Minggu, 16 Oktober 2016 0 komentar

Trip to Bumi Perkemahan Ipukan

Hampir semua orang yang mengenalku tau bahwa aku ini anak rumahan. HAMPIR setiap hari libur, aku menghabiskan waktu seharian di rumah, kalo nggak bareng keluarga yaa bareng teman-teman dekat. Nggak heran kalo temanku itu-itu aja dari dulu, nggak nambah dan nggak ngurang. Hahaha..

Well, sebenarnya bukan karena terlalu betah diam di rumah sih. Aku pun sebenarnya oke oke aja main ke luar kalo ada yang ngajak. Seperti hari ini..

Hari ini aku diajak main ke salah satu objek wisata di Cirebon yang lagi hits banget di media sosial, Bumi Perkemahan Ipukan dan Curug Cisurian. Sebenarnya A’ Put—begitulah aku biasa memanggil Si Pengajak ini—udah dari minggu-minggu lalu mengajakku main. Tapi dasar akunya (sok) sibuk plus didoktrin pula sama temanku untuk berhati-hati sama cowok yang ngajak main jauh-jauh, aku jadi kebanyakan ngeles. Tapi rupanya dia nggak nyerah untuk meminta waktu luangku. Akhirnya aku minta masukan sama ibu, dan menurut ibu, jika seorang laki-laki ngajak perempuan main ke luar dengan nyamper ke rumah dan minta ijin ke orangtuanya dulu, itu artinya dia lelaki baik-baik. Justru laki-laki yang minta ketemuan di suatu tempat yang harus diwaspadai.

Akhirnya aku pun mengiyakan ajakannya. Pertama, karena dia bersedia menjemputku di rumah; kedua, karena dia bilang bahwa dia juga mengajak kakak dan kakak iparnya. Dua hal itu cukuplah untuk membuktikan bahwa dia nggak seburuk yang temanku pikirkan (maaf yaa, A’ Puuutt..). Dan lagi, aku pikir pergi ke tempat sejuk sama sekali bukan ide buruk. Aku suka tempat-tempat hijau dengan udara segar dan sejuk. Sumpek juga mantengin komputer terus.

Sebelum berangkat, ia mengingatkanku untuk membawa jas hujan dan baju ganti mengingat sekarang-sekarang ini memang lagi musim hujan.

Sekitar jam sembilan pagi, A’ Put menjemputku dengan Vario hitamnya. Kami berbasa-basi sedikit sebelum akhirnya ia meminta ijin ibuku untuk membawaku pergi. Tentu aja kami nggak langsung ke tempat tujuan, melainkan menjemput kakak dan kakak iparnya dulu di daerah Sumber. Baru deh, sekitar jam setengah sebelas, kami meluncur ke Kuningan.

Kami baru sampai di tempat tujuan sekitar jam satu siang. Dan memang nggak bisa dibohongi, pemandangannya tuh baguuuuus banget. Nggak heran kalo pengunjungnya banyak, apalagi akhir pekan begini. Dengan biaya masuk lima belas ribu perorang, kita disuguhi pemandangan hutan pinus dan lembah hijau yang menyegarkan mata. Kita juga bisa mencoba berdiri di tepi jurang tanpa perlu merasa takut jatuh, karena ada pijakan yang terbuat dari susunan bambu-bambu besar gitu. Ah, yang suka foto-foto pasti puas deh jeprat-jepret disini. Yah, memang nggak afdol sih kalo kesini nggak foto-foto. Aku aja yang biasanya jadi tukang foto, kali ini ikutan foto-foto walau kebanyakan gayanya nggak bagus dan itu-itu aja. Mwahahaha.. Dan karena momen ini lah, kebekuan antara aku dan dua kakak A’ Put jadi sedikit mencair. Teh Baytie—kakak kandung A ‘Put—ternyata friendly banget. Dia merangkulku seperti merangkul adiknya sendiri. Aku jadi merasa hangat. Dan Mas Bambang—suami Teh Baytie, kakak ipar A’ Put—meskipun jarang senyum dan raut mukanya selalu terlihat serius, tapi dia nggak sejutek kelihatannya. Hahaha.. Dasar akunya aja yang kelewat ‘batu’. Suasana udah sehangat itu juga tetep aja nggak bisa bikin aku jadi lebih aktif ngomong. Duh!

BTW, aku sempat ketemu Nia—teman kampusku—disana. Hanya aja kami nggak ngobrol banyak. Nggak enak juga sih, karena saat itu dia lagi bareng cowoknya.

Setelah puas berfoto-foto di tepi jurang, kami turun ke kawasan curug alias air terjun. Yak, Curug Cisurian namanya. Airnya sejuk dan jernih banget. Teh Baytie yang nggak puas dengan hanya berfoto-foto bahkan nekat basah-basahan disitu, berdiri dibawah guyurannya yang deras sambil tertawa lepas. Bahagia banget dia.




Puas main dan foto-foto di curug, naiklah kami. Para cowok langsung menuju warung untuk mengisi perut, sedangkan aku mengekor Teh Baytie ke toilet. Sementara Teh Baytie mengganti pakaian, aku mencuci kaki karena memang aku dan Teh Baytie yang mengenakan sepatu sport nyeker selama main di curug sehingga kaki kami belepotan tanah. Habis itu, baru deh kami nyusul para cowok ke warung. Kami minum, ngemil.. dan foto-foto lagi.. Hadeeehh.. Hahaha..

Sekitar jam tiga sore, kami meninggalkan tempat itu. Haaah.. sayang banget. Padahal aku sempat berharap bisa lihat sunset. Yak, disini tempat yang tepat banget buat melihat sunrise ataupun sunset. Tapi memang rasanya nggak mungkin sih buat kami. Perjalanan kami nggak memakan waktu sebentar. Kalo nunggu waktu senja, maka malam hari kita baru sampai di rumah. Yah,  maybe next time..

Di tengah perjalanan, kami mampir dulu ke sebuah rumah makan. Trus habis itu mampir ke rumah Teh Baytie dan suaminya lagi. Saat itu sekitar jam lima sore, udah mau Maghrib. Kami istirahat sejenak disitu sambil sharing foto. Fotonya bagus-bagus sih, tapi kebanyakan yang bagus-bagus itu justru foto-foto pas barengan. Fotoku yang sendirian malah aneh-aneh. Wakakakak..

Setelah Maghrib, baru deh A’ Put mengajakku pulang. Waktu itu mukanya udah kayak orang nggak tidur semalaman, tapi dia masih sempat nanya gini, “Kamu capek nggak?”
Astaga, padahal harusnya aku yang nanya gitu ya. Da aku mah duduk doang, lha dia nyetir :’v

Well, intinya akhir pekan ini cukup satisflying.  I really thank him for taking me away from all those exhausting-boring things. Karena dia aku jadi tau kalo di bumi Cirebon ini masih banyak ‘surga’ yang belum aku jamah. Dan karena dia juga aku jadi punya kawan baru. Wish we can meet up again next time :)
Minggu, 25 September 2016 6 komentar

Tentang Laki-Laki Yang Saat Ini Sedang Di Pelaminan

Mungkin ini postingan paling cheesy, bodoh, dan konyol yang pernah kuposting disini. Dan bukan nggak mungkin, kamu bisa muntah hanya dengan membaca ini. Kenapa? Because it’s gonna be one of my longest posts ever. Sembilan halaman Microsoft Word. Yup, terlalu panjang hanya untuk sebuah postingan yang sebenarnya sama sekali nggak penting. But however.. tulisan ini adalah harta karunku. Terkubur lama, dan nggak semua orang tau. Entahlah. Aku rasa aku perlu mengungkapkan ini, karena aku nggak mau memendamnya lagi. Anggaplah ini tulisan terakhirku tentang dia, setelah sebelum-sebelumnya aku hanya menulis tentangnya lewat status-status singkatku, karena setelah hari ini, haram buatku untuk menulis tentangnya lagi.

Yup, it’s all about him..
Sesosok makhluk Adam paling sempurna yang pernah kukenal. Seseorang yang pernah menjadi faktor pendorongku untuk semangat masuk sekolah dan membuatku gemar duduk-duduk di koridor depan kelas hanya untuk melihat sosoknya muncul di depan mataku. Seseorang yang pernah membuatku merasa seperti perempuan paling bodoh di dunia. Seseorang yang paling lama menempati ruang kosong di hatiku.

Well, aku tau ini menggelikan. Aku bukan tipe cewek yang suka menceritakan hal-hal semacam ini pada sembarang orang. Bahkan mungkin beberapa orang berpikir bahwa aku nggak memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. But no.. Of course, not. Walaupun aku (terduga) bukan manusia, alias makhluk yang (terduga) berasal dari luar bumi, atau mungkin lebih tepatnya makhluk mirip manusia yang nggak seperti manusia biasa, tapi sebenarnya aku juga merasakan  hal yang sama dirasakan sama manusia normal. I do ever fall in love with someone, I admit it. Jangan lanjutkan membaca ini kalo kamu mulai merasa mual ya :)

Aku menjulukinya ‘Pretty Boy’. Bukan, bukan karena dia adalah sesosok lelaki yang cantik, apalagi lelaki jadi-jadian. Sama sekali bukan. Aku menjulukinya ‘Pretty Boy’ karena aku suka banget sama lagu M2M yang berjudul Pretty Boy itu. Kenapa? Karena liriknya yang benar-benar mewakili perasaanku ke dia pada saat itu. Selain itu, karena bagiku dia adalah mahakarya Tuhan, makhluk keturunan Adam paling indah yang pernah kutau.

14 Juli, tujuh tahun yang lalu, aku melihatnya pertama kali di Masa Orientasi Siswa. Dia muncul dihadapanku dan teman-temanku bersama seorang temannya. Mereka berdua mengenakan seragam pramuka, dan status mereka adalah kakak kelas dua belas alias senior. Saat itu mereka berdua mendemokan ekskul pramuka kepada kami—murid-murid junior alias peserta Masa Orientasi Siswa. Saat memperkenalkan diri, temannya menunjuk dia sambil berkata, “Ini, cowok terganteng sejagat sekolah ini!” Dan dia cuma tersenyum lebar tanpa berkomentar. Sebuah senyum simetris yang memperlihatkan gigi-gigi putih yang berderet rapi. Saat itu, aku sama sekali nggak mengira bahwa senyum itulah yang akan membuat hatiku stuck di dia selama bertahun-tahun lamanya. There was no special feeling for him, selain rasa sukaku sama senyumnya yang cerah, secerah matahari pagi. One of the most beautiful smiles I’ve ever seen :)

Dunia ternyata memang sempit. Pemilik senyum secerah matahari pagi itu ternyata merupakan tetangga sepupuku. Bahkan dia itu dulunya merupakan kakak kelas sepupuku saat mereka sama-sama duduk di bangku SD. Dari sepupuku itulah aku jadi tau siapa namanya, dan dari sepupuku itu jugalah aku jadi tahu bahwa dia memang udah jadi siswa populer sejak dulu. Aku yakin, siapapun pasti setuju kalo kubilang dia punya wajah yang manis. Dengan postur tubuh ramping, kulit putih, alis tebal, hidung mancung, dan wajah yang agak kearab-araban (beberapa orang beranggapan wajahnya mirip orang India), bagiku he’s physically perfect. Believe it or not, dia pernah mampir ke mimpiku dengan adegan khas film romantis India. You know, like lari-lari di taman dengan pakaian khas India warna oranye, plus cilukba-cilukbaan di pohon. Damn! I do even still remember that!

