Rabu, 02 Maret 2016

Rumah Uya, 26 Februari 2016

Aku bukan tipe orang yang sepenuhnya percaya sama acara-acara reality show yang banyak ditayangkan di tivi-tivi. Dulu mungkin iya, aku percaya bahwa apa yang mereka tayangkan itu murni realita. Tapi semenjak aku mendengar bahwa tetanggaku ada yang ditawari syuting untuk sebuah episode salah satu acara reality show yang cukup terkenal pada saat itu (kebetulan aku juga suka nonton), aku jadi sadar bahwa apa yang mereka sebut reality show itu nggak lebih dari sekedar tayangan yang direkayasa.

But however, jujur acara-acara kayak gitu tetep seru buat ditonton. Yah, walau nggak semuanya seru ya, karena ada juga yang adegannya kelewat lebay dan terlihat nggak natural, sehingga bikin acaranya jadi garing.

Belakangan ini, ada acara reality show yang cukup sering aku dan keluargaku tonton setiap sore, judulnya Rumah Uya yang di tayangkan di Trans 7. Aku nggak tau sih acara ini beneran reality show atau reality show yang direkayasa, yang jelas sejauh ini sih adegan-adegan yang aku lihat cukup natural, nggak lebay, dan cukup seru ditonton.

Reality show ini berupa acara bincang-bincang yang membahas permasalahan pribadi seseorang yang dikupas secara ringan oleh Om Uya Kuya sebagai konsultan dan dibantu oleh asisten-asisten yang memiliki peran masing-masing. Dengan kata lain, acara ini merupakan wadah bagi mereka yang ingin mengadu sekaligus memecahkan masalah kehidupannya dengan dibantu oleh tim dari acara Rumah Uya ini, entah itu masalah percintaan, keluarga, atau pertemanan.

Dari sekian episode Rumah Uya yang pernah aku tonton, ada satu episode yang membekas banget di pikiranku. Bekasnya belum hilang sampe hari ini, meskipun episode itu ditayangkan beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Jum’at 26 Februari. Sore itu, aku menonton acara itu bareng adik. Episode Rumah Uya hari itu bisa dibilang cukup membuat perasaanku campur aduk antara geli, gemes, dan miris.

Episode hari itu mengupas masalah seorang cewek bernama Jeje yang ingin meminta pengakuan dari Liana—sahabatnya—mengenai bener atau enggaknya sahabatnya itu menjalin hubungan spesial dengan cowok bernama Berry—pacar Jeje. Singkat cerita, tim Rumah Uya mendatangkan sepasang sahabat itu. Keduanya cantik, hanya aja Liana tampak lebih kekanak-kanakan, keliatan dari cara dia menjawab pertanyaan, agak manja-manja gitu deh.

Mula-mula Jeje bertanya pada Liana perihal hubungan antara dia dengan Berry, pacar Jeje. Kemudian Liana mengaku bahwa dia nggak kenal dengan Berry. Mendengar jawaban Liana, tim Rumah Uya menampilkan beberapa foto yang memperlihatkan Liana bersama seorang cowok, ada yang lagi jalan bareng, ada yang lagi duduk bareng.. Tapi dari kesemua foto yang ditampilkan itu nggak ada satupun yang menampilkan wajah si cowok, karena posisi si cowok selalu memunggungi kamera. Melihat bukti-bukti itu, Liana mengaku bahwa cowok yang ada di foto-foto itu bukan Berry, melainkan pacarnya, hanya aja Liana menolak buat menyebut nama pacarnya dengan alasan privacy. Dia bahkan enggan memperkenalkan pacarnya ke sahabatnya sendiri. Sedangkan Jeje yang mengenal pacarnya dengan baik yakin banget bahwa cowok didalam foto itu bener-bener Berry, dan dia nggak percaya kalo Liana bener-bener punya pacar, karena selain karena Liana nggak pernah memperkenalkannya, Liana juga nggak pernah cerita apapun soal hubungan asmaranya.

Kemudian Rumah Uya mendatangkan pacar Jeje yang namanya si Berry itu. Ketika ditanya, Berry mengaku bahwa dia nggak mengenal Liana—meskipun mereka satu kampus.Tapi setelah melihat bukti foto yang ditampilkan tim Rumah Uya di screen, Berry akhirnya mengaku bahwa cowok yang bareng Liana di foto itu adalah dia, hanya aja dia mengaku bahwa dia nggak ada hubungan spesial dengan Liana. Awalnya aku pikir, wah si Berry ini nggak bener nih, udah ada bukti tapi nggak ngaku. Tapiiii.. tiba-tiba Liana menyangkal pengakuan cowok itu. Tiba-tiba Liana bersikukuh bahwa selama ini dia deket sama Berry. Selain itu, dia juga mengaku bahwa Berry sering banget manggil dia ‘sayang’, dan memberinya bunga dan coklat. Pengakuan ini jelas membuat pendengarnya heran. Gimana enggak? Kan di awal tadi dia mengaku nggak kenal sama Berry. Om Uya kemudian meminta Liana buat menunjukkan SMS-SMS mereka sebagai bukti bahwa Berry bener-bener manggil dia dengan sebutan ‘sayang’. Tapi Liana bilang, “HP-nya lowbat.
“Ada charger. Nanti kita charge HP kamu biar nggak lowbat,” kata Om Uya.
“Tapi HP-nya aku taruh di tas, tas-nya aku taruh di belakang.”
“Kalo gitu kamu ambil.”
“Emang boleh?”
“Boleh, silahkan.”
Liana kemudian berdiri buat mengambil tasnya di luar ruangan. Tapi baru berdiri, dia duduk lagi dan mengaku bahwa hapenya ketinggalan di rumah. Dari sinilah aku mulai membaca adanya ketidakberesan pada cewek bernama Liana itu.

