Ini
pertama kalinya aku ngerasain rasanya bertualang lagi setelah selama beberapa
tahun lamanya aku nggak ngerasain rasanya cape-capean di alam bebas. Terakhir
kali aku bertualang itu sekitar bulan Agustus tiga tahun yang lalu. Waktu itu aku
baru aja terdaftar sebagai mahasiswa, dan tengah menjalani PSPL. Yaah..
mirip-mirip Masa Orientasi Siswa gitu deh. Seperti peserta MOS pada umumnya,
saat itu aku dan temen-temen disuruh berpenampilan kayak orang bego dan
‘disiksa’ sama para senior. Hanya aja waktu itu MOS-nya dilaksanain di alam
terbuka, kayak kemping Pramuka, tidur di tenda, outbond, kotor-kotoran..
Nah,
hari ini aku ngerasain lagi pengalaman itu. Bedanya, waktu itu acaranya adalah
PSPL kampus, kalo sekarang acaranya adalah Day Out atau outing, yang diselenggarakan oleh
perusahaan tempat aku bekerja. Oleh karena itu, semua karyawan wajib
ikut—kecuali karyawan yang sakit, hamil, ataupun berhalangan hadir karena suatu
alasan kuat. Karena banyaknya jumlah karyawan, maka pesertanya dibagi kedalam
dua batch. Makanya acara ini dilaksanakan dua
hari, yakni tanggal 19 dan tanggal 20. Tanggal 19 untuk batch pertama, dan tanggal 20 untuk batch kedua. Masing-masing batch itu juga dibagi menjadi sepuluh
kelompok. Aku kebagian masuk kelompok sepuluh di batch pertama.
Awalnya aku ragu buat ikut, coz hari itu aku pengen bimbingan Tugas
Akhir. Ditambah lagi, aku kurang antusias karena pembagian
kelompok tadi. Nggak ada yang kenal gitu lhooo.. Yah, palingan cuma satu dua
orang. Tapi berhubung seluruh
karyawan—yang nggak berhalangan hadir karena suatu alasan kuat—wajib ikut, jadi
ya aku ikut lah. Gapapa deh. Lagian ini pertama kalinya perusahaan tempat aku
kerja ngadain acara kayak gitu.
So, Minggu malam itu, aku prepare. Coz berhubung di hari keberangkatan karyawan
nggak diperkenankan pulang setelah kerja, jadi Senin paginya aku bawa serta
barang-barang keperluan outing itu ke tempat kerja aku. Lumayan,
repot juga. Gimana enggak? Aku bawa dua tas. Satu tas ransel gede—punya adik aku—yang
isinya pakean, selimut, peralatan mandi, make
up (krim muka, face wash, bedak, lipgloss), sepatu, dan sendal.
Sedangkan yang satunya adalah tas kecil yang biasa aku pake, isinya roti dan snacks. Untungnya adik aku mau
nganter aku ke kantor. Anyway, aku nggak bareng Buyung karena dia
nggak bawa motor.
Sebelumnya
kami nggak dikasih tau tentang apa yang bakal kami lakuin disana. Pihak perusahaan
cuman ngasih informasi tentang perlengkapan apa aja yang harus kami bawa. Dan
denger-denger dari Mbak Ayu, kami bakal ngabisin waktu di daerah Balong Dalem -
Kuningan. Nah, dari perlengkapan dan lokasi tempat itu lah, aku bisa menebak
kalo kami disana bakal berkemah. Denger-denger dari Pak Zuhri juga, katanya
disana kami bakal outbond.
Setelah
jam kerja selesai, aku nunggu berjam-jam di kantor. Sendirian pula di
ruangan. Sebenernya ada Pak General Manager Properti sih, tapi beliau ada
di ruangannya sendiri. Aku juga tadinya nunggu bareng Mas Kholik, hanya aja dia
ke luar kantor buat makan. Sementara temen-temen yang lain pulang, coz rumah mereka kebanyakan nggak
begitu jauh dari tempat kerja.
