka gila. Lihat aja obrolan ini :




Pernah juga mereka suit batu-kertas-gunting cuma buat nentuin siapa yang ngasihin duit ke operator studio gara-gara malu lantaran duitnya receh semua (lagian Jack patungan sewa studio pake duit logaman semua, macam habis ngamen). Nggak jelas banget kan? Gila. Tapi nggak tau kenapa aku belum merasa klop. Aku terlalu normal buat mereka, sering dibuat bingung sama obrolan mereka. Huhu.. Yah, pelan-pelan lah ya. Tampaknya bakal cukup lama bagiku untuk terkontaminasi virus edan mereka 😂
Senin, 11 November 2019 0 komentar

Trip to Jogja

Bagi sebagian teman-temanku, melancong ke Jogjakarta udah bukan pengalaman baru lagi. Beberapa dari mereka bahkan udah bosan pergi kesana. Tapi bagiku, ini adalah pengalaman yang sangat baru.

Tanggal 8 November kemarin, perusahaan tempatku bekerja mengadakan tour bersama ke Jogjakarta. Seluruh karyawan wajib ikut (kecuali bagi yang benar-benar berhalangan untuk ikut). Hal ini tentunya disambut dengan sangat antusias oleh seluruh karyawan, mengingat selama delapan tahun perusahaan ini berdiri, perusahaan ini sama sekali belum pernah melakukan rekreasi ke luar kota untuk seluruh karyawannya. Kalopun ada rekreasi, palingan untuk tim-tim tertentu aja. Tapi kali ini, seluruh karyawan bisa menikmatinya, bukan hanya untuk para karyawan kantor cabang Cirebon, tapi juga untuk para karyawan kantor cabang Bekasi, Tasikmalaya, Pekanbaru, dan tentu aja kantor pusat.

Saking antusiasnya, rekan-rekanku di kantor, khususnya para ladies udah mempersiapkan perlengkapan tour jauh-jauh hari. Bahkan ada aja gitu yang kepikiran buat beli tas baru, jaket baru, hijab baru, sepatu baru, sandal baru, sampai make-up baru. Aku mah boro-boro kepikiran beli barang baru, ingat bawa sikat gigi dan lotion ketiak aja udah bersyukur banget.


***

Hari Jum'at 8 November, pukul 16.00, seluruh peserta tour dari kantor cabang Cirebon diimbau untuk berkumpul di kantor dengan mengenakan kaos seragam dengan logo perusahaan. Aku baru tiba di kantor menjelang pukul lima sore dengan menumpang ojek online. Kukira aku datang terlambat, karena ketika aku tiba, seluruh peserta udah berkumpul di halaman dan berfoto bersama dengan memegang spanduk besar, nyatanya kami masih harus menunggu cukup lama karena Bus I belum tiba (FYI, kantor cabang Cirebon menyewa dua unit bus untuk mengangkut 87 peserta tour dari kantor cabang Cirebon ini). Seriously, waktu itu rasanya BT dan kesel banget nunggunya. Kalo tau busnya bakal datang terlambat sih, mending nge-charge powerbank aja dulu di rumah.

Sementara menunggu Bus I datang, sebagian rekan-rekan kerjaku memanfatkan waktu dengan berselfie, sedangkan aku sendiri cuma sibuk mondar-mandir nggak jelas (karena memang nggak ada yang ngajakin selfie. Huhu..).

Hingga waktu Magrib tiba, Bus I belum juga datang. Akhirnya kami pun memutuskan buat sholat Magrib dulu, itu pun gantian, mengingat ruang mushola kantor yang nggak luas.

Setelah sholat Magrib, aku kembali ke showroom dan duduk di sebelah Bu Herlina yang langsung mengajakku buat selfie bareng. Kuajak pula Mbak Aam yang berdiri nggak jauh dari situ.
"Sini, Mbak. Kita foto bareng", kataku sambil menepuk ruang kosong di sofa yang kududuki. Mbak Aam pun manut. Bertiga, kami mengambil beberapa gambar. Habis itu, kami pun ngobrol-ngobrol.


Ki-Ka : Bu Herlina, aku, Mbak Aam

Can you see that sadness on her face?
Ki-Ka : Mbak Aam, aku, Bu Herlina, Bu Ade


BTW Mbak Aam ini salah satu sales di perusahaan ini. Belum lama bekerja, baru sekitar dua bulan. Orangnya pendiam banget. Dia sering banget menyendiri dan melamun. Kalo ngobrol pun ia selalu tampak gugup dan terbata-bata. Menurut Supervisornya, ia mengalami pressure dari keluarganya yang membuat kondisi mentalnya agak terganggu.

Namun meskipun begitu, Mbak Aam memiliki obsesi yang begitu besar terhadap musik. Ia hobi menyanyi dan mendengarkan musik, juga semangat belajar memainkan piano. Ajaibnya, musik membuatnya bisa begitu percaya diri. Ia memiliki akun Youtube yang berisi puluhan video yang merekam dirinya sendiri sedang bernyanyi. Ia juga pernah beberapa kali mengikuti audisi pencarian bakat di radio, meski hasilnya belum sesuai harapan. Salut! Aku aja nggak se-PD itu. Huhuu..

Oh ya, Mbak Aam juga bahkan memiliki beberapa buah karya berupa lirik lagu yang ia tulis di buku khusus dan berharap suatu saat ada musisi yang menyempurnakan karyanya menjadi sebuah lagu. Makanya, ketika pertama kali melamar kerja ke perusahaan ini dan mendengar bahwa perusahaan ini memiliki band sendiri (MUSTunable Band) ia begitu bersemangat. Setiap kali aku dan teman-teman MUSTunable akan latihan, Mbak Aam selalu berharap bisa ikut. Sayangnya rumah dia jauh banget, sedangkan setiap kali band kami latihan, kami selalu pulang malam. Kasihan kalo dia pulang terlalu larut, apalagi dia perempuan. Andai kami nggak latihan malam hari atau rumahnya nggak sejauh itu, aku akan dengan senang hati mengajaknya ikut latihan. Yah, biar dia nggak merasa sendirian terus. Setiap kali aku melihat dia, aku selalu ingat lagu 'Samar' milik Bung Fiersa : Wahai gadis bermata sendu.. Mengapa kau merenung? Tertunduk di sudut dunia.. Apa yang kau sesali? Tak tahukah dirimu hidup tak kan menunggu? Buka sedikit hati.. Agar kau tahu kau tidak sendiri..