Aku beruntung karena aku yang introvert akut ini bisa memiliki kesempatan untuk mengenalnya walau hanya lewat teks. Thanks a lot buat teman sebangkuku yang dengan senang hati membantuku mendapatkan nomor kontaknya, walau awalnya dia sempat salah kasih nomor (temanku itu malah memberiku nomor seseorang yang namanya mirip dengan si Pretty Boy). Aku juga bersyukur karena dia membalas pesan teksku dengan ramah. Memang sih, seringnya pesanku nggak dia balas. Tapi meskipun begitu, aku udah merasa cukup senang. Dari situ aku jadi tau bahwa kalo sore hari dia suka main gitar, aku jadi tau kalo dia memperoleh peringkat dua untuk Ulangan Semester Ganjilnya, dan aku jadi tau kalo dia nervous berat saat ujian praktek drama (saat itu dia berperan double jadi raja dan kurcaci).

Lucunya, setelah sekian lama kami saling berkirim SMS ataupun komentar di Facebook, aku sama sekali nggak pernah berani untuk face to face sama dia. Kalo ketemu pun, aku cuek aja, pura-pura nggak kenal. Hahaha.. Well, saat itu aku memang sengaja menyembunyikan identitas, karena aku terlalu malu untuk menunjukkan siapa aku. Aku nggak cukup percaya diri dengan penampilanku yang  jauh dari kategori cantik. Padahal kukira sepertinya dia diam-diam mencari tau siapa aku, pasalnya semenjak aku dan dia saling berkirim pesan dan komentar di Facebook, beberapa teman sekelasku dihampiri kakak kelas yang bertanya tentang siapa aku. Seketika aku jadi merasa seperti buronan. Aku menyesal udah memberi nama asli dan kelasku ke dia.

Yup, seriously. Aku sama sekali nggak pernah ngobrol langsung sama dia. Sekalinya aku melempar sepatah kata langsung ke dia itu saat suatu hari dia masuk ke kelasku bersama beberapa teman sekelasnya untuk membagikan angket. Aku dan teman-temanku diminta mengisi angket yang mereka bawa itu. Sialnya, temanku yang pernah memberiku nomor kontak si Pretty Boy itu berseru, “Tuh, yang ngefans sama Kak E****, Kak E****-nya udah ada tuuuuh..” Daaaamnn! Temanku itu mengoceh berulang-ulang. Karena risih, si Pretty Boy berujar, “Apaan sih kamu, Ndut?!” Hahaha..

Yang membuatku heran adalah, saat aku sedang mengisi angket, dia terus mondar-mandir di sebelah kananku sampai-sampai aku ragu untuk menulis namaku di angket yang kupegang. Sensasi mirip kesetrum pun aku rasakan berulang-ulang di area tengkuk (sesuatu yang biasa aku rasakan setiap kali berhadapan sama dia). Cukup lama aku menunggu dia berlalu, dia nggak beranjak juga dari tempatnya berdiri—sambil sesekali mondar-mandir—itu. Dia baru pergi saat aku selesai menulis nama. Iya, baru pergi sesaat setelah aku selesai menulis namaku! Mungkinkah dia ingin memastikan bahwa akulah orang yang sering mengirimkan pesan teks ke dia? Entahlah, tapi aku pikir begitu. For God’s sake, hal itu membuatku benar-benar nervous berat. Dan setelah selesai mengisi angket, dengan tangan bergetar dan jantung berdebar, aku memberikan angket yang kupegang itu ke dia sambil bilang, “Ini, Kak”. Ya, cuma itu, dan dengan kepala agak tertunduk karena aku nggak kuasa menatapnya. Pasti kelihatannya aneh banget. Dia menjawab, “ Makasih ya..” dan cuma itu juga sepatah kata yang dia ucapkan langsung ke aku.

Another awkward moment was.. saat upacara bendera di suatu hari Senin pagi. Hari itu, aku dan teman-temanku bertindak sebagai grup paduan suara. Aku dan teman-teman dalam grup paduan suara menghadap ke Timur, sementara para peserta upacara, pemimpin pasukan, dan pemimpin upacara menghadap ke arah Barat. Daaaann.. aku berdiri beberapa meter tepat di depan dia! Ya, kami berada dalam satu garis lurus. Dia jadi pemimpin pasukan—karena dia ketua kelas—dan aku yakin di posisi itu dia bisa dengan jelasnya melihat aku yang berdiri dengan ekspresi wajah yang (mungkin) aneh, atau mungkin enggak karena aku lebih banyak menundukkan kepala ketimbang mengangkat kepalaku, bertabrakan pandangan dengan dia, dan membiarkan ekspresi gugupku terekspos dengan jelas di matanya. Hell no! Saat itu, upacara bendera selama tiga puluh menit serasa seperti tiga puluh jam! Aku bukannya senang bisa berpuas-puas memandang wajahnya selama sekitar tiga puluh menit penuh, tapi yang ada justru sebaliknya. Rasanya aku ingin cepat-cepat angkat kaki aja dari situ.

Ada lagi kejadian awkward saat aku dan beberapa teman sekelasku berniat untuk internetan di sebuah warnet yang letaknya nggak begitu jauh dari rumah nenekku. Waktu itu, kami mau menyebrang jalan setelah turun dari angkot. Eh, tiba-tiba sebuah angkot lain berhenti di depan kami, dan kebetulan banget angkot yang berhenti di depan kami itu adalah angkot yang saat itu sedang ditumpangi si Pretty Boy. Dia duduk di depan, disamping supir). Mengetahui hal itu, teman-temanku menjerit tertahan, “Aaa.. Ada Aa Ganteng!” Sementara aku? P-A-R-A-L-Y-Z-E-D!

Aku merasa bersyukur karena kelas satu terletak di lantai utama dan berhadapan langsung dengan lapangan sepak bola. Karena dari tempat dudukku di kelas, aku bisa menonton dia main bola setiap pelajaran Olahraga hari Rabu, atau sekedar lewat di depan kelas. Dia itu seperti moodbooster. Hanya dengan melihat dia disaat jam pelajaran terasa membosankan, rasanya semangatku kembali penuh. Ibaratnya aku adalah baterai, dan dia chargernya. Setiap hari, setiap berangkat sekolah pun, aku selalu berharap bisa berpapasan sama dia di gang menuju sekolah. Dan benar aja, hal itu cukup sering terjadi diantara kami. Kami cukup sering bertemu mata di pertigaan menuju sekolah. Hal itu selalu jadi suntikan semangat tersendiri buatku ^^

23 November 2009. Hari itu diadakan acara persiapan menuju hari jadi sekolah yang ketiga-puluh tahun. Untuk merayakannya, sekolah menggelar acara fashion show dimana dua pasang perwakilan dari masing-masing kelas wajib tampil dengan mengenakan pakaian muslim di atas panggung yang udah disediakan di lapangan sekolah. Saat itu aku berharap dia jadi salah satu peserta di acara itu, tapi ternyata enggak. Alhasil, ketika warga sekolah lain asyik menonton acara fashion show, aku justru sibuk memperhatikan dia--yang saat itu mengenakan jaket putih garis-garis—yang kadang muncul dan kadang menghilang diantara kerumunan.

Keesokan harinya, aku menonton dia tampil bersama bandnya di acara anniversary sekolah yang ketiga-puluh tahun itu. Saat itu, dia yang berbalut hoodie hitam kesayangannya beryanyi sambil bermain gitar. Dengan lantang, dia menyapa para penonton yang terbakar semangat. Siswa-siswa senior langsung merangsek ke depan panggung, beberapa bahkan ada yang naik ke atas panggung dan bergoyang mengikuti alunan musik. Sisanya adalah para siswi seangkatanku yang berteriak-teriak, “My sweety.. Ya Allah, sweety-kuuuu!!” Ya Tuhan, betapa pesonanya sedemikian kuat. Dia belum jadi artis lho, tapi udah kayak superstar gitu :’) Semnetara para penonton menggila dan fangirling, aku cuma duduk di tempatku, nggak begitu jauh dari kerumunan itu. Rasanya aku pengen banget ikut merangsek ke depan bersama siswa-siswa senior itu dan merekam aksinya biar aku bisa tonton lagi sewaktu-waktu. Tapi aku terlalu malu buat melakukannya. Jadi, yang bisa kulakukan hanyalah duduk manis, mengikuti lagu yang dia bawakan, dan memandang dia dengan kagum dan mata berkaca-kaca. Lebay? I know, but whatever.

Kemudian pada tanggal 20 Februari 2010, sekolahku mengadakan acara peringatan Maulid Nabi, dan saat itu adalah acara peringatan Maulid Nabi paling berkesan buatku dimana untuk pertama (dan mungkin terakhir kalinya) aku mendengar dia membaca Al-Qur’an). Rasanya sejuk banget. Yang dia nggak tau, aku merekam suaranya di HP-ku. Nggak lama, cuma beberapa detik, karena kebetulan HP yang kupakai waktu itu memang nggak bisa merekam dalam waktu lama. Sialnya, HP itu tercebur di laut saat dibawa adikku. Akibatnya, HP itu mati total dan suara rekaman dia saat membaca Al-Qur’an itu nggak bisa aku dengar lagi.

Hari-hari setelah hari peringatan Maulid Nabi itu adalah hari-hari dimana dia jadi jarang kelihatan di sekolah. Hal itu karena dia dan kakak-kakak kelas tiga yang lainnya tengah menghadapi ujian kelulusan, sedangkan aku dan teman-temanku—yang saat itu masih kelas satu—libur. Rasanya ngenes kalo kuingat apa yang aku lakukan selama hari libur itu : mendengarkan lagu-lagu Korea dan Mandarin yang mellow-mellow, like God Bless You—OST Que Sera Sera; Love You—How  Boy; White—F4.. yah, banyak deh. Atau pergi ke warnet untuk download lagu sambil iseng stalking Facebooknya. Hahaha..