Sekitar
jam setengah delapan, aku dan rekan-rekan kumpul di halaman. Lucunya, awalnya
kami pikir kami bakal pergi naik bus atau elf, tapi ternyata.. kami naik
angkot! WTF? Mbak Lina sampe ngakak ketika tau hal itu.
Sembilan
angkot disewa malem itu. Masing-masing angkot diberi nomor dan berjejer sesuai
dengan nomor kelompok. Lho,
trus angkot kelompok sepuluh mana?
Ternyata,
kelompok sepuluh yang paling spesial. Hari itu kami nggak naik angkot,
melainkan naik elf silver milik perusahaan. Aku duduk di samping pintu masuk.
Huaaahh.. PeWe banget. Tapi kasian juga Mas Arif. Dia musti setengah berdiri
didalem mobil karena keterbatasan tempat duduk. Well, sebenernya harusnya mobil itu muat
untuk setiap anggota kelompok kami. Sayangnya, kursi di bagian paling belakang
mobil nggak ada. Sementara kursi yang ada didepan aku didudukin sama Mbak May
yang sebenernya adalah anggota kelompok empat. Dia kabur dari kelompoknya gitu
deh. Nggak pada kenal, katanya.
Sekitar
jam delapan lebih, kami berangkat. Kerennya, sepanjang jalan mobil-mobil kami
dikawal polisi lho.. Aneh nggak sih? Angkot-angkot dikawal polisi :v
Sekitar
jam sembilan malem, kami tiba di lokasi Outing. Surprise!
Ternyata
kami bukan berkemah atau bermalam didalem tenda, melainkan menginap di cottage!
Cottage-cottage itu udah diberi nomor sesuai kelompok.
Cottage kelompok sepuluh—kelompok aku—terletak paling pojok.
Nggak terlalu besar. Cuma berupa kamar berukuran 3 x 4 (termasuk kamar mandi
didalem ruangan berukuran 2 x 1). Cottage-cottage disana berdesain tradisional, tapi
interiornya modern. Beberapa bagian dindingnya terbuat dari anyaman bambu kayak
rumah-rumah tradisional pada umumnya, tapi alasnya udah pake keramik. Di
samping pintu masuk ada sebuah meja dengan tempat alas kaki. Ruangan itu
memiliki dua kasur. Satu kasur dengan ranjang, dan satu lainnya tanpa ranjang.
Masing-masing kasur cukup lah buat tiga orang. Didalem cottage kami juga ada sebuah lemari, sebuah
meja, dan dua buah kursi. Kamar mandinya juga lumayan nyaman. Didalemnya ada
kran, ember air, shower, jet wasser, dan kloset duduk otomatis.
Kami
nggak bisa lama-lama nyante di cottage itu. Kami cuma dikasih kesempatan
buat naro barang-barang bawaan, kemudian kami disuruh berkumpul di lapangan
buat menikmati api unggun dan dengerin pengarahan dari para crew.
Lapangan
ternyata udah rame sama rekan-rekan semuanya. Ada yang udah duduk-duduk, ada
yang gitaran, ada yang foto-foto, dan ada yang ngambil welcome drink didepan reservation room. Aku sendiri
bergabung bareng Leny dan rekan-rekan Properti yang lain. Acara diawali dengan
nyanyi bareng dan joget bareng, sambil sesekali nyuri waktu buat selfie bareng. Setelah itu, kami dengerin
informasi mengenai susunan acara buat besok dan renungan yang disampein oleh
para crew. Cuma renungannya kurang greget karena
kata-kata dari crew kurang touching, dan aku sempet BT
duluan sama acaranya karena pas bagian acara ‘Peluk Sahabat’, nggak ada yang
bisa aku peluk dan balik meluk aku.