Hari itu, kami ngobrol-ngobrol soal musik. Ia juga bertanya tentang bagaimana awal mula aku bergabung dengan MUSTunable dan Black Party. Aku pun menjawabnya dengan antusias. Sayangnya kesempatan itu terlalu singkat, karena Koordinator Bus sudah memerintahkan para peserta tour untuk bergegas masuk ke bus masing-masing dan menempati tempat duduk yang sudah ditentukan sehari sebelumnya.


Andai boleh tukar tempat duduk, rasanya aku pingin duduk di sebelah Mbak Aam aja deh, biar kami bisa sharing lebih lama. Habisnya, ini kesempatan langka banget. Biasanya kalo di kantor, Mbak Aam lebih banyak diam, atau diledekin sama rekan-rekan gitu.

Dalam acara tour ini, partner seperjalananku adalah Bu Damayanti. Ketika mengetahui partner seperjalananku adalah beliau, beberapa rekan kerjaku menyarankanku untuk selalu sedia earphones mengingat sifat beliau yang memang agak cerewet. Well, Bu Damayanti yang merupakan seorang Sales ini memang terkenal suka ngomong dan suaranya nyaring, berbanding terbalik denganku yang banyak diam, terlebih saat dalam perjalanan, karena aku lebih suka melihat ke luar jendela sambil mendengarkan musik. Nggak tau kenapa, serasa di video klip gitu. Wkwkwk.. Adakah yang juga merasa demikian, atau cuma aku aja?

Sebelum berangkat, kami pun berdoa dipimpin oleh seorang senior yang sebenarnya bukan karyawan perusahaan sih, tapi sedikit punya peran gitu di perusahaan ini. Hanya aja doanya agak ngaco dan menjurus ke musyrik gitu, jadi aku memutuskan untuk nggak mengikuti beliau.

Pukul 07.14, bus kami pun bergerak. Beberapa menit setelah bus berangkat, Koordinator Bus membagikan air mineral dan sekotak nasi padang untuk makan malam. Yup, kami makan malam dalam perjalanan. Musik koplo yang diputar Pak Sopir menemani perjalanan kami malam itu. Ada yang asik bernyanyi mengikuti musik, ada yang berselfie, ada yang ngemil, dan ada yang cuma ngobrol-ngobrol. Semakin malam, suasana bus semakin sepi karena satu persatu, penumpang memutuskan untuk tidur. Ketika itulah Mas Febri selaku Seksi Dokumentasi beraksi. Ia mendekati rekan-rekan yang tidur dengan mulut terbuka dan iseng memotretnya. Aku sudah mengira keisengan semacam ini bakal terjadi, makanya aku jaga-jaga, bawa masker dari rumah. Wkwk..

Sekitar jam dua dini hari, kami baru tiba di Jogjakarta. Bus kami singgah di RM Dapur Limasan Borobudur untuk beristirahat. Sedikit kecewa sih, karena kami pikir kami bakal istirahat di penginapan gitu. Tapi ya sudahlah. Seenggaknya di tempat ini aku bisa mengisi daya handphone dan powerbank-ku serta berbaring dan meluruskan kaki meski hanya beralas bangku kayu panjang. Huhu..

Rupanya aku sempat tertidur ketika berbaring di bangku itu. Aku terbangun sekitar jam empat subuh dan melihat rekan-rekanku tengah mengantre kamar mandi. Aku pun bergabung bersama mereka. Waktu itu rasanya kesal banget, karena beberapa kali giliranku disalip, sehingga aku baru kebagian masuk kamar mandi sekitar pukul setengah enam (derita orang terlalu sabar tuh gini nih). Karena udah terlalu siang dan takut nggak sempat sholat Subuh, akhirnya aku pun memutuskan untuk sikat gigi, cuci muka, dan wudhu aja.

Selesai sholat dan berdandan kilat, aku bergabung bersama rekan-rekanku untuk sarapan. Pagi itu kami sarapan dengan lauk lele goreng. Habis itu, kami foto-foto. Kami juga dibagikan kaos seragam Tour Jogja yang harus langsung kami kenakan saat itu juga. Sekitar jam tujuh, kami baru berpindah lokasi, yakni menuju lokasi wisata tujuan pertama kami : Candi Borobudur.

Setibanya di kawasan wisata Candi Borobudur, seluruh karyawan peserta tour, baik itu dari kantor pusat maupun kantor cabang berkumpul jadi satu kemudian berfoto bersama. Habis itu, baru deh kami berpencar-pencar dari rombongan. Aku berjalan bersama Mbak Tika, Bu Hani, dan Bu Lia. Kami berfoto-foto bersama sampai puas. Alhamdulillah hari itu cuaca sangat cerah, sehingga kami bisa menikmati betapa cantiknya pemandangan dari puncak Borobudur. Mataharinya memang terbilang terik sih, tapi nggak masalah karena kami mengenakan kacamata hitam. Bu Hani dan Bu Lia bahkan membawa topi bundar agar kepala dan wajah mereka juga terlindung dari panas dan paparan sinar matahari. 





Setelah puas berfoto-foto, kami pun turun dari kawasan candi, tapi nggak langsung ke mobil sih, karena di area taman, kami foto-foto lagi, kali ini bareng Pak Teguh, Pak Wirja, Pak Ben, A Putra, Badar, dan Mas Febri. Begitu keluar dari area wisata, kami disambut oleh para pedagang keliling yang langsung menawarkan dagangannya pada kami. Ada yang menjual minuman, makanan, tapi mostly mereka jual cenderamata sih. Mereka mengerubuti kami seperti wartawan yang akan mewawancarai tokoh publik, sementara kami sedikit kewalahan menghadapi mereka. Bu Hani dan Bu Lia membeli beberapa cenderamata dari mereka. Lucunya, ketika tawar menawar, Bu Hani menggunakan bahasa Cirebon saat berbicara dengan pedagang, sedangkan pedagangnya menggunakan bahasa Jawa. Tapi bisa nyambung gitu lho. Wkwkwk..