24 April 2010, hari dimana acara perpisahan kelas dua belas digelar, aku sempat menangis sendiri di kamar. Kenapa? Karena aku sadar bahwa setelah itu kami nggak bisa bersua sesering dulu lagi, atau bahkan nggak akan pernah lagi. Di sela-sela tangisku, aku cuma bisa membayangkan betapa keren dan gagahnya dia saat mengenakan jas berwarna coklat, kemeja, dan dasi hijau di acara perpisahan hari itu. Well, aku memang nggak ikut ke acara itu untuk melihar penampilannya secara langsung. Tapi aku tau mengenai outfit yang dia kenakan hari itu melalui salah satu teman baikku yang kebetulan ditunjuk untuk hadir mewakili kelas sepuluh.

Setelah hari itu, aku memang hampir nggak pernah melihat dia lagi di sekolah. Honestly, saat itu rasanya kangeeen banget.. Sekalinya dia hadir di sekolah, aku cuma melihat punggungnya saat dia masuk ke ruang guru. Saat itu, dia mengenakan jaket hitam kesayangannya. Well, dia sering banget mengenakan jaket hitam yang polos di bagian depan dan motif abstrak putih di bagian belakang itu. Tapi itu cukup membuatku senang. Bayangkaaan! Hanya dengan melihat punggungnya aja aku bisa bahagia! Aku bisa tersenyum seharian hanya karena dia mengucapkan terima kasih saat aku mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Hey, aku bahkan bisa mengeluarkan air mata hanya dengan mendengar dia mengucapkan ‘halo’ di telepon saat aku iseng misscall dia. Entahlah. Rasanya semua hal—walau hal kecil sekalipun—yang dia lakukan selalu berkesan buatku. Everything he does is beautiful.

Sabtu malam, 7 Agustus 2010, Tuhan menebus rasa kangenku. Saat itu, di lapangan dekat rumah nenekku diadakan acara Agustusan. Salah satu bagian dari acara itu adalah pertunjukan musik. Aku ikut menonton bersama ibu, adik, bibi, dan sepupu-sepupuku. Aneh memang, karena biasanya aku malas menghadiri acara rame-ramean semacam itu. Aku mengikuti panggilan jiwa aja. Eh, saat sedang asyik duduk bersama adik dan sepupuku, tiba-tiba dia lewat di hadapanku naik motor. Aku speechless, of course! Beberapa kali aku melihatnya bolak-balik di sekitarku. Entah dia menyadari keberadaanku atau enggak saat itu, yang jelas, aku merasakan kupu-kupu di perutku beterbangan.

Yang nggak aku duga adalah, dia ikut sumbang suara di acara itu. Yup, dia bernyanyi, dan lagi-lagi sambil main gitar. Namun kali ini dia tampil secara solo. Lagu pertama yang dibawakannya adalah lagu I Will Survive yang dipopulerkan oleh Cake. Awalnya kukira itu lagu Muse (karena dia penggemar Muse). Tapi setelah aku searching lagunya, ternyata aku salah. Hahaha.. Sepertinya nggak banyak orang yang mengetahui lagu itu. Penonton tampak nggak tertarik. Tapi begitu dia membawakan lagu kedua, penonton mulai ikut bersemangat dan mengikuti lagunya. Gimana nggak? Lagu kedua yang dia bawakan adalah Ya Sudahlah milik Bondan Prakoso yang memang saat itu sedang hits banget. Dan saat itu yang aku rasakan bukan lagi kupu-kupu yang beterbangan di perutku, tapi seekor ayam yang berkepak-kepak dengan gila. Rasanya ada sesuatu yang membuncah. Rasanya aku ingin meneriakan namanya layaknya seorang freak fans boyband Korea yang sedang fangirling. Tapi for God’s sake, aku masih waras. Aku tentu nggak mau jadi pusat perhatian, apalagi membuatnya memandangku dengan tatapan kasihan sekaligus ilfeel. Jadi aku hanya bisa terpaku ditempatku sambil merekam suaranya dengan MP4 player yang kubawa (oh I’m sorry for did this again). Sayangnya suara dia yang kurekam di MP4 player itu pun nggak bisa kudengar lagi karena benda berharga itu udah nggak bisa digunakan lagi :’) *RIP my MP4 player*

Kesempatanku buat melihat dia nggak cuma terjadi malam itu aja, karena pagi harinya, saat aku pulang bersama ibu dan adikku dengan menumpang angkot, secara kebetulan aku melihat dia yang sedang berjalan santai bersama tetangga-tetangganya. Aku sempat berpikir bahwa saat itu adalah kali terakhir aku melihat dia, karena memang setelah hari itu kami nggak pernah bersua lagi.

Cukup lama aku nggak melihat dia secara langsung setelah hari itu. Berdasarkan informasi yang aku terima (dari hasil stalking di sosial media), dia pergi ke Batam. Entah untuk bekerja atau apa, karena yang kutau sebelumnya, dia bekerja di salah satu restoran fastfood di kotaku ini. Saat itu yang bisa kulakukan untuk melampiaskan rasa kangen hanyalah dengan melihat-lihat foto yang dia upload dengan latar belakang tempat-tempat indah di Batam.

Oh iya, pernah suatu hari salah satu temannya membagikan sebuah video Youtube dimana didalam video itu, ada si Pretty Boy yang joget-joget dengan backsound lagu Party Rock Anthem. Kukira dia sedang promosi cake gitu deh. Ceritanya, dia makan cake pisang di sebuah toko cake di Batam. Dan saking enaknya cake itu, dia makan sambil joget-joget. Yang membuatku nggak bisa menahan tawa adalah saat dia mengajak joget sebuah manekin yang dipajang di samping pintu masuk toko. Di akhir video, dia pergi dari toko itu, dan bertepatan dengan keluarnya dia dari toko itu, manekin itu jatuh. Hahaha.. gilaaaa..

Suatu sore di tanggal 14 Oktober 2012, aku diminta ibuku untuk menemani beliau menghadiri acara hajatan tetangga nenekku di Gedung Islamic Center, Kejaksan. Awalnya aku malas. Tapi karena ibu memaksa, plus karena ibu mengatakan bahwa sepupuku juga akan hadir di acara itu, aku jadi ikut beliau. Sesampainya di lokasi, aku dan ibuku langsung masuk ke dalam gedung, Baru aja masuk, aku langsung dikejutkan dengan pemandangan tepat di hadapanku. Dia disana! Ya Tuhan.. Aku ingat saat itu dia mengenakan kemeja batik lengan pendek warna biru. Saat itu dia sedang mengambil makanan, dan tampaknya dia sama sekali nggak menyadari kehadiranku. Setelah melihat dia, aku jadi nggak berselera untuk menikmati cream soup yang kubawa dari meja prasmanan. Mataku berkaca-kaca saat itu, nggak tau kenapa. Mungkin saking senangnya karena bisa melihat dia lagi (dan lagi-lagi di situasi yang nggak terduga).

Satu tahun lebih setelah itu, aku merasa dia berubah. Dulu, aku mengenal dia sebagai lelaki yang suka gonta-ganti pacar. Kini dia berubah menjadi seorang lelaki yang menolak dating before marriage. Perubahan itulah yang justru membuatku makin mengaguminya.

Aku membuka mataku di hari Sabtu sore tanggal 23 November 2013 ketika ibu membangunkanku dari tidur siang dan mengajakku ikut ke Tabligh Akbar yang hari itu digelar di depan Masjid Raya At-Taqwa, Kejaksan. Awalnya aku merasa ogah-ogahan karena masih ngantuk, padahal aku tau sih kalo tidur sore itu nggak baik. Tapi lagi-lagi panggilan jiwa itu muncul. Aku terdorong juga buat ikut ibu ke acara itu. Disana udah ada nenek, Bibi Cicih, dan Bibi Elly yang menunggu kami. Tanpa diduga, ternyata tempat itu luar biasa padat. Lokasinya penuh dengan lautan manusia. Aku dan ibuku sempat kesulitan mencari nenek dan dua adik perempuan ibuku itu, sampai akhirnya setelah saling kontak, kami menemukan Bibi Cicih di depan pintu masuk utama masjid. Kami nggak langsung masuk ke dalam masjid karena kondisinya yang hiruk pikuk. Masjidnya penuh banget, berjubel-jubel dengan orang-orang yang nggak tertib. Jadi, yang bisa kami bertiga lakukan hanya menunggu di depan pintu masuk itu. Saat itu, aku berdiri bersandar di salah satu pilar masjid di depan pintu masuk itu sambil menghadap pos penitipan barang.

Dan ketika itulah keajaiban itu terjadi. Dia muncul didepan mataku!
For God’s sake, saat itu aku hampir nggak percaya dengan apa yang kulihat. Gimana enggak? Momen itu benar-benar seperti adegan di film-film drama dimana sesuatu yang nggak mungkin terjadi menjadi sangat mungkin terjadi dan bahkan benar-benar terjadi. Coba, bagaimana mungkin aku bisa ‘menemukan’ dia diantara ribuan jamaah yang berjubel-jubel di tempat itu? Am I joking? Is it just a lie? No! Not at all. It really happened, seriously! Saat itu dia berdiri beberapa meter didepanku sambil mengarahkan kamera Blackberry putihnya ke arah seseorang. Dia mengenakan gamis putih, lengkap dengan sorban berwarna senada. Aku melihat dia dari samping sebelah kirinya. Dan dari tempatku berdiri itu, aku bisa dengan jelas melihat senyumnya yang lebar.

Momen dramatis itu nggak berlangsung lama. Hanya lima detik, maybe. Tapi semuanya terjadi seperti adegan slow motion, lengkap dengan backsound lagu You’re Beautiful yang dipopulerkan oleh James Blunt :
You’re beautiful, you’re beautiful
You’re beautiful, it’s true
I saw your face in a crowded place
And I don’t know what to do..

Dulu aku nggak percaya bahwa yang namanya kebetulan bisa terjadi berulang-ulang, bahkan melebihi dua-tiga kali. Tapi setelah aku mengalami pertemuan-pertemuan tak terduga dengan dia secara berulang-ulang, aku jadi berubah pikiran. Semua itu sangat mungkin terjadi. Tapi nggak juga sih.. Aku lebih meyakini bahwa semua itu bukan kebetulan.. karena sebenarnya memang nggak ada yang namanya kebetulan kan? Semua hal terjadi karena adanya campur tangan Tuhan. Saat itu aku merasa bahwa skenario Tuhan tuh indah banget.

Aku jadi ingat petikan lagu Perahu Kertas yang dipopulerkan oleh Maudy Ayunda :
Kau ada diantara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu

Entahlah. Setelah semua pertemuan-pertemuan tak terduga itu, aku selalu merasa bahwa aku dan dia memiliki radar yang menghubungkan kami, dan radar itulah yang selalu membantuku untuk menemukan dia. Hal itu bahkan sempat membuatku yakin bahwa dialah yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi partner hidupku dan kisah kami akan berakhir semanis kisah antara Nam dan Shone di film A Crazy Little Thing Called Love.