Oke
gapapa kalo nggak ada yang bisa aku peluk dan meluk aku. Bahkan aku juga bisa
maklumin ketika temen-temen satu kelompok aku meminta aku buat jadi fotografer
dadakan pas awal masuk cottage tadi. Gimana nggak maklum? Jadi
fotografer itu kan profesi sampingan—sukarela—aku. Tapi yang bikin aku makin BT
adalah, ketika masuk cottage buat beristirahat sambil mendiskusikan
yel-yel kelompok, aku kurang nge-klop sama temen-temen satu kelompok aku.
Gimana enggak? Mereka semua dari Divisi Batik, sementara aku dari Divisi
Properti. You know.. aku bukan tipe orang yang gampang
nyatu sama orang baru.
Sekitar
jam sebelas malem, kami tidur. Aku tidur di atas ranjang, diapit sama dua rekan
satu kelompok aku setelah sebelumnya aku sempet makan malem dulu. Aku nggak
inget kapan terakhir kali aku makan larut malem. Sebenernya aku males banget
makan. Hanya aja sayang kalo nasinya dibuang.
Sekitar
jam setengah lima pagi, aku bangun dan nyuci muka. Beberapa orang turun ke
lapangan buat sholat Subuh berjamaah. Kemudian sekitar jam lima, semua peserta
Outing berkumpul di lapangan buat dengerin sepatah dua patah kata dari Pak
Direktur. Setelah dengerin sepatah dua patah kata dari Pak Direktur, kami
kembali ke cottage dan berganti pakaian training untuk kemudian kembali berkumpul di
lapangan buat senam aerobik.
Senam
aerobik dipimpin oleh seorang instruktur senam bertubuh atletis. Keliatannya
udah berumur sih (yaahh.. mungkin udah thirty-something
or maybe fourthy lah), tapi
postur tubuhnya yang tegap dan good-looking membuat daya tariknya masih terlihat.
Setelah
senam, kami mandi dan diminta berganti pakaian dengan kaos warna hitam sebagai
syarat untuk mengikuti acara outbond.
Sebelum outbond dimulai, kami sarapan dulu. Menu
sarapan pagi tadi adalah nasi uduk dengan irisan telur dadar, bihun, sambel
goreng telur puyuh, dan kerupuk. Aku dan rekan-rekan satu kelompok makan bareng
didepan cottage kami.
Sekitar
jam sembilan pagi, kami berkumpul di lapangan buat ngikutin outbond. Pertama-tama, kami disuruh berbaris
dengan masing-masing kelompok. Kelompok aku sebenernya terdiri dari tujuh orang
cewek, dan tujuh orang cowok. Hanya aja Mbak Yanti nggak ikut gara-gara sakit.
Dia sempet pingsan pas senam aerobik tadi. Akhirnya kelompok kami cuma outbond ber-tigabelas.
Sebelumnya
aku udah mengira sih kalo outbond yang kami ikutin itu bakal mirip-mirip
kayak jaman pelatihan Pramuka pas masa SMP aku dulu : hiking, ‘di-bully’ senior, dikasih
pertanyaan, kalo salah jawab di hukum dan dicoreng-coreng mukanya..
Bedanya mungkin kali ini nggak ada kekerasan dan tekanan, karena tujuan kami kesini buat have fun. Selain itu mungkin bakal ada flying fox atau meniti tali. Gitu pikir aku.
Bedanya mungkin kali ini nggak ada kekerasan dan tekanan, karena tujuan kami kesini buat have fun. Selain itu mungkin bakal ada flying fox atau meniti tali. Gitu pikir aku.
Balik
lagi ke acara kami. Setelah semua peserta kumpul, masing-masing ketua kelompok
diminta maju untuk mengambil kertas undian yang berisi nama kelompok yang
semuanya berbau batu-batuan. Aku sempet ngetawain kelompok Buyung, kelompok Pak
Aris, dan kelompok Pak Jalil yang masing-masing dapet kertas undian berisi nama
Batu Ginjal, Kencing Batu, dan Batu Nisan. Kelompok aku sendiri dipimpin oleh Mbak
Nita—adik kandung Mbak Ati—yang waktu itu ngambil kertas undian bertuliskan
Kepala Batu. Jadilah nama kelompok kami, Kelompok Kepala Batu.