Kami berjalan terus hingga memasuki area pasar. Di pasar ini, penjual cenderamatanya lebih banyak lagi, hanya aja mereka menjajakan dagangannya di kios-kios gitu, nggak keliling seperti pedagang-pedagang yang kami temui sebelumnya. Aku ingat, adikku kepingin punya kain ikat kepala. Akhirnya aku pun mampir ke salah satu kios dan membeli selembar kain ikat kepala bercorak batik warna coklat. Disitu juga aku membeli dua buah tas rajut warna navy untuk Rohayati dan Ayu. Murah-murah deh harganya. Tiga item itu total kudapatkan dengan harga tujuh puluh ribu rupiah. Sebenarnya mungkin bisa lebih murah lagi sih, hanya aja aku bukan tipe cewek yang pandai menawar. Huhu..

Sayangnya waktu kami nggak banyak disana. Padahal yaa kalo waktu kami banyak di kawasan Magelang sana, bisa kali ya meet up sama Tifanny. Toh, waktu tempuh dari Magelang ke Kertosari, Temanggung hanya sekitar satu jam. Ini kesempatan yang langka banget. Tapi jangankan meet up sama Tif deh, aku bahkan nggak sempat melihat-lihat dan mencari cenderamata untuk yang lainnya, karena Pak Yosep sudah memerintahkan kami untuk segera kembali ke bus. Mister Chokai dan Inggit bahkan berkali-kali meneleponku untuk bergegas.
“Gimana sih kamu? Kan udah dikasih tau, jam sepuluh harus udah kumpul di mobil Pak Yosep”, omel Mister Chokai dari telepon. Hah, kok kumpul di mobil Pak Yosep?
Well, berbeda dengan rekan-rekanku yang lain yang harus segera kembali ke bus, aku dan teman-teman dari MUSTunable Band justru diharuskan berkumpul di mobil Direktur Utama kami itu. Kenapaaa? Karena kami harus tiba lebih dulu di lokasi selanjutnya untuk segera melakukan check sound. Yup, kami bakal perform di lokasi wisata tujuan kami selanjutnya, yakni Tebing Breksi. Sialnya, aku dan teman-teman nggak bisa langsung menemukan dimana lokasi parkir kendaraan kami. Alhasil, jadinya malah mutar-mutar nggak karuan. Wkwkwk..

Akhirnya kami ketemu Mister Chokai dan rekan-rekan lain yang sudah lebih dulu kumpul. Belum sempat dia ngomel-ngomel, aku omelin dia duluan. Habisnya kesel juga. Masa di telepon dia bilang, “Udah kamu jalan duluan aja sini, nggak usah nungguin Bu Hani dan yang lainnya”. Lah, kalo aku nyasar gimana coba?

Pak Yosep pun mempersilahkan aku untuk masuk mobil. Didalam situ sudah ada Dhea, Badar, Mas Febri, Ryan, dan Inggit, yang berarti semua personil sudah lengkap. Aku duduk di kursi belakang bersama Inggit dan Ryan. Setelah semua personil masuk mobil, Pak Yosep pun langsung menyetir mobilnya keluar dari kawasan itu. Sumpah deh ya, waktu itu rasanya posisi duduk nggak nyaman banget. Mobil yang dikemudikan Pak Yosep saat itu bukanlah jenis mobil yang bisa menampung banyak penumpang. Ruangnya terlalu sempit untuk kami yang keseluruhan berjumlah delapan orang. Terlebih perjalanan yang kami tempuh memakan waktu sekitar satu setengah jam. Alhasil sepanjang perjalanan aku harus menahan kaki dan punggung yang pegal. Rasanya pengen cepat-cepat sampai aja.

Sesampainya di lokasi Tebing Breksi, Pak Yosep langsung mengendarai mobilnya sampai ke puncak tertinggi lokasi. Bukan di puncak tebing seperti yang gambarnya berseliweran di Google itu sih, tapi di sebuah lokasi dimana terdapat sebuah pendopo untuk acara tertentu gitu. Tapi dari tempat itu, kita tetap bisa kok menikmati pemandangan Jogja dari ketinggian. Begitu turun dari mobil, Pak Yosep membagikan kaos band kepada kami yang harus langsung kami kenakan. Baru deh, setelah mengenakan kaos MUSTunable, kami pun melakukan check sound. Sesi check sound sempat kacau di awal karena suaraku fals banget dan nggak pernah berhasil masuk di nada. Waktu itu rasanya khawatir banget. Khawatir performance-ku nanti memalukan dan mengecewakan. Setelah check sound, kami pun makan siang sembari menunggu rekan-rekan lainnya tiba.

Check sound duluuu..

Singkat cerita, sebagian peserta tour sudah berkumpul di lokasi dan duduk bersila di tempat yang sudah disediakan. Sementara mereka menikmati makan siang (yang sebenarnya bisa dibilang telat karena waktu sudah menjelang sore), aku dan teman-teman MUSTunable pun mulai menghibur mereka dengan beberapa lagu. Aku bersyukur banget karena apa yang kukhawatirkan di awal (tentang nada yang selalu gagal masuk), nggak terjadi saat kami perform. Dan yang terpenting, aku sama sekali nggak merasa nervous saat perform. Aku bahkan bisa sedikit berinteraksi dengan penonton tanpa berkata dengan terbata-bata seperti yang sudah-sudah. Bisa dibilang ajaib sih ini. Huhu.. Makasih ya Allah :')
BTW, saat kami perform kemarin, ada seorang penonton cewek berwajah manis (yang sepertinya merupakan karyawan kantor cabang Tasik) yang terus memperhatikanku. Setiap kali pandangan mataku tertuju ke dia, dia selalu tersenyum. Rasanya seneng deh kalo lagi perform diperhatiin kayak gitu. Kayaknya dia ramah sih orangnya. Hmm.. Jadi pengen temenan deh.