Namun rupanya, sering bertemu di saat-saat tak terduga bukan selalu merupakan pertanda bahwa dia adalah jodoh seperti yang kebanyakan orang bilang. Semuanya kembali pada firman Tuhan di Surat An-Nur ayat 26 yang menyebutkan bahwa wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik. Maka bagaimana mungkin bahwa aku yang sangat jauh dari sempurna berjodoh dia yang too good to be true?

Dan hari ini, Tuhan benar-benar membuktikan firman-Nya.

Laki-laki sempurna itu telah dipertemukan oleh seorang perempuan yang juga sempurna.

Aku sedih? Aku menyesal?
Enggak. Untuk apa? Toh harapanku buat memiliki dia udah putus dua tahun lalu, sejak aku sadar bahwa dia terlalu tinggi untuk aku gapai. Hanya aja memang ada beberapa hal menyangkut dia yang masih kusimpan. Biarlah semua itu nanti aku kumpulkan, lalu kubuang hari ini juga. Aku nggak mau berdosa karena mengagumi suami orang (=__=’)

Anyway, terima kasih untuk Pembaca yang udah baca postingan ini dari awal sampai akhir. Padahal aku udah bilang di awal kalo postingan ini bakal panjang banget. Sekali lagi terima kasih. Segitu keponya ya? :p

***

Well, hello there, The Wedding Man.. Kakak senior berinisial MTE, jika Kakak mampir ke blog ini dan membaca tulisan ini..  Ijinkanlah saya mengucapkan selamat menempuh hidup baru untuk Kakak dan untuk wanita yang saat ini duduk di samping Kakak. Semoga Allah senantiasa mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan, semoga Allah selalu memberkati keluarga Kakak dengan kebahagiaan tak terbatas, dan semoga cinta-Nya senantiasa mengalir untuk kalian. Aamiin yaa robbal alamiin :)

One more thing, saya nggak peduli kalaupun Kakak nggak peduli dengan apapun yang telah saya lakukan selama ini demi bisa mengenal Kakak. Yang pasti, saya sangat bersyukur karena saya pernah memiliki kesempatan untuk mengenal dan berinteraksi langsung dengan Kakak walau yang saya alami nggak sebaik yang saya harapkan. Terima kasih atas segala hal kecil yang Kakak lakukan, those things were really precious for me, walau mungkin Kakak nggak merasa melakukan hal berharga apapun buat saya.

Tetaplah baik, dan jadilah semakin baik. Allah bless you unlimited :)


- Your Stupid Secret Admirer -
Minggu, 18 September 2016 0 komentar

The Black Parade Tribute Album


Sekitar dua bulan yang lalu, keluarga MCRmy sempat dibikin heboh dengan kemunculan sebuah video teaser yang diunggah di official account Facebook My Chemical Romance. Video dengan durasi sekitar tiga puluh detik itu menampilkan sebuah bendera dengan logo (baru) My Chemical Romance yang berkibar perlahan dengan intro lagu Welcome To The Black Parade sebagai backsound. Yup, cuma video bendera berlogo My Chemical Romance yang berkibar. Tapi di akhir video, sebuah angka misterius muncul.

9/23/16.
Sebuah tanggal. Mereka nggak menjelaskan apapun, sehingga kemunculan video misterius itu memunculkan beberapa asumsi dari para MCRmy, khususnya mereka yang belum sukses move on dari band yang memutuskan 'turun panggung' di tahun 2013 ini. Ada yang menduga bahwa mereka bakal meluncurkan album baru, ada yang menduga bahwa mereka bakal reunian, ada yang ngarep mereka bakal mengadakan tour.. Nggak terkecuali aku. Tapi ada juga sih yang menanggapinya dengan biasa aja tanpa banyak berasumsi dan berharap. Maklumlah, kami memang udah beberapa kali di-PHP-in. But however, sebagian besar dari kami excited banget karena kemunculan video teaser itu. Ngaku deh, kamu yang MCRmy pasti sempat berharap sama kan?

Eh, nggak taunya apa?
Keesokan harinya, mereka (official account Facebook My Chemical Romance) memupuskan harapan kami. Mereka update status gini,
"We've been really touched and blown away by the response to the teaser trailer. We are not touring and there is no reunion planned. Only a release for the anniversary of The Black Parade. Thanks so much for continuing to keep MCR in your minds and in your hearts".

Haaaahh.. kecewa deh jadinya. Rupanya video teaser itu cuma untuk menyambut peringatan anniversary album The Black Parade yang kesepuluh tahun. Well, semenjak saat itu, aku benar-benar berhenti berharap akan kembalinya My Chemical Romance, hanya aja memang ada rasa penasaran sama tanggal yang tertera di video teaser itu. Kira-kira ada apa ya di tanggal 23 September 2016?

Daaaaann.. sebulan setelah itu, aku dibuat surprised sama postingan yang di-share sama salah satu teman One Ok Rocker-ku di Line. Postingan itu menyebutkan tentang One Ok Rock yang bakal meng-cover lagu The End yang merupakan salah satu dari lagu My Chemical Romance di album The Black Parade. One Ok Rock bukan satu-satunya band yang meng-cover lagu dalam album ini, tapi ada dua belas band lainnya yang ikut berkontribusi dalam peluncuran album bertajuk The Black Parade Tribute ini. Dua diantaranya adalah Asking Alexandria dan Crown The Empire yang merupakan band-band favoritku.

Saat itu, rasanya rasa kecewaku sama My Chemical Romance cukup terpulihkan. Aku kembali bersemangat dan nggak sabar kepengin cepat-cepat bulan September tiba. Yah, gimana nggak excited coba? Band-band favoritku ikut campur tangan dalam peluncuran album tribute band favoritku juga. It was more than just a good news! Aku sempat luar biasa nggak sabaran waktu nyimak teaser albumnya di Line.

Dan sekarang, album itu finally udah masuk ke playlist-ku! Big thanks to Putri dan Tifanny yang berbaik hati nge-share download link-nya ke aku. Kalian care sekali ^^
Tanpa banyak cingcong, setelah dapet link itu dari mereka berdua, malam harinya aku langsung download tuh album. Kenapa harus download malam? Ya karena aku memang cuma bisa mengandalkan kuota malam buat download file-file besar. Hahahaha..
Karena downloadnya lumayan lama sementara mataku udah lumayan berat, akhirnya downloadannya aku tinggal tidur deh.

Besok paginya, sambil prepare berangkat ngantor, aku play semua lagu dalam album itu. Nah, berikut ini adalah urutan lagu-lagu dalam album The Black Parade Tribute ini dari yang paling aku suka :
1.     House Of Wolves – Palisades. I never listened to their songs before, tapi sumpah.. denger coveran mereka yang satu ini, aku langsung jatuh cinta. Lagunya asik banget, bikin aku nge-dance dan jingkrak-jingkrak sendiri di kamar sepanjang lagu.
2.     Sleep – New Years Day. You know what? Waktu awal dengar lagu ini, aku sempat berpikir kalo penyanyinya cowok. Hahaha.. Tapi setelah dengar lagu ini untuk kedua kalinya plus browsing, aku jadi tau bahwa penyanyinya cewek. Suaranya keren banget, apalagi di bagian teriakan.. ugh, dapet banget feel-nya.
3.     Cancer – Twenty One Pilots. Awal dengar lagu ini, jujur rasanya agak bosan karena ada beberapa part yang liriknya diulang-ulang. Tapi setelah dengar lagu ini untuk kedua kalinya, penilaianku tentang lagu ini berubah. Aku pikir Twenty One Pilots ini keren banget ya. Karena apa? Ketika mostly para musisi meng-cover lagu-lagu dalam album ini mirip dengan versi aslinya, Twenty One Pilots justru berani beda.
4.     Teenagers – Against The Currents. Sejak pertama kali dengar band ini duet bareng Taka di lagu Dreaming Alone, aku udah jatuh cinta banget sama suara lembut-lembut empuknya Crissy. Dan aku pikir lagu ini lumayan asik dibawakan sama mereka.
5.     Dead – Escape The Fate. Dari segi musik, menurutku ini terlalu mirip sama versi aslinya, tapi keren laah..
6.     Famous Last Words – Asking Alexandria. Jujur, aku agak kecewa sama yang satu ini. Aku sama sekali nggak berpendapat bahwa coveran mereka jelek, sama sekali enggak. Hanya aja aku berpikir ini nggak sesuai dengan ekspektasiku. Serasa bukan Asking Alexandria.
7.     Welcome To The Black Parade – Crown The Empire. Ini apalagi. Duuuhh.. sumpah, sebenarnya aku berharap banyak sama mereka. Karena apa? Pertama, lagu ini adalah the best song-nya album ini; kedua, Crown The Empire adalah salah satu band favoritku. Aku jatuh cinta setengah mati sama lagu The Fallout dan Johnny Ringo-nya mereka.  Tapi pas dengar lagu ini versi mereka.. well entahlah, aku nggak merasa lagi dengar Crown The Empire. Tapi yaaah.. walaupun lagu Welcome To The Black Parade versi mereka nggak mampu bikin aku merinding kayak versi aslinya, tapi not bad lah..
8.     Mama – Ghost Town. Dua kata buat lagu ini. Musiknya asik. Bikin goyang. Dan satu lagi.. suara vokalisnya seksi. I dunno. Hahaha..
9.     The End – One Ok Rock. Alright, mungkin teman-teman One Ok Rocker bakal mengutukku habis-habisan karena menempatkan band sekelas One Ok Rock pada posisi ini. Well, entahlah.. Aku kecewa, kenapa One Ok Rock justru kebagian lagu dengan durasi paling sedikit dalam album ini. Dan nggak tau kenapa, kok rasanya menurutku lagu ini kurang cocok aja dibawakan sama mereka. Kalo aja One Ok Rock meng-cover lagu lain (I Don’t Love You, atau The Sharpest Lives, misalnya), mungkin coveran mereka bakal lebih memuaskan. I’m so sorry for that..
10. Disenchanted – Chunk! No, Captain Chunk. Sebenarnya ini lagu favoritku banget. Tapi sayang, CNCC nggak berhasil membuatku merinding seperti kalo aku dengerin lagu versi aslinya.
11. The Sharpest Lives – State Champs
12. This Is How I Disappear – Creeper
13. I Don’t Love You – Mouse Blood


That’s all, Guys. Intinya, menurutku sih album ini cukup sukses ya. Cover-nya bagus-bagus, walau TETEP nggak mengalahkan versi aslinya yang menurutku berasa banget emosionalnya. Dan yang paling penting, album ini benar-benar memberiku nostalgic feeling. Andai keluarga MCRmy masih sesolid dulu, wah, pasti grup MCRmy udah rame banget deh, pada diskusi tentang album ini. Tapi sekarang, yang bisa kami lakukan cuma mengutarakan pendapat mereka tentang album ini di status media sosial masing-masing. Aku sendiri cuma sharing sama Tifanny dan pembaca blogku ini. And one more thing, aku nggak ragu untuk bilang bahwa The Black Parade adalah album musik terbaik yang pernah aku dengar. Aku nggak pernah suka sama sebuah album yang seluruh lagunya aku suka. Pasti aja ada satu-dua lagu yang kurang klop di kuping. But The Black Parade album is the exception. Aku suka sama semua lagu dalam album itu, dan meskipun udah enam tahun berlalu (karena aku telat banget kenal MCR dan baru punya album itu di playlist-ku pada tahun 2010), rasanya lagu-lagu dalam album The Black Parade tetap nggak pernah bosan kudengar dan kunyanyikan sampai sekarang. So I think The Black Parade is not dead, and never gonna die :)
Senin, 05 September 2016 0 komentar

S E M A N G A T !

