Minggu, 11 Juni 2017

BUKU : HUJAN by Tere Liye

Apa yang akan kamu lakukan jika memiliki kesempatan untuk menghapus kenangan masa lalumu yang menyakitkan? Memilih menghilangkannya dari ingatanmu? Atau justru memeluk semua kenangan itu? Mengikhlaskan? Menerimanya sebagai bagian dari hidupmu?




Satu lagi karya Tere Liye yang berhasil mengaduk-aduk perasaanku. Kali ini novel bergenre romance dengan balutan science-fiction berjudul 'Hujan'.

Kisah berawal dari seorang gadis bernama Lail yang datang kepada seorang paramedis bernama Elijah untuk meminta kenangan menyakitkan di masa lalunya dihapus. Ketika itu, tahun 2050, dimana teknologi sudah sangat canggih, bahkan ingatan aja bisa dimodifikasi.

Kemudian alur cerita mundur ke delapan tahun lalu, dimana sebuah bencana besar melanda negeri. Gunung purba meletus, menyebabkan semburan abu panas ribuan Celcius dan gempa vulkanik berkekuatan 10 skala Richter. Hanya sepuluh persen penduduk bumi yang selamat dari bencana mematikan itu. Lail yang saat itu masih berusia tiga belas tahun diselamatkan oleh seorang remaja laki-laki bernama Esok setelah sebelumnya mereka sama-sama terjebak dalam lorong kereta bawah tanah bersama ratusan penumpang kereta yang mereka tumpangi. Meski keduanya selamat, namun mereka harus menerima kenyataan pahit bahwa kedua orangtua Lail dan empat kakak kandung Esok nggak bisa diselamatkan. Sejak saat itu Lail dan Esok pun bersahabat baik, lebih tepatnya seperti adik dan kakak, karena dimana ada Esok, disitu ada Lail; dimana ada Lail, Esok ada disampingnya. Setiap bertemu, mereka selalu menghabiskan waktu dengan berboncengan naik sepeda, berkeliling kota. Namun beberapa tahun kemudian, Lail menyadari bahwa dirinya nggak mau hanya dianggap adik oleh Esok.


Ilustrasi. Self-edited.

Well, mungkin nampaknya klise. Sahabat jadi cinta. Tapi bukan Tere Liye namanya kalo nggak mengemas kisah ini berbeda dengan kisah sahabat jadi cinta kebanyakan. Karena novel ini berbalut science-fiction, maka nggak hanya diajak baper, kita juga diajak berimajinasi tentang bagaimana kehidupan bumi di masa depan dan mengenal berbagai istilah-istilah 'sulit'. Oh ya, novel ini juga bercerita tentang persahabatan. Aku dibuat tersenyum dan cengar-cengir sama kisah persahabatan antara Lail dan Maryam, teman sekamarnya di Panti Sosial. Meski digambarkan sebagai sosok yang kurus, berambut kribo, dan berwajah jerawatan, tapi aku suka banget sama tokoh Maryam ini, karena selain humoris (dia lah tokoh yang paling konyol disini), dia juga setia, nggak mudah tersinggung, cuek, tangguh, peduli, dan bisa dipercaya.

Endingnya?
Gaaahh.. sangat menegangkan! Dan benar-benar membuatku tenggelam. Aku nggak akan menyebutkan ceritanya berakhir seperti apa, yang pasti, emosi kita diaduk-aduk disini. Esok yang jenius dan menjadi ilmuwan muda di masa depan, ikut andil dalam misi penyelamatan dunia dari bencana. Hal inilah yang menjadi salah satu konflik menjelang akhir cerita, yang menentukan bagaimana hubungannya dengan Lail. Apakah mereka akhirnya bisa bersama, atau bahkan terpisah. Aku yakin, mostly pembaca pasti pada geregetan di part menjelang akhir cerita ini. Daaaann.. lagi-lagi Tere Liye menyangkal tebakanku. Akhir ceritanya (lagi-lagi) nggak seperti yang kupikirkan. 

Anyway, bukan novel romance kalo nggak ada bumbu-bumbu manisnya. Tapi menurutku, kebayakan novel romance itu lebay, manisnya bikin diabetes dan baper sedalam-dalamnya. Tapi novel ini enggak. Well, sejauh yang pernah kubaca, novel karya Tere Liye yang bergenre romance memang nggak ada yang berlebihan sih menurutku. Manisnya selalu pas. Jadi makin suka sama penulis satu ini :)

Akhir kata, ada satu quote bagus dari novel ini,
"Barangsiapa yang bisa menerima (mengikhlaskan semua kenangan buruk yang pernah terjadi), maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan."

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;