Setelah
nama kelompok ditentukan, salah satu crew meminta para ketua kelompok untuk
mencoreng muka masing-masing anggota kelompoknya dengan cat. Masing-masing
kelompok harus punya coretan yang berbeda dengan kelompok lain. Kelompok kami
mendapat cat warna hitam. Mbak Nita membuat angka satu di hidung, serta tanda
bulat di dua pipi dan jidat sebagai simbol angka sepuluh—nomor kelompok kami. Well, sebenernya aku lebih suka kalo coretan
yang kami buat berbentuk tapak kaki kucing, tapi sayangnya coretan kayak gitu
udah dipake sama kelompok lain.
Kemudian
kami pun berlatih buat menyerukan yel-yel kelompok. Oh ya, yel-yel kelompok
kami super-simple banget. Kami pake lagunya Iis Dahlia
yang ‘Apalah Apalah’ itu. Sebenernya aku kurang sreg sih sama yel-yel itu, coz selain aku nggak tau lagu aslinya
kayak gimana, nadanya juga kurang pas, dan kata-katanya terlalu simple—kesannya kurang kreatif
gimana gitu. Aku ngerasa malu sendiri kalo ngedenger yel-yel dari kelompok
lain. Tapi aku nggak bisa nolak, coz waktu kami emang terbatas buat
nyiptain yel-yel yang lebih greget. Lagipula anggota kelompok cowok yang aku
pikir bakal memprotes ternyata justru terima-terima aja dan nggak ambil pusing
soal yel-yel yang terlalu sederhana itu.
Oh
ya.. selain harus menyerukan yel-yel, kami juga diwajibkan buat menghafal lagu
mars perusahaan kami dan menyanyikannya didepan crew. Sooo.. dengan berbekal waktu yang terbatas
dan selembar kertas berisi lirik dari mars tersebut, kami bareng-bareng
menghafal lagu mars perusahaan. Dan ketika itulah aku mulai ngerasa nyaman sama
kelompok aku. Kebersamaannya mulai kerasa di moment itu. Anyway kami bersyukur karena dianugerahi
urutan nomor sepuluh, kelompok paling akhir, sehingga waktu kami buat menghafal
mars lebih banyak dibanding kelompok lain ^^v
Akhirnya,
tibalah kelompok kami buat maju. Kami menghampiri First Post yang dijaga sama
Kak Ifan. Di pos itu, kami harus menyerukan yel-yel kami dan menyanyikan mars
perusahaan yang kami hafalin tadi. Habis itu, kami disuruh jalan sampe ke
Second Post pake dua pasang sandal bakiak panjang yang satu pasangnya bisa
dipake buat delapan pasang kaki. Dan selama berjalan pake sandal itu, kami
dilarang pake aba-aba dan komando. Sebagai gantinya, kami harus menyerukan
yel-yel sambil jalan. Haisshh.. Kebayang kan susahnya kayak apa? Alhasil, kami
berjalan dengan susah payah, dan yel-yel yang kami serukan cuman
‘apalah-apalah’ nya doang karena otak tiba-tiba blank dan cuman kata itu aja yang kami
inget. Wakakak..
Second
Post dijaga sama Pak Yuyan dan rekannya yang sesama tentara (atau apalah, aku
kurang tau. intinya beliau-beliau ini pake seragam militer warna ijo item
gitu). Untuk sampe ke pos yang dijaga mereka, kami harus mendaki undak-undakan
seperti tangga dengan berjalan bebek. Tau kan jalan bebek kayak apa? Jalan
sambil jongkok gitu. Dan kalo ada yang berdiri sebelum nyampe, harus diulang
dari bawah. Huaahh..