Hari ini aku pulang malam lagi. Sekitar pukul tujuh malam, aku baru meninggalkan kantor, dan ini benar-benar rekor. Selama aku menjadi seorang karyawan, aku nggak pernah pulang ngantor semalam ini. Keadaan kantor udah sepi banget waktu aku keluar ruangan. Lantai dua udah kosong. Cuma lantai bawah yang masih kedengaran agak ramai oleh beberapa orang pramuniaga dan alunan musik yang diputar cukup keras.


Well, harusnya aku udah pulang sekitar jam setengah enam tadi. Hanya aja laporan penjualan yang kubuat rupanya masih harus di crosscheck ulang dan direvisi sebelum diserahkan ke pimpinan perusahaan, atasanku, dan para Marketing Supervisor besok pagi. Bodo amat dengan rumor bahwa kantor tempatku bekerja itu angker, yang penting tugasku selesai. Maklum, sebagai Staf Administrasi HRD & Marketing yang belum bisa dibilang cukup lama bekerja di perusahaan ini, aku benar-benar masih butuh banyak belajar. Aku masih sering melakukan kesalahan-kesalahan dan terlambat menyerahkan tugas. Aku sering dituntut untuk mengerjakan tugas-tugasku lebih cepat, aku pernah ditegur karena laporan penjualan yang harus kusetorkan ke pusat ngaret sekitar satu jam, aku masih banyak tanya, aku masih sulit paham, aku masih sering lupa, aku pernah ditegur atasan karena lupa menaruh file rahasia di lemari, aku bahkan pernah disemprot Marketing Supervisor karena lupa memasukkan data absen salah seorang sales-nya sehingga upah yang diterimanya nggak sesuai.


Inilah yang menyebabkan aku sering pulang telat. Nggak jarang aku juga mengorbankan waktu istirahatku untuk menyelesaikan tugas. I dunno.. Aku merasa bertanggung jawab buat menyelesaikan tugasku sesegera mungkin, karena memang mostly tugasku memiliki target waktu gitu, dan aku benar-benar belum bisa mengikuti cara kerja rekan-rekanku. Aku kagum sama mereka yang punya banyak pekerjaan tapi bisa mengatur waktu dengan baik. Mereka istirahat dan pulang tepat waktu, tugas pun selesai tepat waktu. Sementara aku, walau sering mengorbankan waktu istirahat siang dan pulang pun, tetep aja masih sering ditegur. Hahaha.. parah ya.


Beneran deh, bekerja di perusahaan ini tuh bedaaaa banget kalo dibanding dengan bekerja di tempat-tempat kerjaku yang sebelumnya. Di tempat-tempat kerjaku yang dulu, aku nggak sesibuk ini. Nggak jarang, jam dua siang pun aku udah bisa santai. Berbanding terbalik banget dengan bekerja di tempatku yang sekarang. Makanya aku cukup kewalahan ketika diberi pekerjaan seabrek dan menyangkut hajat hidup orang banyak ini. I feel like underpressure sometimes.. Kadang aku terpikir untuk mundur karena merasa nggak mampu. Tapi seketika itu pula aku mengingat tiga orang yang berarti buatku : Ibu, bapak, adikku. Aku pengen bermanfaat buat mereka, terlebih buat kedua orangtuaku yang udah nggak bekerja lagi dan cuma mengandalkan warung dan kost-kostan buat sumber penghasilan. Aku mencoba untuk lebih bijak mengambil keputusan sekarang. Aku nggak akan nyerah begitu aja sama tekanan. Lagipula, inilah yang namanya kerja, bukan? Dimana-mana pasti ada aja pressure-nya.


Tapi aku beruntung. I’m really grateful that I have those good ppl around me. Atasan dan rekan-rekan kerjaku ramah-ramah  dan baik. Mereka juga sabar banget membimbing aku yang masih bodoh ini, khususnya atasanku—Pak Teguh—dan rekanku—Pak Benny. Mereka nggak hanya sekedar atasan dan rekan kerja, tapi juga mentor. Aku belajar banyak dari mereka. Yah, walaupun masih ada sih beberapa orang karyawan yang memandangku dengan tatapan aneh. Entah karena memang mereka nggak suka sama aku atau cuman perasaanku aja, aku nggak tau karena pada dasarnya aku memang nggak suka jadi pusat perhatian. Haha.. Tapi selebihnya sih mereka friendly banget. Sejauh ini aku nggak menemukan adanya karyawan senior yang memperlakukan karyawan junior dengan kurang baik. Cuma akunya aja yang masih kaku kalo berinteraksi sama mereka. Mungkin ada aja mereka yang menganggapku sombong or sumthin’, but actually noooo..  I don’t mean it. I’m just shy. Maklum, introvert akut kayak aku nggak bisa luwes nimbrung sana-sini dalam waktu singkat. Aku berharap aku bisa secepatnya merasa lebih nyaman sama mereka, karena biar bagaimanapun aku udah mulai menganggap mereka sebagai keluarga keduaku. Pak Teguh itu ibarat bapakku, Pak Benny dan bapak-bapak lainnya ibarat paman-pamanku, ibu-ibunya ibarat bibi-bibiku, sementara karyawan-karyawan mudanya ibarat kakak-kakakku (karena diantara para karyawan di office, memang aku yang paling muda. Muehehe..). Mereka juga care banget. Nggak jarang mereka selalu mengingatkan aku buat nggak telat makan. Hahaha.. Cuma yang aku sebelin, mereka yang baik-baik itu tuh sering banget memandang aku dengan tatapan kasian gitu. I dunno.. Emangnya tampangku memelas banget ya? For God’s sake, Guys, I’m okay! (=__=’)


Dan hari iniiii.. tugasku terselamatkan berkat bantuan Pak Teguh. Ini kesekian kalinya beliau pulang telat buat membimbingku. Mana sabar banget lagi. Coba, kurang baik apa coba beliau? Trus masa tadi aku terharu waktu beliau, Pak Benny, dan Mas Putra memotivasiku untuk terus semangat. Padahal cuma kalimat singkat doang, nggak panjang lebar kayak kalimat-kalimat motivasinya Om Mario.



Huaaahh.. pokoknya besok kinerjaku harus bisa lebih baik lagiiii.. Kalo mereka bisa, kenapa aku enggak? I’ll try my best, I promise :)


Selasa, 16 Agustus 2016 2 komentar

Chat Buddies

Mungkin teman-teman dunia nyataku nggak percaya kalo aku yang terkenal introvert alias pendiam ini hobi chatting. Well, mungkin sama kayak kamu yang nggak percaya dengan fakta bahwa aku ini bukan orang yang suka ngomong. Seriously. Kebanyakan blog reader-ku yang mengontakku via media sosial pasti nggak percaya waktu aku menyangkal anggapan mereka tentangku, yang mengira aku rame lah, cerewet lah.. oh Guys, I'm sorry I'm not really that fun :') Ada lagi yang bilang aku cetar. Entah cetar darimana, padahal aku nggak mirip Syahrini.

Tapi hari ini aku nggak lagi mau ngomongin betapa 'batu'-nya aku. Aku lagi mau bahas soal aplikasi chat yang aku pake selama mengenal dunia per-chatting-an dan dua teman chatting-ku yang belakangan ini lagi lengket-lengketnya. Halah..

Aku mulai mengenal dunia chatting sekitar sembilan tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2007, dan saat itu aku masih duduk di kelas satu SMP. Waktu itu aku diajak kakak sepupuku yang biasa kupanggil Mbak Yuni ke warung Telkom. Mbak Yuni yang usianya terpaut tiga belas tahun dariku ini memang hobi chatting. Aku cukup sering diajak ke warung Telkom sama dia. Disana aku diajari gimana caranya berkomunikasi sama orang-orang dari berbagai daerah. Saat itu, aplikasi yang kami gunakan adalah aplikasi chatting sejuta umat. Yup, apa lagi kalo bukan Yahoo Messenger? Dan of course, karena aku baru banget mengenal Yahoo Messenger, dia mempersilahkan aku buat pake akun Yahoo-nya.

Eh, sekali coba, aku langsung menikmatinya. Aku pikir, kok rasanya asik banget ya. Apalagi ekspresi kita bisa diwakilin sama emoticon-emoticon lucu yang bisa bergerak. Aku juga jadi punya cukup banyak kenalan dari berbagai kota. Tapi sumpaaah.. nggak pernah sekalipun aku dapet kenalan orang yang sebaya denganku saat itu. Mostly, umur para kenalanku itu ya jauh-jauh. Ada yang dua puluh lima tahun, dua puluh tujuh, tiga puluh.. dan reaksi mereka setiap kali mendengar pernyataan soal umurku yang saat itu masih tiga belas tahun was like, "Wah, masih imut banget dong!" atau "Wah, masih kecil!" Beda mungkin sama jaman sekarang. Anak umur sepuluh tahun juga udah banyak kali yang hobi chatting.

Nah, sejak saat itu, aku jadi ketagihan chatting. Ketika naik kelas dua SMP, aku mulai hobi main ke warnet. Kebetulan ketika naik kelas dua itu, sekolah melakukan pembagian kelas lagi, dan di kelas yang baru itu aku mengenal teman-teman yang asik banget, beda lah kalo dibanding teman-temanku di kelas satu yang berkubu-kubu. Teman-temanku di kelas dua lebih ramah-ramah dan kompak. Entah siapa yang memulai, di suatu siang sepulang sekolah, aku dan beberapa teman dekatku mampir ke warnet di kawasan Perumnas. Niatnya sih mau chatting gitu. Lucunya, pas sampai disana rupanya nggak ada satupun dari kami yang ngerti caranya. Wakakak.. Yah, aku memang pernah diajarin chatting sama Mbak Yuni, tapi ya karena saat itu aku nggak dikasih tau cara memulainya (atau mungkin dikasih tau, hanya aja aku nggak memperhatikan) dan cuma tinggal pake, akhirnya pas mau praktek sendiri ya planga-plongo jadinya. Haha.. Tapi aku lupa gimana ceritanya, akhirnya aku dan teman-temanku itu bisa juga chatting-an. Hanya aja saat itu aplikasi chat yang kami pake adalah miRC.