Setelah seluruh peserta berkumpul, acara inti pun dimulai yang dibuka dengan pemberian sambutan-sambutan, kemudian dilanjut dengan pengumuman pemenang lomba fotografi (yang nantinya akan dimuat di kalender perusahaan), pengenalan sistem pembayaran yang terbaru (FYI buat yang belum tau, kami adalah perusahaan yang bergerak di bidang cash & kredit), dan pembagian doorprize. Pembagian doorprize ini tentunya nggak dilakukan sekaligus, melainkan diselingi oleh penampilan band kami. Yang paling kusukai adalah momen ketika kami membawakan salah satu jingle perusahaan yang berjudul Bersama Kita Bisa. Saat itu seluruh peserta diminta berdiri sambil bernyanyi bersama. Rasanya seneng banget melihat rekan-rekan yang bernyanyi dengan semangat, khususnya rekan-rekan dari kantor cabang Cirebon. Ketika aku menyanyikan bagian lirik, "Kita rayakan.." kemudian kuserahkan microphone ke arah mereka yang serempak menyambut dengan lirik, ".. BERSAMA KITA PASTI BISA". Acara berakhir menjelang magrib diiringi lagu pamungkas berjudul Kemesraan dengan latar belakang sunset. Huhu.. syahdu banget..

 
Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam
Suara gitarmu mengalunkan melodi tentang cintaaa..


Setelah acara selesai, kami pun nggak menyia-nyiakan waktu. Mumpung matahari belum sempurna tenggelam, kami pun berfoto dengan sunset sebagai latar belakang. Uuh.. benar-benar momen yang aku inginkan dari dulu deh :')



MUSTunable dan fans. Wkwk..



Setelah seluruh peserta bubar, aku dan teman-teman dari MUSTunable pun bersiap-siap kembali ke bus. Karena kami malas turun ke parkiran dengan berjalan kaki, akhirnya kami pun sepakat menumpang mobil Pak Faisal. Tapi sayangnya, ditengah perjalanan turun, mobil kami terjebak macet.
"Gimana nih?" teman-temanku mulai bimbang.
"Ya udah, jalan kaki aja yuk. Daripada kejebak macet gini".
Akhirnya aku, Inggit, Ryan, Mas Febri, dan Badar pun memutuskan keluar dari mobil Pak Faisal dan turun ke parkiran dengan berjalan kaki, sementara Mister Chokai tetap bersama Pak Faisal. Namun sial, bus-bus kami rupanya sudah bergerak. Kondisi lokasi yang sulit sinyal membuat komunikasi kami dengan rekan-rekan kami yang lain terhambat. Alhasil kami berlima pun berlari-larian hilir mudik mencari bus kami.
"Ngenes banget ya kita, artis kok gini amat nasibnya".
" Iya, udah manggung nggak dibayar, sekarang malah ditinggal bus".
Kami ngedumel sepanjang jalan. Yah, sambil ketawa-ketawa juga sih karena geli sendiri sama nasib kami. Syukurlah, bus kami masih belum jauh dari area parkir. Sesampainya di bus, kami malah diketawain sama rekan-rekan. Huhu..

Kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari oleh-oleh. Waktu itu waktu menunjukan sekitar pukul sepuluh malam. Bus kami berhenti di area parkir Ngabean. Dari situ, seluruh peserta tour berpencar-pencar. Aku, Bu Lia, Bu Hani, Mbak Tika, Bu Yeyen, dan Mbak Selvi pergi ke pusat oleh-oleh dengan menumpang bentor. Kami berhenti di salah satu toko oleh-oleh. Teman-temanku pun langsung mengambil keranjang untuk berbelanja, sementara aku menunggu di luar setelah nggak menemukan apa yang kucari di toko itu, yakni kue mochi dan wingko babat. Lho, kenapa nggak beli bakpia kayak yang lain? Karenaaa beberapa hari yang lalu ibuku juga baru dari Jogja dan membawa pulang beberapa kotak bakpia. Makanya aku cari oleh-oleh jajanan yang lain.

Kondisi udara di luar toko itu rasanya pengap banget. Banyak pengemudi bentor yang mangkal disitu. Asap knalpot dan rokok berbaur jadi satu, nggak heran kalo jadinya pengap. Setelah teman-temanku selesai belanja di toko itu, kami pun berpindah lokasi untuk melihat-lihat batik dan kaos. Aku nggak ingat nama jalannya, tapi di tempat itu harga barangnya mahal-mahal gitu. Atau apa memang standarnya segitu ya? Habisnya kalo dibandingkan dengan harga barang di pasar yang di dekat Borobudur itu kok jauh banget bedanya. Huhu.. Rasanya pengen banget balik ke pasar itu lagi, karena bahkan hingga ke Malioboro, aku belum juga membeli satupun oleh-oleh.

Ada kejadian mengesalkan ketika kami tiba di Malioboro. Saat itu, Bu Hani ditelepon Bu Ati yang merupakan perwakilan dari salah satu supplier. Dari telepon, Bu Ati meminta tolong untuk dijemput di suatu tempat. Jadi ceritanya, sore tadi Bu Ati berencana pulang duluan ke Cirebon dengan menumpang kereta jam delapan. Namun karena situasi dan kondisi yang nggak bisa ditebak, ia terlambat datang ke stasiun dan ketinggalan kereta. Waktu itu sekitar jam sebelas malam, itu artinya Bu Ati sudah sekitar tiga jam kebingungan sendiri di posisinya saat itu.

"Ya udah, Mbak Ati kesini aja, ke titik nol kilometer, depan gedung Bank BNI. Saya lagi disini, bareng Bu Lia, Tika, dan Putri", ucap Bu Hani.
Namun mengarahkannya ternyata nggak mudah. Ada kali satu jam kami disitu, nggak kemana-mana. Bu Hani sudah kesal mengarahkan, Mbak Tika dan Bu Lia ngedumel, aku sendiri bersungut-sungut dalam hati. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk berburu oleh-oleh jadi terbuang hanya untuk menunggu satu orang aja. Bukannya gimana-gimana, hanya aja sebelumnya teman-temanku sudah menyarankan Bu Ati untuk lebih bersabar dan pulang bareng-bareng dengan rombongan, namun ia tetap bersikeras untuk pulang sendiri. Nah, akhirnya terjadi hal yang nggak diinginkan kan. Kalo sudah begitu, bukan dia sendiri yang rugi, tapi kami pun jadi kehilangan waktu.