Di pos
itu kami cuman dikasih sedikit arahan doang. Dan karena Pak Yuyan sebenernya
nggak sesangar tampilan luarnya, kami nanggepin beliau dengan santai.
Habis
itu, kami ke Third Post yang dijaga sama Bu Eni. Disitu, salah satu dari
kelompok kami harus jawab pertanyaan, kemudian ngambil sebuah bendera, habis
itu ngebawa bendera itu sambil manjat tangga majemuk (biasa ada di
sekolah-sekolah TK).
Setelah
dari Third Post, kami melanjutkan perjalanan. Inilah bagian yang tersulit. Hiking! Mendaki bukit. Persis seperti apa yang
aku kira sebelumnya. Dan treknya pun.. persis banget sama trek yang pernah aku
laluin pas jaman pelatihan Pramuka jaman SMP dulu. Deeeyymm.. I still remember that!
Hanya
aja aku nggak inget secapek apa yang aku alamin dulu ketika melalui trek
mendaki itu. Yang aku rasain adalah hari ini.. capek gilaaa..!! Awalnya aku
semangat banget buat hiking.
Apalagi ketika ngeliat pemandangan bukit didepan mata selepas dari Third Post.
Kami disambut sama daun-daun kering yang berguguran dari atas pohon. Indah
banget. Aku nyesel ninggalin hape aku di cottage.
Padahal aku pengen banget mengabadikan moment itu. Tapi setelah beberapa langkah.. Damn! Belom setengah perjalanan aja
rasanya kaki aku udah susah diangkat, dan baju aku mulai basah oleh keringat.
Belum lagi jantung dan paru-paru aku yang aku rasa bekerja lebih keras saat
itu. Aku juga bisa ngedenger deru napas di depan dan belakang aku. Tampaknya
temen-temen aku pun ngerasain hal yang sama. Aku bersyukur udara di Kuningan
nggak sepanas di Cirebon. Dan seenggaknya ada dua anggota kelompok kami yang
cukup menghibur selama di perjalanan.
Adalah
Mas Ande dan Mas Ugi. Sebenernya dari awal Mas Ande emang udah jadi bahan
ketawaan kelompok kami. Banyak yang bilang sih si Tukang Parkir ini otaknya
agak miring or something gitu deh. I dunno.. Dia bahkan nggak protes ketika Mas Ugi
bikin tanda bulatan besar di pipi dan jidatnya, sehingga bulatan-bulatan itu
menyerupai tompel besar. Dan ketika mendaki, merekalah yang mulutnya paling
nggak bisa diem. Ketika anggota lain pada ngos-ngosan, mereka justru nggak
berhenti-berhenti neriakin yel-yel. Hanya aja Mas Ugi neriakin yel-yel dengan
jelas, sementara Mas Ande ngikutin dengan lafal aneh diikuti ketawa riang.
Misalnya Mas Ugi teriak, “Kelompok Sepuluh.. Apalah! Apalah!” maka Mas Ande
bakal ikut berseru dengan, “Rompok Sepuluh..
Apalah! Apalah! Hehe.. hehe..”
Atau
ketika Mas Ugi teriak, “Grup Sepuluh.. Woyo! Woyo!”, Mas Ande bakal berseru, “Hurup Sepuluh.. Apalah! Apalah! Hehehe..
Hehe..” Gitu aja terus. Kami ngakak aja dengernya. Tapi lama-lama berisik juga
sih.
Ternyata
kami adalah kelompok yang tergolong cepet lho. Coz Kelompok Sembilan yang tadinya jauh
didepan kami sampe kesusul aja gitu. Bahkan katanya ada kelompok lain yang
nyasar. Entahlah kenapa bisa gitu, padahal masing-masing kelompok udah bawa
peta trek.
