Setelah tiga hari liburan Idul Adha, aku dan temen-temen kampus
kembali masuk kuliah. Daaaann.. pas masuk kampus, aku agak surprised ngeliat poster-poster
bertuliskan Selamat Jalan dan
Sukses Kepada SUMITRO yang ditempel di sepanjang koridor kampus. Well,
dia kan bakalan pergi studi banding ke Malaysia bulan ini. Huaaahh.. yang punya
nama pasti bangga tuh namanya terpajang di sepanjang koridor kampus.
Pas istirahat
tiba, Mitro masuk ke kelas ku, dan dia menyalami seisi kelas satu persatu.
"Doain ya, besok saya berangkat", katanya. Aku menyalami dia juga. Aku
bilang, "Congrats, Mitro. Sukses ya.."
Pas nyalamin dia
itu, sumpaaaaahh.. aku merinding terharu gitu. Bukan, bukan karena aku sedih
ditinggal si Mitro ke Malaysia (lah, emang kenapa?), tapi aku sedih karena
bukan aku yang dapetin golden
ticket studi banding ke Malaysia itu. Yaaa.. kalian bisa pikirkan lah,
gimana rasanya punya suatu mimpi, dan ketika kalian dapet kesempatan besar buat
meraih mimpi itu, kalian justru gagal. Well, sebut aja kurang sukses. Seperti aku ini.
Seperti yang udah pernah aku ceritakan di postinganku di bulan Mei dan Juni,
sejak mendengar ada program LP3I Sit in Malaysia di awal pertemuan SICE (klub
belajar bahasa Inggris di kampus), aku langsung bermimpi untuk bisa dapet
kesempatan buat ngikutin program itu. Dan ketika aku terpilih sebagai salah
satu peserta seleksi program LP3I Sit in Malaysia 2013 pada bulan Juni lalu, aku excited setengah mati. Aku
menjalani tes TOEIC melawan puluhan mahasiswa dan mahasiswi dari
jurusan-jurusan lain yang berpredikat sebagai mahasiswa dan mahasiswi
berkemampuan berbahasa Inggris terbaik di kampus, sampe akhirnya aku lolos
seleksi dan masuk Top 10 di posisi teratas. Setelah itu aku menjalani seleksi lagi, melawan
sembilan mahasiswa dan mahasiswi lainnya. Presentasi dan wawancara kami laluin,
hingga akhirnya aku terpilih masuk Top 4 bersama Mitro, Ai, dan Imam. Tapi
akhirnya aku harus nerima kenyataan bahwa aku nggak lolos seleksi masuk Top 2.
Huaaa.. :(
Kecewa sih kecewa.
Coz sebenernya golden ticket itu
bener-bener udah didepan mataku lho. Skor TOEIC aku paling tinggi diantara
yang lain. Tapi cuma karena aku nggak pedean dan nggak bisa ngomong, aku jadi
kurang sukses. Berbanding terbalik sama Mitro. Dia kan koplak banget dan cas
cis cus. Nggak heran kalo dia kepilih. Ya, aku kecewa berat. Kenapa aku nggak
ditakdirkan lahir sebagai manusia koplak kayak si Mitro sih? Tapi ya mau gimana
lagi?
Huaaahh.. kenapa aku
jadi menyesal dan envy sama Mitro kayak gini ya? Bukankah waktu itu aku bisa
menerima semua ini dengan hati lapang? Aku bahkan bersyukur sama Tuhan
berkali-kali karena meskipun aku nggak dapet golden
ticket itu, tapi setidaknya aku udah dapet kesempatan luar biasa untuk
masuk ke seleksi Top 4.
Well.. Lupain,
lupain, lupain golden ticket itu!
Ini yang terbaik yang Tuhan kasih buat aku kan? Ngikutin program studi banding
itu tanggung jawabnya gede dan berat banget. Tuhan tau aku nggak mampu bawa
tanggung jawab itu. Sekarang aku cuma mampu berharap bahwa suatu saat nanti aku
bisa dapet pengganti golden
ticket yang gagal aku dapatkan itu. Ya, semoga.. :)
0 komentar:
Posting Komentar