Kawasan Malioboro saat itu penuh dengan manusia, mayoritas anak-anak mudah sih. Mungkin karena malam minggu, ditambah lagi hari itu bertepatan dengan pelaksanaan upacara panjang jimat di keraton. Jadi boro-boro deh bisa nunggu sambil foto-foto disana.

Singkat cerita, Bu Ati pun akhirnya menemukan kami. Masih terlihat jelas raut kepanikan di wajahnya. Ia bahkan terlihat hampir menangis saat menceritakan apa-apa yang ia alami dan rasakan saat 'nyasar'. Sambil ngobrol-ngobrol, kami lanjut jalan. Namun sayang, karena waktu sudah larut malam, banyak toko oleh-oleh jajanan yang sudah tutup. Hanya pedagang pakaian dan souvenir yang tampak masih banyak menjajakan dagangannya, selebihnya adalah pedagang-pedagang makanan seperti bakso, telur gulung, gudeg, dan sebagainya. Aku menghampiri salah satu pedagang kaus dan membeli dua helai kaus. Kaus biru oleh-oleh untuk bapak, dan kaus putih oleh-oleh untuk Mas Pacar (plus beberapa buah cenderamata dalam kotak kecil berhias pita hijau). Muehehe..
"Orang Jogja kok dikasih oleh-oleh dari Jogja", kata dia. Masih untung dibawain oleh-oleh kamu tuh, Mas 😛

Sekitar jam setengah dua dini hari, kami baru kembali ke bus untuk pulang ke kota kami, Cirebon. Awalnya aku sempat kecewa sih karena nggak bawa oleh-oleh jajanan buat orang-orang rumah. Tapi ketika bus kami berhenti di salah satu rest area di Semarang, aku melihat sebuah kios yang menjajakan oleh-oleh jajanan gitu, jadi aku memutuskan untuk membeli oleh-oleh disitu. Aku membeli dua kotak kue mochi dan dua bungkus wingko babat. Alhamdulillah, akhirnya dapat juga apa yang dicari walau bukan dari Jogja. Hehe..

Kami baru tiba di Cirebon hari Minggu sekitar jam tujuh pagi. Setibanya di rumah, setelah membagikan oleh-oleh kepada orang-orang rumah, aku langsung mandi. Seger banget rasanya, ya ampun. Maklum, dua hari nggak mandi. Wkwk.. Habis itu tidur deh sampai sore, nyenyak banget kayak orang pingsan. Saking apanya coba 😂
Jumat, 12 Juli 2019 4 komentar

BUKU : MEREKA ADA by Mystic Waves

Rasanya sudah cukup lama aku nggak mengulas tentang buku ya. Kali ini, tanganku gatal banget mau mengulas tentang buku yang satu ini. Tapi sebelumnya, aku mau bahas sedikit tentang alasan aku membeli buku ini. Jujur, meski aku menyukai kisah horor, tapi aku kurang tertarik dengan buku ataupun novel horor, karena kebanyakan ceritanya terlalu berlebihan. Dibuat seram, tapi nggak memberi efek merinding gitu, salah satunya buku kumpulan cerpen horor yang beberapa bulan lalu kubeli di bazaar buku. Baru baca beberapa halaman, rasanya udah malas aja gitu. Akhirnya buku itu nggak aku baca sampai tuntas. Tapi, buku yang mau aku ulas sekarang ini berbeda.

Pernah baca postinganku tentang Mystic Waves? Well, biar kujelaskan lagi. Mystic Waves (atau mwv.mystic) adalah sebuah akun Instagram yang sebagian besar postingannya adalah cerita-cerita horor yang diangkat berdasarkan true story, atau kisah nyata. Di postinganku waktu itu, aku menceritakan sedikit tentang adminnya yang membuat aku dan pembaca lainnya penasaran karena Si Admin ini nggak pernah mau menunjukkan wajahnya.

Kali ini aku bukan lagi mau membahas tentang Si Admin ya, karena disamping jati dirinya yang belum terungkap juga karena yaa nggak penting juga sih buat dibahas. Wkwkwk.. Sorry buat Admin AGP yang mungkin baca postingan ini. Maksudku bukan nggak penting yang gimana-gimana sih. Maksudku, nggak peduli bagaimana tampang Admin dan bagaimana latar belakang Admin, tapi selama Admin AGP masih bersama Mystic Waves dan Mystic Waves masih konsisten dengan konten Instagramnya, kami pasti bakal terus support.

Aku nggak ingat kapan pertama kali aku mem-follow akun ini, yang jelas, itu beberapa tahun yang lalu, kemungkinan tahun 2016. Adikku yang merekomendasikan akun ini, karena dia tau aku menyukai hal-hal mistis. Haha.. Dulu lumayan banyak akun horror yang aku ikuti. Tapi dari akun-akun itu, Mystic Waves adalah yang paling lama menempati kolom Following di akunku. Kenapa?

Karena cerita true story yang diposting di akun ini nggak sembarangan copy paste dari narasumber, melainkan dipilah-pilih dulu oleh admin. Cerita-cerita itu harus memiliki kriteria tertentu untuk bisa terpilih. Bukan hanya menarik dan seram, tapi juga harus berasal dari sumber yang terpercaya (narasumber harus berusia minimal 17 tahun atau dalam artian sudah dewasa dan bisa membedakan mana halusinasi, mana kenyataan, dan mengalami sendiri kejadian tersebut atau diceritakan langsung oleh orang yang mengalami, untuk menghindari hoax). Selain itu, Admin juga seringkali menyisipkan berbagai opini dan teori yang bertujuan untuk meluruskan persepsi-persepsi yang salah. Misalnya, kebanyakan orang kan percaya kalo arwah orang meninggal itu bisa gentayangan, padahal sebenarnya (khususnya dalam kepercayaan agama Islam) nggak ada itu yang namanya arwah gentayangan, melainkan adalah jin qarin yang menyerupai. Intinya buatku pribadi, akun ini nggak hanya menyajikan hiburan bagi penikmat cerita horor, tapi juga memberikan informasi yang bermanfaat.