Akhirnya
kami sampe deh di Toward Post. Pos yang satu ini dijaga sama Pak Gun, sang
General Manager Batik. Disitu, kami diminta milih salah satu amplop yang beliau
punya. Didalem amplop itu ada lima pertanyaan yang tentu aja harus kami jawab.
Pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab dengan hati-hati. Pasalnya jawaban yang
bakal didengar adalah jawaban yang paling pertama dilontarkan oleh peserta.
Karena itulah, kami menyuruh Mas Ande buat nutup mulut. Wakakak.. kejem yak :v
Dari
lima pertanyaan yang dilontarkan, empat pertanyaan yang berhasil kami jawab.
Termasuk pertanyaan yang nggak bisa kelompok lain jawab dengan bener : Berapa umur Pak Miftah?
Pertanyaan
teraneh yang pernah ada, karena emang tujuannya ngeledek si empunya nama. Dan
pertanyaan ini cuma kelompok kami doang yang berhasil jawab. Jelas lah, karena
Pak Miftah ada di kelompok kami. Haha..
Akhirnya
setelah menuruni bukit dengan tali, melewati jembatan bambu, mendaki gunung,
dan melewati lembah (oke, yang dua terakhir itu jangan dianggep serius, karena
cuma dilakuin sama Ninja Hatori), akhirnya kami sampe di tempat kami semula!
Horeee..
Sayangnya,
ternyata nggak ada acara naik flying
fox seperti yang aku
harapkan. Huaahh..
Sedikit kecewa sih. Tapi ya sudahlah, toh kami udah cukup capek dengan kegiatan hiking ini. Tapiii.. ternyata tantangan kami nggak sampe disitu aja. Kami harus menyusun puzzle. Tapi sebelum itu, kami harus berenang dan menyelam kedalem kolam renang, coz potongan puzzle terakhir ada didalem situ. Aku dan beberapa anggota kelompok nggak ikut masuk kedalem air. Well, sebenernya aku pengen banget ikut basah-basahan. Hanya aja aku lupa bawa daleman kerudung. Kalo aku masuk ke air, otomatis daleman kerudung yang aku pake itu basah dan aku nggak punya gantinya.
Sedikit kecewa sih. Tapi ya sudahlah, toh kami udah cukup capek dengan kegiatan hiking ini. Tapiii.. ternyata tantangan kami nggak sampe disitu aja. Kami harus menyusun puzzle. Tapi sebelum itu, kami harus berenang dan menyelam kedalem kolam renang, coz potongan puzzle terakhir ada didalem situ. Aku dan beberapa anggota kelompok nggak ikut masuk kedalem air. Well, sebenernya aku pengen banget ikut basah-basahan. Hanya aja aku lupa bawa daleman kerudung. Kalo aku masuk ke air, otomatis daleman kerudung yang aku pake itu basah dan aku nggak punya gantinya.
Setelah
nemuin semua potongan puzzle,
kami kembali ke lapangan dan berkumpul didepan balong. Tantangan selanjutnya
adalah menaruh puzzle yang udah disusun di tengah balong. Soo.. beberapa anggota diantara kami harus
berenang. Dari kelompok kami, cuman tiga orang yang masuk ke balong dengan
kedalaman sepuluh meter itu, termasuk Mas Arif—Marketing.
Nggak
cuma sampe disitu aja. Ada beberapa game yang menunggu setelah itu. Ada game Tarik Tambang Cinta, Indonesia Pintar
(kalo suka nonton Eat Bulaga pasti tau deh), dan ada Sedotan Karet. Kelompok aku
kebagian game Tarik Tambang Cinta. Di game ini, para crew memberi sebuah balon kepada
masing-masing peserta. Balon itu harus diapit diantara punggung dan dada
peserta (kalo sampe ketauan balon itu dipegang atau dijepit di ketiak, dianggep
pelanggaran), sementara dua tangan kami menarik tambang. Didalem permainan ini,
bukan Si Kuat yang menang, tapi mereka yang bisa ngejaga balon itu biar nggak
jatoh ataupun meletus disela-sela adegan tarik menarik. Ketika main game ini, kami sempet menang di duel
pertama. Tapi ketika diadu lagi, kami kalah. Sayang banget.