Pasti udah pada tau dong aplikasi chat yang satu ini. Penggunaannya lebih mudah dan simple ketimbang Yahoo Messenger, menurutku. Coz aplikasi ini bisa dipake siapapun. Berbeda sama Yahoo Messenger yang kalo mau chatting wajib punya akun Yahoo dulu. Nggak heran kalo pengguna aplikasi miRC ini terdiri dari berbagai kalangan, nggak cuma orang dewasa, anak-anak sekolah juga banyak yang pake, termasuk kami. Makanya, berbeda dengan kenalan-kenalan yang aku dapet dari Yahoo Messenger yang mostly udah om-om, nggak susah bagi kami buat cari kenalan sesama anak sekolah di miRC, meskipun memang masih banyak juga yang umurnya jauh dari umur kami saat itu. Rasanya asik banget.. tukeran nomor hape, saling add Friendster (yang waktu itu masih booming banget). Daaan.. pas udah kelar chatting malah nggak pernah kontakan lagi. Hahahaha..

Pernah juga aku coba install beberapa aplikasi chat di hape. Coba Mig33, coba E-Buddy, coba MXIT.. tapi nggak ada satupun yang aku rasa seru. Kurang serunya sih karena device yang aku pake saat itu (N*k*a 2600C) nggak cocok buat chatting. Haha.. Lemot-lemot gimana gitu. Akhirnya aku uninstall semua deh. Trus aku berlangganan Yahoo Messenger yang pake layanan SMS gitu. Seru sih.. cuma karena inbox-ku sering kemasukan chat-chat dari orang-orang aneh dengan topik 'kotor' dan bahasa yang pada saat itu nggak aku ngerti (karena mereka dengan lancangnya menggunakan bahasa 18++ untuk chatting sama aku yang saat itu masih berusia empat belas tahun ini), akhirnya aku berhenti berlangganan Yahoo Messenger versi SMS itu.

Kalo sedang liburan dan nggak bisa ke warnet bareng temen-temen sekolah, kadang aku main ke warnet di deket rumah sendirian. Sebenarnya sih tempatnya kecil, komputer yang tersedia nggak sampe sepuluh unit, ruangannya juga gerah karena cuma menggunakan satu kipas angin sebagai pendingin, udah gitu sambungan internetnya juga sangat kurang cepet, tapi tarifnya sedikit lebih mahal dibanding tarif internetan di warnet tempat aku dan teman-teman biasa internetan. Hanya aja aku nggak punya pilihan lain, karena warnet itu memang satu-satunya warnet yang ada di daerahku. Yang mengelola cuma satu orang, sehingga saat jam sholat, pengelolanya bakal meminta para pengunjungnya buat pulang dan menutup warnetnya sementara waktu. Wakakakak.. I dunno. Sampai sekarang aku nggak ngerti kenapa mas-mas itu nggak ngerekrut paling enggak satu orang partner buat bantu dia mengelola warnetnya. Kasian juga kan pengunjungnya, lagi asik online atau ngerjain tugas malah disuruh pulang. Gimana coba kalo mereka kapok dateng kesitu? :v

Eh, tapi however mas-mas pengelola warnet itu baik lho. Pernah suatu hari aku dateng kesitu buat bikin akun Yahoo baru. Nah, trus dia ngajarin aku cara buat memulai chatting di Yahoo Messenger gitu. Sampe cara chatting via Webcam pun diajarin. Aku pikir sih kayaknya dia pengajar juga, coz setahuku selain warnet, tempat itu juga merupakan tempat kursus komputer dan Bahasa Inggris.

Seiring berjalannya waktu, aplikasi-aplikasi chatting yang dulu populer itu sepertinya semakin ditinggalkan ya. Apalagi dengan semakin bertambahnya aplikasi-aplikasi instant messenger yang lebih praktis dan menarik. Sebut aja BlackBerry Messenger (BBM), Line, WhatsApp, WeChat, KakaoTalk, de el el..

Aku sendiri menggunakan aplikasi BBM dan Line buat berkomunikasi sama teman-teman. Tapi belakangan ini aku lagi suka banget chatting via Line. Padahal awalnya sih biasa aja, karena memang pada saat itu friendlist-ku cuma ada segelintir orang. Yang nge-chat juga palingan cuma Tri dan Kak Rico doang. Tapi semua berubah setelah Haji Sulam digantikan oleh Haji Muhidin. Eh nggak gitu deng.. Semua berubah setelah aku mulai mempublikasikan akun Line-ku. Belakangan ini aku lagi aktif chatting sama Tifanny dan Putri.

Tifanny adalah salah satu teman yang aku kenal via media sosial sejak jaman-jamannya aku ngefans sama My Chemical Romance dulu. Meskipun berteman di Facebook sejak sekitar tahun 2011, tapi pada saat itu kami cuma sebatas tau nama dan tau bahwa kami adalah satu keluarga MCRmy. Berkomunikasi pun cuma sesekali. Tapi semenjak sekitar akhir tahun 2015 lalu, kami jadi intens berkomunikasi via Line.

Awalnya aku memang nggak pernah menyangka bahwa kami bakal berteman seakrab ini. Pada saat itu aku cuma (diam-diam) mengaguminya dengan menge-stalk akun Instagramnya yang penuh dengan foto-foto hasil jepretannya sendiri. Bukan kagum yang gimana-gimana ya. Aku kagum sama kemampuannya membidik objek sederhana menjadi sebuah foto yang menarik. Dia memang mengaku asal jepret, tapi aku tau bahwa untuk membuat objek sederhana menjadi terlihat lebih menarik itu butuh skill, nggak asal. Buktinya aku sering iseng-iseng asal jepret, tapi hasil fotoku nggak sebagus hasil foto-fotonya. Wakakak.. Selain itu, cewek yang kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini juga merupakan seorang Blogger dan punya kemampuan menulis yang baik. Wawasannya luas, dan dia bisa menulis sajak, cerpen, ataupun daily life story-nya dengan cerita yang 'hidup'. Sering banget aku jadi silent reader blognya. Hahaha.. I dunno.. Meskipun isi blognya mostly curhatan pribadi (sama kayak blogku ini), tapi bentuknya tuh nggak completely serupa diary kayak blogku ini. Lebih enak dibaca lah pokoknya blog dia mah. Haha..

Dan yang membuat kami akrab sampe sekarang adalah berbagai kesamaan yang kami miliki. Selain sama-sama Blogger, kami juga sama-sama penyuka kucing, penyuka hujan, penyuka novel, penyuka cokelat, dan memiliki selera musik yang bisa dibilang sama (meskipun dalam hal musik, nggak semua musik yang dia sukai aku sukai juga, dan sebaliknya. Yah, hanya beberapa), believe it or not.. sampe body size kami pun sama mungilnya. Wakakak.. Karena hal-hal inilah, kami jadi punya banyak topik yang bisa dibicarakan. Rasanya pembicaraan kami selalu aja mengalir. Nggak heran kalo gelembung chat kami di Line seringkali puanjangnya minta ampun.

Yang kedua adalah Putri. Aku mengenal dia ketika salah seorang One Ok Rocker (yang juga merupakan salah satu teman MCRmy-ku) yang bernama Aulia mengundangku bergabung di grup Line khusus para One Ok Rocker Indonesia. Aku inget, waktu pertama kali aku gabung ke grup itu, dia sempet kayak heboh gitu. "Eh, ada Putri Vidialesta!" gitu katanya. Aku kaget kan.. Aku nggak ngerasa kenal dia, tapi kok dia kayak yang kenal aku gitu. Aku tanya aja, "Ada yang kenal saya?"
"Watashi wa!" jawabnya.
Trus ada lagi seorang cewek yang nyambung, bilang, "Watashi mo!"
"Tapi kok aku nggak kenal kalian.." jawabku jujur, masih heran.
"Kamu Blogger yang ngulas fakta-fakta OOR kan?" kata cewek itu. Oalaah.. rupanya mereka-mereka ini tau aku karena mereka pernah baca ulasan tentang fakta-fakta personil One Ok Rock yang aku posting dulu. Aku udah deg-degan aja. Kirain nama dan fotoku ada di daftar wanted alias buronan.

Nah, si Putri ini waktu itu nge-add akun Line-ku, dan jadilah kami chatting-chattingan. Cumaaa.. di awal chatting itu, dia kayak yang protes gitu ke aku. Dia protes karena private message yang dia kirim ke Facebook-ku nggak aku balas, sementara aku sendiri nggak merasa menerima private message dari dia. Gara-gara hal ini, dia sempat ngecap aku sombong gitu. Haissh.. Aku bingung lah. Trus aku periksa inbox Facebook-ku. Ternyata apa? Private message dia nggak terlihat di inbox Facebook-ku karena message itu masuk ke kotak message requests. Kenapa message itu bisa masuk ke kotak message requests? Karena Putri mengirimkan pesan itu ketika dia belum terdaftar di friendlist Facebook-ku. Daaan.. rupa-rupanya Putri bukan satu-satunya orang yang private message-nya aku 'cuekin' melainkan masih ada beberapa orang lainnya dan parahnya message itu udah mengendap disana sejak berbulan-bulan yang lalu, bahkan ada juga yang udah dari tahun lalu! Yassalaaam.. Aku gaptek apa gimana ya? Sumpah, saat itu aku baru tau kalo Facebook sekarang menyediakan fitur penyaring pesan kayak gitu. Aku baru tau kalo orang yang belum terdaftar di friendlist Facebook kita mengirim private message ke kita, maka private message yang dia kirim bakal masuk ke kotak message requests atau filtered messages. Coba, berapa orang yang ngecap aku sombong karena private message-nya sama sekali nggak aku sentuh? (T_T)

So, yaaa.. semenjak hari itu, kami jadi cukup aktif chatting via Line. Yah, meskipun topik yang kami perbincangkan nggak banyak sih. Palingan sekali chat, cuma satu topik yang dibahas. Anyway, Putri ini lucu oorangnya. Dia pernah cerita tentang betapa takutnya dia sama kucing, dan aku cuma bisa ketawain dia waktu dia cerita soal pengalaman-pengalaman nggak enaknya sama hewan yang justru menurutku paling menggemaskan itu. Dia juga aktif berorganisasi di kampusnya. Beda lah kalo dibanding sama Putri yang nulis blog ini yang lebih suka mojok sendirian di sudut kelas :v Selain itu, cewek asal Klaten ini juga menyukai seni dan fotografi. Dan, oh ya.. dia punya tangan yang terampil banget. Dia ahli membuat kerajinan kertas, salah satunya seni paper quilling. Well, bagi yang belum tau apa itu paper quilling.. paper quilling itu seni menggulung kertas yang dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk sesuatu yang dekoratif dan artistik. Nah, kalo kebanyakan One Ok Rocker menunjukkan jiwa seninya sekaligus rasa cintanya terhadap One Ok Rock dengan mengcover lagu, menggambar para personilnya, atau membuat digital art, Putri menunjukkannya dengan membuat seni paper quilling ini. Buat para One Ok Rocker atau teman-teman yang penasaran sama karya Putri, bisa tengok akun Instagramnya di @10969_fancraft. Ada bonus follow buat kamu yang nge-like semua foto yang diposting disitu lho :)

Well, aku berharap banget pertemanan kami bisa langgeng, bahkan berlanjut di dunia nyata. Nonton konser One Ok Rock bareng, mungkin? Kan kami bertiga sama-sama penggemar One Ok Rock. Lalu ketemu sama teman-teman One Ok Rocker lainnya. Huaah.. that would be so fun! ^^

Posted via Blogaway


Senin, 08 Agustus 2016 0 komentar

Bye Bye, Gloomy Days

Aku harap ini awal dari hari-hari cerah. Setelah sebulanan ini aku merasa semuanya kelabu, siang tadi untuk pertama kalinya aku merasa hariku berjalan baik kembali.