Bukan, ketidakberesan yang aku maksud bukan cuma mengenai sikapnya yang mengesankan kalo dirinya berbohong, tapi ada yang lain. Awalnya aku sempat berpikir bahwa Liana ini seperti cewek-cewek pada umumnya yang berusaha berbohong buat menutupi kesalahan. Tapi semakin masalah itu dikupas, para audiences pasti sependapat deh kalo Liana itu ‘berbeda dan nggak biasa’.

Pertama, Liana mengaku bahwa dia dekat dengan Berry, dan Berry memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’. Sedangkan faktanya adalah, Liana cuma pernah meminta Berry nemenin dia ke acara nikahan temannya dan berpura-pura jadi pacar Liana. Gitu doang.
Kedua, ditengah-tengah berlangsungnya acara, Liana mengaku pusing. Dia mengaku bahwa dia mengidap penyakit yang nggak diketahui apa namanya. Well, Jeje mengaku kalo dia memang sering liat Liana bawa obat-obatan, tapi nggak tau obat apaan. Kata Liana, dokter yang memeriksanya pernah bilang bahwa hidupnya nggak lama lagi. Kemudian dia pingsan sebelum kemudian akhirnya bangun lagi satu menit kemudian. Itupun dia bangun karena terus-terusan digodain tim Rumah Uya. Of course, keliatan banget kalo dia pingsan pura-pura.
Ketiga, Liana mengaku kalo dirinya sering menerima bunga atau cokelat setiap seminggu sekali—tepatnya hari Kamis, malam Jum’at—dari seseorang. Tapi tanpa diketahui Liana, rupanya sebelumnya tim Rumah Uya udah melakukan penyelidikan sehingga terkuaklah fakta bahwa selama ini yang mengirimkan bunga dan coklat ke rumah Liana itu nggak lain dan nggak bukan yakni Liana sendiri.

At first, aku sempet geli dan gemes liat tingkah dan jawaban-jawaban Liana selama dirinya di interogasi sama tim Rumah Uya dan sahabatnya. Aku yakin para audiences juga pasti merasa demikian, bahkan di Twitter ada yang mengaku ngakak guling-guling ngeliatnya.

Tapi semakin ‘ketidakbiasaan’ Liana itu semakin kentara, aku jadi kasihan sama dia. Entahlah, aku ngerasa bahwa apa yang kita lihat dari Liana itu nggak seharusnya dianggep lelucon atau ditertawakan. Sebaliknya, aku rasa dia butuh pertolongan. Dia butuh orang-orang yang bisa mengerti dia dan memperhatikan dia. Jujur, aku prihatin banget. Aku ngerasa bahwa dia memang sakit. Obat-obatan yang sering dilihat Jeje itu semakin menguatkan dugaanku tentang itu. Hanya aja bukan sakit fisik yang diderita Liana, melainkan batin. Batinnya tertekan, siapa tau? Selama ini dia hidup tanpa orangtua (dia tinggal bareng tantenya yang bahkan nggak tau tentang ketidakbiasaan dalam diri keponakannya itu), ditambah lagi statusnya yang selalu single (menurut Jeje, Liana sebenernya nggak pernah punya pacar. Ya know kan people these days kayak gimana. Status single atau jomblo seolah-olah hina di mata masyarakat sekarang, sehingga sering banget dijadikan lelucon), kemungkinan dia sering mendapat olok-olok dari orang-orang di sekitarnya.

Apa yang aku pikirkan ternyata sama dengan apa yang dipikirkan Ummi Yuyun—penasehat keagamaan dalam acara ini. Menurut Ummi Yuyun, Liana butuh berteman dengan banyak orang dan mendekatkan diri sama Tuhan. Ummi Yuyun bahkan menangis ketika menyampaikan ini ke Liana. Damn, jujur aku miris banget ngeliat scene ini. I wanna save her, if I could. Aku harap ada orang-orang yang bisa memotivasi dan memahaminya. Aku juga berharap tantenya bisa lebih memperhatikan keponakannya.


Mungkin Liana adalah salah satu dari sekian banyak orang diluar sana yang mengalami hal semacam ini. Really.. I wanna save them, if I could.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku juga liat yg pas ini. Aku pikir liana itu ada gangguan mental apa gimana. Kasian kaya ga punya pendirian gitu. Btw sist sorry line nya blm aku bales...wkwk

Putri Vidialesta mengatakan...

Iya, Sis, I think so. Aku malah jadi penasaran juga sama dia. Kepo sama daily life-nya. Hehe..

Aih gapapa kok, Sis. Santai aja ^^

Anonim mengatakan...

Iya aku juga kasian sama dia, pasti kurang bergaul sama temen2nya ditambah olok-olokan temannya. Miris, ada link youtubenya gak?

Putri Vidialesta mengatakan...

Yup. Orang kayak gitu harusnya dirangkul, bukan dijadiin bahan lelucon :)
Hmm.. Coba aja cari di Youtube pake kata kunci 'Rumah Uya 26 Februari'. Udah ada kok di Youtube.

My Journey mengatakan...

Ada yg mau nonton rumah tua LIVE gak ? Transport ditanggung. Gratis. Syaratnya: cuman punya almet.(boleh minjem) kalo ada yg minat bisa line @tressasiregar. Hanya untuk episode rabu 23 november 2016

My Journey mengatakan...

Typo. Rumah kuya maksutnya

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;