Yang
seru itu pas liat game Indonesia Pintar. Kelompok yang
dipimpin Buyung adalah salah satu kelompok yang mainin game ini. Kebetulan, si Buyung juga yang
jadi salah satu pesertanya. Dia jadi bagian penjawab, sementara rekan dia yang
lain mengarahkan dia dengan jawaban ‘ya’, ‘tidak’, dan ‘bisa jadi’. Yang bikin
seru itu taruhannya : Kalo peserta berhasil jawab, maka salah satu crew bakal disiram air. Sementara kalo
peserta gagal menjawab ataupun bilang ‘pass’ sampe lebih dari tiga kali, maka
salah satu dari anggota kelompok tersebut yang harus jadi korban basah-basahan.
Lucu aja gitu ngeliat para crew (yang sebagian besar terdiri dari para
staff HRD, Supervisor, dan Manager) dan rekan-rekan yang jadi korban siram.
Gimana enggak? Kapan lagi bisa ngeliat para atasan dikerjain? Iya kan? :p
Akhirnya,
tibalah saatnya pengumuman undian sekaligus pembagian hadiah. Kak Ifan memegang
akuarium kaca bulat yang didalemnya berisi potongan styrofoam, guntingan kertas,
dan gulungan kertas berisi nomor undian masing-masing peserta. Sementara
siapapun boleh mengajukan diri buat mengundi. Hadiahnya lumayan keren-keren.
Ada hape Nokia, microwave, dispenser, kompor gas, jam tangan, powerbank,
payung, paket sembako.. Macem-macem deh. Dan grandprize-nya
adalah gratis menginap di hotel untuk tiga orang. Aku sendiri udah berharap
bisa dapet jam tangan atau powerbank.
Tapi ternyata rejeki nggak berpihak pada aku. 1004 ternyata bukan nomor
keberuntungan aku.
Anyway, aku ngerasa hari ini adalah hari keberuntungan buat
Buyung dan kawan-kawannya. Gimana enggak? Sebagian anggota kelompok Batu Ginjal
yang dipimpin oleh cowok gempal itu berhasil memborong hadiah-hadiah undian.
Misalnya Mas Didi. Aku rasa pepatah ‘kata-kata adalah doa’ itu emang bener
adanya. Mas Didi baru aja bilang, “Kita sih mending olih sembako bae lah. Lumayan, rong atus ewu (saya sih mending dapet sembako aja,
lumayan dua ratus ribu)”. Dan beberapa menit kemudian, Kak Ifan menyebut nomor
undiannya, dan menyatakan bahwa dia memenangkan dua paket sembako yang bernilai
dua ratus ribu. Awesome! Sementara Buyung sendiri berhasil
membawa pulang sebuah kompor gas.
Keberuntungan
kelompok Batu Ginjal nggak hanya sampe disitu aja. Berhubung ada penilaian
kelompok juga, maka kelompok-kelompok terbaik juga berhak dapet hadiah. Dan
hari ini, kelompok yang dipimpin Buyung itu berhasil merebut gelar Kelompok
Dengan Yel-Yel Terbaik. Bener aja. Yel-yel mereka emang keren banget. Aku rasa
Buyung yang berperan banyak dalam pembuatan yel-yel itu. Keliatan banget dari
cara dia berseru, memimpin temen-temen satu kelompoknya. Dan rasanya bukan aku
aja yang berpikir demikian, coz ketika acara pengumuman para pemenang
itu berlangsung, seorang cewek yang duduk disebelah aku berseru dengan nada
protes, “Jelas aja kelompoknya menang, dia anak Pramuka!”