Siang tadi, aku mulai bisa berdamai lagi sama teman dekatku yang minggu lalu 'bocor' mengenai curhatan pribadi yang pernah aku curahkan ke dia. Well, it's forgiven, but yeah, not forgotten. Mungkin kemarin-kemarin aku benar-benar males diajak becanda sama dia, berkali-kali dimintai tolong aku menolak dengan berbagai macam alasan, dengerin curhatan dia pun setengah-setengah. Entah saat itu dia merasa atau enggak kalo aku masih kesal sama dia. Tapi kali ini, demi pertemanan kami yang udah berlangsung selama sekitar sepuluh tahun, aku mencoba untuk berdamai lagi dengannya seperti semula. Ngobrol, becanda-becanda, bertingkah abnormal, jalan-jalan.. But still, meskipun judulnya 'udah berdamai', bukan berarti hal itu bisa mengembalikan kepercayaanku ke dia. Aku lebih memilih untuk menyimpan semuanya sendiri. Yah, seenggaknya cuma antara aku dan Tuhan aja.. untuk saat ini.

Minggu pagi menjelang siang itu, untuk pertama kalinya sejak seminggu yang lalu, aku menerima temanku itu lagi di rumah. Sebenarnya sejak beberapa hari sebelumnya pun, dia udah menghubungiku untuk mengabarkan bahwa dia mau main ke rumah, berkali-kali, dan berkali-kali pula aku ngeles. Awalnya memang aneh sih. Jujur, aku masih agak malas menemuinya. Tapi mengingat sifatnya yang mudah tersinggung dan meledak-ledak, aku sambut juga dia seperti biasanya. Actually, I'm sick of being nice to those who have betrayed me. Setelah seminggu yang lalu dia 'bocor' dan tampak sama sekali nggak memikirkan perasaanku, aku malah masih bisa memikirkan perasaannya. Tapi ya itu dia, kembali lagi ke masalah pertemanan. Aku nggak mau kalo sifatnya yang mudah tersinggung dan meledak-ledak itu justru bikin pertemanan kami benar-benar rusak. Seperti biasanya dia main di rumahku sampe menjelang sore. Walau nggak banyak hal yang kami perbincangkan saat itu, tapi cukuplah bikin pertemuan yang awalnya agak awkward itu  menjadi normal lagi (well, senormal-normalnya pertemuan kami mungkin abnormal bagi orang lain, itu juga kalo mereka mengamati. Haha..).

Sorenya, tepatnya sekitar jam tujuh malam, kami main ke luar. Niatnya sih nganterin dia nyari tempat make-up dan beberapa barang lain yang dia butuhkan, lalu mampir buat nyobain surabi bandung di sebuah kedai kue serabi khas Bandung di kawasan Kartini.

So yeah.. Kemarin petang, aku dibonceng temanku itu menuju pusat kota untuk mencari barang-barang yang mau dia beli. Pertama-tama, kami mengunjungi toko aksesoris Heartwarmer. Sementara dia mencari barang-barang kebutuhannya, aku sibuk mengamati isi toko yang lain. Well, ketika cewek normal lainnya suka berkutat didepan rak khusus peralatan make-up dan penghias rambut, aku justru lebih tertarik melihat-lihat gelang, kalung, frame, gantungan kunci, lampu-lampu, stiker hape, stiker dekorasi dinding, dan boneka-boneka (itupun untuk memastikan apakah ada Jack Skellington diantara boneka-boneka yang semuanya berwujud unyu-unyu itu).

Setelah itu, kami mampir ke Yogya Grand. Disana pun sama, dia mencari berbagai peralatan cewek normal pada umumnya. Dan menjelang pulang.. ya know what? Sepertinya keberuntungan sedang memihak kami hari itu. Beberapa langkah menuju pintu keluar-masuk, ada promo es krim dengan potongan harga cukup besar. Es krim seharga tiga puluh dua ribuan itu menjadi cuma seharga sembilan belas ribuan. Awalnya kami sempat bimbang gitu. Tapi karena promonya berlaku cuma sampe hari itu, kami pun memutuskan beli dan akhirnya membawa pulang dua kotak ea krim. Hahaha.. Nggak disangka. Padahal baru aja pagi harinya kami dibuat ngiler sama es krim gara-gara nonton acara Spotlite yang mengulas mengenai keunikan-keunikan es krim di dunia. Eh, malemnya kami malah kebagian diskonan es krim. Haha.. Alhamdulillah.

Sebelum naik ke atas motor untuk pergi ke tujuan berikutnya (Surabi Bandung Kartini), Gege, sepupuku nelpon. Kirain ada apaan, nggak taunya dia ngajak jalan-jalan sekeluarga gitu deh. Akhirnya acara nyurabi bareng temanku pun kami tunda.

Di rumah, tiga sepupuku udah nunggu. Gege sendiri dateng bareng cowoknya. Rupanya Fahrul, sepupuku, yang ultah tanggal tiga lalu mengajak kami dinner bareng rumah makan Spesial Sambal di kawasan Ampera. Kami berangkat bareng-bareng kesana. Disana udah ada bibi-bibi dan nenekku yang udah order tempat dan menu, jadi kami kebagian meja dan nggak perlu nunggu makanan terlalu lama. Sayang, ibu dan bapakku nggak bisa ikut. Ibu masih kurang enak badan, sementara bapak memutuskan buat nemenin beliau di rumah. Malam itu kami makan nasi dan bebek goreng beserta sambal terasi, tumis kangkung pedas, terong dan jamur goreng krispi, tempe goreng tepung, dan beberapa potong buah semangka dan pepaya.

BTW, ada poster yang cukup menarik perhatian kami, terpajang di dinding dekat meja kami. Teks yang tertera di poster itu mengungkapkan alasan kenapa rumah makan tersebut nggak menyediakan free Wi-Fi. Katanya, biar para pengunjung yang dateng bersama teman-teman, kolega, pacar, ataupun keluarganya bisa benar-benar memanfaatkan waktunya buat bercengkrama sama orang-orang yang sedang bersama mereka, nggak berkutat sama gadget masing-masing. Well, masuk akal juga sih. Jaman sekarang, meskipun judulnya lagi kumpul, orang-orang cenderung disibukkan sama gadgetnya masing-masing, entah itu buat main game, nonton video, download, ataupun berkomunikasi sama yang jauh disana. Nggak heran kan tuh, muncul pernyataan bahwa gadget itu "mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat". Tapi para cowok dalam rombongan kami nggak menanggapi serius isi poster itu. Mereka bilang, "Aaah.. Bisa-bisaan yang punya rumah makan aja ini mah. Emang dasarnya mereka pelit, nggak mau nyediain Wi-Fi, biar untung lebih banyak". Tapi aku akuin, nggak salah juga sih mereka. Hahaha.. Rumah makan yang satu itu kan nggak pernah sepi pengunjung. Bahkan terkadang kita harus order tempat dulu kalo mau makan disitu. Bayangkan, kalo rumah makan itu menyediakan free Wi-Fi, bisa-bisa pengunjung kelewat betah berlama-lama nongkrong disana, dan pengunjung baru yang mau makan disitu nggak pernah kebagian tempat.

Sekitar jam sembilan malam, kami baru meninggalkan rumah makan itu. Nggak lupa, nenek memberikan oleh-oleh berupa dua paket makan untuk ibu dan bapakku dirumah. Alhamdulillah, hatur nuhun pisan, Nek ^^

Huaaahh.. Pokoknya, yesterday was fun. Aku harap kesenangan seperti ini bakal berlanjut seterusnya. Selamat tinggal, hari-hari kelabu.. :)


Rabu, 03 Agustus 2016 2 komentar

Goodbye Day



Soba ni iru koto nanigenai kono shunkan mo wasure wa shinai yo
Tabidachi no hi te wo furutoki egao de irareru youni
Himawari no youna massuguna sono yasashisa wo nukumori wo zenbu
Kaeshitai keredo kimi no koto dakara
Mou juubun da yo tte kitto yuu kana..

Rasanya lagu Himawari No Yakusoku yang dibawakan Motohiro Hata untuk original soundtrack film Doraemon : Stand By Me pengen banget aku putar secara nonstop hari ini. Kenapa? Karena memang kupikir cuma lagu ini yang bisa mewakili perasaanku sekarang. Aku benar-benar nggak berharap hari ini bisa sedemikian kelabu. Well, siapa pula yang menginginkan harinya kelabu?

Belum pulih rasa kecewaku sama sikap teman dekatku (yang pernah kuanggap sahabat) tempo hari, hari ini lagi-lagi aku terpaksa menelan pil pahit.

Siapa sih yang nggak sedih dan terpukul kalo kehilangan sahabat baik sekaligus bagian dari anggota keluarga? Hari ini aku mengalaminya, dan rasanya tuh nggak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kalopun bisa digambarkan, apabila kamu berpikir bahwa rasanya kayak Nobita yang kehilangan Doraemon, kamu salah, karena faktanya dalam film Stand By Me pun diceritakan bahwa Doraemon yang udah pergi ke masa depan bisa balik lagi. Kalo kamu tau ending film Kimi To Boku yang berkisah tentang persahabatan antara manusia dan seekor kucing, kira-kira seperti itulah yang aku rasakan sekarang.

Mutun, kucing kesayanganku, sahabatku, bagian dari keluargaku, hari ini pergi selamanya.

Baru aja tadi malam aku ciumi dia pas dia tidur nyenyak di kursi ruang tengah. Saking nyenyaknya, dia bahkan nggak bergerak meskipun aku ciumi dia berkali-kali. Aku bahkan sempat nyium dia lamaa banget. Padahal biasanya kalo aku ciumin kayak gitu pas lagi asyik tidur, dia bakal ngangkat kepalanya dan menguap lebar. Rasanya nggak percaya ketika siang harinya dia sekarat sampe akhirnya mati dengan cukup tragis.