Nah, bulan Februari lalu, akun ini menerbitkan buku horor pertamanya. Tapi baru tanggal 21 Juni kemarin aku mendapatkan buku ini dari toko buku online. Sama seperti Mystic Waves, buku ini berisi kumpulan cerita horor true story yang pernah dimuat di akun Instagram Mystic Waves, hanya aja tentu, cerita-cerita yang dimuat adalah cerita-cerita terbaik dan mendapat banyak respon positif dari para Followers, karena ya nggak mungkin juga mereka memuat semua cerita yang pernah diposting di akun Mystic Waves, mengingat cerita yang pernah diposting banyak banget jumlahnya.




Ada empat judul cerita terbaik yang dimuat dalam buku ini :

  1. Petaka Dukun Beranak
    Kisah ini diambil dari sudut pandang narasumber yang merupakan seorang anak dukun bayi yang bersekutu dengan jin dalam pelaksanaan praktiknya. Narasumber ini memiliki orangtua yang keluarganya bertolak belakang pandangan. Ibunya berasal dari keluarga yang menganut kepercayaan kejawen, sedangkan ayahnya merupakan seorang muslim yang taat. Perbedaan pandangan ini membuat keluarga mereka mengalami konflik yang sangat pelik. Disini diceritakan bagaimana si narasumber yang memilih berada di jalan yang lurus bertahan dari serangan mental maupun fisik yang dikirimkan oleh keluarga besar ibunya sendiri dengan maksud agar ia mengikuti jejak mereka.
  2. Teror Santet Cinta yang didasari oleh nafsu yang menggebu memang bahaya banget. Bisa bikin buta, hingga menghalalkan segala cara. Kisah ini menceritakan tentang kakak narasumber yang mengalami teror santet menjelang pernikahannya. Membaca kisah ini sukses membuatku jadi lebih berhati-hati kalo buang sampah ataupun memajang foto, karena semua media itu rupanya bisa banget jadi media santet ataupun pelet. 
  3. Hadi Sebuah cerita cinta beda dunia. Bermula ketika si narasumber mengalami 'ketempelan' sosok makhluk laki-laki tak kasat mata yang disebut-sebut naksir dengan dirinya. Lambat laun, si narasumber merasa nyaman dengan kehadiran sosok ini hingga akhirnya mereka terlibat hubungan asmara. Gokil banget sih. Namun hubungan itu justru menjadi boomerang bagi si narasumber sendiri ketika sosok itu menjadi semakin posesif terhadap dirinya. Kisah ini sukses banget bikin para pembaca cewek baper dan penasaran dengan sosok Hadi saat masih utuh sebagai manusia. Malah ada orang iseng yang bikin akun palsu atas nama Hadi. Ckckck..
  4. Dozer Nah ini dia, kisah yang paling ditunggu oleh sebagian besar MWVers. Saking ditunggunya, komentar pembaca tentang kelanjutan kisah ini selalu ada di hampir setiap postingan MWV. Nggak salah sih, karena kisah si Dozer ini memang paling menegangkan dan menguras emosi. Bercerita tentang hilangnya seorang sahabat pada saat pendakian. Kisahnya panjang banget, mulai dari pengalaman mereka berkemah di kawasan Ranca Upas, teror pocong yang menghantui mereka sekembalinya dari kegiatan berkemah, hilangnya sahabat mereka, hingga proses pencarian sahabat yang hilang ini yang tentunya melewati berbagai konflik yang nggak mudah karena penuh dengan hal-hal di luar nalar. 

That's all. Sebenarnya, sebelum memiliki buku ini pun, aku udah terlebih dahulu baca semua kisah itu di postingan Instagram MWV. Tapiii karena aku ngefans sama akun Instagram satu ini (best horror page, I think, walau memang kadang kalo penyakit gajenya kumat, si admin suka posting sesuatu di luar tema horor. Video kucing misalnya), aku jadi merasa wajib punya. Plus, di buku ini juga dimuat bagaimana akhir kisah si Dozer yang banyak ditunggu MWVers. Dan bagi kalian yang merupakan pembaca baru ataupun pengikut baru Mystic Waves yang mencari kisah-kisah di atas tadi di akun Mystic Waves, kalian nggak akan menemukannya secara utuh, karena postingan-postingan itu sudah di take down dari Instagram. Tentu dong.. Kalo nggak gitu, ntar sedikit orang yang penasaran dan beli bukunya, ya kan?

Well, sekarang beralih ke pendapatku mengenai buku ini. Hmm.. Tentunya karena berbentuk buku, tulisannya jadi lebih rapi dan nyaman dibaca lah ya. Hanya aja cukup banyak typo, penggunaan huruf kapital yang nggak pada tempatnya, kesalahan penulisan, dan kurangnya peletakan tanda koma sebelum kata sapaan. Misalnya pada kalimat, "Guru Dozer pak?", harusnya ditulis " Guru Dozer, Pak?". Lalu ada juga kalimat "for you information" yang seharusnya ditulis "for your information". CMIIW.

Tapi yah, itu bisa dibilang kesalahan kecil lah ya. Nggak terlalu jadi masalah kok. Bukunya tetap enak dibaca. Semoga jika dibuat cetakan kedua, kesalahan-kesalahan penulisan itu bisa lebih disempurnakan.
Kamis, 06 Juni 2019 0 komentar

Eid Mubarak : 1440H


Aku harap ini belum terlambat untuk mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri bagi teman-teman Muslim yang merayakan. Mohon maaf lahir dan batin yaa, khususnya jika mungkin ada kata-kataku yang kurang berkenan di hati teman-teman yang membaca blog ini. Taqobbalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum, taqabbal yaa kariim, ja’alanallahu wa’iyyakum minal aidin wal faizin. Aamiin..