Daaann..
akhirnya tibalah kami di penghujung acara. Acara paling akhir dari semua
kegiatan adalah acara tukar kado. Aku udah cerita belom kalo semua peserta
Outing wajib membawa kado senilai sepuluh ribu yang dibungkus kertas koran?
Kemudian kado-kado itu dikumpulin di tengah masing-masing kelompok. Kelompok
kami bertukar kado dengan kelompok sembilan. Lalu para crew mempersilahkan masing-masing dari para
peserta buat mengambil salah satu dari kado-kado itu. Aku mengambil kado
berbentuk kotak dan berukuran sedang. Kemudian crew memberi aba-aba buat buka kado itu
bareng-bareng. Ternyataaa.. aku dapet sebuah cermin. Haisshh.. Entah kenapa
hadiah ini seperti sebuah sindiran bagi aku yang suka males liat muka sendiri
(=__=’)
You
know.. Nggak semua orang ngasih dan dapet hadiah bagus. Mas
Arif—Office Boy—contohnya. Apes, dia dapet pembalut. Ada juga cowok yang dapet
celana dalem cewek, juga sebaliknya.. Mbak Lina—Marketing Promotion
Properti—dapet sepaket celana dalem cowok. Tapi yang lebih apes lagi adalah
yang dapet botol air kosong. Kasian banget.
Cerita
unik dateng dari Mas Kholik. Sebelum berangkat Outing, dia sempet uring-uringan
tentang hadiah yang bakal dia bawa. Saking bingungnya, dia sampe bilang,
“Udahlah, duit sepuluh ribu aja yang dibungkus. Yang penting kan nilainya
sepuluh ribu,” katanya. Dan aku berkomentar, “Ih, nggak kreatif banget!” Emang
sih, dia akhirnya nggak jadi menghadiahkan uang sepuluh ribu. Sebagai gantinya,
dia menghadiahkan sebungkus biskuit Roma kelapa. Tapi ketika acara tukar kado,
apa coba yang dia dapet? Duit sepuluh ribu perak didalem botol! That’s it. Aneh kan? Dia yang niat ngasih kado
duit sepuluh ribu, nggak taunya dia sendiri yang dapet duit sepuluh ribu :v
Sekitar
jam setengah lima, kami kembali ke cottage,
membersihkan diri, dan bersiap-siap pulang. Aku sempet tidur-tiduran juga
disana. Haaaahh.. rasanya aku masih pengen disitu. Cottage-nya nyaman banget.
Begitu juga dengan kasur yang aku tidurin saat itu. Andai aku ditawarin buat
tinggal semalam lagi, aku nggak akan nolak, walau sendirian disitu. Kenapa
enggak? Aku selalu suka suasana dan suhu pegunungan :)
Rencananya
sih kami bakal pulang jam lima. Tapiii.. ternyata mobil jemputan baru dateng
jam enam. Akhirnya kami nunggu satu jam dulu deh disitu. Kalo waktu berangkat
kami harus bareng-bareng kelompok, tapi ketika pulang, kami bebas bareng siapa
aja, dan bebas naik mobil jemputan yang mana aja. Kalo waktu berangkat aku naik
elf silver milik perusahaan, pulangnya aku naik angkot.
Begitu sampe
di halaman kantor, aku langsung pulang. Aku pulang naik angkot bareng Buyung.
Kami ngobrol cukup banyak diperjalanan. Tentu aja ngobrolin soal Outing yang
baru aja kami ikutin. Aku sempet nanyain soal yel-yel kelompoknya itu. Ternyata
bener, dia yang bikin yel-yel itu. Gila. Sebagai karyawan baru, dia udah cukup
hebat jadi leader buat temen-temen
satu tim-nya yang sebagian besar karyawan senior. Aku heran, makan apa sih tuh
anak?
Udah dulu
ah, sekian dulu cerita dari aku. Aku pegel, pengen ngelurusin badan dulu.
Mwehehe.. Besok udah harus masuk kerja lagi soalnya. Huaahh.. (=__=’)