Saat itu aku merasa bersalah banget. Sejak pagi tadi, Mutun memang udah menunjukkan gelagat aneh. Menurut ibuku, mulutnya berbusa. Tapi kami justru nggak menanganinya dengan serius karena saat itu kami pikir dia habis makan kecoa. Kucing-kucingku memang bisa dibilang sering nangkep kecoa untuk kemudian dimakan, dan setelah makan kecoa biasanya mulut mereka berbusa gitu, tapi biasanya nggak kenapa-kenapa. Inilah yang bikin aku merasa sangat menyesal karena menganggap apa yang terjadi sama dia pagi itu hal sepele.

Siang harinya, sepulang dari belanja untuk stok dagangan, aku dan adikku menemukan Mutun terkapar didekat pintu belakang. Napasnya terengah-engah dengan mulut setengah terbuka dan mengeluarkan suara rintihan kecil. Adikku mengangkatnya, dan seketika rintihan Mutun berubah menjadi eongan keras, mirip kucing yang mau melahirkan. Ketika adikku mengangkatnya, barulah ketauan.. Lubang dubur Mutun mengeluarkan darah terus menerus. Melihat pemandangan itu, jelas kami teriak. Rasanya shock banget. Nyentuh dia aja rasanya nggak tega, takut sentuhan kami justru bikin dia makin tersiksa. Kami bingung harus berbuat apa. Adikku mengambil kain buat membersihkan darah yang keluar dari dubur Mutun, sementara aku mengambil air hangat untuk membasuh noda darah di sekitar kaki-kaki belakangnya. Tapi hal itu nggak membantu. Kayaknya dia mengalami luka dalam yang serius sehingga darah nggak kunjung berhenti keluar.

Dengan perasaan campur aduk antara sedih, shock, dan bingung, aku dan adikku duduk mengelilinginya. Kami bingung harus berbuat apa buat menyelamatkan dia. Kami bahkan nggak tau pasti tentang penyebab Mutun sekarat. Saat itu kami hanya berspekulasi bahwa dia kena tendang seseorang sehingga bagian dalam perutnya terluka berat.

Dan ya, aku dan adikku nangis berdua di dapur. Ini pertama kalinya mataku ngeluarin air mata lagi setelah beberapa waktu lamanya aku nangis tanpa air mata, termasuk waktu menghadapi problem yang kemarin-kemarin itu. Dan ini juga pertama kalinya aku ngeliat adikku nangis lagi setelah sekian lama aku nggak pernah liat dia nangis (Atau mungkin memang dia nggak pernah nangis lagi sejak beranjak dewasa, karena dia cowok. Entahlah..). Tapi kali ini, aku liat dia terisak beberapa kali. Nampaknya dia yang paling terpukul atas kejadian ini, karena memang diantara keluarga kami, dialah yang paling dekat dan sering menghabiskan waktu bareng Mutun. Mereka bahkan cukup sering tidur di ruangan dan di atas tempat tidur yang sama.

Setelah sekian lama berjuang melawan maut, akhirnya Mutun mati dihadapan aku dan adikku yang meratapinya. Aku peluk dia, aku ciumi dia berkali-kali. Aku nggak peduli sama lantai dapur yang kotor, aku nggak peduli sama beberapa helai bulu-bulu rontoknya yang menempel di wajah dan pakaianku.

Sore itu, ia dikuburkan di halaman belakang rumah kami. Sampai sekarang aku masih merasa agak trauma setiap kali masuk dapur. Rasanya momen-momen mengerikan ketika Mutun meregang nyawa otomatis terputar dalam otakku. Tergambar dengan sangat jelas.. ketika dia merintih kesakitan dengan setengah mulut terbuka dan sisa napas terakhirnya, ketika dia berusaha bangkit, ketika dia mengangkat kepalanya dan menatapku yang menangisinya dan mengelus-elus kepalanya, ketika dia mengangkat sebelah kaki depannya seolah memberikan salam perpisahan.. Ah..

Sampai detik ini, kami masih nggak tau pasti penyebab kematian Mutun. Tapi setelah ngobrol sana-sini lewat sosmed, aku mengambil kesimpulan bahwa Mutun mati karena salah makan. Mungkin dia makan makanan yang terkena racun, kemudian organ pencernaannya bermasalah.

Aku menyesal. Menyesal banget.. Aku merasa berdosa sama dia. Mungkin ya, Allah lebih sayang sama dia. Tapi kenapa dia harus mati dengan cara mengerikan kayak gitu? Kenapa dia harus tersiksa dulu? However, aku masih agak belum rela.  Diantara kucing-kucingku yang lain, dia yang paling beda. Aku bakal kangen banget sama suara seraknya, bakal kangen mainin bulu ekornya yang mekar, bakal kangen dibangunin sama dia. Dia pernah masuk kamarku lewat jendela pas aku lagi tidur siang, trus dia bangunin aku, ngeong tepat didepan muka :') Bakal kangen juga sama suara "purr.. purr.." dia yang keras, yang kata bapakku mirip suara luwak. Haha.. :'D

Mutun yang cantik,
Mutun yang udah hobi pacaran sejak umur lima bulan,
Mutun yang suka gangguin burung-burung peliharaan bapak,
Mutun yang bodoh, daun basah di comberan dia kira ikan. Hahaha..
Mutun yang kalem,
Mutun yang sabar dan suka mengalah sama anak-anaknya,
Mutun yang suka masuk kamar lewat jendela,
Mutun yang suka tidur di tempat tidur majikannya..

She will always be missed and be loved. Selamat tinggal, Kawan. Terima kasih udah jadi sahabat baik dan bagian dari keluarga kami selama 2 tahun 46 hari. Kami semua sayang kamu, Tun.. :) ❤

Jangan pernah lupakan saat-saat kita bersama
Kau yang tersenyum saat kita bersalaman sebelum kita berpisah
Kau yang lembut seperti bunga matahari dengan segala kehangatannya
Jika kau ingin aku kembali, bisakah kau bilang bahwa kau percaya padaku?
(Lirik lagu Himawari No Yakusoku, diterjemahkan oleh Furahasekai)



Posted via Blogaway


Minggu, 31 Juli 2016 3 komentar

Enough, Please!

Bulan Juli hampir berlalu. Beberapa jam lagi, kita akan tiba di bulan Agustus, bulan yang aku harap bisa lebih berbaik hati padaku ketimbang bulan Juli yang akhir-akhir ini membuat perasaanku campur aduk. Sebulanan ini, ada aja hal-hal nggak terduga yang terjadi dan mostly adalah hal-hal yang nggak diharapkan. Bahkan di penghujung bulan pun, hal nggak mengenakkan itu tetap ada.

Aku sempat berharap bahwa hari ini bisa menjadi hari yang baik, mengingat hari ini adalah hari terakhir di bulan Juli. Tapi kenyataannya enggak. Sejak pagi, mood-ku udah rusak. Well, I can't mention what it is, karena aku pikir ini terlalu menggelikan dan aku nggak yakin pembaca bakal paham kenapa hal seperti itu bisa bikin mood-ku memburuk.

Menjelang sorenya, rumahku kedatangan nenek, bibi-bibi, dan sepupuku yang berniat menjenguk ibuku yang selama sekitar dua minggu ini sakit. Tapi sebelumnya udah ada salah satu teman dekatku yang memang seperti biasa setiap minggunya selalu menghabiskan waktu di rumahku. Aku sempat berbarap sisa bad mood-ku tadi pagi bisa benar-benar ilang dengan menghabiskan waktu bareng mereka semua. Tapi lagi-lagi salah.

Awalnya, semuanya memang berjalan baik-baik aja. Kami kumpul bareng, makan bareng, ngobrol bareng.. Aku seneng temanku bisa ikut nimbrung dan berbaur. Dia bahkan bisa ngobrol akrab sama sepupuku, Gege. Tapi rupanya keakraban mereka inilah awal dari masalah itu, sesuatu yang membuat mood-ku bertambah buruk berkali-kali lipat ketimbang tadi pagi.

Rasanya baru kemarin aku menyangkal salah satu quote yang temanku itu share tentang perbedaan antara sahabat dan teman. Quote yang diposting salah satu akun di LINE itu mengatakan bahwa sahabat adalah mereka yang bersedia menampung segala curhatan dan keluh kesah kita, sedangkan teman adalah mereka yang cuma bisa bilang, "Kamu cengeng" saat kita terpuruk karena masalah. Saat itu temanku ngotot bahwa quote itu benar, sementara aku membantah. Aku bilang, "Faktanya, banyak teman yang berkedok sahabat. Mereka bersedia menampung apapun curhatan kita termasuk yang bersifat rahasia, tapi setelah itu mengumbar-umbar ke orang lain. Ada kan yang kayak gitu?"

Dan hari ini, bantahanku terbukti. Ironisnya, orang yang melakukannya justru orang yang nge-share quote itu, alias orang yang selama ini kuanggap sahabatku, alias temanku itu sendiri.

Aku udah cukup sabar ketika dia mengumbar cerita tentang kejadian konyol yang aku alami tempo hari, membiarkan sepupuku menertawaiku karena kekonyolan yang aku alami lewat cerita temanku itu. Sorenya dia berulah lagi.

Dia tau banget tentang semua masalah yang aku alami belakangan ini, masalah yang membuatku galau selama berminggu-minggu itu, karena aku curhat semuanya ke dia. Ya, cuma ke dia, karena aku nggak bisa menampungnya sendirian. Sebagai manusia, aku butuh menceritakan masalahku, dan aku percaya sama dia. Tapi apa? Dengan mudahnya dia bongkar itu. Dia ungkapin semuanya ke sepupuku yang menanggapinya dengan, "Oh ya?!" Well, memang nggak semuanya dia ungkapin, tapi cukuplah bikin aku merasa ditelanjangi. Dan yang membuatku nggak habis pikir, dia mengungkapkan semua itu dengan nada bercanda dan tanpa rasa bersalah. Dia bahkan nggak tampak menyesal waktu aku mengiriminya pesan dan bilang bahwa aku nggak suka sama sikapnya. Gosh! Selama ini dia sering banget menegaskan bahwa dia sahabatku dan aku sahabatnya, tapi sahabat macam apa yang seperti itu?

Ya Rabb.. Betapa aku sadar bahwa seorang sahabat bisa sedemikian berbahaya kalau sedang khilaf. Ya, aku harap saat itu dia benar-benar sedang khilaf. Atau mungkin memang dia hanyalah sesosok teman, bukan sahabat. Apapun itu, intinya, I don't think I can trust her anymore after this.

Dan seiring pergantian bulan, di hari terakhir di bulan Juli ini, aku harap kejadian buruk hari ini pun benar-benar menjadi kejadian buruk terakhir bagiku. Cukuplah semua itu. Aku capek.


Total Tayangan Halaman

 
;