Hmm.. Ngerasa nggak sih kalo semakin bertambahnya umur, Lebaran itu rasanya makin biasa aja? Yaa kayak kurang aja gitu suasana Lebarannya. Beda sama waktu dulu, jauh beberapa tahun silam, hari Lebaran selalu disambut dengan sukacita, khususnya buat kita yang waktu itu masih kecil. Iya nggak sih?

Mungkin ada benarnya bahwa dulu, ketika masih kecil, kita belum memahami makna Idul Fitri. Kita taunya Idul Fitri itu yaa ada baju baru, banyak permen dan kue-kue enak, serta dapat uang banyak dari orangtua, sepupu, om, dan tante. Beda dengan sekarang, yang justru rasanya sedih dan menyesal ketika Ramadhan berakhir, karena merasa belum maksimal beribadah di moment yang tepat. Selain itu, dulu keluarga besar masih lengkap. Jadi setiap Lebaran pasti ramai-ramai berkumpul di rumah anggota keluarga yang paling tua. Kalo sekarang, banyak sepupu-sepupu yang udah menikah dan tinggal di kota lain, ada pula beberapa anggota keluarga yang udah meninggal. Jadi untuk berkumpul bersama dalam satu waktu itu rasanya kurang memungkinkan.

***

Ramadhan tahun ini, aku belum merasa udah melakukan ibadah sebaik mungkin sih. Tapi alhamdulillah, rasanya lebih baik ketimbang tahun lalu.

Oh ya, di bulan Ramadhan, rasanya acara buka puasa bersama selalu jadi tradisi ya. Nggak terkecuali aku. Tanggal 12 Mei lalu, aku dan keluarga besar dari ibuku mengadakan buka puasa bersama di rumahku. Rasanya seneng banget, mengingat rasanya udah cukup lama kami nggak berkumpul bersama. Menu buka puasanya banyak banget, Untuk menu pembuka ada es kelapa, so’un, dan kerupuk sambel. Hidangan utamanya ada nasi, empal daging, opor ayam, dan tempe goreng tepung. Sedangkan dessert-nya adalah puding mangga. It was so fun, seperti acara buka puasa bersama keluarga sebelum-sebelumnya. Yang membedakan hanyalah kehadiran Naura (putri kecil Gege—sepupuku) di tengah-tengah kami.

Kemudian tanggal 29 Mei, aku berbuka puasa di kantor bersama rekan-rekan. Sayangnya acaranya kurang berkesan kurasa, entah kenapa. Mungkin karena banyak yang nggak hadir kali ya..

Tanggal 30-nya, aku berbuka puasa bersama adik dan dua teman rumahku, Dewi dan Tri di sebuah cafe & resto di kawasan Ampera. Boleh dibilang, tanggal 30 itu hari yang cukup berkesan. Jadi hari itu, pagi harinya aku berkunjung ke rumah Rohayati yang hari Sabtu lalu baru melahirkan anak pertamanya yang diberi nama Rizky Ramadhan. Sebuah nama yang bagus. Ia dianggap sebgai rezeki di bulan Ramadhan oleh kedua orangtuanya yang baru aja ‘terlahir’ sebagai ibu dan bapak :) Lucu deh anaknya. Matanya sipit, kepala & alisnya gundul, dan pipinya gembul. Kalo kata Mas Hansol sih ‘ginuk ginuk’. Hihi.. Rizky lahir secara normal dengan berat 3 kg dan panjang 30 cm. Aku nggak menjenguk sendirian. Beberapa menit setelah aku tiba, Ayu datang. Seperti biasa, kami ngobrol-ngobrol. Rasanya seneng banget. Kebetulan, udah lama kami nggak meet up. 





Sepulang dari rumah Rohayati, aku mengantar ibu ke PGC untuk menukar baju yang beliau beli tempo hari karena ukurannya kekecilan. Namun sayang, sepulang dari sana, dompet ibu hilang. Isinya sih nggak seberapa, kemungkinan dua ratus ribuan. Tapi tetap aja namanya duit :( Nah, sore harinya, baru deh, aku, adik, Tri, dan Dewi berangkat ke cafe & resto tersebut. Hari itu kami menyantap nasi putih dengan kwetiaw siram seafood, udang kriuk, cumi saus padang, ayam saus mentega, tauge jambal roti, buncis balacan, dan segelas lemon tea. Makanannya enak sih, hanya aja sayangnya acara makan kami sedikit terganggu dengan aroma nggak sedap dari selokan di sebelah resto. Yah, dasar lagi kurang beruntung sih, dapat tempat outdoor. Padahal kalo kebagian tempatnya di bagian indoor, mungkin kami terhindar dari aroma nggak sedap itu. Nggak puas dengan hanya berkumpul di resto, sepulang dari sana kami berkumpul di rumahku sampai malam. Haaahh.. what an impressive day!





Tanggal 31-nya, aku kembali berbuka puasa bersama rekan-rekan kantor. Hanya aja kali ini, aku berbuka puasa bersama beberapa orang rekan kantor yang paling dekat.  Ada Pak Ben, Bu Hani, Bu Lia, Mbak Tika, Mas Febri, A’ Putra, Bu Rohayati, dan Pak Ading. Kami berbuka puasa di Hotel Amaris Siliwangi. Sepulang ngantor, aku, Bu Hani, dan Bu Lia berangkat bersama Mas Febri dengan menumpang mobilnya, sementara sisanya naik motor. Sialnya, karena menumpang mobil, kami terjebak macet di kawasan Tuparev sehingga tiba belakangan. Singkat cerita, kami tiba di Hotel Amaris dan kebagian tempat di dalam ruangan dengan beberapa meja persegi yang disejajarkan sehingga membentuk meja panjang. Kami pun langsung mengambil menu karena udah mendekati waktu berbuka puasa. Sebenarnya makanan dan minumannya sih biasa aja ya, hanya aja pilihannya banyak. Ada kopi, teh, infused water, sirup, sop buah, agar-agar, aneka gorengan, karedok, kerupuk sambel, pedesan ayam, ayam kecap, kentang & tempe saus asam manis, sayur sop, lalapan, so’un, dan kerupuk. Sebenarnya ada dadar gulung juga sih, hanya aja kayaknya udah habis, jadi kami nggak kebagian. Wkwkwk..




Dan tibalah saatnya, hari Lebaran. Seperti yang kubilang di awal tadi, Lebaran tahun ini terasa biasa aja dan nggak begitu berkesan. Banyak kerabat yang bahkan hingga hari ini belum kutemui karena tinggal di kota lain. Yang berkesan cuma acara kumpul-kumpul di rumah nenek (ibu dari ibuku), karena disana ada Naura yang bisa selalu aku uwel-uwel pipinya.



Si pipi mochi


Lalu hari ini, di hari kedua Lebaran ini, aku dan keluarga besar dari ibu bersilaturahmi ke daerah Kuningan. Ini juga merupakan kegiatan rutin setiap Idul Fitri mengingat banyaknya keluarga besar nenek yang tinggal disana. Kami berangkat pagi-pagi. Beberapa pergi dengan motor, yakni aku yang dibonceng adikku, Gege & Empit yang dibonceng suaminya masing-masing, dan Rizky yang dibonceng Fahrul. Sementara sisanya yakni ibuku, nenek, Bi Elly, Bi Cicih, Wak Agus, Wak Ning, Agis, dan Naura pergi dengan angkutan umum yang kami sewa untuk hari ini.

Karena masih pagi, jalanan belum terlalu ramai. Memang sih, di kawasan Beber agak macet, namun kami yang pergi dengan motor nggak sampai terjebak macet karena masih bisa melipir-melipir. Hihi..
Sebelum bersilaturahmi, kami ziarah dulu ke makam kakek.





Ada bunga cantik di sebelah makam.

Setelah ziarah, baru deh kami bersilaturahmi, mengunjungi satu persatu rumah saudara nenek, mulai dari rumah Abah Rukana, kemudian rumah Mak Encang, Mak Eem, Mak Eni, dan terakhir rumah Mak Neng yang terletak di kaki Gunung Ciremai—rumah yang sederhana namun menyimpan kenangan masa kecil kami. Sayangnya, kami nggak bisa melihat Ciremai sepanjang hari ini, karena tampaknya hari ini ia malu menampakkan diri. Tubuhnya yang tinggi besar tersembunyi awan, hanya kakinya yang terlihat.



Kunjungan di rumah Mak Encang


Oh ya, Fahrul excited banget saat berkunjung ke rumah Mak Neng. Ingat ceritaku tentang kunjungan kami di Lebaran tahun lalu? Saat itu dia mengalami love at the first sight sama tetangga Mak Neng ketika cewek itu sedang mengangkat jemuran di halaman rumahnya. Sayangnya hari ini, Si Cewek nggak terlihat sama sekali. FYI, rumah Si Cewek dengan rumah Mak Neng itu benar-benar bersebelahan. Jaraknya kira-kira cuma dua meteran. Ketika tiba di halaman rumah Mak Neng, Fahrul memanggil-manggil cewek itu, “Neeeng.. Neeengg..”. Nggak keras sih suaranya, tapi cukup membuat aku, adik, dan sepupu terpingkal-pingkal dan menganggap Fahrul lancang.
“Nang, neng, nang, neng, kayak manggil teman sebangku”, celetuk adikku sambil menahan tawa.
Fahrul lupa kalo kami sedang mengunjungi rumah Mak Neng. Gimana kalo Mak Neng dengar dan mengira anak itu lagi manggil beliau? Wkwkwk.. Sampai ketika Mak Neng menyambut kami dan mempersilahkan kami masuk, kami masih terkikik-kikik karena hal itu. Kemudian Fahrul memberanikan diri bertanya pada Mak Neng, “Mak, kalo eneng yang disitu ada nggak sih?” tanyanya sambil menunjuk rumah sebelah.
“Oh, ada di dalam”, jawab beliau, kemudian melanjutkan dengan berbisik, “Mau kawin dua minggu lagi”.
Mendengar hal itu, kami semangat menyorakinya, kecuali Fahrul yang langsung memasang tampang ngenes. Wkwkwk.. Kasihan banget. Baru ketemu tahun lalu dan langsung naksir, tahun berikutnya kesana lagi malah udah mau nikah aja. Haha..

Sore harinya, kami pun pulang. Jalanan menuju Cirebon benar-benar padat. Sialnya lagi, aku, adik, Fahrul, dan Rizky sempat nyasar sehingga membuat waktu yang kami tempuh selama perjalanan benar-benar panjang. Lepas Magrib, kami baru tiba di rumah nenek. Haaahh.. melelahkan.

Sekitar jam setengah delapan, aku, ibu, dan adik pamit untuk pulang. Namun sebelum pulang kami mampir dulu ke rumah Ang Be’ah (adik tiri bapak) di kawasan Arya Kemuning. Disana juga ada nenek kami (ibu tiri bapak yang biasa kami panggil ‘Emak’) yang baru tiba dari Bogor. Begitu kuhampiri, Emak langsung memeluk dan menciumku.
“Emak kangen Puput katanya,” kata Ang Be’ah.
Kondisi tubuh Emak udah nggak sesegar dulu. Tahun lalu beliau masih sehat. Meski jalannya tertatih-tatih, namun tubuhnya nggak bungkuk. Beliau pun masih bisa berjalan sendiri. Emak memang rajin, kelewat rajin malah. Beliau nggak pernah betah duduk diam. Beberapa tahun lalu, beliau pernah jatuh dari tangga bambu saat sedang membersihkan langit-langit rumah seorang diri, sehingga gigi depannya rontok semua. Namun beliau nggak pernah kapok. Ada aja yang beliau kerjakan, entah itu berkebun, memberi makan ayam, atau sekedar berjalan-jalan di lingkungan sekitar rumahnya. Namun sekarang, beliau cuma bisa duduk dan berjalan dengan menggunakan alat bantu. Bicaranya pun udah sedikit nggak karuan. Memprihatinkan banget.

Well, that’s all ceritaku hari ini. Selamat Lebaran, selamat liburan, selamat makan enak ^^

Total Tayangan Halaman

 
;